Anda di halaman 1dari 115

EVALUASI DAN REHABILITASI SEISMIK BANGUNAN

EXISTING GEDUNG YANG DIRANCANG BERDASAR


SNI 1726:2002 SESUAI ASCE 41-17

TESIS
Karya tulis sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Magister dari
Institut Teknologi Bandung

Pembimbing:
Prof. Ir. Indra Djati Sidi, M.Sc., Ph.D.

Oleh:
NORMA FATIMAH NAQIBA
NIM: 25017044
(Program Studi Magister Teknik Sipil)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
Juni 2021
ABSTRAK

EVALUASI DAN REHABILITASI SEISMIK BANGUNAN


EXISTING GEDUNG YANG DIRANCANG BERDASAR
SNI 1726:2002 SESUAI ASCE 41-17

Oleh:
NORMA FATIMAH NAQIBA
NIM: 25017044
(Program Studi Magister Teknik Sipil)

Banyaknya gempa yang terjadi di Indonesia berdampak pada pembaharuan kode


gempa di Indonesia. Peraturan yang terbaru, SNI 1726:2019 memberikan
klasifikasi yang berbeda dari SNI 1726:2002. Jakarta sebagai lokasi kasus studi ini,
mengalami perubahan dari tingkat kegempaan sedang menjadi tingkat kegempaan
tinggi. Menurut SNI 1726:2019, suatu bangunan gedung yang terletak di Jakarta
seharusnya dirancang dengan menggunakan Sistem Rangka Pemikul Momen
Khusus sebagai sistem strukturnya, namun masih banyak bangunan existing yang
telah berdiri belasan tahun yang lalu masih menggunakan rangka Pemikul Momen
Biasa atau Sedang sebagai sistem strukturnya. Fenomena ini seharusnya membuat
kita mengevaluasi kinerja gedung-gedung yang ada terhadap beban gempa yang
terbaru.

Dalam penelitian ini, ASCE 41-17 digunakan sebagai acuan untuk mengevaluasi
tingkat kinerja bangunan existing terhadap peraturan gempa terbaru sesuai dengan
Basic Performance Objective of Existing Buildings. Dalam ketentuan ini terdapat
tingkat tahapan yang membantu kita untuk melakukan evaluasi tersebut. Sesuai
dengan persyaratan yang ada, prosedur Linear Static digunakan untuk menjadi
metode evaluasi dalam kasus ini. Namun juga akan dilakukan analisa Nonlinear
Static Pushover untuk melihat tingkat kinerja secara visual.

Ada dua data gempa yang digunakan untuk menjadi demand terhadap kapasitas
bangunan existing. BPOE mengharuskan untuk menggunakan data gempa pada
periode ulang 250 tahun dan 1000 tahun, yang target tingkat kinerjanya ditentukan
berdasarkan kategori risiko bangunan. Untuk kasus bangunan existing yang tidak
bisa mencapai target tingkat kinerja yang telah ditentukan, perlu dilakukan
rehabilitasi seismik. Dalam kasus seperti ini, CFRP (Carbon Fiber Reinforced
Polymer) diusulkan untuk digunakan, karena dapat meningkatkan kapasitas elemen
bangunan yang ada.

Kata kunci: Evaluasi, rehabilitasi seismik, tingkat kinerja, Linear Static, Nonlinear
Static Pushover, CFRP (Carbon Fiber Reinforced Polymer)

i
ABSTRACT

SEISMIC EVALUATION AND RETROFIT OF EXISTING


BUILDING DESIGNED BASED ON SNI 1726:2002
ACCORDING TO ASCE 41-17

By:
NORMA FATIMAH NAQIBA
NIM: 25017044
(Program Studi Magister Teknik Sipil)

A lot of seismic happened in Indonesia affected to renewal seismic codes in


Indonesia. The newest one, SNI 1726:2019 give another classification beside SNI
1726:2002 did. Jakarta as the case of this study, changed from moderate level of
seismicity to high level of seismicity. According to SNI 1726:2019, a building
located at Jakarta should be designed by using Special Moment Resisting Frame
System as its structural system but there are many existing buildings which
established a dozen years ago still using Ordinary or Intermediate Moment
Resisting frame as their structural system. This phenomenon should make us evaluate
the performance level of those existing buildings to the newest expected level of
seismicity.

In this study, ASCE 41-17 used as references to evaluate the performance level of
existing buildings to the newest seismic code according to Basic Performance
Objective of Existing Buildings. In this provision, there are tiers that help us to do that
evaluation. According to the requirements, linear static procedure used to be the
evaluation method in this case. But Nonlinear static pushover will be provided to see
the visual performance level.

There are two seismic data that use to be a demand to existing building capacity. BPOE
required us to take seismicity on 250 years and 1000 years return period, which its
performance level target based on their building risk category. The one that couldn’t
reach the target of performance level, retrofit should be made. In this kind of case,
CFRP (Carbon Fiber Reinforced Polymer) is propose to be used. Because it can
increase the element capacity of the existing buildings.

Keywords: Evaluate, retrofit, performance level, Linear Static, Nonlinear Static


Pushover, CFRP (Carbon Fiber Reinforced Polymer)

ii
LEMBAR PENGESAHAN

EVALUASI DAN REHABILITASI SEISMIK BANGUNAN


EXISTING GEDUNG YANG DIRANCANG BERDASAR
SNI 1726:2002 SESUAI ASCE 41-17

Oleh:
NORMA FATIMAH NAQIBA
NIM: 25017044
(Program Studi Magister Teknik Sipil)
Institut Teknologi Bandung

Menyetujui,
Pembimbing

Tanggal 20 Juni 2021

Prof. Ir. Indra Djati Sidi, M.Sc., Ph.D.


NIP 195306051977101001

iii
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS

Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Institut


Teknologi Bandung dan terbuka untuk umum dengan ketentuan bahwa hak cipta
ada pada penulis dengan mengikuti aturan HaKI yang berlaku di Institut Teknologi
Bandung. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi pengutipan atau
peringkasan hanya dapat dilakukan seizin penulis dan harus disertai dengan kaidah
ilmiah untuk menyebutkan sumbernya.

Sitasi hasil penelitian Tesis ini dapat di tulis dalam bahasa Indonesia sebagai
berikut:
Naqiba, Norma Fatimah. (2021): EVALUASI DAN REHABILITASI SEISMIK
BANGUNAN EXISTING GEDUNG YANG DIRANCANG BERDASAR SNI
1726:2002 SESUAI ASCE 41-17, Tesis Program Magister, Institut
Teknologi Bandung.

dan dalam bahasa Inggris sebagai berikut:

Naqiba, Norma Fatimah. (2021): SEISMIC EVALUATION AND RETROFIT OF


EXISTING BUILDING DESIGNED BASED ON SNI 1726:2002
ACCORDING TO ASCE 41-17, Master’s Thesis, Institut Teknologi
Bandung.

Memperbanyak atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis haruslah seizin Dekan
Sekolah Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung.

iv
Didedikasikan kepada diri penulis sendiri, kepada keluarga tercinta terutama
Umik dan Abi, juga orang-orang terdekat dan terkasih yang setia dan selalu ada
serta menganggap penulis ada.
Untuk yang sedang berjuang dan terpikir untuk menyerah, sejenak istirahatlah.
Mungkin kau hanya sedang terlampau lelah. Sebab percayalah, Tuhan tak akan
membiarkanmu hidup berdarah tanpa arah.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis yang berjudul “Evaluasi
Dan Rehabilitasi Seismik Bangunan Existing Gedung Yang Dirancang Berdasar
SNI 1726:2002 Sesuai ASCE 41-17“. Penyusunan tesis ini merupakan salah satu
syarat untuk memperoleh gelar magister dari Program Studi Magister Teknik Sipil,
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.

Dalam pengerjaan laporan tesis ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya:
1. Kedua orang tua penulis serta adik dari penulis yang setia memberi dukungan,
doa restu dan tirakat, juga memfasilitasi, sehingga memudahkan jalan penulis
dalam menyelesaikan tesis ini.
2. Prof. Ir. Indra Djati Sidi, M.Sc., Ph.D. selaku dosen pembimbing, pengajar,
penuntun dan pendidik bagi penulis yang telah memberikan doa restu,
bimbingan, arahan, dukungan, semangat dan kritik selama pengerjaan tesis ini.
3. Dr. Eng. Aris Aryanto, ST., MT. dan Dr. Ing. Ediansjah Zulkifli, ST., MT.
selaku dosen penguji tesis yang telah memberikan banyak masukan dalam
seminar dan sidang.
4. dr. Elvine Gunawan, Sp.Kj. yang telah membantu penulis untuk mampu
melewati masa-masa sulit yang dihadapi
5. Pihak terdekat penulis serta seluruh pihak-pihak lain yang sudah banyak
membantu, yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan demi
terselesainya tesis ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa laporan tesis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat berkenan dengan saran dan kritik yang bersifat
membangun guna perbaikan di masa depan. Akhir kata, penulis berharap semoga
laporan tesis ini dapat berguna dan dapat dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.

Bandung, Juni 2021

Penulis

vi
DAFTAR ISI

ABSTRAK ............................................................................................................... i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS.................................................................... iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
Bab I Pendahuluan .............................................................................................. 1
I.1 Latar Belakang................................................................................. 1
I.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
I.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 2
I.4 Lingkup Permasalahan .................................................................... 3
I.5 Hipotesis Penelitian ......................................................................... 4
I.6 Sistematika Penulisan ...................................................................... 4
Bab II Tinjauan Pustaka ....................................................................................... 6
II.1 Umum .............................................................................................. 7
II.2 Perencanaan Bangunan Tahan Gempa Berdasar SNI 1726:2002 ... 7
II.2.1 Kategori Gedung.................................................................. 7
II.2.2 Pemilihan Sistem Struktur Bangunan .................................. 8
II.2.3 Penentuan Respons Spektra ................................................. 9
II.2.4 Pembatasan Waktu Getar Alami Fundamental .................. 14
II.2.5 Gaya Geser Seismik Skala Lateral .................................... 14
II.3 Pembebanan Bangunan Tahan Gempa Berdasar SNI 1726:2019 . 15
II.3.1 Faktor Keutamaan Gempa dan Kategori Risiko Struktur
Bangunan ........................................................................... 15
II.3.2 Penentuan Respons Spektra ............................................... 16
II.3.3 Pemilihan Sistem Struktur ................................................. 19
II.4 Analisis Beban Gempa Linear Statik Ekivalen ............................. 20
II.5 Analisis Respons Spektra .............................................................. 20
II.6 Analisis Beban Dorong Statik (Static Pushover Analysis) ............ 20
II.7 Evaluasi Seismik Berdasar ASCE 41-17 ....................................... 21
II.8 Konversi Spektra Gempa berdasar ASCE 41-17 dan Europe-8 .... 22
II.9 Performance Level (Kinerja Struktur) ........................................... 23
II.10 Rehabilitasi Seismik pada Struktur ............................................... 24
Bab III Metodologi Penelitian ............................................................................. 25
III.1 Prosedur Pelaksanaan Studi ........................................................... 26
III.2 Prosedur Pemodelan Struktur Bangunan Existing SNI 1726:2002 26
III.3 Prosedur Evaluasi Bangunan Existing berdasar ASCE 41-17 ....... 27
III.4 Prosedur Konversi Spektra Gempa SNI 1726:2019 ...................... 27
III.5 Prosedur Analisa Nonlinear Static Pushover ................................ 28
III.6 Prosedur Penentuan Rehabilitasi Seismik Pada Bangunan Existing .
....................................................................................................... 28
Bab IV Pemodelan dan Desain Struktur Bangunan Existing .............................. 29
IV.1 Ruang Lingkup Desain .................................................................. 29
IV.2 Konfigurasi Struktur ...................................................................... 30

vii
IV.3 Pembebanan pada Struktur ............................................................ 32
IV.3.1 Beban Gravitasi ................................................................. 32
IV.3.2 Beban Gempa..................................................................... 32
IV.3.3 Kombinasi Pembebanan .................................................... 33
IV.4 Perancangan Elemen Struktur ....................................................... 34
IV.5 Analisis Dinamik Struktur ............................................................. 36
IV.6 Gaya Dalam ................................................................................... 39
IV.7 Detail Penulangan Elemen Struktur .............................................. 41
IV.8 Sendi Plastis Untuk Parameter Nonlinear ..................................... 46
Bab V Hasil dan Pembahasan ............................................................................ 53
V.1 Evaluasi Bangunan Eksisting berdasar ASCE 41-17 .................... 53
V.1.1 Tier 1 Screening ................................................................. 53
V.1.2 Tier 3 Systematic Procedure .............................................. 57
V.1.3 Evaluasi Bangunan Eksisting Menggunakan Nonlinear
Static Pushover .................................................................. 74
V.1.4 Rehabilitasi seismik dengan pengggunaan FRP (Fiber
Reinforced Polymer) .......................................................... 89
V.1.5 Pengecekan Kinerja Struktur Pasca Pemasangan CFRP ... 93
Bab VI Kesimpulan ............................................................................................. 97
VI.1 Kesimpulan .................................................................................... 97
VI.2 Saran .............................................................................................. 98
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 99

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar II.1 Peta Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan
dasar dengan perioda ulang 500 tahun ............................................. 11
Gambar II.2 Respons Spektrum Gempa Rencana ................................................. 13
Gambar II.3 Grafik respons spektra ...................................................................... 18
Gambar II.4 Grafik Respons Spektra untuk Konversi (ASCE 41-17) .................. 22
Gambar II.5 Rehabilitasi seismik pada struktur .................................................... 24
Gambar III.1 Diagram Alir Penelitian .................................................................. 25
Gambar IV.1 Denah Struktur Bangunan Existing ................................................. 30
Gambar IV.2 Tampak Samping Struktur Bangunan Existing ............................... 31
Gambar IV.3 Permodelan 3D Struktur Bangunan Existing .................................. 31
Gambar IV.4 Respons Spektra Jakarta – Tanah Lunak Berdasar SNI 126:2002.. 33
Gambar IV.5 Konfigurasi tipe balok..................................................................... 35
Gambar IV.6 Konfigurasi Tipe Kolom ................................................................. 35
Gambar IV.7 Grafik gaya dalam momen balok 500 x 600 ................................... 40
Gambar IV.8 Grafik gaya dalam torsi balok 500 x 600 ........................................ 40
Gambar IV.9 Grafik gaya dalam geser balok 500 x 600....................................... 40
Gambar IV.10 Detail penulangan balok tipikal B 500 x 600................................ 42
Gambar IV.11 Detail penulangan balok tipikal B 300 x 400................................ 43
Gambar IV.12 Detail penulangan balok tipikal B 300 x 300................................ 43
Gambar IV.13 Detail penulangan kolom tipikal K 900 x 900 .............................. 44
Gambar IV.14 Detail penulangan kolom tipikal K 800 x 800 .............................. 45
Gambar IV.15 Detail penulangan kolom tipikal K 700 x 700 .............................. 45
Gambar IV.16 Detail penulangan kolom tipikal K 600 x 600 .............................. 46
Gambar IV.17 Detail penulangan kolom tipikal K 500 x 500 .............................. 46
Gambar IV.18 Kurva modelling parameter dan acceptance criteria berdasar ASCE
41-17 ............................................................................................. 47
Gambar IV.19 Kurva Momen-Kurvatur Untuk Balok 500.600 Momen Negatif . 47
Gambar IV.20 Kurva Momen-Kurvatur Untuk Balok 500.600 Momen Positif ... 48
Gambar IV.21 Momen-Rotasi Balok 500.600 ...................................................... 49
Gambar IV.22 Input Sendi Plastis pada Etabs 17.0.1 untuk Balok 500.600 ........ 49
Gambar IV.23 Kurva Momen-Kurvatur Untuk Kolom 900.900 .......................... 50
Gambar IV.24 Momen-Rotasi Kolom 900.900 .................................................... 51
Gambar IV.25 Contoh input parameter sendi plastis di ETABS 17 ..................... 51

ix
Gambar V.1 Diagram Alir Tahapan Tier 1 – Screening ASCE 41-17.................. 53
Gambar V.2 Kurva Gaya vs Perpindahan ............................................................. 59
Gambar V.3 Kurva Kapasitas Pushover arah X.................................................... 60
Gambar V.4 Kurva Kapasitas Pushover arah Y.................................................... 61
Gambar V.5 Grafik Respon Spektra Hasil Konversi ............................................ 64
Gambar V.6 Diagram P-MM Kolom 900.900 untuk Momen arah X ................... 68
Gambar V.7 Diagram P-MM Kolom 900.900 untuk Momen arah Y ................... 69
Gambar V.8 Effective Joint Area .......................................................................... 69
Gambar V.9 Kurva Modelling Parameters ASCE 41-17 ..................................... 74
Gambar V.10 Kurva Acceptance Criteria berdasar ASCE 41-17......................... 75
Gambar V.11 Kurva Momen Rotasi Analitis dan Metode Tabel.......................... 76
Gambar V.12 Grafik Momen-Rotasi K 900.900 - Metode Analitis ..................... 78
Gambar V.13 Grafik Momen-Rotasi K 900.900 - Metode Tabel ASCE 41-17 ... 78
Gambar V.14 Grafik Kapasitas vs Demand Gempa Perioda Ulang 250th – arah X
............................................................................................................................... 79
Gambar V.15 Kondisi Elemen Struktur Pushover-X saat Step 4 ......................... 80
Gambar V.16 Grafik Kapasitas vs Demand Gempa Perioda Ulang 250th – arah Y
............................................................................................................................... 80
Gambar V.17 Kondisi Elemen Struktur Pushover-Y saat Step 4 ......................... 81
Gambar V.18 Grafik Kapasitas vs Demand Gempa Perioda Ulang 1000th – arah X
............................................................................................................................... 82
Gambar V.19 Kondisi Elemen Struktur Pushover-X saat Step 6 ......................... 83
Gambar V.20 Grafik Kapasitas vs Demand Gempa Perioda Ulang 1000th – arah Y
............................................................................................................................... 83
Gambar V.21 Kondisi Elemen Struktur Pada Tahap Terakhir – Pushover Arah Y
............................................................................................................................... 84
Gambar V.22 Lokasi sendi plastis pushover arah x .............................................. 85
Gambar V.23 Diagram Momen Analisa Linear Statik Pada lokasi sendi plastis >CP
(a) B48 (b) B33 ................................................................................ 86
Gambar V.24 Lokasi sendi plastis pushover arah y – lantai 4 .............................. 86
Gambar V.25 Diagram Momen Analisa Linear Statik Pada lokasi sendi plastis >CP
(a) B61 (b) B66 ................................................................................ 87
Gambar V.26 Lokasi sendi plastis pushover arah y – lantai 5 .............................. 88
Gambar V.27 Lokasi sendi plastis pushover arah y – lantai 6 .............................. 89
Gambar V.28 Diagram regangan-tegangan beton-frp........................................... 89
Gambar V.29 Pemasangan CFRP ......................................................................... 92

x
Gambar V.30 Grafik Kapasitas vs Demand Gempa Perioda Ulang 1000th – arah X
setelah dilakukan pemasangan CFRP ................................................. 93
Gambar V.31 Kondisi Elemen Struktur Pada Step 6 - Pushover Arah X ............. 94
Gambar V.32 Grafik Kapasitas vs Demand Gempa Perioda Ulang 1000th – arah Y
setelah dilakukan pemasangan CFRP ................................................. 94
Gambar V.33 Kondisi Elemen Struktur Pada Step 6 – Pushover Arah Y ........... 95

xi
DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Faktor Keutamaan I untuk berbagai kategori gedung dan bangunan ..... 8
Tabel II.2 Parameter daktilitas struktur gedung ...................................................... 8
Tabel II.3 Faktor daktilitas maksimum, faktor reduksi gempa maksimum, faktor
tahanan lebih beberapa jenis sistem dan subsistem struktur gedung ...... 9
Tabel II.4 Klasifikasi Jenis Tanah ......................................................................... 10
Tabel II.5 Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah.. 10
Tabel II.6 Sepktrum respons gempa rencana ........................................................ 12
Tabel II.7 Koefisien ζ yang membatasi waktu getar alami fundamental .............. 14
Tabel II.8 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung .............................. 15
Tabel II.9 Faktor keutamaan gempa...................................................................... 16
Tabel II.10 Klasifikasi kelas situs ......................................................................... 17
Tabel II.11 Koefisien Situs, Fa ............................................................................. 17
Tabel II.12 Koefisien Situs, Fv ............................................................................. 18
Tabel II.13 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan
pada periode pendek ........................................................................... 19
Tabel II.14 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan
pada periode 1 detik ........................................................................... 19
Tabel II.15 Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk sistem pemikul gaya seismik (untuk sistem
rangka pemikul momen)..................................................................... 19
Tabel II.16 Basic Performance Objective for Existing Buildings (BPOE) ........... 21
Tabel II.17 Kriteria penerimaan level kinerja struktur berdasar ASCE 41-17 ..... 23
Tabel IV.1 Pembebanan berdasarkan SNI 1727:1989 .......................................... 32
Tabel IV.2 Parameter Penentuan Respons Spektra Berdasar SNI 1726:2002 ...... 33
Tabel IV.3 Kombinasi Pembebanan Berdasar SNI 2847:2002............................. 34
Tabel IV.4 Dimensi Elemen Struktur.................................................................... 34
Tabel IV.5 Periode Fundamental Getaran ............................................................. 36
Tabel IV.6 Skala Gaya Lateral Dinamik ............................................................... 36
Tabel IV.7 Modal Partisipasi Masa ....................................................................... 37
Tabel IV.8 Cek Kinerja Batas Layan dan Ultimit - Arah X.................................. 37
Tabel IV.9 Cek Kinerja Batas Layan dan Ultimit - Arah Y.................................. 38
Tabel IV.10 Perhitungan Eksentrisitas Rencana ................................................... 39
Tabel IV.11 Contoh perhitungan – tulangan balok 500 x 600 .............................. 41
Tabel IV.12 Contoh perhitungan – tulangan kolom 900 x 900............................. 44

xii
Tabel IV.13 Momen-Rotasi Balok 500.600 .......................................................... 48
Tabel IV.14 Kriteria Penerimaan Balok 500.600.................................................. 48
Tabel IV.15 Momen-Rotasi Kolom 900.900 ........................................................ 50
Tabel IV.16 Kriteria Penerimaan Kolom 900.900 ................................................ 50
Tabel V.1 Basic Performance Of Exisiting Building ............................................ 54
Tabel V.2 Pengklasifikasian Tingkat Gempa........................................................ 55
Tabel V.3 Benchmark Building Codes .................................................................. 55
Tabel V.4 Batasan Maksimum Untuk Cek Tanpa Tier 3 ...................................... 56
Tabel V.5 Data Collection Requirements ............................................................. 57
Tabel V.6 Cek Batasan Untuk Analisa Linear Statik ............................................ 58
Tabel V.7 Perhitungan nilai drift .......................................................................... 59
Tabel V.8 Parameter Respon Spektra Gempa 250th dan 1000th ............................ 64
Tabel V.9 Gaya gempa statik untuk gempa perioda ulang 250th .......................... 66
Tabel V.10 Gaya gempa statik untuk gempa perioda ulang 1000th ...................... 67
Tabel V.11 Nilai  Untuk Perhitungan Kekuatan Joint ........................................ 70
Tabel V.12 Evaluasi Kapasitas Balok Untuk Gempa Perioda Ulang 250th .......... 70
Tabel V.13 Evaluasi Kapasitas Kolom Untuk Gempa Perioda Ulang 250th ......... 71
Tabel V.14 Evaluasi Kapasitas Joint Untuk Gempa Perioda Ulang 250th ............ 71
Tabel V.15 Evaluasi Kapasitas Balok Untuk Gempa Perioda Ulang 1000th ........ 72
Tabel V.16 Evaluasi Kapasitas Kolom Untuk Gempa Perioda Ulang 1000th ....... 73
Tabel V.17 Evaluasi Kapasitas Joint Untuk Gempa Perioda Ulang 1000th .......... 73
Tabel V.18 Modelling Parameters and Numerical Acceptance Criteria for
Nonlinear Procedurs – Reinforced Concrete Beams ....................... 75
Tabel V.19 Momen-Rotasi Balok 500.600 – Metode Tabel ASCE ...................... 76
Tabel V.20 Acceptance Criteria Balok 500.600 – Metode Tabel ASCE ............. 76
Tabel V.21 Modeling Parameters and Numerical Acceptance Criteria for
Nonlinear Procedures—Reinforced Concrete Columns Other Than
Circular with Spiral Reinforcement or Seismic Hoops as Defined in
ACI 318 ............................................................................................ 77
Tabel V.22 Momen-Rotasi Kolom 900.900 – Metode Tabel ASCE .................... 78
Tabel V.23 Acceptance Criteria Kolom 900.900 – Metode Tabel ASCE ............ 78
Tabel V.24 Base Shear vs Monitored Displacement Pushover Arah X ............... 79
Tabel V.25 Base Shear vs Monitored Displacement Pushover Arah Y ............... 81
Tabel V.26 Base Shear vs Monitored Displacement Pushover Arah X ............... 82
Tabel V.27 Base Shear vs Monitored Displacement Pushover Arah Y ............... 84

xiii
Tabel V.28 Perbandingan Momen Kapasitas dan Momen Terjadi Pada Lokasi Sendi
Plastis >CP ......................................................................................... 86
Tabel V.29 Perbandingan Momen Kapasitas dan Momen Terjadi Pada Lokasi Sendi
Plastis >CP ......................................................................................... 88
Tabel V.30 Perbandingan Momen Kapasitas dan Momen Terjadi Pada Lokasi Sendi
Plastis >CP ......................................................................................... 88
Tabel V.31 Perbandingan Momen Kapasitas dan Momen Terjadi Pada Lokasi Sendi
Plastis >CP ......................................................................................... 89
Tabel V.32 Base Shear vs Monitored Displacement Pushover Arah X ............... 93
Tabel V.33 Base Shear vs Monitored Displacement Pushover Arah Y ............... 95
Tabel V.34 Perbandingan Nilai Base Shear dan Perpindahan .............................. 96

xiv
Bab I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara dengan tingkat kejadian gempa yang cukup tinggi. Hal
ini mendasari para ilmuwan untuk terus melakukan studi terhadap perkembangan
ilmu kegempaan. Dari hari ke hari, ditemukan semakin banyaknya patahan baru di
Indonesia yang menyebabkan kemungkinan terjadinya gempa semakin besar. Hal
ini menyebabkan perubahan pada parameter nilai gempa yang berpengaruh pada
peraturan-peraturan yang digunakan untuk merencanakan struktur tahan gempa.

Seperti yang akan dibahas pada studi kali ini, peraturan gempa SNI 1726:2002
untuk Kota Jakarta dengan jenis tanah lunak memiliki nilai percepatan muka tanah
sebesar 0.30g sedangkan pada peraturan gempa SNI 1726:2019 sebesar 0,547g.
Pada SNI 1726:2002, gempa wilayah Jakarta pada tanah lunak masih termasuk
wilayah gempa sedang, sedangkan pada SNI 1726:2019 digolongkan ke dalam
kategori gempa tinggi. Begitu juga untuk sistem struktur, sistem rangka struktur
gedung tinggi pada peraturan lama diperbolehkan untuk dibangun menggunakan
sistem rangka pemikul momen menengah (SRPMM), sedangkan pada peraturan
baru diharuskan untuk direncanakan menggunakan sistem rangka pemikul momen
khusus (SRPMK). Perubahan-perubahan tersebut memunculkan pertanyaan
mengenai performansi bangunan yang telah dibangun menggunakan peraturan SNI
1726:2002 terhadap efek peningkatan beban gempa pada peraturan SNI 1726:2019.

Pada studi kali ini akan dilakukan analisa mengenai kinerja bangunan existing SNI
1726:2002 terhadap beban gempa SNI 1726:2019 sesuai dengan petunjuk pada
ASCE 41-17 dengan level kinerja mengikuti Basic Performance Objective for
Existing Buildings (BPOE) untuk target level kinerja struktur sesuai Basic Safety
Earthquake BSE-1E (Perioda ulang gempa 250 tahun) dan BSE-2E (Perioda ulang
gempa 1000 tahun). Juga akan dilakukan studi untuk mengetahui rehabilitasi
seismik yang dapat dilakukan pada struktur agar bangunan existing tersebut mampu
bertahan pada beban gempa sesuai peraturan SNI 1726:2019.

1
Bangunan existing dimodelkan dan dianalisis dengan metode analisis respons
spektra dan digunakan prosedur linier dan nonlinier sesuai tahapan evaluasi ASCE
41-17 sebagai evaluasi akhir untuk mengetahui performansi bangunan.

I.2 Rumusan Masalah

Dalam penelitian kali ini rumusan masalah yang akan ditinjau adalah:
1. Apakah kinerja struktur bangunan beton bertulang SRPMM existing yang
dirancang berdasar SNI 1726:2002 terhadap beban gempa SNI 1726:2019
memenuhi ketentuan ASCE 41-17 tentang Basic Performance Objective for
Existing Buildings (BPOE) untuk Basic Safety Earthquake BSE-1E (Perioda
ulang gempa 250 tahun)?
2. Apakah kinerja struktur bangunan beton bertulang SRPMM existing yang
dirancang berdasar SNI 1726:2002 terhadap beban gempa SNI 1726:2019
memenuhi ketentuan ASCE 41-17 tentang Basic Performance Objective for
Existing Buildings (BPOE) untuk Basic Safety Earthquake BSE-2E (Perioda
ulang gempa 1000 tahun)?
3. Apa saja rehabilitasi seismik yang dapat dilakukan pada struktur agar bangunan
existing tersebut mampu bertahan pada beban gempa sesuai peraturan SNI
1726:2019?

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah:


1. Mengevaluasi kinerja struktur bangunan beton bertulang SRPMM existing
berdasar SNI 1726:2002 terhadap beban gempa SNI 1726:2019 memenuhi
ketentuan ASCE 41-17 tentang Basic Performance Objective for Existing
Buildings (BPOE) untuk Basic Safety Earthquake BSE-1E (Perioda ulang
gempa 250 tahun)
2. Mengevaluasi kinerja struktur bangunan beton bertulang SRPMM existing
berdasar SNI 1726:2002 terhadap beban gempa SNI 1726:2019 memenuhi
ketentuan ASCE 41-17 tentang Basic Performance Objective for Existing

2
Buildings (BPOE) untuk Basic Safety Earthquake BSE-1E (Perioda ulang
gempa 250 tahun)
3. Mengetahui rehabilitasi seismik yang dapat dilakukan pada struktur agar
bangunan existing tersebut mampu bertahan pada beban gempa sesuai
peraturan SNI 1726:2019

I.4 Lingkup Permasalahan

Lingkup permasalahan yang akan dibahas pada penelitian kali ini adalah:
1. Bangunan struktur yang ditinjau adalah struktur gedung 20 lantai dengan tinggi
total gedung 61 meter yang dirancang dengan sistem rangka pemikul momen
menengah (SRPMM) menggunakan peraturan gempa SNI 1726:2002 dengan
perletakan jepit. Fungsi bangunan adalah untuk hotel dan apartemen.
2. Bangunan yang akan ditinjau berlokasi di Jakarta dengan spesifikasi kelas situs
tanah lunak.
3. Beban Minimum untuk Perencanaan Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung (SNI 1727:1989)
4. Peraturan mengenai pembebanan dan persyaratan struktur tahan gempa untuk
desain berdasarkan SNI 1726:2002.
5. Peraturan desain geometri dan penulangan mengacu pada Tata Cara
Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 2847:2002.
6. Bangunan didesain dengan menggunakan diafragma rigid (kaku)
7. Pada bagian perencanaan bangunan digunakan analisis metode respons spektra
untuk mendapatkan desain penulangan.
8. Bangunan akan dianalisis terhadap beban gempa berdasar SNI 1726:2019.
9. Evaluasi kinerja struktur pada bangunan hanya akan dilakukan pada struktur
primer (struktur penahan gaya gempa)
10. Lingkup kajian berupa pencapaian tingkat kinerja (kapasitas memenuhi
permintaan) yang disyaratkan menurut evaluasi ASCE 41-17
11. Perancangan penulangan, analisis linear static dan non-linear bangunan
menggunakan software ETABS 17.0.1.
12. Referensi lain yang digunakan sebagai acuan pengecekan kinerja struktur
bangunan adalah:

3
 ASCE 41-17 - Seismic evaluation and retrofit of existing buildings
 Eurocode 8 - Design of structures for earthquake resistance
 ACI 440.2R-17 - Guide for the Design and Construction of Externally
Bonded FRP Systems for Strengthening Concrete Structures
13. Tidak membahas dan meninjau tentang struktur pondasi, analisa biaya, metode
konstruksi, maupun segi arsitektural dari model struktur yang ditinjau.

I.5 Hipotesis Penelitian

Dugaan sementara dari penelitian ini adalah:


1. Kinerja struktur bangunan beton bertulang SRPMM existing yang dirancang
berdasar SNI 1726:2002 tidak mampu menahan beban gempa SNI 1726:2019
sesuai target level kinerja pada ASCE 41-17
2. Diperlukan adanya rehabilitasi seismik agar bangunan existing tersebut mampu
bertahan pada beban gempa sesuai peraturan SNI 1726:2019

I.6 Sistematika Penulisan

Pembahasan penelitian ini akan disusun dalam beberapa bab dengan sistematika
penulisan sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan
Bab ini berisikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
lingkup permasalahan, hipotesis penelitian, serta sistematika penulisan dari studi
ini.

BAB II Tinjauan Pustaka


Bab ini berisikan penjelasan mengenai peraturan gempa berdasar SNI 1726:2002
dan SNI 1726:2019, evaluasi bangunan berdasar ASCE 41-17 dan Europe-8, dan
rehabilitasi seismik.

BAB III Metodologi Penelitian


Bab ini berisikan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian. Hal tersebut
berupa tahapan desain bangunan existing yang dirancang berdasar SNI 1726:2002,

4
analisis kinerja struktur, evaluasi bangunan existing terhadap beban gempa SNI
1726:2019, dan rehabilitasi seismik.

BAB IV Pemodelan Struktur


Bab ini berisi penjelasan mengenai pemodelan struktur bangunan existing yang
dirancang berdasar SNI 1726:2002. Perencanaan meliputi perhitungan desain
elemen struktur bangunan existing yang nantinya akan digunakan untuk evaluasi
kinerja struktur.

BAB V Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi hasil evaluasi kinerja struktur bangunan existing yang dirancang
berdasar SNI 1726:2002 terhadap beban gempa SNI 1726:2019 sesuai ASCE 41-
17 dan rehabilitasi seismik yang diusulkan untuk diterapkan pada bangunan
exisisting.

BAB VI Kesimpulan dan Saran


Bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran yang
membangun agar penelitian selanjutnya dapat terlaksana dengan baik.

5
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

6
Bab II Tinjauan Pustaka

II.1 Umum

Salah satu perbedaan dari perubahan peraturan gempa adalah pengelompokan


tingkat risiko gempa berdasar kelas situs tanah. Hal ini mempengaruhi besaran nilai
gempa dan juga penentuan sistem struktur yang digunakan dalam sebuah bangunan.
Perbandingan tingkat risiko gempa untuk SNI 1726:2002 dan SNI 1726:2019
ditunjukkan oleh tabel berikut:

Tingkat Risiko Rawan Gempa


Standar
Rendah Menengah Tinggi

SNI 1726:2002 Zona 1,2 Zona 3,4 Zona 5,6

SI 1726:2019 KDS A,B KDS C KDS D,E,F

II.2 Perencanaan Bangunan Tahan Gempa Berdasar SNI 1726:2002

Struktur bangunan diharuskan masih berdiri meskipun sudah berada dalam kondisi
ambang keruntuhan dengan gempa rencana yang ditetapkan mempunyai perioda
ulang 500 tahun agar probabilitas terjadinya terbatas pada 10% selama umur
gedung 50 tahun.

II.2.1 Kategori Gedung

Kategori gedung menentukan pengaruh gempa rencana yang harus ditinjau dalam
perencanaan struktur bangunan gedung serta berbagai bagian dan peralatannya
secara umum. Untuk berbagai kategori gedung, bergantung pada tingkat
kepentingan gedung pasca gempa, pengaruh Gempa Rencana terhadapnya harus
dikalikan dengan suatu Faktor Keutamaan I. Faktor Keutamaan I dihitung menurut
persamaan:

I = I1 . I2 ( II-1)

7
dimana I1 adalah Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan perioda ulang gempa
berkaitan dengan penyesuaian probabilitas terjadinya gempa itu selama umur
gedung, sedangkan I2 adalah Faktor Keutamaan untuk menyesuaikan perioda ulang
gempa berkaitan dengan penyesuaian umur gedung tersebut. Faktor-faktor
Keutamaan I1, I2 dan I ditetapkan menurut Tabel II.1.

Tabel II.1 Faktor Keutamaan I untuk berbagai kategori gedung dan bangunan

II.2.2 Pemilihan Sistem Struktur Bangunan

Pemilihan sistem struktur diperlukan untuk menentukan besaran gempa rencana


yang diterima oleh bangunan. Pemilihan sistem struktur berkaitan dengan
parameter daktilitas, faktor reduksi gempa dan faktor tahanan kuat lebih struktur
seperti tertuang pada Tabel II.2 dan Tabel II.3

Tabel II.2 Parameter daktilitas struktur gedung

8
Tabel II.3 Faktor daktilitas maksimum, faktor reduksi gempa maksimum, faktor
tahanan lebih beberapa jenis sistem dan subsistem struktur gedung

II.2.3 Penentuan Respons Spektra

Respons spektra ditentukan berdasar klasifikasi jenis tanah, percepatan puncak


batuan dasar, dan percepatan puncak muka tanah.

9
1. Klasifikasi jenis tanah
Jenis tanah diklasifikasikan sebagai Tanah Keras, Tanah Sedang, Tanah Lunak,
dan Tanah Khusus sesuai dengan yang tercantum dalam Tabel II.4

Tabel II.4 Klasifikasi Jenis Tanah

2. Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah


Wilayah Gempa ditetapkan terbagi dalam 6 seperti ditunjukkan dalam Gambar
II.1, dimana Wilayah Gempa 1 adalah wilayah dengan kegempaan paling
rendah dan Wilayah Gempa 6 dengan kegempaan paling tinggi. Pembagian
Wilayah Gempa ini, didasarkan atas percepatan puncak batuan dasar akibat
pengaruh Gempa Rencana dengan perioda ulang 500 tahun, yang nilai rata-
ratanya untuk setiap Wilayah Gempa ditetapkan dalam Gambar II.1 dan Tabel
II.5.

Tabel II.5 Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah

10
Gambar II.1 Peta Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan perioda ulang 500 tahun

11
3. Percepatan respons maksimum, Am
Percepatan respons maksimum Am ditetapkan sebesar:
Am = 2,5 Ao ( II-2)
Dengan waktu getar alami sudut Tc sebesar 0,5 detik, 0,6 detik dan 1,0 detik
untuk jenis tanah berturut-turut Tanah Keras, Tanah Sedang dan Tanah Lunak,
maka Faktor Respons Gempa C ditentukan oleh persamaan-persamaan sebagai
berikut:
- untuk T < Tc, C = Am ( II-3)
Ar
- untuk T > Tc, C = ; ( II-4)
T

Dengan,
Ar = Am x Tc ( II-5)
Nilai-nilai Am dan Ar untuk masing-masing Wilayah Gempa dan masing-
masing jenis tanah dicantumkan pada Tabel II.6.

Tabel II.6 Sepktrum respons gempa rencana

12
Grafik respons spektrum gempa ditentukan mengikuti:

Gambar II.2 Respons Spektrum Gempa Rencana

13
II.2.4 Pembatasan Waktu Getar Alami Fundamental

Untuk mencegah penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel, nilai waktu
getar alami fundamental T1 dari struktur gedung harus dibatasi, bergantung pada
koefisien ζ untuk Wilayah Gempa tempat struktur gedung berada dan jumlah
tingkatnya n menurut persamaan:

T1 < ζ n ( II-6)

dimana koefisien ζ ditetapkan menurut Tabel II.7.

Tabel II.7 Koefisien ζ yang membatasi waktu getar alami fundamental

II.2.5 Gaya Geser Seismik Skala Lateral

Nilai akhir respons dinamik struktur gedung terhadap pembebanan gempa SNI
1726:2002 nominal akibat pengaruh Gempa Rencana dalam suatu arah tertentu,
tidak boleh diambil kurang dari 80% nilai respons ragam yang pertama. Bila
respons dinamik struktur gedung dinyatakan dalam gaya geser dasar nominal V,
maka persyaratan tersebut dapat dinyatakan menurut persamaan berikut:

V ≥ 0,8 V1 ( II-7)
dimana V1 adalah gaya geser dasar nominal sebagai respons ragam yang pertama
terhadap pengaruh Gempa Rencana menurut persamaan:

C1 x I
V1 = Wt ( II-8)
R

dengan C1 adalah nilai Faktor Respons Gempa yang didapat dari Spektrum Respons
Gempa Rencana menurut Gambar 2 untuk waktu getar alami pertama T1, I adalah
Faktor Keutamaan menurut Tabel II.1 dan R adalah faktor reduksi gempa

14
representatif dari struktur gedung yang bersangkutan, sedangkan Wt adalah berat
total gedung, termasuk beban hidup yang sesuai.

II.3 Pembebanan Bangunan Tahan Gempa Berdasar SNI 1726:2019

Di dalam SNI 1726:2019, gempa rencana ditetapkan sebagai gempa dengan


kemungkinan terlampaui besarannya selama umur struktur bangunan 50 tahun
adalah sebesar 2 %.

II.3.1 Faktor Keutamaan Gempa dan Kategori Risiko Struktur Bangunan

Kategori risiko bangunan diklasifikasikan berdasar fungsi dan tujuan bangunan


tersebut. Hal ini dinyatakan dalam tabel

Tabel II.8 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung

15
Tabel II.8 Kategori risiko bangunan gedung dan non gedung (lanjutan)

Untuk berbagai kategori risiko struktur bangunan gedung dan nongedung sesuai
Tabel II.8 pengaruh gempa rencana terhadapnya harus dikalikan dengan suatu
faktor keutamaan gempa Ie menurut Tabel II.9.

Tabel II.9 Faktor keutamaan gempa

II.3.2 Penentuan Respons Spektra

Untuk penentuan respons spektral percepatan gempa maksimum, MCER di


permukaan tanah, diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada periode 0,2
detik dan periode 1 detik. Faktor amplifikasi meliputi faktor amplifikasi getaran
terkait percepatan pada getaran periode pendek (Fa) dan faktor amplifikasi terkait
percepatan yang mewakili getaran periode 1 detik (Fv). Parameter respons spektral
percepatan pada periode pendek (SMS) dan periode 1 detik (SM1) yang disesuaikan
dengan pengaruh klasifikasi situs pada Tabel II.10, harus ditentukan dengan
perumusan berikut ini:

16
SMS = Fa.Ss ( II-9)
SM1 = Fv.S1 ( II-10)
Dimana,
Ss = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk periode
pendek;
S1 = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk periode
1,0 detik.
Dengan koefisien situs Fa mengikuti Tabel II.11 dan Fv mengikuti Tabel II.12
berdasarkan kelas situs.
Tabel II.10 Klasifikasi kelas situs

Tabel II.11 Koefisien Situs, Fa

17
Tabel II.12 Koefisien Situs, Fv

Untuk kebutuhan desain diperlukan untuk menentukan Parameter percepatan


spektral desain untuk periode pendek SDS dan pada periode 1 detik SD1, harus
ditentukan melalui perumusan berikut ini:
SDS = 2/3 SMS ( II-11)
SD1 = 2/3 SM1 ( II-12)
Untuk penggunaan gempa maksimum MCER perioda ulang 2500 tahun maka
berlaku:
SDS = SMS ( II-13)
SD1 = SM1 ( II-14)
Grafik respons spektra dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar II.3 Grafik respons spektra


Dimana,
𝑆𝐷1
T0 = 0,2 ( II-15)
𝑆𝐷𝑆

𝑆
Ts = 𝑆𝐷1 ( II-16)
𝐷𝑆

18
II.3.3 Pemilihan Sistem Struktur

Pemilihan sistem struktur gedung ditentukan berdasar KDS (kategori desain


seismik) suatu wilayah untuk sistem rangka pemikul momen mengikuti Tabel
II.15–Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk sistem pemikul gaya seismik SNI 1726:2019
berdasar kategori risiko fungsi bangunan dan kategori desain seismik yang
ditentukan berdasar nilai SDS dan SD1 sesuai Tabel II.13 dan Tabel II.14.

Tabel II.13 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan


pada periode pendek

Tabel II.14 Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan


pada periode 1 detik

Tabel II.15 Faktor R, Cd, dan Ω0 untuk sistem pemikul gaya seismik
(untuk sistem rangka pemikul momen)

19
II.4 Analisis Beban Gempa Linear Statik Ekivalen

Menurut SNI 1726:2002, suatu cara analisis statik 3 dimensi linier dengan meninjau
beban-beban gempa statik ekuivalen, sehubungan dengan sifat struktur gedung
beraturan yang praktis berperilaku sebagai struktur 2 dimensi, sehingga respons
dinamiknya praktis hanya ditentukan oleh respons ragamnya yang pertama dan
dapat ditampilkan sebagai akibat dari beban gempa statik ekuivalen.

II.5 Analisis Respons Spektra

Menurut SNI 1726:2002, suatu cara analisis untuk menentukan riwayat waktu
respons dinamik struktur gedung 3 dimensi yang berperilaku elastik penuh terhadap
gerakan tanah akibat Gempa Rencana pada taraf pembebanan gempa nominal
sebagai data masukan, di mana respons dinamik dalam setiap interval waktu
dihitung dengan metoda integrasi langsung atau dapat juga melalui metoda analisis
ragam.

II.6 Analisis Beban Dorong Statik (Static Pushover Analysis)

Dari SNI 1726:2002, analisis beban dorong statik adalah suatu cara analisis statik
2 dimensi atau 3 dimensi linear dan non-linear, dimana pengaruh Gempa Rencana
terhadap struktur gedung dianggap sebagai beban-beban statik yang menangkap
pada pusat massa masing-masing lantai, yang nilainya ditingkatkan secara
berangsur-angsur sampai melampaui pembebanan yang menyebabkan terjadinya
pelelehan (sendi plastis) pertama di dalam struktur gedung, kemudian dengan
peningkatan beban lebih lanjut mengalami perubahan bentuk elasto-plastis (non-
linear) yang besar sampai mencapai kondisi di ambang keruntuhan.

Analisis pushover menunjukkan kapasitas struktur dalam bentuk kurva kapasitas


yang menggambarkan hubungan antara perpindahan dan gaya geser yang terjadi.
Analisis pushover bertujuan untuk memperkirakan gaya maksimum dan deformasi
yang terjadi dan mengetahui perilaku aktual struktur terhadap beban gempa.

20
II.7 Evaluasi Seismik Berdasar ASCE 41-17

ASCE 41-17 membahas tentang evaluasi dari sebuah bangunan existing untuk
pengecekan terhadap keadaan saat ini. Tahapan evaluasi di awali dengan penentuan
tingkat gempa pada sebuah lokasi kemudian target kinerja struktur yang diharapkan
untuk kondisi aktual saat evaluasi dilakukan. Target kinerja struktur tersebut
dibahas pada ASCE 41-17 Chapter 2 Performance Objectives and Seismic
Hazards. Pada bab tersebut terdapat ketentuan mengenai taget level kinerja struktur
yang dievaluasi terhadap perioda ulang gempa yang ditentukan. Evaluasi untuk
Basic Performance Objective for Existing Buildings (BPOE) ditinjau pada gempa
dengan probabilitas terlampaui 20% dalam 50 tahun (perioda ulang 250 tahun)
untuk Basic Safety Earthquake (BSE-1E) dan pada gempa dengan probabilitas
terlampaui 5% dalam 50 tahun (Perioda ulang 1000 tahun) untuk Basic Safety
Earthquake (BSE-2E). Tingkat performa target dari bangunan mengacu pada

Tabel II.16 disesuaikan dengan kategori resiko bangunan.

Tabel II.16 Basic Performance Objective for Existing Buildings (BPOE)

Setelah mengetahui informasi umum dan target kinerja yang harus dicapai
bangunan existing, selanjutnya dilakukan evaluasi dimulai dari tahapan Tier 1 –

21
Screening dilanjutkan dengan Tier 2 – Deficiency Based Evalution and Retrofit dan
jika diperlukan dilanjutkan dengan tahapan Tier 3 – Systematic Procedure.

II.8 Konversi Spektra Gempa berdasar ASCE 41-17 dan Europe-8

Gempa maksimum yang ditentukan didalam SNI 1726:2019 adalah beban gempa
dengan probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun (perioda ulang 2500 tahun).
Untuk keperluan perioda ulang yang digunakan dalam evaluasi, digunakan cara
konversi spektra gempa mengacu pada ASCE 41-17 dan Europe 8.

1. Hubungan antara nilai percepatan tanah desain dan perioda ulang gempa dapat
dirumuskan dalam persamaan pendekatan berdasar Europe-8:
𝑎𝑔𝑐 𝑇
= (𝑇 𝑅𝑐 )𝑘 ( II-17)
𝑎𝑔.𝑅 𝑁𝐶𝑅

Dimana,
agc adalah percepatan batuan dasar dengan perioda ulang TRc
ag.R adalah percepatan batuan dasar dengan perioda ulang TNCR
k adalah nilai eksponen sesuai dengan kegempaan di suatu wilayah biasanya
digunakan nilai 0,3-0,4
2. Konversi spektra gempa mengacu pada ASCE 41-17

Gambar II.4 Grafik Respons Spektra untuk Konversi (ASCE 41-17)


Dimana,
Sx1 adalah parameter spektrum respon desain pada periode 1 detik, untuk gempa
target pada perioda ulang tertentu, yang dihitung melalui persamaan:
Sx1 = Fv x S1(TNCR) (II-18)

22
dengan S1(TNCR) merupakan S1 yg dikonversikan menggunakan persamaan (II-17)
B1 adalah koefisien redaman yang dihitung menggunakan persamaan
B1= 4/(5,6 – ln(100β)) (II-19)
dengan β adalah rasio redaman efektif.

II.9 Performance Level (Kinerja Struktur)

Kinerja struktur adalah tingkatan performa suatu struktur terhadap gempa rencana.
Tingkatan performa struktur dinyatakan sesuai kriteria tingkat kerusakan fisik yang
terjadi, ancaman terhadap kerusakan jiwa manusia dan kemampuan layan struktur
pasca gempa. Sedangkan tingkat kerusakan untuk tiap elemen bangunan ditentukan
berdasarkan hubungan momen rotasi yang terjadi. Saat struktur didorong oleh
beban lateral, struktur akan mengalami tingkat kinerja struktur dan didapatkan nilai
performance point dari perpotongan kurva kapasitas dan kurva permintaan.

Tabel II.17 Kriteria penerimaan level kinerja struktur berdasar ASCE 41-17
Dengan uraian sebagai berikut:
a. Immediate Occupancy (IO)
Taraf penghunian segera adalah kondisi bangunan yang tidak memiliki
kerusakan yang berarti pada komponen struktural, sehingga dapat segera
digunakan kembali setelah terjadinya gempa.
b. Damage Control (DC)
Taraf kontrol kerusakan adalah kondisi bangunan rusak namun tidak runtuh dan
resiko korban jiwa sangat rendah. Kerusakan yang terjadi berada di antara
kategori IO dan LS.

23
c. Life Safety (LS)
Taraf keselamatan jiwa adalah kondisi bangunan yang mengalami beberapa
kerusakan komponen struktur paska gempa namun masih mempunyai kekuatan
cukup untuk memikul beban yang terjadi pada ambang keruntuhan sehingga
resiko korban jiwa masih tergolong rendah.
d. Limited Safety
Taraf kinerja diantara Life Safety dan Collapse Prevention
e. Structural Stability atau Collapse Prevention (CP)
Taraf stabilitas struktur adalah kondisi saat bangunan berada di ambang batas
keruntuhan total.

II.10 Rehabilitasi Seismik pada Struktur

Rehabilitasi seismik bertujuan untuk menaikkan kapasitas bangunan lama terhadap


gempa karena perbaruan peraturan desain, perubahan fungsi dan konsep bangunan.
Yang perlu diperhatikan ketika akan melakukan rehabilitasi seismik adalah jenis
rehabilitasi seismik yang memungkinkan untuk dilakukan.
Dalam hal menaikkan kapasitas bangunan lama, ada tiga metode rehabilitasi
seismik yaitu:
a. Untuk menaikkan kekuatan dan kekakuan.
Contoh: penambahan dinding beton atau bracing dan penambahan rangka
perimeter
b. Untuk menaikkan daktilitas.
Contoh: steel jacketing, concrete jacketing dan FRP jacketing
c. Untuk seismik kontrol dengan peredam gempa.
Contoh: penambahan damper dan penambahan bantalan karet

(a) Concrete jacketing (b) Steel jacketing


Gambar II.5 Rehabilitasi seismik pada struktur

24
Bab III Metodologi Penelitian

Pada bab ini akan dijabarkan mengenai tahapan-tahapan dan cara yang dilakukan
penulis untuk melakukan studi terhadap permasalahan yang terlah diuraikan
sebelumnya. Metodologi penelitian ini bertujuan untuk mempermudah penulis
untuk mengidentifikasi, menganalisis hingga menyimpulkan masalah yang menjadi
fokus penelitian dengan urutan sistematika yang jelas.

Tahapan metodologi penelitian ini digambarkan dalam diagram alir sebagai berikut:

Gambar III.1 Diagram Alir Penelitian

25
III.1 Prosedur Pelaksanaan Studi

Setelah melakukan studi literatur, penelitian ini dimulai dengan melakukan desain
struktur gedung dengan menggunakan peraturan gempa SNI 1726:2002 dan
struktur beton bertulang SNI 2847:2002. Selanjutnya dilakukan evaluasi untuk
mengetahui performansi bangunan existing terhadap peraturan gempa SNI
1726:2019 berdasar ASCE 41-17 tentang Basic Performance Objective for Existing
Buildings (BPOE). Kemudian dilakukan rehabilitasi seismik dan evaluasi pada
bangunan existing SNI 1726:2002.

III.2 Prosedur Pemodelan Struktur Bangunan Existing SNI 1726:2002

Struktur bangunan existing dimodelkan menggunakan aplikasi ETABS 17.0.1.


Langkah-langkah pemodelan sebagai berikut:
1. Pemodelan model linear bangunan meliputi pendefinisian:
a. Bentuk denah dan geometri dasar bangunan
b. Material yang digunakan beserta spesifikasinya
c. Beban gravitasi yang bekerja berdasar fungsi bangunan
d. Rancangan awal elemen struktur berupa preliminary design dimensi
penampang pelat, balok dan kolom
e. Beban lateral gempa yang digunakan menggunakan respons spektra yang
telah memperhitungkan beban gempa statik
f. Kombinasi pembebanan yang digunakan
2. Pengecekan dan analisa respon dinamik struktur berdasarkan SNI 1726:2002,
meliputi pengecekan:
a. Persyaratan Modal Mass Participating Factor (MMPF)
b. Gaya geser dasar
c. Kinerja batas layan dan ultimit
d. Eksentrisitas rencana
e. Efek P-Delta
3. Desain elemen struktur berdasarkan SNI 2847:2002
Detail penulangan berdasar output ETABS 17.0.1. Elemen yang dirancang
adalah kolom dan balok. Didesain berdasar SNI 2847:2002 untuk SRPMM.

26
4. Pendefinisian kapasitas inelastik dan evaluasi bangunan exisiting
menggunakan analisa pushover
a. Digunakan software XTRACT untuk menghitung momen kurvatur dari
penampang elemen struktur diawali dengan pendefinisian material dan
detail penulangan.
b. Input kurva backbone momen-rotasi elemen pada software ETABS 17.0.1
yang telah dikonversi dari momen kurvatur output software XTRACT
c. Pengecekan kineja struktur menggunakan analisa pushover diawali dengan
pendefinisian tipe beban yang diterapkan untuk beban statik dorong
(pushover) dan pengaturan load application. Besar beban gempa yang
diberikan dikontrol berdasar perpindahan yang diinginkan, yakni sebesar
2% dari tinggi total struktur.

III.3 Prosedur Evaluasi Bangunan Existing berdasar ASCE 41-17

Pada tahap ini dilakukan evaluasi mengikuti ASCE 41-17 untuk mengetahui level
kinerja struktur bangunan existing dari spektra demand SNI 1726:2019 berdasar
BSE-1E dan BSE-2E terhadap kapasitas struktur.

Evaluasi bangunan existing mengikuti prosedur ASCE 41-17 secara singkat dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Menentukan target level kinerja struktur sesuai Tabel II.16
b. Melakukan tahapan evaluasi sesuai tahapan ASCE 41-17 dimulai dari Tier
1 – Screening dilanjutkan dengan Tier 2 – Deficiency Based Evalution and
Retrofit dan jika diperlukan dilanjutkan dengan tahapan Tier 3 –
Systematic Procedure
c. Pada tahapan Tier 3 - Systematic Procedure dilakukan penentuan metode
analisis untuk evaluasi kinerja struktur bangunan existing

III.4 Prosedur Konversi Spektra Gempa SNI 1726:2019

Pada tahap ini akan dilakukan konversi spektra gempa SNI 1726:2019 dengan
perioda ulang 2500 tahun (probabilitas terlampaui 2% dalam 50 tahun) menjadi
perioda ulang yang 250 tahun dan 1000 tahun untuk keperluan evaluasi berdasar

27
ASCE 41-17 sesuai Basic Performance Objective for Existing Buildings (BPOE).
Perhitungan yang digunakan menggunakan pendekatan sesuai ASCE 41-17 dan
Europe-8 yang telah dijabarkan sebelumnya pada II.8.

III.5 Prosedur Analisa Nonlinear Static Pushover

Pada tahap ini akan dilakukan pengecekan kapasitas bangunan yang merupakan
hasil dari analisa pushover terhadap spektra demand gempa sesuai perioda ulang
yang ditentukan terhadap kapasitas yang bangunan struktur exisiting.

III.6 Prosedur Penentuan Rehabilitasi Seismik Pada Bangunan Existing

Pada tahap ini akan dilakukan perhitungan untuk menentukan jenis rehabilitasi
seismik yang akan digunakan. Kemudian dilakukan percobaan desain, analisa dan
evaluasi keefektifan rehabilitasi.

28
Bab IV Pemodelan dan Desain Struktur Bangunan Existing

IV.1 Ruang Lingkup Desain

Struktur yang akan dimodelkan pada kajian kali ini akan dibatasi sebagai berikut:

1. Struktur dimodelkan secara 3 dimensi, berbentuk sistem rangka beton bertulang


open frame, pemodelan hanya dilakukan pada struktur atas dengan perletakan
bawah terkekang penuh (fully restrained)
2. Struktur dimodelkan dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah Beton
(SRPMM dengan Faktor reduksi gempa, R = 5,5)
3. Geometri struktur ditentukan sebagai berikut:
 Terdiri atas bangunan 20 lantai, dengan tinggi antar lantai 3 meter dan 4
meter untuk lantai pertama. Total tinggi bangunan adalah 61 meter
 Denah bangunan berbentuk persegi panjang yang terdiri atas 5 bentang pada
arah 𝑥 dengan panjang bentang 7 meter dan 3 bentang pada arah 𝑦 dengan
panjang bentang terpendek sebesar 5 meter dan bentang terpanjang sebesar
7 meter
 Bangunan didesain dengan menerapkan diafragma rigid (kaku)
4. Spesifikasi material yang digunakan didefinisikan sebagai berikut:
 Tulangan longitudinal maupun transversal menggunakan 𝑓𝑦 (tegangan
leleh) = 400 MPa dan 𝑓𝑢 (tegangan ultimate) = 500 MPa
 Beton yang digunakan adalah beton normal dengan kuat tekan 𝑓𝑐’ = 35 MPa
5. Beban gempa model didesain menggunakan analisa respons spektra dengan
pertimbangan:
 Bangunan didesain di DKI Jakarta (Wilayah gempa 3)
 Peruntukan bangunan sebagai hotel dan apartemen (Faktor keutamaan
bangunan, I = 1,0)
 Klasifikasi tanah lunak
6. Perencanaan struktur bangunan menggunakan analisa respons spektra dengan
mempertimbang 80% nilai linear statik
7. Peraturan dan rekomendasi dalam perencanaan menggunakan:

29
 Beban Minimum untuk Perencanaan Struktur Bangunan Gedung dan Non
Gedung (SNI 1727:1989)
 Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan dan
Non Gedung (SNI 1726:2002)
 Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI 2847:2002)
8. Perangkat lunak yang digunakan dalam proses analisis dan desain adalah:
 ETABS 17 digunakan untuk proses pemodelan, perhitungan gaya dalam,
analisa repons spektra dan pushover
 XTRACT digunakan dalam proses analisa sifat material dan elemen untuk
membentuk momen kurvatur penampang

IV.2 Konfigurasi Struktur

Struktur terdiri dari 20 lantai dengan total tinggi 61 m. Memiliki 5 bentang arah
pada arah 𝑥 dengan panjang bentang 7 meter dan 3 bentang pada arah 𝑦 dengan
panjang bentang terpendek sebesar 5 meter dan bentang terpanjang sebesar 7 meter.

Gambar IV.1 Denah Struktur Bangunan Existing

30
Gambar IV.2 Tampak Samping Struktur Bangunan Existing

Gambar IV.3 Permodelan 3D Struktur Bangunan Existing

31
IV.3 Pembebanan pada Struktur

Pembebanan pada struktur terdiri dari beban gravitasi yakni beban mati (berat
sendiri elemen) struktur, beban mati tambahan dan beban hidup, serta beban gempa.

IV.3.1 Beban Gravitasi

Dalam tahap preliminary design digunakan pembebanan gravitasi sesuai dengan


SNI 1727:1989 yang terdiri atas Dead Load (DL), Super Imposed Dead Load
(SIDL) terdiri dari beban instalasi mechanical dan electrical, finishing lantai, dan
partisi serta Live Load (LL) yang dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel IV.1 Pembebanan berdasarkan SNI 1727:1989


Lantai 200 Kg/m2
SIDL Atap 100 Kg/m2

Dinding 250 Kg/m2

Hotel 250 Kg/m2

Apartemen 250 Kg/m2

Live Load Atap 100 Kg/m2

Lift 1000 Kg
Tangga 300 Kg/m2
Rain Load 20 Kg/m2

IV.3.2 Beban Gempa

Beban gempa desain ditentukan berdasarkan hubungan percepatan gempa dan


periode fundamental bangunan yang dapat dilihat pada grafik respons spektra.
Penentuan respons spektra dipengaruhi oleh jenis tanah pada lokasi bangunan dan
fungsi bangunan. Dalam SNI 1726:2002 respons spektra yang digunakan adalah
respons spektra percepatan gempa dengan periode ulang 500 tahun.

Grafik respons spektra didapatkan dari menentukan wilayah lokasi bangunan dan jenis
tanah yang mempengaruhi parameter A0, Am, Ar dan Tc.

32
Tabel IV.2 Parameter Penentuan Respons Spektra Berdasar SNI 1726:2002

Lokasi, Jenis Tanah Jakarta, Tanah Lunak -

Wilayah Gempa (Gambar 2 SNI 1726:2002) 3 -

Percepatan puncak batuan dasar


0.15 g
(Tabel 5 SNI 1726:2002)
Ao (Tabel 5 SNI 1726:2002) 0.30 g

Am (Tabel 6 SNI 1726:2002) 0.75 g

Ar (Tabel 6 SNI 1726:2002) 0.75 g

Tc (Tabel 6 SNI 1726:2002) 1.0 s

Gambar IV.4 Respons Spektra Jakarta – Tanah Lunak Berdasar SNI 126:2002

IV.3.3 Kombinasi Pembebanan

Kombinasi pembebanan untuk struktur model yang didesain dengan SNI 2847:2002
adalah kombinasi beban terfaktor untuk metode desain kekuatan. Kombinasi
pembebanan yang dipilih ditinjau sesuai dengan beban-beban yang dianggap
terlibat dan telah didefinisikan sebelumnya. Berikut ditampilkan kombinasi
pembebanan berdasar SNI 2847:2002.

33
Tabel IV.3 Kombinasi Pembebanan Berdasar SNI 2847:2002

IV.4 Perancangan Elemen Struktur

Tahap ini diawali dengan preliminary design ukuran kolom, balok dan pelat.
Kemudian dilakukan analisa desain dengan beban-beban yang telah ditentukan dan
dilakukan optimasi sehingga didapat dimensi elemen stuktur sebagai berikut:
Tabel IV.4 Dimensi Elemen Struktur
fc' Dimensi (mm) Reduksi
Elemen Lantai
(Mpa) Lebar Tinggi Tebal Inersia
Pelat Semua 35 - - 130 0.25
Balok Induk Semua 35 500 600 - 0,7
Balok Anak Tipe 1 Semua 35 300 400 - 0.7
Balok Anak Tipe 2 Semua 35 300 300 - 0.7
1-3 35 900 900 - 0.7
4-7 35 700 700 - 0.7
Kolom As 1 dan 4 8-11 35 600 600 - 0.7
12-16 35 600 600 0.7
17-20 35 500 500 - 0.7
1-3 35 900 900 - 0.7
4-7 35 800 800 - 0.7
Kolom As 2 dan 3 8-11 35 700 700 - 0.7
12-16 35 600 600 - 0.7
17-20 35 500 500 - 0.7

34
Gambar IV.5 Konfigurasi tipe balok

Gambar IV.6 Konfigurasi Tipe Kolom

35
IV.5 Analisis Dinamik Struktur

Analisis dinamik pada model bangunan meliputi:


a. Perhitungan periode fundamental
Tabel IV.5 Periode Fundamental Getaran

b. Perhitungan skala gaya dinamik terhadap base shear

Tabel IV.6 Skala Gaya Lateral Dinamik

c. Pengecekan Modal Partisipasi Massa


Pengecekan modal partisipasi massa pada bangunan dikatakan memenuhi syarat
ketika arah translasi x, y dan rotasi z sudah melebihi batas 90%.

36
Tabel IV.7 Modal Partisipasi Masa

d. Pengecekan kinerja batas layan dan batas ultimit


Tabel IV.8 Cek Kinerja Batas Layan dan Ultimit - Arah X

37
Tabel IV.9 Cek Kinerja Batas Layan dan Ultimit - Arah Y

𝐻𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡
Syarat batas layan adalah Δsimp. < 0.03 × ( IV-1)
𝑅

Syarat batas ultimit adalah 0.07𝑅 × ∆𝑠𝑖𝑚𝑝. < 0.02 × 𝐻𝑡𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 ( IV-2)

e. Efek P-delta
Struktur gedung yang tingginya diukur dari taraf penjepitan lateral adalah lebih dari
10 tingkat atau 40 m, harus diperhitungkan terhadap Pengaruh P-Delta, yaitu suatu
gejala yang terjadi pada struktur gedung yang fleksibel, di mana simpangan ke
samping yang besar akibat beban gempa lateral menimbulkan beban lateral
tambahan akibat momen guling yang terjadi oleh beban gravitasi yang titik
tangkapnya menyimpang ke samping.
Tinggi total bangunan adalah 61 meter sehingga efek p-delta diperhitungkan dalam
analisa struktur.

38
f. Pengecekan tambahan eksentrisitas
Tabel IV.10 Perhitungan Eksentrisitas Rencana
XCM YCM XCCM YCCM XCR YCR Eksentrisitas (e) ed=1.5e + 0.05b ed=e-0,05b
Story Diaph.
m m m m m m X (m) Y (m) X (m) Y (m) X (m) Y (m)
1 D1 17.3 9.5 17.3 9.5 17.5 9.5 0 0 0.7 0.4 -0.1 -0.4
2 D2 17.2 9.5 17.2 9.5 17.5 9.5 0 0 0.7 0.4 -0.1 -0.4
3 D3 17.2 9.5 17.2 9.5 17.5 9.5 0 0 0.8 0.4 -0.1 -0.4
4 D4 17.2 9.5 17.2 9.5 17.5 9.5 0 0 0.8 0.4 -0.1 -0.4
5 D5 17.2 9.5 17.2 9.5 17.5 9.5 0 0 0.8 0.4 -0.1 -0.4
6 D6 17.2 9.5 17.2 9.5 17.5 9.5 0 0 0.8 0.4 -0.1 -0.4
7 D7 17.2 9.5 17.2 9.5 17.5 9.5 0 0 0.8 0.4 -0.1 -0.4
8 D8 17.2 9.5 17.2 9.5 17.5 9.5 0 0 0.8 0.4 -0.1 -0.4
9 D9 17.2 9.5 17.2 9.5 17.5 9.5 0 0 0.8 0.4 -0.1 -0.4
10 D10 17.2 9.5 17.2 9.5 17.5 9.5 0 0 0.8 0.4 -0.1 -0.4
11 D11 17.2 9.5 17.2 9.5 17.5 9.5 0 0 0.8 0.4 -0.1 -0.4
12 D12 17.2 9.5 17.2 9.5 17.5 9.5 0 0 0.8 0.4 -0.1 -0.4
13 D13 17.2 9.5 17.2 9.5 17.5 9.5 0 0 0.8 0.4 -0.1 -0.4
14 D14 17.2 9.5 17.2 9.5 17.5 9.5 0 0 0.8 0.4 -0.1 -0.4
15 D15 17.2 9.5 17.2 9.5 17.5 9.5 0 0 0.8 0.4 -0.1 -0.4
16 D16 17.2 9.5 17.2 9.5 17.5 9.5 0 0 0.8 0.4 -0.1 -0.4
17 D17 17.2 9.5 17.2 9.5 17.5 9.5 0 0 0.8 0.4 -0.1 -0.4
18 D18 17.2 9.5 17.2 9.5 17.5 9.5 0 0 0.8 0.4 -0.1 -0.4
19 D19 17.2 9.5 17.2 9.5 17.5 9.5 0 0 0.8 0.4 -0.1 -0.4
20 D20 17.3 9.5 17.3 9.5 17.5 9.5 0 0 0.6 0.4 -0.2 -0.4

Dari hasil perhitungan eksentrisitas rencana (ed), letak pusat massa dan pusat rotasi
lantai berimpit/eksentrisitas (e) adalah 0. Maka digunakan eksentrisitas rencana
(ed) minimum sebesar 5% dari lebar bangunan pada arah yang dianalisis.

IV.6 Gaya Dalam

Gaya dalam yang digunakan merupakan hasil analisis envelope dari kombinasi-
kombinasi ultimit. Untuk penentuan tulangan longitudinal balok, gaya dalam
momen dibedakan menjadi momen di daerah tumpuan sepanjang ¼ bentang dari
muka balok dan momen di daerah lapangan diambil yang nilai paling maksimum
di daerah pada rentang ¼ - ¾ bentang dari muka balok. Untuk penulangan
sengkang, gaya dalam geser dibedakan menjadi gaya di daerah sepanjang sendi
plastis dan daerah di luar sendi plastis. Sedangkan untuk gaya dalam torsi balok
diambil yang paling maksimum di sepanjang bentang.

Untuk penentuan tulangan longitudinal kolom, gaya dalam yang digunakan adalah
nilai maksimum dari aksial. Untuk penentuan tulangan transversal kolom
dibedakan menjadi daerah pada muka kolom dan di luar muka kolom.

39
Berikut ditampilkan grafik envelope gaya dalam pada balok:

Gambar IV.7 Grafik gaya dalam momen balok 500 x 600

Gambar IV.8 Grafik gaya dalam torsi balok 500 x 600

Gambar IV.9 Grafik gaya dalam geser balok 500 x 600

40
IV.7 Detail Penulangan Elemen Struktur

Berdasarkan gaya dalam yang terjadi dan perhitungan penulangan mengikuti faktor
detailing berdasarkan peraturan SNI 2847:2002, didapatkan hasil tipikal
penulangan kolom dan balok sebagai berikut:

Tabel IV.11 Contoh perhitungan – tulangan balok 500 x 600


B 500.600
Beton : fc'= 35 Mpa
Tulangan : fy = 240 Mpa (Plain <D13)
fy = 400 Mpa (Deform ≥ D13)
cover d' = 40 mm

Potongan Tumpuan Lapangan


b (mm) 500 500
h (mm) 600 600
Tul. Atas
2
As Perlu (mm ) Output 5114 2100
ETABS
Penulangan 14 - D22 7 - D22
As Pasang (mm2 ) 5322 2661
Tulangan (%) 2.11% 0.97%
Cek OK OK
Tul. Bawah
2
As Perlu (mm ) Output 3992 2220
ETABS
Penulangan 11 - D22 7 - D22
As Pasang (mm2 ) 4181 2661
Tulangan (%) 1.66% 0.97%
Cek OK OK
Tul. Torsi
As Perlu (mm2 ) Output
1572 1572
ETABS
Penulangan 2x3 - D22 2x3 - D22
2
As Pasang (mm ) 2281 2281
Cek OK OK
Tul. Sengkang
As Perlu (mm2 /m)
2143.16 1312.62
Output ETABS
As Perlu (mm2/mm) 2.14 1.31
Penulangan 2 x D13 - 100 2 x D13 - 125
2
As Pasang (mm /mm) 2.65 2.12
S MaX (D/4 atau 300) 134.00 134.00
Cek OK OK

41
Kontrol nilai 
𝐴𝑠
𝜌 = 𝑏∙𝑑         (IV-1)
14(0,25𝜋222 )
= 500(600−40−13−22−20) = 2,11%      
𝐴𝑠
𝜌′ = 𝑏∙𝑑         (IV-2)
11(0,25𝜋222 )
= 500(600−40−13−22−20) = 1,656%    
0,85𝑓𝑐 ′ 𝛽1 600
𝜌𝑏𝑎𝑙 = (600+𝑓𝑦)       (IV-3) 
𝑓𝑦
0,85 𝑥 35 𝑥 0,85 600
= (600+400) = 3,8%    
400

𝜌𝑚𝑎𝑥 = 0,75 𝑥 𝜌𝑏𝑎𝑙         (IV-4)


= 0,75 𝑥 3,8% = 2,85% 
1,4
𝜌𝑚𝑖𝑛 =          )
𝑓𝑦
1,4
= 400 = 0,35%

𝜌𝑚𝑖𝑛 < 𝜌 < 𝜌𝑚𝑎𝑥 




Gambar IV.10 Detail penulangan balok tipikal B 500 x 600

42
Gambar IV.11 Detail penulangan balok tipikal B 300 x 400

Gambar IV.12 Detail penulangan balok tipikal B 300 x 300


43
Tabel IV.12 Contoh perhitungan – tulangan kolom 900 x 900

K 900.900
Beton : fc'= 35 Mpa
Tulangan : fy = 240 Mpa (Plain <D13)
fy = 400 Mpa (Deform >D13)
cover : 40 mm
b (mm) 900
h (mm) 900
Tul. Utama
As Perlu (mm2 ) Output ETABS 22440
Penulangan 44 D29
As Pasang (mm2 ) 29063
Jarak ant. Tul. (mm) 43
Kontrol As pasang > As perlu OK
Tul. Pasang 3,59%
Sengkang
As Perlu (mm2 /m) Output ETABS 829
2 0,82897
As Perlu (mm /mm)
Penulangan 2 x D13 -200
As Pasang (mm2 ) 1,33
Kontrol As pasang > As perlu OK
Kontrol spasi sengkang OK

Kontrol nilai kolom


𝐴𝑠
𝜌 = 𝑏∙𝑑 ≥         )
44(0,25𝜋292 )
𝜌= = 3,8%(OK)
900×847

Gambar IV.13 Detail penulangan kolom tipikal K 900 x 900

44
Gambar IV.14 Detail penulangan kolom tipikal K 800 x 800

Gambar IV.15 Detail penulangan kolom tipikal K 700 x 700

45
Gambar IV.16 Detail penulangan kolom tipikal K 600 x 600

Gambar IV.17 Detail penulangan kolom tipikal K 500 x 500

IV.8 Sendi Plastis Untuk Parameter Nonlinear

Pendefinisian sendi plastis dilakukan dengan menggunakan bantuan software


xtract. Nilai momen kurvatur dari hasil output software xtract dikonversikan
menjadi nilai momen-rotasi untuk nantinya digunakan dalam analisa nonlinear
static pushover. Khusus untuk kolom, axial load yang digunakan menggunakan
kombinasi DL+SIDL+0,25LL.

46
Gambar IV.18 Kurva modelling parameter dan acceptance criteria berdasar
ASCE 41-17
Untuk nilai pada A, B dan C didapatkan dari kurva bilinear output xtract.
Dengan nilai rotasi saat ultimate diambil sebesar selisih nilai kurvatur saat ultimate
dan yield dikalikan dengan panjang sendi plastis (Lp). Panjang sendi plastis diambil
sebesar 0,5 dari tinggi penampang.
Selanjutnya untuk nilai deformasi modelling parameter diambil sebagai berikut:
- Deformasi di titik D diambil sebesar 1.1 deformasi di titik C
- Deformasi di titik E diambil sebesar 1.5 deformasi di titik C
- Q/Qy di titik D diambil sebesar 0.2 Q/Qy di C

Nilai deformasi untuk acceptance criteria diambil sebagai berikut:

- Deformasi di titik IO diambil sebesar 0.67 kali deformasi di titik LS


- Deformasi di titik LS diambil sebesar 0.75 kali deformasi di titik C
- Deformasi di titik CP diambil sebesar nilai di titik C namun tidak boleh lebih
dari 0.75 kali deformasi di titik E

Berikut adalah contoh penentuan momen-rotasi untuk balok dan kolom

Gambar IV.19 Kurva Momen-Kurvatur Untuk Balok 500.600 Momen Negatif

47
Gambar IV.20 Kurva Momen-Kurvatur Untuk Balok 500.600 Momen Positif

Tabel IV.13 Momen-Rotasi Balok 500.600


ANALITIS
Point M/My θ/SF
-E -0,2673 -0,0266
-D -0,2673 -0,0195
-C -1,3367 -0,0161
-B -1 -0,00164
A 0 0
B 1 0,00174
C 1,2855 0,0117
D 0,2571 0,0148
E 0,2571 0,0202

Tabel IV.14 Kriteria Penerimaan Balok 500.600

Acceptance Criteria
Positif Negatif
IO 0,00589 -0,00807
LS 0,00880 -0,01205
CP 0,01173 -0,01607

48
Gambar IV.21 Momen-Rotasi Balok 500.600

Gambar IV.22 Input Sendi Plastis pada Etabs 17.0.1 untuk Balok 500.600

49
Gambar IV.23 Kurva Momen-Kurvatur Untuk Kolom 900.900

Tabel IV.15 Momen-Rotasi Kolom 900.900

Point M/My θ/SF


A 0 0
B 1 0,0011
C 1,7715 0,0039
D 0,3543 0,0043
E 0,3543 0,0059

Tabel IV.16 Kriteria Penerimaan Kolom 900.900

Acceptance Criteria
Positif
IO 0,00196
LS 0,00293
CP 0,00390

50
Gambar IV.24 Momen-Rotasi Kolom 900.900

Gambar IV.25 Contoh input parameter sendi plastis di ETABS 17

51
“Halaman ini sengaja dikosongkan”

52
Bab V Hasil dan Pembahasan

V.1 Evaluasi Bangunan Eksisting berdasar ASCE 41-17

ASCE 41-17 mengatur tahapan dalam mengevaluasi suatu bangunan existing.


Dimulai dari Tier 1 screening, Tier 2 Deficiency based evaluation procedure, dan
Tier 3 systematic procedure.

V.1.1 Tier 1 Screening

Gambar V.1 Diagram Alir Tahapan Tier 1 – Screening ASCE 41-17


Diawali dari pendeskripsian level of performance yang harus dicapai oleh bangunan
eksisting terhadap beban gempa terkini dan pengelompokan tingkat gempa.

53
Tahap pertama Tier 1-Screening adalah pengecekan apakah bangunan sudah atau
belum memenuhi benchmark minimum yang ditetakan ASCE untuk selanjutnya
dilakukan screening dan evaluasi.

a. Informasi umum
Faktor kategori resiko bangunan = 1

Tabel V.1 Basic Performance Of Exisiting Building

Target yang harus dicapai bangunan saat dievaluasi menggunakan peraturan gempa
terkini yakni untuk periode ulang gempa sering 250th adalah Life Safety dan untuk
periode ulang gempa jarang 1000th adalah Collapse Prevention untuk bagian
struktur.
Gempa 2019 untuk Jakarta dengan kondisi tanah lunak memiliki nilai SDS=0,67 dan
SD1=0,63 maka lokasi bangunan dikatakan termasuk lokasi dengan gempa tinggi,
berdasar tabel ASCE 41-17 di bawah ini.

54
Tabel V.2 Pengklasifikasian Tingkat Gempa

b. Benchmark building

Tabel V.3 Benchmark Building Codes

Bangunan dirancang dengan peraturan gempa SNI 1726-200 yang mengacu pada
NEHRP 1997 dan UBC 1997 sehingga dikategorikan bangunan eksisting telah
memenuhi benchmark building.
Screening Tier-1 dikatakan cukup dan bangunan disebut memenuhi ketentuan
screening tier-1 karena telah memenuhi syarat benchmark building. Sehingga tidak
perlu dilakukan tahap lanjutan dari screening juga tidak perlu untuk dilakukan cek
terhadap Tier 2- Deficiency based evaluation procedure. Selanjutnya dilakukan

55
pengecekan apakah diperlukan cek untuk tier lebih tinggi yakni Tier 3-Systematic
procedure.

Tabel V.4 Batasan Maksimum Untuk Cek Tanpa Tier 3

Dari tabel di atas, dengan jumlah lantai bangunan eksisting adalah 20 dibutuhkan
pengecekan lanjutan dengan Tier 3 Systematic Procedure. Sebab batasan lantai
maksimum untuk bangunan dengan sistem SRPM beton dan kategori gempa tinggi
adalah 8 lantai.

56
V.1.2 Tier 3 Systematic Procedure

Tahapan proses evaluasi menggunakan tier 3 akan dijelaskan pada subbab ini

a. Level of Knowledge

Pada tahap ini, diperlukan pengetahuan mengenai jumlah data yang dimiliki dari
bangunan eksisting yang ada.

Tabel V.5 Data Collection Requirements

Dengan jumlah data minimum dan tanpa dilakukan tes di lapangan, maka bangunan
akan dianalisa menggunakan prosedur Linear statik atau Linear dinamik. Dan
karena bangunan memenuhi persyaratan benchmark maka diambil nilai factor of
knowledge, k=1.

b. Penentuan Prosedur Analisis

Dari level of knowledge, didapatkan bahwa bangunan dianalisa menggunakan


analisis linear statik atau dinamik. Analisa linear hanya diperbolehkan untuk
gedung yang tidak memiliki ketidakberaturan. Untuk memilih di antara satu dari
dua tersebut, di awali dengan cek apakah batasan yang tidak memperbolehkan
bangunan dicek menggunakan analisa Linear Statik.

57
Dijelaskan pada ASCE 41-17 Section 7.3.1.2, terdapat syarat batasan apakah
bangunan eksisting ini dapat dianalisa menggunakan analisa Linear Statik.
Batasan dan nilai dari bangunan existing tersebut dijelaskan pada tabel sebagai
berikut:
Tabel V.6 Cek Batasan Untuk Analisa Linear Statik

Batasan-batasan Kondisi bangunan existing


Periode fundamental ≥ 3,5 s Periode bangunan = 3,337 s
Rasio dimensi arah horizontal pada tiap Bangunan tipikal, rasio = 1
lantai > 1,4 (tidak termasuk penthouse)
Ketidakberaturan kekakuan torsi: drift Bangunan tipikal, drift setiap sisi
setiap sisi>150% rata-rata drift (tidak <150% rata-rata drift
termasuk penthouse)
Ketidakberaturan arah vertikal: rata-rata Bangunan tipikal, rata-rata drift
drift pada masing-masing lantai > 150% pada masing-masing lantai<150%
dari lantai di atas / di bawahnya (tidak dari drift di lantai atas/bawahnya.
termasuk penthouse)
Memiliki sistem penahan gaya gempa Bangunan eksisting menggunakan
yang tidak ortogonal sistem rangka pemikul momen yang
sistem penahan gaya gempanya
adalah balok-kolom (open frame)
yang lokasinya tipikal dan sejajar.
Sehingga dikatakan memiliki sistem
penahan gaya gempa yang ortogonal

58
Perhitungan untuk nilai drift di jelaskan pada tabel di bawah ini:
Tabel V.7 Perhitungan nilai drift
Drift antar
Drift-x Drift-y Drift antar lantai
lantai
Story19 D19 ENV Max 3,41 0,737 4,041 0,773
Story18 D18 ENV Max 4,624 1,356 5,225 1,293
Story17 D17 ENV Max 5,719 1,237 6,270 1,200
Story16 D16 ENV Max 5,468 0,956 5,927 0,945
Story15 D15 ENV Max 6,171 1,129 6,564 1,107
Story14 D14 ENV Max 6,868 1,113 7,191 1,096
Story13 D13 ENV Max 7,535 1,097 7,780 1,082
Story12 D12 ENV Max 8,182 1,086 8,299 1,067
Story11 D11 ENV Max 8,286 1,013 8,096 0,976
Story10 D10 ENV Max 8,843 1,067 8,538 1,055
Story9 D9 ENV Max 9,405 1,064 9,003 1,054
Story8 D8 ENV Max 9,953 1,058 9,481 1,053
Story7 D7 ENV Max 9,655 0,970 9,151 0,965
Story6 D6 ENV Max 10,04 1,040 9,487 1,037
Story5 D5 ENV Max 10,362 1,032 9,761 1,029
Story4 D4 ENV Max 10,422 1,006 9,827 1,007
Story3 D3 ENV Max 9,434 0,905 8,972 0,913
Story2 D2 ENV Max 8,355 0,886 7,995 0,891
Story1 D1 ENV Max 6,124 0,733 5,942 0,743
Rata-rata 7,83452632 Tidak ada yang 7,765789 Tidak ada yang
150% dari rata-rata 11,7517895 melebihi 150% 11,64868 melebihi 150%
Drift tiap lantai terhadap 150% drift rata-rata = Tidak ada yang melebihi 150%

Sehingga dapat dikatakan bahwa bangunan dapat dievaluasi menggunakan analisa


Linear Statik.

c. Penentuan Metode Analisa Kapasitas


Evaluasi menggunakan analisa linear statik dibagi menjadi dua metode yakni
deformation controlled dan force controlled. Penentuan metode tersebut didasarkan
pada tipe kurva yang dibentuk dari gaya dan perpindahan. Dalam hal ini digunakan
grafik hasil pushover untuk mengetahui pengelompokan kurva sehingga didapat
metode yang tepat untuk analisa Linear Statik.

Gambar V.2 Kurva Gaya vs Perpindahan

59
Kurva tipe 1, untuk kurva gaya dan perpindahan dimana setelah mencapai plastis
terdapat penurunan nilai gaya. Untuk d≥2g digunakan metode deformation-
controlled dan untuk selain itu digunakan metode force-controlled.

Kurva tipe 2, untuk kurva gaya dan perpindahan dimana setelah mencapai plastis
terdapat kehilangan kekuatan dalam menahan gaya gempa. Untuk e≥2g digunakan
metode deformation-controlled dan untuk selain itu digunakan metode force-
controlled.

Kurva tipe 3, digunakan untuk bangunan yang bersifat getas (tidak daktail).

Gambar V.3 Kurva Kapasitas Pushover arah X


Kurva kapasitas pushover untuk arah x sesuai dengan kurva tipe 2 yang telah
diberikan oleh ASCE 41-17 dengan nilai e (jarak dari leleh ke nilai akhir setelah
kehilangan kekuatan menahan gaya gempa) tidak lebih besar dari 2 kali jarak leleh,
maka digunakan metode force-controlled.

60
Gambar V.4 Kurva Kapasitas Pushover arah Y
Kurva kapasitas pushover untuk arah y sesuai dengan kurva tipe 1 yang telah
diberikan oleh ASCE 41-17 dengan nilai d (jarak dari leleh ke plastis) tidak lebih
besar dari 2 kali jarak leleh, maka digunakan metode force-controlled.

d. Kriteria Penerimaan

Kriteria peneriman untuk evaluasi Tier 3 menggunakan analisa Linear Statik


metode force-controlled telah dijelaskan pada ASCE 41-17 Section 7.2.2.2 sebagai
berikut:
kQCL > QUF (V-1)
dimana,
k = knowledge factor
QCL = kapasitas kekuatan dengan menggunakan nilai lower-bound material, dalam
pembahasan ini digunakan property material fc’=35 Mpa dan fy= 400 Mpa
QUF = beban ultimit force-controlled yang terjadi dari beban gravitasi yang
dikombinasikan dengan beban gempa
Dimana,
𝜒𝑄𝐸
𝑄𝑈𝐹 = 𝑄𝐺 ± 𝐶 (V-2)
1 𝐶2 𝐽

61
Dengan,
QG = 1,1(QD+QL+QS) (V-3)
untuk beban gravitasi yang saling menambahkan dengan beban gempa
QG = 0,9QD (V-4)
untuk beban gravitasi yang saling berlawanan dengan beban gempa
Dengan,
 = faktor nilai lebih yang disebabkan oleh respon terhadap level kinerja
struktur
1,0 dimana nilai J diambil dari nilai terkecil dari demand-capacity ratio
1,0 untuk level kinerja Collapse prevention
1,3 untuk level kinerja Life Safety atau Immediate Occupancy
 C1 = faktor modifikasi untuk menghubungkan perpindahan maksimum inelastis
yang diperkirakan dengan perpindahan, yang dihitung menggunakan
persamaan 7-29 pada ASCE 41-17. Untuk nilai T<0,2 s, nilai C1 harus ≤ nilai
C1 saat T=0,2s. dan untuk T> 1,0 s, nilai C1 diambil sebesar 1.
 C2 = faktor modifikasi untuk menggambarkan efek dari pinched kurva
hysteresis, pengurangan kekakuan siklik, penurunan drastis kekuatan pada
respon perpindahan maksimum menghubungkan perpindahan maksimum
inelastis yang diperkirakan dengan perpindahan, yang dihitung menggunakan
persamaan 7-30 pada ASCE 41-17. Untuk nilai T>0,7 s, nilai C2 diambil
sebesar 1.
 J = faktor reduksi penyaluran gaya ≥1, diambil dari nilai terkecil demand-
capacity ratio. Nilai J dapat diambil sebesar 2,0 untuk wilayah gempa tinggi,
1,5 untuk gempa menengah, dan 1,0 untuk gempa rendah. J juga diambil
sebesar 1,0 untuk bangunan dengan target level kinerja Immediate Occupancy.

Sehingga, didapatkan nilai faktor untuk pengecekan bangunan terhadap beban


gempa periode 250th dengan level kinerja Life Safety, sebagai berikut:
= 1,3; C1 = 1; C2 = 1; J= 2
Didapatkan kombinasi pembebanan untuk evaluasi bangunan dengan level kinerja
Life Safety sebagai berikut:
QUF = 1,1(QD+QL) ± 0,65QE (V-5)

62
QG = 0,9QD ± 0,65QE (V-6)
Dan untuk pengecekan bangunan terhadap beban gempa periode 1000th dengan
level kinerja Collapse Prevention, didapatkan sebagai berikut:

= 1,3; C1 = 1; C2 = 1; J= 2
Kombinasi pembebanan untuk evaluasi bangunan dengan level kinerja Collapse
Prevention sebagai berikut:
QUF = 1,1(QD+QL) ± 0,5QE (V-7)
QG = 0,9QD ± 0,5QE (V-8)
e. Konversi Gaya Gempa
SNI 1726-2019 menyediakan gaya gempa dengan perioda ulang 2500th. Oleh
karena itu perlu dilakukan konversi menjadi perioda ulang 250th dan 1000th
untuk keperluan evaluasi BSE-1E dan BSE-2E.

Dengan persamaan yang diberikan pada grafik, dilakukan perhitungan untuk


mencari respon spektra baru. Dengan tambahan persamaan sesuai (II-17), (II-18),
(II-19)

Dengan data gempa SNI 1726-2019 sebagai berikut:


PGA = 0.38008 g S1 = 0.39886 g SM1 = 0.95908 g
PGAm = 0.54725 g TL = 20 detik SDS = 0.67005 g
CRS = 0 Fa = 1.26375 SD1 = 0.63939 g
CR1 = 0 Fv = 2.40458 T0 = 0.19085 detik
SS = 0.79531 g SMS = 1.00508 g TS = 0.95424

63
Didapatkan nilai-nilai parameter respons spektra untuk gempa 250th dan 1000th
sebagai berikut:

Tabel V.8 Parameter Respon Spektra Gempa 250th dan 1000th

SNI 2019 – 250 tahun SNI 2019 – 1000 tahun


SS (Tr = 250) 0.316619 SS (Tr = 1000) 0.551265
S1 (Tr = 250) 0.158787 S1 (Tr = 1000) 0.276464
SXs 0.400127 SXs 0.696662
SX1 0.381816 SX1 0.66478
B1 1.002365 B1 1.002365

Gambar V.5 Grafik Respon Spektra Hasil Konversi


f. Perhitungan Gaya Gempa Statik

Untuk keperluan evaluasi menggunakan analisa Linear Statik, diperlukan


perhitungan nilai Pseudo Lateral Force yang nantinya akan dikonversi menjadi
beban gempa statik yang akan diterapkan pada masing-masing lantai pada
bangunan.
Merujuk pada ASCE 41-17 Section 7.4.1.3, pseudo lateral force, V dihitung
menggunakan persamaan:
V = C1 C2 Cm Sa W (V-9)

64
Dimana,
C1 C2 seperti yang telah dijabarkan pada sebelumnya,
Sa adalah percepatan spektrum respons,
W adalah berat efektif bangunan
Cm adalah faktor massa efektif yang diambil dari Tabel 7-4 ASCE 41-17. Untuk
T>1,0 s diambil nilai 1,0.
Nilai V digunakan untuk menghitung Fx beban gempa statik untuk tiap lantai
bangunan sebagai berikut:
𝐹𝑥 = 𝐶𝑣𝑥 𝑉 (V-10)
𝑤𝑥 ℎ𝑥𝑘
𝐶𝑣𝑥 = ∑𝑛 (V-11)
𝑖=1 𝑤𝑖 ℎ𝑖𝑘

Dimana Cvx adalah faktor distribusi vertikal dan k diambil 2,0 untuk T ≥ 2,5 s dan
1,0 untuk T ≤ 0,5 s
Dengan parameter tersebut didapat nilai V dan Fx untuk masing-masing gempa
dengan perioda ulang 250th dan 1000th
Parameter untuk gempa perioda ulang 250th :
Tr = 250
Sx1 = 0.38
Sa = 0.113909 g
W = 181004.4 kN
C1 =1
C2 =1
Cm =1
V = 20618 kN

65
Tabel V.9 Gaya gempa statik untuk gempa perioda ulang 250th

Story Wx (kN) hx (m) k Wx hx ^k (kN) Cvx Fx (kN)

Story20 9537.614 61 2 35489461.71 0.14666 3023.827


Story19 8710.924 58 2 29303548.33 0.121096 2496.766
Story18 8710.924 55 2 26350545.09 0.108893 2245.159
Story17 8710.924 52 2 23554338.49 0.097338 2006.913
Story16 8777.373 49 2 21074472.7 0.08709 1795.619
Story15 8870.685 46 2 18770368.43 0.077568 1599.302
Story14 8870.685 43 2 16401895.67 0.067781 1397.499
Story13 8870.685 40 2 14193095.22 0.058653 1209.302
Story12 8870.685 37 2 12143967.1 0.050185 1034.709
Story11 8910.271 34 2 10300273.46 0.042566 877.6197
Story10 8965.41 31 2 8615758.749 0.035604 734.0931
Story9 8965.41 28 2 7028881.227 0.029047 598.8855
Story8 8965.41 25 2 5603381.08 0.023156 477.4279
Story7 9057.307 22 2 4383736.803 0.018116 373.5099
Story6 9176.067 19 2 3312560.322 0.013689 282.2418
Story5 9176.067 16 2 2349073.247 0.009708 200.1493
Story4 9176.067 13 2 1550755.386 0.006408 132.1298
Story3 9345.725 10 2 934572.4625 0.003862 79.62887
Story2 9553.555 7 2 468124.1742 0.001935 39.88583
Story1 9782.592 4 2 156521.4695 0.000647 13.33618
241985331.1

Parameter untuk gempa perioda ulang 1000th :


Tr = 1000
Sx1 = 0.66478
Sa = 0.19927458 g
W = 181004.3781 kN
C1 =1
C2 =1
Cm =1
V = 36069.57148 kN

66
Tabel V.10 Gaya gempa statik untuk gempa perioda ulang 1000th

Story Wx (kN) hx (m) k Wx hx ^k (kN) Cvx Fx (kN)


Story20 9537.614 61 2 35489461.71 0.14666 5289.947
Story19 8710.924 58 2 29303548.33 0.121096 4367.895
Story18 8710.924 55 2 26350545.09 0.108893 3927.729
Story17 8710.924 52 2 23554338.49 0.097338 3510.936
Story16 8777.373 49 2 21074472.7 0.08709 3141.295
Story15 8870.685 46 2 18770368.43 0.077568 2797.852
Story14 8870.685 43 2 16401895.67 0.067781 2444.815
Story13 8870.685 40 2 14193095.22 0.058653 2115.578
Story12 8870.685 37 2 12143967.1 0.050185 1810.141
Story11 8910.271 34 2 10300273.46 0.042566 1535.326
Story10 8965.41 31 2 8615758.749 0.035604 1284.238
Story9 8965.41 28 2 7028881.227 0.029047 1047.703
Story8 8965.41 25 2 5603381.08 0.023156 835.2223
Story7 9057.307 22 2 4383736.803 0.018116 653.426
Story6 9176.067 19 2 3312560.322 0.013689 493.7598
Story5 9176.067 16 2 2349073.247 0.009708 350.1455
Story4 9176.067 13 2 1550755.386 0.006408 231.1507
Story3 9345.725 10 2 934572.4625 0.003862 139.3044
Story2 9553.555 7 2 468124.1742 0.001935 69.77712
Story1 9782.592 4 2 156521.4695 0.000647 23.3306
241985331.1

g. Evaluasi Bangunan Eksisting Terhadap Gempa BSE-1E dan BSE-2E

Mengacu pada kriteria penerimaan, bangunan eksisting dinyatakan memenuhi level


kinerja yang disyaratkan pada ASCE 41-17 jika kapasitas lebih besar daripada
permintaan. Perhitungan kapasitas menggunakan perhitungan yang telah
distandarkan oleh ACI, kecuali untuk kapasitas geser join yang ditentukan di dalam
ASCE 41-17. Untuk faktor reduksi kapasitas digunakan sama dengan 1.

Untuk perhitungan Momen nominal kapasitas Balok menggunakan persamaan


sebagai berikut:
𝑀𝑛 = 𝐶𝑐 (𝑑 − 𝑎⁄2) + 𝑇𝑠 (𝑑 − 𝑑 ′ ) (V-12)

= 0,85 𝑓𝑐 ′ 𝑏 𝑎 (𝑑 − 𝑎⁄2) + 𝐴𝑠 𝑓𝑠 (𝑑 − 𝑑 ′ )

67
Untuk kapasitas geser balok, menggunakan persamaan sebagai berikut:
Vn = Vc +Vs (V-13)
𝐴𝑣 𝑓𝑦 𝑑
= 1⁄6 √𝑓𝑐′ 𝑏 𝑑 + 𝑠

Untuk kapasitas torsi balok, menggunakan persamaan sebagai berikut:


2𝐴𝑜 𝐴𝑡 𝑓𝑦𝑣
Tn = cotθ (V-14)
𝑠

Dimana,
Ao = 0.85 Aoh
Aoh = bo x ho
bo = b bal – (2 x tebal cover)
ho = h bal – (2 x tebal cover)
θ = 45°
Untuk kapasitas kolom aksial dan moment didapat dari diagram P-MM output
xtract dengan salah satu contohnya sebagai berikut:

Gambar V.6 Diagram P-MM Kolom 900.900 untuk Momen arah X

68
Gambar V.7 Diagram P-MM Kolom 900.900 untuk Momen arah Y
Untuk kapasitas geser kolom, dihitung menggunakan persamaan yang sama dengan
perhitungan kapasitas geser balok pada persamaan (V-13).
Untuk kapasitas geser join, mengacu pada persamaan pada ASCE 41-17 sebagai
berikut:

𝑉𝐽 = 0.083𝜆𝛾√𝑓′𝑐𝐿/𝐸 𝐴𝐽 (MPa Units) (V-15)

Dengan nilai λ = 0,75 untuk beton ringan dan 1,0 untuk beton berat. Dengan Aj
adalah luasan efektif join yang lebar joinnya diambil dari nilai terkecil dari a) lebar
kolom; b) lebar balok ditambah kedalaman join; c) 2 kali dari jarak tegak lurus
tulangan longitudinal balok ke sisi kolom. γ diambil dari tabel ASCE 41-17.

Gambar V.8 Effective Joint Area

69
Tabel V.11 Nilai  Untuk Perhitungan Kekuatan Joint

Sehingga didapatkan evaluasi kapasitas terhadap demand sesuai kombinasi beban


yang telah ditentukan berdasar masing-masing perioda ulang target sebagai berikut:

Tabel V.12 Evaluasi Kapasitas Balok Untuk Gempa Perioda Ulang 250th
Evaluasi Kapasitas Balok - B 50.60 (Performance Level = Life Safety)
Kapasitas Momen
Tumpuan Lapangan
Mn Top Mu Top Mn Bot Mu Bot Mn Top Mu Top Mn Bot Mu Bot
(kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm)
1253,000 1185,883 1093,000 1070,193 851,500 459,813 851,500 411,020
OK OK OK OK
Kapasitas Geser
Tumpuan Lapangan
Vc (kN) Vs (kN) Vn (kN) Vu (kN) Vc (kN) Vs (kN) Vn (kN) Vu (kN)

785,207 575,504 719,576 434,517


248,968 536,238 264,252 455,325
OK OK
Kapasitas Torsi
Tumpuan Lapangan
Tn (kNm Tu (kNm) Tn (kNm) Tu (kNm)
277,797 85,836 238,373 85,836
OK OK
Torsi Longitudinal Torsi Longitudinal Torsi Longitudinal Torsi Longitudinal
perlu pada tiap serat terpasang pada serat perlu pada tiap serat terpasang pada serat
(mm2) tengah (mm2) (mm2) tengah (mm2)
831,789 1140,398 665,431 1140,398
OK OK

70
Tabel V.13 Evaluasi Kapasitas Kolom Untuk Gempa Perioda Ulang 250th
Evaluasi Kapasitas Kolom (Performance Level = Life Safety)
K 900.900
Mn-x Mu-x Mn-y Mu-y Vn-x Vu-x Vn-y Vu-y
Pn (kN) Pu (kN)
(kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm)
43150,00 15721,71 5932,00 2777,86 5932,00 2565,28 2480,70 683,17 2480,70 714,20
Compression Max
OK OK OK OK OK
11620,00 1240,45 5932,00 2772,15 5932,00 2565,17 2480,70 532,80 2480,70 715,35
Tension Min
OK OK OK OK OK
K 800.800
Mn-x Mu-x Mn-y Mu-y Vn-x Vu-x Vn-y Vu-y
Pn (kN) Pu (kN)
(kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm)
31400,00 13070,05 3386,00 1360,57 3361,00 1145,14 2206,19 694,98 2206,19 842,50
Compression Max
OK OK OK OK OK
6341,00 0,00 3386,00 1349,45 3414,00 1147,61 2206,19 696,63 2206,19 834,65
Tension Min
OK OK OK OK OK
K 700.700
Mn-x Mu-x Mn-y Mu-y Vn-x Vu-x Vn-y Vu-y
Pn (kN) Pu (kN)
(kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm)
24300 10991,672 2270 1139,3664 2250 981,5349 1716,65 655,1622 1716,65 775,733
Compression Max
OK OK OK OK OK
5284 959,695 2270 1130,5019 2291 977,7375 1716,65 655,1907 1716,65 769,4094
Tension Min
OK OK OK OK OK
K 600.600
Mn-x Mu-x Mn-y Mu-y Vn-x Vu-x Vn-y Vu-y
Pn (kN) Pu (kN)
(kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm)
18000 8049,4731 1414 858,5118 1399 852,1368 1385,0497 577,8269 1385,05 599,3264
Compression Max
OK OK OK OK OK
4227 316,52 1414 851,9808 1430 844,6317 1385,0497 572,6462 1385,05 594,7838
Tension Min
OK OK OK OK OK
K 500.500
Mn-x Mu-x Mn-y Mu-y Vn-x Vu-x Vn-y Vu-y
Pn (kN) Pu (kN)
(kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm)
12600 2671,0085 793,7 465,4853 783,5 417,2019 797,02652 297,9491 797,0265 330,4355
Compression Max
OK OK OK OK OK
3170 0 793,7 463,2795 796,7 411,0526 797,02652 293,4566 797,0265 328,8038
Tension Min
OK OK OK OK OK

Tabel V.14 Evaluasi Kapasitas Joint Untuk Gempa Perioda Ulang 250th
EVALUASI KAPASITAS GESER JOIN (LIFE SAFETY)
K900 - B500.600
2 810000 Vnj (kN) Vuj (kN) Kontrol
Aj (mm ) =
Exterior,  = 15 5966,071 825,5768 OK
Interior,  = 20 7954,761 818,4629 OK
K800 - B500.600
Aj (mm2) = 640000 Vnj (kN) Vuj (kN) Kontrol
Exterior,  = 15 4713,932 842,502 OK
Interior,  = 20 6285,243 831,8315 OK
K700 - B500.600
Aj (mm2) = 490000 Vnj (kN) Vuj (kN) Kontrol
Exterior,  = 15 3609,104 825,577 OK
Interior,  = 20 4812,139 765,772 OK
K600 - B500.600
Aj (mm2) = 360000 Vnj (kN) Vuj (kN) Kontrol
Exterior,  = 15 2651,587 599,32 OK
Interior,  = 20 3535,449 592,506 OK
K500 - B500.600
Aj (mm2) = 250000 Vnj (kN) Vuj (kN) Kontrol
Exterior,  = 15 1841,380 592,606 OK
Interior,  = 20 2455,173 330,436 OK

71
Dilihat dari hasil evaluasi kapasitas terhadap demand beban gempa statik perioda
ulang 250th sesuai dengan kombinasi pembebanan yang telah ditentukan pada
persamaan (V-5) dan (V-6) menggunakan metode analisa linear statik – force
controlled, didapatkan simpulan bahwa bangunan existing dikatakan memenuhi
target kinerja struktur Life Safety.

Selanjutnya, dilakukan evaluasi kapasitas terhadap demand beban gempa statik


perioda ulang 1000th dengan kombinasi pembebanan sesuai persamaan (V-7) dan
(V-8)

Tabel V.15 Evaluasi Kapasitas Balok Untuk Gempa Perioda Ulang 1000th
Evaluasi Kapasitas Balok - B 50.60 (Performance Level = Collapse Prevention)
Kapasitas Momen
Tumpuan Lapangan
Mn Top Mu Top Mn Bot Mu Bot Mn Top Mu Top Mn Bot Mu Bot
(kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm)
1253.000 16253,5 1093.000 1369,39 851.500 560.095 851.500 597.297
NOT OK NOT OK OK OK
Kapasitas Geser
Tumpuan Lapangan
Vc (kN) Vs (kN) Vn (kN) Vu (kN) Vc (kN) Vs (kN) Vn (kN) Vu (kN)

785.207 708.767 719.576 653.994


248.968 536.238 264.252 455.325
OK OK
Kapasitas Torsi
Tumpuan Lapangan
Tn (kNm Tu (kNm) Tn (kNm) Tu (kNm)
277.797 148.979 238.373 148.979
OK OK
Torsi Longitudinal Torsi Longitudinal Torsi Longitudinal Torsi Longitudinal
perlu pada tiap serat terpasang pada serat perlu pada tiap serat terpasang pada serat
(mm2) tengah (mm2) (mm2) tengah (mm2)
831.789 1140.398 665.431 1140.398
OK OK

72
Tabel V.16 Evaluasi Kapasitas Kolom Untuk Gempa Perioda Ulang 1000th
Evaluasi Kapasitas Kolom (Performance Level = Collapse Prevention)
K 900.900
Mn-x Mu-x Mn-y Mu-y Vn-x Vu-x Vn-y Vu-y
Pn (kN) Pu (kN)
(kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm)
43150,00 13070,05 6932,00 6932,00 6932,00 6932,00 6932,00 6932,00 6932,00 6932,00
Compression Max
OK OK OK OK OK
11620,00 0,00 6932,00 6932,00 6932,00 6932,00 6932,00 6932,00 6932,00 6932,00
Tension Min
OK OK OK OK OK
K 800.800
Mn-x Mu-x Mn-y Mu-y Vn-x Vu-x Vn-y Vu-y
Pn (kN) Pu (kN)
(kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm)
31400,00 13306,89 3386,00 1700,73 3361,00 1450,82 2160,56 925,67 2160,56 1094,80
Compression Max
OK OK OK OK OK
6341,00 0,00 3386,00 1690,55 3414,00 1452,64 2160,56 926,81 2160,56 1087,53
Tension Min
OK OK OK OK OK
K 700.700
Mn-x Mu-x Mn-y Mu-y Vn-x Vu-x Vn-y Vu-y
Pn (kN) Pu (kN)
(kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm)
24300 12418,075 2270 1512,1958 2250 1319,881 1904,3222 889,6774 1904,322 1016,6995
Compression Max
OK OK OK OK OK
5284 2427,3297 2270 1503,7295 2291 1319,7447 1904,3222 889,5811 1904,322 1010,594
Tension Min
OK OK OK OK OK
K 600.600
Mn-x Mu-x Mn-y Mu-y Vn-x Vu-x Vn-y Vu-y
Pn (kN) Pu (kN)
(kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm)
18000 9044,4071 1414 1148,9708 1399 1105,7306 1205,7551 744,1552 1205,755 791,7083
Compression Max
OK OK OK OK OK
4227 1313,9706 1414 1142,9452 1430 1100,3091 1205,7551 740,7227 1205,755 787,1933
Tension Min
OK OK OK OK OK
K 500.500
Mn-x Mu-x Mn-y Mu-y Vn-x Vu-x Vn-y Vu-y
Pn (kN) Pu (kN)
(kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm) (kNm)
12600 2664,7357 793,7 641,1635 783,5 590,0899 798,48612 410,2953 798,4861 444,27
Compression Max
OK OK OK OK OK
3170 0 793,7 639,9065 796,7 589,3817 798,48612 409,8145 798,4861 443,29
Tension Min
OK OK OK OK OK

Tabel V.17 Evaluasi Kapasitas Joint Untuk Gempa Perioda Ulang 1000th
EVALUASI KAPASITAS GESER JOIN (COLLAPSE PREVENTION)
K900 - B500.600
2
Aj (mm ) = 810000 Vnj (kN) Vuj (kN) Kontrol
Exterior,  = 15 5966,071 1084,619 OK
Interior,  = 20 7954,761 1062,23 OK
K800 - B500.600
Aj (mm2) = 640000 Vnj (kN) Vuj (kN) Kontrol
Exterior,  = 15 4713,932 1056,3 OK
Interior,  = 20 6285,243 1084,800 OK
K700 - B500.600
Aj (mm2) = 490000 Vnj (kN) Vuj (kN) Kontrol
Exterior,  = 15 3609,104 1022,4 OK
Interior,  = 20 4812,139 1016,700 OK
K600 - B500.600
Aj (mm2) = 360000 Vnj (kN) Vuj (kN) Kontrol
Exterior,  = 15 2651,587 744,150 OK
Interior,  = 20 3535,449 791,700 OK
K500 - B500.600
Aj (mm2) = 250000 Vnj (kN) Vuj (kN) Kontrol
Exterior,  = 15 1841,380 460,882 OK
Interior,  = 20 2455,173 448,363 OK

73
Dilihat dari hasil evaluasi kapasitas terhadap demand beban gempa statik perioda
ulang 1000th sesuai dengan kombinasi pembebanan yang telah ditentukan
sebelumnya menggunakan metode analisa linear statik – force controlled,
didapatkan simpulan bahwa bangunan existing dikatakan tidak memenuhi target
level kinerja Collapse Prevention.

V.1.3 Evaluasi Bangunan Eksisting Menggunakan Nonlinear Static Pushover

Untuk mengetahui secara visual mengenai level kinerja elemen struktur terhadap
gempa demand, dilakukan analisa nonlinear static pushover. Diawali dengan
pendefinisian sendi plastis dan kriteria penerimaan. Digunakan perbandingan nilai
sendi plastis dengan metode analitis yang telah dibahas pada bab sebelumnya
dengan metode tabel yang diatur pada ASCE 41-17. Hasil yang lebih konservatif
dari keduanya akan digunakan untuk analisis nonlinear static pushover dalam
tahapan ini.

1) Penentuan Sendi Plastis


Berikut adalah penentuan sendi plastis untuk kolom dan balok berdasar metode
tabel ASCE 41-17 dan perbandingannya dengan metode analitis untuk diambil yang
paling konservatif.

Gambar V.9 Kurva Modelling Parameters ASCE 41-17

74
Gambar V.10 Kurva Acceptance Criteria berdasar ASCE 41-17

- Pendefinisian Sendi Plastis Balok Berdasar Metode Tabel


Parameter untuk modelling dan acceptance criteria ditentukan berdasar kondisi
yang sesuai tabel yang telah diberikan pada ASCE 41-17.

Tabel V.18 Modelling Parameters and Numerical Acceptance Criteria for


Nonlinear Procedurs – Reinforced Concrete Beams

Dari data bangunan existing didapatkan nilai kondisi sebagai berikut:


ρ = 2,11% V = 226570 N
ρ’ = 1,656% bw = 500 mm
ρbal = 3,8% d = 500 mm
𝜌−𝜌′
= 0,119 fc = 35 Mpa
𝜌𝑏𝑎𝑙
𝑉
= 0,152
𝑏𝑤 𝑑 √𝑓𝑐

75
Dari parameter di atas dilakukan interpolasi sehingga didapatkan nilai parameter
sendi plastis balok 500.600 sebagai berikut:
a = 0,01762 IO = 0,004167
b = 0,02643 LS = 0,01762
c = 0,2 CP = 0,02643
Tabel V.19 Momen-Rotasi Balok 500.600 – Metode Tabel ASCE
ASCE
Point M/My θ/SF
-E -0,2000 -0,0281
-D -0,2000 -0,0212
-C -1,3367 -0,0193
-B -1 -0,00164
A 0 0
B 1 0,00174
C 1,2855 0,0194
D 0,2000 0,0213
E 0,2000 0,0282

Tabel V.20 Acceptance Criteria Balok 500.600 – Metode Tabel ASCE


Acceptance Criteria
Positif Negatif
IO 0,00417 -0,00417
LS 0,01762 -0,01762
CP 0,02643 -0,02643

Gambar V.11 Kurva Momen Rotasi Analitis dan Metode Tabel

76
Dari hasil di atas, digunakan metode analitis untuk pendefinisian sendi plastis
dikarenakan lebih konservatif.

- Pendefinisian Sendi Plastis Kolom Berdasar Metode Tabel


Parameter untuk modelling dan acceptance criteria ditentukan berdasar kondisi
yang sesuai tabel yang telah diberikan pada ASCE 41-17.

Tabel V.21 Modeling Parameters and Numerical Acceptance Criteria for


Nonlinear Procedures—Reinforced Concrete Columns Other Than
Circular with Spiral Reinforcement or Seismic Hoops as Defined in
ACI 318

Dari data bangunan existing didapatkan nilai kondisi sebagai berikut:


Nud = 5395210 N Vy/Vcol = 0,2 (diambil 0,2 sebab 0,128 < 0,2)
Ag = 81000 mm2 Nud/Ag fc = 0,1903 ≥ 0,1
fc = 35 Mpa ρt = 0,0075
fy = 400 Mpa

Dari parameter di atas didapatkan nilai parameter sendi plastis kolom 900.900
sebagai berikut:
a = 0,0302 IO = 0,00453
b = 0,0302 LS = 0,0151
c = 0,1639 CP = 0,02114

77
Tabel V.22 Momen-Rotasi Kolom 900.900 – Metode Tabel ASCE

Point M/My θ/SF


A 0 0
B 1 0,00110
C 1,771544 0,0302
D 0,1639 0,0302
E 0,1639 0,0302
Tabel V.23 Acceptance Criteria Kolom 900.900 – Metode Tabel ASCE

Acceptance Criteria
Positif
IO 0,004530647
LS 0,015102155
CP 0,021143017

Gambar V.12 Grafik Momen-Rotasi K 900.900 - Metode Analitis

Gambar V.13 Grafik Momen-Rotasi K 900.900 - Metode Tabel ASCE 41-17

78
Dari hasil di atas, digunakan metode analitis untuk pendefinisian sendi plastis
dikarenakan lebih konservatif.

2) Level kinerja bangunan untuk BSE-1E (Perioda ulang gempa 250th)


Dari hasil pushover, didapatkan perpotongan Performance Point atas kurva
kapasitas vs demand.

Gambar V.14 Grafik Kapasitas vs Demand Gempa Perioda Ulang 250th – arah X
Didapatkan nilai Performance Point untuk Pushover arah X: 18897,4073 kN ;
413,144 mm. Untuk mengetahui status sendi plastis pada Performance Point, dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel V.24 Base Shear vs Monitored Displacement Pushover Arah X

Nilai Performance Point untuk demand gempa perioda ulang 250th terletak di
antara step 3 dan 4 dimana belum terjadi pembentukan sendi plastis pada elemen
struktur bangunan existing.

79
Gambar V.15 Kondisi Elemen Struktur Pushover-X saat Step 4
Selanjutnya dilakukan Pushover untuk arah y dengan hasil sebagai berikut.

Gambar V.16 Grafik Kapasitas vs Demand Gempa Perioda Ulang 250th – arah Y
Didapatkan nilai Performance Point untuk Pushover arah Y: 19476,92 kN ; 415,216
mm. Untuk mengetahui status sendi plastis pada Performance Point, dapat dilihat
pada tabel berikut.

80
Tabel V.25 Base Shear vs Monitored Displacement Pushover Arah Y

Nilai Performance Point untuk demand gempa perioda ulang 250th terletak di antara
step 3 dan 4 dimana belum terjadi pembentukan sendi plastis pada elemen struktur
bangunan existing.

Gambar V.17 Kondisi Elemen Struktur Pushover-Y saat Step 4

81
Dari hasil pushover baik arah x dan y, dapat dikatakan bangunan memenuhi target
level kinerja yang disyaratkan yakni Life Safety.

3) Level kinerja bangunan untuk BSE-2E (Perioda ulang gempa 1000th)


Dari hasil pushover, didapatkan perpotongan Performance Point atas kurva
kapasitas vs demand.

Gambar V.18 Grafik Kapasitas vs Demand Gempa Perioda Ulang 1000th – arah X
Didapatkan nilai Performance Point untuk Pushover arah X: 23354,83 kN ; 647,974
mm. Untuk mengetahui status sendi plastis pada Performance Point, dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel V.26 Base Shear vs Monitored Displacement Pushover Arah X

Nilai Performance Point untuk demand gempa perioda ulang 1000th terletak di
antara step 5 dan 6 dimana sendi plastis sudah mencapai IO-LS pada step 5 dan
pada step 6 terdapat elemen yang mencapai LS-CP 2 elemen telah memasuki >CP.

82
Gambar V.19 Kondisi Elemen Struktur Pushover-X saat Step 6

Selanjutnya dilakukan Pushover untuk arah y dengan hasil sebagai berikut.

Gambar V.20 Grafik Kapasitas vs Demand Gempa Perioda Ulang 1000th – arah Y

83
Pada pushover arah y tidak didapatkan nilai Performance Point. Untuk mengetahui
status sendi plastis pada tahapan terakhir dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel V.27 Base Shear vs Monitored Displacement Pushover Arah Y

Dikarenakan tidak didapatkan nilai performance point, maka disimpulkan bahwa


ada 12 elemen yang telah memasuki >CP.

Gambar V.21 Kondisi Elemen Struktur Pada Tahap Terakhir – Pushover Arah Y

84
Dari hasil pushover x maupun y, didapatkan elemen yang telah memasuki >CP.
Sehingga dapat dikatakan bahwa kapasitas bangunan existing tidak mampu
memenuhi demand dari BSE-2E yakni gempa perioda ulang 1000th. Kegagalan
hanya terjadi pada balok, tidak terjadi soft story.

4) Lokasi Kegagalan Sendi Plastis dan Gagal Kapasitas pada Linear Statik
Untuk Gempa Perioda Ulang 1000th
- Pushover arah x

Gambar V.22 Lokasi sendi plastis pushover arah x

(a)

85
(b)
Gambar V.23 Diagram Momen Analisa Linear Statik Pada lokasi sendi plastis >CP
(a) B48 (b) B33
Tabel V.28 Perbandingan Momen Kapasitas dan Momen Terjadi Pada Lokasi Sendi
Plastis >CP

Lokasi Hinge Status Mu (kN) Mn (kN)


B48 >CP -1625,35 -1253
B33 >CP -1603,66 -1253

- Pushover arah y

Gambar V.24 Lokasi sendi plastis pushover arah y – lantai 4

86
(a)

(b)
Gambar V.25 Diagram Momen Analisa Linear Statik Pada lokasi sendi plastis >CP
(a) B61 (b) B66

87
Tabel V.29 Perbandingan Momen Kapasitas dan Momen Terjadi Pada Lokasi Sendi
Plastis >CP

Lokasi Hinge Status Mu (kN) Mn (kN)


B61 >CP 1183,453 1093
B66 >CP 1201,23 -1253

Dilakukan hal yang sama untuk menghitung lantai-lantai selanjutnya.

Gambar V.26 Lokasi sendi plastis pushover arah y – lantai 5


Tabel V.30 Perbandingan Momen Kapasitas dan Momen Terjadi Pada Lokasi
Sendi Plastis >CP

Lokasi Hinge Status Mu (kN) Mn (kN)


B1 >CP -1257 -1253
B61 >CP -1283,56 -1253
>CP 1236,88 1093
B62 >CP 1120,096 1093
B66 >CP 1251,87 1093
>CP -1369,02 -1253
B71 >CP -1403 -1253
B76 >CP 1369,39 1093

88
Gambar V.27 Lokasi sendi plastis pushover arah y – lantai 6
Tabel V.31 Perbandingan Momen Kapasitas dan Momen Terjadi Pada Lokasi Sendi
Plastis >CP

Lokasi Hinge Status Mu (kN) Mn (kN)


B61 >CP 1225,45 1093
B66 >CP 1240,42 1093

Dari yang telah dijabarkan di atas, diperlukan perkuatan agar bangunan eksisting
mampu memenuhi demand yang dibutuhkan sesuai beban gempa untuk BSE-2E.

V.1.4 Rehabilitasi seismik dengan pengggunaan FRP (Fiber Reinforced


Polymer)

Dilakukan usulan perkuatan dengan FRP (Fiber Reinforced Polymer) untuk


menaikkan kapasitas lentur balok. Perencanaan dilakukan sesuai dengan petunjuk
dari ACI 440.2R-17.

Gambar V.28 Diagram regangan-tegangan beton-frp

89
Dengan persamaan dan batasan perhitungan sebagai berikut:
𝛽1 𝑐 𝛽1 𝑐
𝑀𝑛 = 𝐴𝑠 𝑓𝑠 (𝑑 − ) + 𝜓𝑓 𝐴𝑓 𝑓𝑓𝑒 (𝑑𝑓 − ) (V-16)
2 2

𝑓𝑓𝑒 = 𝐸𝑓 𝜀𝑓𝑒 (V-17)


𝑑𝑓 −𝑐
𝜀𝑓𝑒 = 𝜀𝑐𝑢 ( ) − 𝜀𝑏𝑖 ≤ 𝜀𝑓𝑑 (V-18)
𝑐

𝑓′
𝜀𝑓𝑑 = 0.41√𝑛 𝐸𝑐 𝑡 ≤ 0.9𝜀𝑓𝑢 (SI) (V-19)
𝑓 𝑓

𝑀𝐷𝐿 (𝑑𝑓 −𝑘𝑑)


𝜀𝑏𝑖 = (V-20)
𝐼𝑐𝑟 𝐸𝑐

Dimana,
εfe = regangan efektif FRP yang tidak boleh melebihi regangan pada saat
debonding terjadi (εfd)
εbi = regangan di beton pada saat pemasangan FRP, dimana beban yang bekerja
adalah beban mati struktur dan beban mati tambahan
εfd = regangan dimana debonding akan terjadi
ffe =Tegangan efektif pada FRP
εfu = regangan putus FRP
Digunakan pula faktor reduksi akibat lingkungan sesuai tabel ACI 44.2R-17
Berikut data dan tahapan perhitungan FRP:
Data FRP
Nama Bahan = SIKA Carbodur S1012
Type = CFRP Laminate Tape
Lebar = 100 mm
Tebal, tf = 1.2 mm
Luasan FRP (Af) = 120 mm2
Kuat Tarik (ffu*) = 2800 Mpa
Regangan Putus (efu*) > 1.69%
Modulus Elastisitas, Ef = 165000 Mpa
Reduksi lingkungan (CE) = 0.95 (Tabel 9.4 ACI 440.2r-17)
Reduksi kekuatan,  = 0.85 (Sec. 10.2.10 ACI 440.2r-17)

90
Data Balok 50.60
H balok (df) = 600 mm
B balok (b) = 500 mm
d balok = 405 mm
fc' beton = 35 Mpa
Mod.Elastisitas Beton = 27805.57498 Mpa
Regangan putus beton = 0.003
fy baja tulangan = 400 Mpa
Mod.Elastisitas Baja = 200000 Mpa
Parameter blok tegangan, b = 0.8 (Sec. 10.2.10 ACI 440.2r-17)

Data Momen
Momen (DL+SIDL) = 256300000 Nmm
Mu-Top = 1625350000 Nmm
Mn Eksisting-Top = 1253000000 Nmm
Mn tanpa FRP = 372350000 Nmm
Mnf, dg faktor reduksi = 438058823.5 Nmm
Mu-Bot = 1369390000 Nmm
Mn Eksisting-Bot = 1093000000 Nmm
Mn tanpa FRP = 276390000 Nmm
Mnf, dg faktor reduksi = 325164705.9 Nmm

Setelah direduksi akibat efek lingkungan, maka dari persamaan di atas didapat:
ffu = 2660 Mpa
fu = 0.016055
bi = 0.000302132
fd = 0.006541337
untuk mencari nilai c, fe diasumsikan sama dengan fd
fe = 0.006541337 ≤ 0.0144495 (0,9fu)
(fe + bi)/cu = (df-c) / c
2.281156249 c = df - c
2.281156249 c = 600 - c
c =182.8623676 mm

91
ffe = 1079.32062 Mpa
Jumlah kebutuhan frp, Top :
Af = 770.3548281 mm2
n-ply= 1.283924713 = 2ply
Jumlah kebutuhan frp, Bot :
Af = 571.8232065 mm2
n-ply= 0.953038677 = 1 ply
Dikarenakan lebar balok = 500 mm dan lebar FRP= 100 mm, maka digunakan
masing-masing layer sebanyak 5 strip sebab lebar 1 frp = 100 mm sedangkan lebar
balok = 500 mm.

Sehingga, didapat:
Luasan FRP Terpasang tiap layer = 600 mm2
 Mnf top = 580018432.7 Nmm
 Mnf bot = 290009216.3 Nmm
Mn Top pasca retrofit = 1833018433 Nmm
Kenaikan Momen Kapasitas Balok = 1.462903777
Mn Bot pasca retrofit = 1383009216 Nmm
Kenaikan Momen Kapasitas Balok = 1.265333226
anchorage frp length, ldf ≥ 182.9429105 mm
first ply = 150 mm
second ply = 300 mm

Gambar V.29 Pemasangan CFRP

92
V.1.5 Pengecekan Kinerja Struktur Pasca Pemasangan CFRP

Dikarenakan pushover tidak memberikan gaya bolak-balik maka CFRP (Carbon


Fiber Reinforced Polymer) dipasang pada sepanjang AS 2-3 dan AS A-D

Selanjutnya, Pengecekan pushover pasca pemasangan CFRP dilakukan dengan


pendekatan melalui cara menaikkan nilai momen saat yield sebesar kenaikan
momen saat setelah dipasang CFRP dengan parameter sendi plastis yang masih
sama pada Balok 50.60.

Berikut adalah hasil analisa pushover setelah dilakukan penaikan momen saat yield:

Gambar V.30 Grafik Kapasitas vs Demand Gempa Perioda Ulang 1000th – arah X
setelah dilakukan pemasangan CFRP
Didapatkan nilai Performance Point untuk Pushover arah X: 24733,1618kN ;
656,574 mm. Untuk mengetahui status sendi plastis pada Performance Point, dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel V.32 Base Shear vs Monitored Displacement Pushover Arah X

93
Nilai Performance Point untuk demand gempa perioda ulang 1000th terletak di
antara step 5 dan 6 dimana beberapa elemen sudah berada diantara LS dan CP
namun tidak ada elemen yang >CP.

Gambar V.31 Kondisi Elemen Struktur Pada Step 6 - Pushover Arah X

Gambar V.32 Grafik Kapasitas vs Demand Gempa Perioda Ulang 1000th – arah Y
setelah dilakukan pemasangan CFRP

94
Didapatkan nilai Performance Point untuk Pushover arah Y : 25691,3 kN ; 661,031
mm. Untuk mengetahui status sendi plastis pada Performance Point, dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel V.33 Base Shear vs Monitored Displacement Pushover Arah Y

Nilai Performance Point untuk demand gempa perioda ulang 1000th terletak di
antara step 5 dan 6 dimana beberapa elemen sudah berada diantara LS dan CP
namun tidak ada elemen yang >CP.

Gambar V.33 Kondisi Elemen Struktur Pada Step 6 – Pushover Arah Y

95
Dari hasil perkuatan dengan frp, didapatkan kenaikan kapasitas momen lentur
yang juga menghasilkan elemen yang berada pada kondisi maksimum LS-CP dan
kenaikan nilai base shear dan perpindahan saat performance point.

Tabel V.34 Perbandingan Nilai Base Shear dan Perpindahan

Performance Point Sebelum CFRP Performance Point Sesudah CFRP


Arah X: 23354,83 kN ; 647,974 mm 24733,1618 kN ; 656,574 mm
Arah Y: 24042,5 kN ; 627,143 mm 25691,3 kN ; 661,031 mm
Hal ini dapat disimpulkan bahwa CFRP (Carbon Fiber Reinforce Polymer) dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif pada perkuatan bangunan untuk memenuhi
demand gaya gempa yang lebih tinggi dari desain kekuatan existing.

96
Bab VI Kesimpulan

VI.1 Kesimpulan

Berdasar hasil analisis dan pembahasan dari yang telah dipaparkan sebelumnya,
didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

 Dari evaluasi berdasar ASCE 41-17 analisis linear statik, dapat disimpulkan
bahwa bangunan existing memenuhi target level kinerja untuk BSE-1E (gaya
gempa dari SNI 1726-2019 dengan perioda ulang gempa sering 250th) yakni
Life Safety. Hal ini dilihat dari nilai kapasitas yang lebih besar dibandingkan
gaya-gaya yang terjadi.

 Dari analisis nonlinear static pushover juga didapatkan kesimpulan yang sama
bahwa saat performance point dengan demand gaya gempa dari SNI 1726-2019
dengan perioda ulang gempa sering 250th, elemen struktur tidak ada yang
melebihi level kinerja Life Safety .

 Untuk BSE-2E (perioda ulang gempa jarang 1000th) dengan target level kinerja
Collapse Prevention, dari evaluasi linear statik didapatkan hasil bahwa
bangunan tidak memenuhi kriteria penerimaan yang sudah ditentukan sebab
balok mengalami gagal lentur pada bagian tumpuan pada beberapa lokasi.

 Dari analisis nonlinear static pushover juga didapatkan kesimpulan yang sama,
dengan ditunjukkan dari status sendi plastis pada saat performance point dengan
demand gaya gempa dari SNI 1726-2019 dengan perioda ulang gempa sering
1000th. Bahkan untuk pushover arah y, elemen bangunan sudah mengalami
collapse terlebih dahulu sehingga tidak didapatkannya nilai performance point.

 Agar bangunan existing mampu memenuhi level kinerja yang ditargetkan untuk
BSE-2E pada ASCE 41-17 perlu dilakukan rehabilitasi seismik berupa
pemasangan CFRP pada beberapa elemen yang membutuhkan perkuatan.

 Digunakan tipe CFRP Laminate Tape SIKA Carbodur S1012 berjumlah 5 strip
sebanyak 2 layer pada sisi balok atas tumpuan dan satu layer pada sisi balok
bawah.

97
 Dari hasil perhitungan, didapatkan nilai kapasitas lentur balok yang meningkat,
juga ditandai dengan meningkatnya nilai base shear dan displacement saat
performance point dengan demand spektra gempa 1000th.

VI.2 Saran

Penulis mengharapkan untuk peneliti selanjutnya untuk dapat mengkaji lebih dalam
dengan mengkaji tinjauan-tinjauan yang berbeda, seperti:
 Pengaruh penggunaan diafragma semi-rigid pada bangunan existing untuk
mengetahui perilaku bangunan existing saat dilakukan evaluasi terhadap gempa
SNI 1726:2019
 Penggunaan parameter sendi plastis sesuai sifat-sifat CFRP pada pendefinisian
sendi plastis untuk evaluasi dengan analisa Nonlinear untuk mengetahui level
kinerja setelah dilakukan pemasangan CFRP
 Penggunaan analisa Nonlinear Time History dalam evaluasi menggunakan metode
Nonlinear untuk hasil yang lebih nyata

98
DAFTAR PUSTAKA

ACI 440.2R-17. Guide for the Design and Construction of Externally Bonded FRP
Systems for Strengthening Concrete Structures.

ASCE 41-17. Seismic Evaluation and Retrofit of Existing Buildings.

Budiono, B, dkk. 2017. Contoh Desain Bangunan Tahan Gempa. Bandung:


Penerbit ITB.

Europe-8. Design of structures for earthquake resistance.

FEMA 356. Prestandard and Commentary for The Seismic Rehabilitation of


Buildings.

FEMA 440. Improvement of Nonlinear Static Seismic Analysis Procedures.

Imran, I, dkk. 2020. Assesmen Ketahanan Gempa Struktur Bangunan Eksisitng:


Berbagai Keterbatasan dan Solusinya. Webinar Haki Yogyakarta 2020.

Imran, I dan Hendrik, F. 2010. Perencanaan Struktur Gedung Beton Bertulang


Tahan Gempa. Bandung: Penerbit ITB.

Nathaniel, K. 2017. Evaluasi Kinerja Struktur Beton Bertulang Dengan Variasi


Detailing Yang Menggunakan Base Isolation Pada Wilayah Gempa Kuat.
Tesis Program Magister. Institut Teknologi Bandung.

Pranata, A. Y., Djoni Simanta. 2006. Studi Analisis Beban Dorong untuk Gedung
Beton Bertulang. Jurnal Teknik Sipil, Vol. 2, No. 1, April 2006.

SNI 1726:2002. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur


Bangunan Gedung dan Non Gedung.

SNI 1726:2019. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur


Bangunan Gedung dan Non Gedung.

SNI 1727:1989. Tata Cara Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung.

SNI 2847:2002 Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung.

Tavio, Usman Wijaya. 2018. Desain Rekayasa Gempa Berbasis Kinerja.


Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Vemmy, Y. 2017. Perkuatan Gedung Dengan Menggunakan Carbon Fiber


Reinforced Polymer (Cfrp) Studi Kasus Menggunakan Layout Gedung
Laboratorium C-Dast Dan Ruang Kuliah Bersama Universitas Jember.
Tugas Akhir. Institut Teknologi Sepuluh Nopember

99

Anda mungkin juga menyukai