SK Kepala NO. 6.1 TAHUN 2022 Rencana KPBUMN
SK Kepala NO. 6.1 TAHUN 2022 Rencana KPBUMN
(BIG)
J l . Raya Bogor KM. 46, Cibinong, Bogor, 16911
BADAN INFOHMA&I Telepon. (021) 875 2062-2063. Faksimile. (021) 875 2064
GEOSPASIAL
Situs Web: http://www.big.go.(d
KEPUTUSAN
K E P A L A BADAN INFORMASI G E O S P A S I A L
TENTANG
K E P A L A BADAN INFORMASI G E O S P A S I A L ,
1 dari 3
Dokumen ini telah ditandatansani secara elektronik meneimnakan sertifikat elektronik v-anc diterbitkan oleh BSrE
3. Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2021 tentang Kerja Sama
Antara Pemerintah Pusat Dengan Badan Usaha Milik Negara
Dalam Penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar {Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 62);
MEMUTUSKAN:
Bagian A:
a. Pendahuluan;
b. Ketersediaan Informasi Geospasial Dasar;
c. Kebutuhan Informasi Geospasial Dasar Untuk Mendukung
Pembangunan Nasional Yang Berkelanjutan;
d. Potensi Ekonomi Penggunaan Informasi Geospasial di Berbagai
Sektor;
e. Analisis Biaya Manfaat dan Sosial, dan Analisis Biaya Manfaat
Uang (Value for Money);
f. Kesesuaian Rencana KPBUMN dengan Kebijakan Nasional;
g. Rencana Pelaksanaan KPBUMN;
h. Rencana Pelaksanaan Penyelenggaraan Informasi Geospasial
Dasar; dan
i. Penutup.
2 dari 3
Dokumen ini telah ditandatancani secara elektronik mencsunakan sertifikat elektronik vane diterbitkan oleh BSrE
Bagian B:
Lampiran I : Spesifikasi Teknis Data Geospasial Dasar;
Lampiran II : Spesifikasi Teknis Peta Dasar;
Lampiran III: Spesifikasi Sistem Produksi Peta Dasar;
Lampiran IV: Dokumen Penawaran KPBUMN.
Ditetapkan di Cibinong
pada tanggal 18 Maret 2022
KEPALA
BADAN INFORMASI G E O S P A S I A L ,
3 dari 3
Dokumen ini telah ditandatanaani secara eiektranik menaounakan sertifikat elektronik vana diterbitkan oleh BSrE
Lampiran Keputusan
Kepala Badan Informasi Geospasial
Nomor : Tahun 2021
Tanggal : Juni 2021
BAB I. PENDAHULUAN 4
Latar Belakang 4
Dasar Hukum 16
Maksud dan Tujuan 19
Sasaran 19
Sistematika Pembahasan 20
Halaman | 1
Kelayakan KPBUMN dalam Penyelenggaraan IGD 71
Ruang Lingkup KPBUMN 77
Rencana Skema dan Bentuk KPBUMN 78
Hasil KPBUMN 80
Rencana Skema Pembiayaan dan Sumber Pendanaan KPBUMN 81
Rencana Jangka Waktu KPBUMN 82
Rencana Dukungan Pemerintah 83
Rencana Manajemen Risiko 84
Rencana Pemanfaatan Aset 94
Rencana Pengembalian Aset 95
Rencana Pengembalian Investasi BUMN Pelaksana 96
Rencana Bagian Pemerintah Pusat atas Penggunaan IGD Secara Komersial 96
Rencana Penawaran Kerjasama 97
Halaman | 2
Dokumen Administrasi 187
Surat Penawaran 188
Dokumen Penawaran Kualifikasi 189
Dokumen Penawaran Teknis 197
Dokumen Penawaran Finansial 243
Halaman | 3
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan yang baik
tentunya harus didasarkan kepada data dan informasi yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan, termasuk data dan informasi geospasial. Dalam
beberapa tahun terakhir, kebutuhan terhadap informasi geospasial dasar (IGD)
dalam bentuk peta dasar dirasakan semakin mendesak, sementara Badan
Informasi Geospasial (BIG) yang diamanatkan untuk menyelenggarakannya
memiliki kemampuan terbatas sehingga belum mampu memenuhi kebutuhan
tersebut khususnya peta dasar pada skala besar (rinci).
Halaman | 4
dengan skema pembiayaan APBN yang pelaksanaannya dibatasi dalam kurun
waktu satu tahun anggaran, sehingga penyelenggaraan IGD harus
dilaksanakan berdasarkan skala lokasi prioritas. Untuk menentukan skala
lokasi prioritas yang harus dipetakan, idealnya dibutuhkan informasi
kebutuhan dari pengguna peta dasar (dalam hal ini Kementerian/Lembaga
(K/L) dan Pemerintah Daerah) satu tahun anggaran (TA) sebelum pelaksanaan
kegiatan agar dapat direncanakan di TA selanjutnya. Tetapi K/L dan
Pemerintah Daerah juga rupanya mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi
lokasi kebutuhannya, sehingga seringkali informasi kebutuhan ini baru muncul
pada tahun berjalan ketika K/L dan Pemerintah Daerah melaksanakan
kegiatan yang memerlukan peta dasar. Hal ini akan terselesaikan apabila BIG
mampu menyediakan peta dasar pada berbagai skala untuk seluruh wilayah
Indonesia sesegera mungkin, sehingga ketika ada kapanpun dan dimanapun
terdapat kebutuhan terhadap peta dasar maka kebutuhan tersebut dapat
terpenuhi.
Tabel 1-1. Kapasitas dan alokasi penyediaan peta dasar dalam kurun waktu
tahun 2013-2020
Tahun Foto Udara/ Foto Udara - Lidar CSRTi
Halaman | 5
Akuisisi Pemetaan Data mentah Orthorektifikasi Pemetaan
Luas Luas
Anggaran Luas (km2) Anggaran Luas (km2) Anggaran Luas (km2)ii Anggaraniii Anggaran
(km2) (km2)
2013 1.251,11 Rp15.199.798.000 562,39 Rp10.410.673.000 0,00 Rp0 0,00 Rp0 0,00 Rp0
2014 3.914,41 Rp23.143.624.000 1.478,04 Rp15.955.003.750 0,00 Rp0 0,00 Rp0 0,00 Rp0
2015iv 2.109,45 Rp16.584.439.650 1.716,04 Rp10.459.964.000 929.485,12 Rp181.519.869.367 6.025,88 Rp0 0,00 Rp0
2016 3.672,94 Rp35.930.974.000 3.808,70 Rp39.586.966.000 0,00 Rp0 129.346,82 Rp0 1.116,32 Rp4.630.454.495
2017 5.459,24 Rp47.267.718.000 4.249,93 Rp41.178.147.000 0,00 Rp0 34.602,40 Rp29.730.109.000 5.980,24 Rp28.047.624.000
2018 6.730,06 Rp72.268.207.461 4.428,23 Rp48.354.689.000 0,00 Rp0 200.168,00 Rp6.101.661.000 0,00 Rp0
2019 14.571,40 Rp128.275.185.187 12.231,97 Rp82.616.492.417 0,00 Rp0 263.181,49 Rp9.671.603.310 0,00 Rp0
2020v 4.893,24 Rp42.401.915.825 13.118,87 Rp62.731.938.657 0,00 Rp0 540.000,00 Rp4.474.400.177 0,00 Rp0
Jumlah 42.601,84 Rp381.071.862.124 41.594,18 Rp311.293.873.824 929.485,12 Rp181.519.869.367 1.173.324,59 Rp49.977.773.487 7.096,56 Rp32.678.078.495
Catatan:
i Citra Satelit Resolusi Tinggi.
ii Luas orthorektifikasi berdasarkan wilayah pekerjaan yang dilakukan di BIG menggunakan
data pengadaan 2015 oleh BIG (tahun data 2013-2015) ditambah dengan data yang diperoleh
dari LAPAN setelah tahun 2015.
iii Anggaran diperoleh dari kegiatan pengukuran GCP yang digunakan untuk orthorektifikasi
dari pekerjaan kontraktual. Anggaran kegiatan swakelola belum termasuk.
iv Untuk kegiatan tahun 2015, luasan termasuk hasil pekerjaan hibah KOICA namun kolom
anggaran tidak memasukkan nilai hibah ini.
v Dikarenakan refocusing APBN untuk penanggulangan pandemi Covid-19, kegiatan pemetaan
di tahun 2020 dihentikan sampai pada tahapan tertentu, dan dilanjutkan di tahun anggaran
2021.
Kondisi umum ketersediaan JKG dan Peta Dasar di BIG adalah sebagai berikut:
a. Ketersediaan JKG
Sampai dengan tahun 2020, JKG di Indonesia terdiri atas 280 CORS (Ina-
CORS), 170 stasiun pengamatan pasang surut permanen (Ina-Tides), Ina-
Geoid dengan ketelitian 5 - 20 cm, serta titik kontrol geodesi lainnya yang
terdiri atas 1.416 JKHN dan 84 JKGN.
Secara umum distribusi JKG di Jawa dan Sumatera cukup merata. Namun,
distribusi JKG di Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua
masih perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan pemetaan skala
1:5.000 di Indonesia. Salah satu akibat dari persebaran JKG yang belum
Halaman | 6
merata adalah perbedaan layanan pengikatan ke sistem referensi. Sebagai
contoh, terdapat perbedaan pelaksanaan survei dan pemetaan menggunakan
teknologi Real Time Kinematic (RTK) yang mampu menghadirkan percepatan
pemetaan di Jawa dan Sumatera dengan kawasan lain di Indonesia. Dengan
distribusi Ina-CORS yang rapat di Jawa dan Sumatera, maka kegiatan survei
dan pemetaan di Jawa dan Sumatera dapat menerima layanan koreksi RTK
network yang lebih efisien dan handal dalam pelaksanaan akuisisi data
dibandingkan wilayah lain di Indonesia.
Disisi lain, ketersediaan peta dasar skala besar relatif masih sangat terbatas
yaitu sekitar 2,57% dari seluruh wilayah daratan Indonesia. Hal ini
disebabkan beberapa hal sebagai-berikut:
- program pemetaan dasar skala besar di BIG baru dimulai di tahun 2013
karena sebelumnya BIG (atau BAKOSURTANAL sebelum bertransformasi
menjadi BIG) fokus kepada pemenuhan skala menengah dan skala kecil;
Halaman | 7
berdasarkan skala yang merujuk ke Undang-Undang Nomor 4 tahun 2011
tentang Informasi Geospasial yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor
11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja yaitu: skala 1:1.000, 1:5.000, 1:25.000,
1:50.000, 1:250.000, dan 1:1.000.000. Peta dasar pada skala lain dapat dibuat
berdasarkan kebutuhan. Hasil dari studi identifikasi kebutuhan pengguna peta
dasar tersebut dapat dilihat pada Gambar 1-2 dan Gambar 1-3.
Gambar 1-3. Bagan rekapitulasi kebutuhan skala Peta Dasar dan klasifikasi
wilayah
Halaman | 8
perekonomian) merupakan tiga besar sektor yang memerlukan peta dasar.
Secara umum kebutuhan peta dasar meliputi wilayah urban, rural, dan hutan,
dengan intensitas kebutuhan yang berbeda-beda di setiap bidang kajian dan di
setiap level skala peta. Beberapa bidang yang belum memerlukan peta di
wilayah hutan yaitu pada bidang perbankan, layanan transportasi, dan
pemanfaatan 3D City Models. Hasil tersebut menunjukkan kebutuhan peta
dasar melingkupi skala peta di klaster skala besar, skala menengah, juga skala
kecil.
Secara umum, hal-hal yang dapat disimpulkan dari hasil studi identifikasi
kebutuhan pengguna peta dasar antara lain:
- Hampir semua sektor membutuhkan peta dasar yang mudah diperoleh dan
dapat diolah untuk analisis spasial.
- Kebutuhan peta dasar pada wilayah hutan dan pedesaan (rural) pada
umumnya dapat disediakan pada skala besar dengan tingkat ketelitian yang
lebih rendah daripada wilayah urban.
- Kebutuhan pengguna terhadap peta dasar pada skala menengah masih ada
dan dapat dipenuhi salah satunya dengan metode generalisasi dari peta
dasar utama (1:5.000).
Sampai saat ini, terdapat banyak studi dan literatur tentang kontribusi
informasi geospasial terhadap Produk Domestik Bruto (Gross Domestic
Product/GDP) di berbagai negara di dunia. Tabel 1-2 menunjukkan korelasi
antara GDP dan pemanfaatan informasi geospasial di beberapa negara tersebut.
Halaman | 9
England & Wales £320 Million 2010
Tasmania $104 Million 2011
(Sumber: Boston Consulting Group, ACIL Tasman, Natural Resource Canada, Indecon International
Economic Consultant)
1 https://www.fortunebusinessinsights.com/industry-reports/location-based-services-market-101060
Halaman | 10
Indonesia
Diagram pada Gambar 1-5 menjelaskan persentase nilai ekonomi dari informasi
geospasial di Indonesia melalui layanan peta dasar (basemap services) serta
layanan analisis geospasial dan konsultasi.
Halaman | 11
antara tahun 2015 s.d 2018 dan segmen penggunanya. Daftar jumlah akses
dan permintaan unduh data secara daring melalui InaGeoportal
(http://tanahair.indonesia.go.id) ditampilkan pada Gambar 1-8 dan Gambar 1-
9.
Gambar 1-6. Permintaan Peta Dasar Skala Besar BIG dengan Prosedur Offline
Halaman | 12
Gambar 1-8. Jumlah Akses Informasi Geospasial melalui InaGeoportal
Halaman | 13
dengan peningkatan nilai ekonomi IG baik berupa pendapatan ekonomi
(economic revenue) dengan tumbuhnya industri IG di sektor hilir, maupun
dalam bentuk multiplier effect dalam aktivitas ekonomi di berbagai bidang
(misalnya dengan cost saving dan pengambilan keputusan yang lebih tepat),
terwujudnya efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintahan maupun dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan lain sebagainya. Dengan demikian,
hampir dapat dipastikan apabila dilakukan studi menyeluruh tentang
kontribusi informasi geospasial terhadap ekonomi nasional di Indonesia, maka
manfaat ekonomi dan manfaat sosial yang diperoleh akan jauh lebih besar
dibandingkan dengan nilai investasi yang ditanamkan pada penyediaan peta
dasar skala besar di seluruh wilayah Indonesia. Gambar 1-10 memperlihatkan
diagram alir bagaimana penggunaan peta dasar dalam penyusunan rencana
detail tata ruang (RDTR) dapat memberikan multiplier effect yang dapat
menghasilkan manfaat ekonomi berupa pendapatan ekonomi dan manfaat
sosial berupa kesejahteraan masyarakat.
Halaman | 14
besar, di seluruh wilayah Indonesia mengakibatkan terhambatnya pemenuhan
kebutuhan peta dasar dalam waktu singkat. Terbatasnya ketersediaan peta
dasar akan berdampak pada tidak optimalnya perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan nasional. Di sisi lain, peta dasar dan IG Tematik lainnya memiliki
nilai ekonomi yang sangat tinggi manakala digunakan dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat yang dapat
memberikan manfaat ekonomi maupun manfaat sosial. Sehubungan dengan
terbatasnya pembiayaan penyediaan peta dasar yang bersumber dari APBN,
maka perlu dicari alternatif sumber pembiayaan selain APBN untuk penyediaan
peta dasar di seluruh wilayah Indonesia.
Halaman | 15
B. Dasar Hukum
Dasar hukum pelaksanaan KPBUMN dalam penyelenggaraan IGD di seluruh
wilayah Indonesia meliputi:
a). Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (UU IG)
Di dalam Pasal 22 ayat (1) dan ayat 2 disebutkan bahwa IG yang berjenis
IGD hanya diselenggarakan oleh Pemerintah. Lembaga pemerintah yang
dimaksud dalam hal ini adalah Badan Informasi Geospasial (BIG).
Berdasarkan UU IG, jenis IGD yang diselenggarakan terdiri atas Jaring
Kontrol Geodesi (JKG) dan Peta Dasar.
Hal ini menjadi dasar bagi BIG yang memiliki kewenangan dalam
penyediaan Informasi Geospasial untuk melaksanakan tugasnya sebagai
penyelenggara tunggal IGD di Indonesia.
Halaman | 16
e). Peraturan Presiden Nomor 93 Tahun 2019 tentang Penguatan dan
Pengembangan Sistem Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini
Tsunami.
Halaman | 17
menggunakan metode generalisasi dari peta RBI skala besar untuk
menjamin konsistensi data.
i). Peraturan BIG Nomor 18 Tahun 2021 tentang Tata Cara Penyelenggaraan
Informasi Geospasial.
j). Peraturan BIG Nomor 1 Tahun 2021 tentang Rencana Strategis Badan
Informasi Geospasial Tahun 2020-2024
l). Surat Keputusan Kepala BIG Nomor 26.1 Tahun 2021 tentang Tim
Pelaksana Kerja Sama Antara Pemerintah Pusat Dengan Badan Usaha Milik
Negara dalam Penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar
m). Surat Keputusan Kepala BIG Nomor 26.2 Tahun 2021 tentang Panitia
Pemilihan Badan Usaha Milik Negara Pelaksana Kerja Sama Antara
Halaman | 18
Pemerintah Pusat Dengan Badan Usaha Milik Negara dalam
Penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar
D. Sasaran
Sasaran penyelenggaraan IGD dengan skema KPBUMN ini meliputi:
Halaman | 19
berkelanjutan.
● Tersedianya layanan peta dasar dan layanan analisis geospasial untuk
mendukung aktivitas dalam penyelenggaraan pemerintahan maupun
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
● Tumbuhnya industri geospasial di Indonesia baik di sektor hulu maupun
sektor hilir untuk meningkatkan manfaat ekonomi maupun manfaat
sosial dari penggunaan IG.
E. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dokumen Rencana KPBUMN meliputi:
Halaman | 20
BAB II. KETERSEDIAAN INFORMASI GEOSPASIAL DASAR
Jaring kontrol geodesi (JKG) merupakan realisasi fisik dari Sistem Referensi
Geospasial Indonesia (SRGI) sebagai sistem referensi yang dijadikan sebagai
acuan dalam penyelenggaraan IG nasional. Ketersediaan JKG dan SRGI sampai
akhir tahun 2020 adalah sebagai berikut:
Halaman | 21
Gambar 2-2. Peta Sebaran Ketersediaan Ina-Tides Sampai dengan Tahun
2020
Halaman | 22
Gambar 2-4. INAGEOID 2020
Halaman | 23
Gambar 2-6. Model datum pasang surut nasional
Kegiatan penyediaan peta dasar skala besar (1:5.000) dimulai oleh BIG sejak
tahun 2013 dengan menggunakan beberapa teknologi pengumpulan DG Dasar
untuk pemetaan skala besar seperti foto udara (2013-2016), kombinasi foto
udara-lidar (2016-2020) serta CSRT (2016-2020). Menyesuaikan dengan DG
Dasar yang tersedia, metode ekstraksi unsur peta dasar sebagian besar
dilakukan cara stereoplotting untuk mendapatkan unsur peta dasar 3D, dan
sebagian lagi dilakukan dengan monoplotting dengan hasilnya adalah peta dasar
2D.
Sejak tahun 2013 BIG selalu berupaya untuk meningkatkan kapasitas produksi
peta dasar skala besar (1:5.000) dari hanya sekitar 562,39 km2 luas daerah
yang dipetakan pada tahun 2013 hingga terjadi peningkatan yang sangat
signifikan dalam dua tahun terakhir yakni sekitar 12.231,97 km2 dan
13.118,87 km2 masing-masing pada tahun 2019 dan 2020. Sehingga per tahun
2020 total luasan area pemetaan dasar skala 1:5.000 dan 1:1.000
menggunakan foto udara-lidar masing-masing adalah sekitar 41.594,18 km2
dan 156,97 km2 dan skala 1:5.000 menggunakan citra satelit sebesar 7.096,56
Halaman | 24
km2. Jumlah keseluruhan area pemetaan dasar yang telah tersedia sebesar
48.847,72 km2. Jumlah luasan area pemetaan dasar tersebut dibandingkan
dengan luas keseluruhan wilayah darat NKRI sekitar 1.891.306 km2 adalah
2,58%.
Sebelum berlakunya UU Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja, peta dasar
terdiri dari 3 jenis yaitu Peta Rupabumi Indonesia (RBI) yang mencakup wilayah
darat, Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) yang mencakup wilayah pantai
dan Peta Lingkungan Laut Nasional (LLN) yang mencakup sebagian besar
wilayah laut. Sejak diundangkannya UU Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta
Kerja, peta dasar terdiri dari satu jenis yaitu Peta Rupabumi Indonesia (RBI)
yang mencakup wilayah darat, laut dan pantai. Peta RBI memiliki unsur peta
dasar yang meliputi garis pantai, hipsografi, perairan, batas wilayah, nama
rupabumi, transportasi dan utilitas, bangunan dan fasilitas umum, dan
penutup lahan.
1) Ketersediaan Peta RBI pada skala kecil (skala 1:250.000) telah mencakup
100% seluruh wilayah Indonesia.
2) Ketersediaan Peta RBI pada skala menengah (skala 1:50.000 dan skala
1:25.000) sampai dengan pertengahan tahun 2019 adalah 94,01% dari
seluruh wilayah Indonesia.
3) Ketersediaan Peta RBI pada skala besar (skala 1:5.000) adalah 2,58% dari
seluruh wilayah Indonesia. Peta RBI skala besar tersebut merupakan peta
dasar 3D.
Ketersediaan Peta RBI di wilayah darat pada berbagai skala sampai dengan
akhir 2021 dapat dilihat pada Gambar 2-7.
Halaman | 25
Gambar 2-7. Ketersediaan peta RBI pada berbagai skala sampai akhir 2021
Ketersediaan peta RBI skala besar (skala 1:10.000 dan skala 1:5.000) sampai
akhir 2020 dikelompokkan berdasarkan sumber data yang digunakan
ditunjukkan pada Gambar 2-8 dan Gambar 2-9 untuk ketersediaan peta RBI
Skala Besar sampai akhir 2021. Gambar 2-8 juga menunjukkan sumber DG
Dasar yang digunakan untuk memproduksi peta dasar tersebut.
Catatan:
● Peta RBI berbagai skala yang tersedia saat ini diproduksi menggunakan DG
Dasar yang beragam pada tahun yang berbeda. Hal ini menimbulkan
adanya potensi ketidaksesuaian geometri maupun informasi pada Peta RBI
yang berbeda skala.
Halaman | 26
Gambar 2-9. Ketersediaan peta RBI skala besar hingga akhir tahun 2021
Halaman | 27
Ketersediaan Peta RBI di wilayah laut:
Ketersediaan peta dasar pada berbagai skala seperti uraian di atas masih
memiliki potensi ketidaksesuaian pada data antar skala dan antar jenis peta
dasar, karena masing-masing skala diproduksi terpisah dan menggunakan
jenis DG Dasar yang berbeda-beda. Kondisi ini tentunya tidak akan terjadi
apabila produksi dilakukan dimulai dari skala paling besar kemudian
diturunkan prosesnya (misalnya dengan proses generalisasi) ke skala
menengah dan skala kecil, serta dilakukan integrasi dalam pembuatannya baik
untuk wilayah darat, pantai, maupun laut.
Halaman | 28
BAB III. KEBUTUHAN INFORMASI GEOSPASIAL DASAR UNTUK MENDUKUNG
PEMBANGUNAN NASIONAL YANG BERKELANJUTAN
A. Pertimbangan Teknis
Ketersediaan peta RBI skala besar memiliki arti penting dan memberikan
pengaruh yang besar dalam mendukung pelaksanaan program nasional,
diantaranya:
Halaman | 29
Ruang (RDTR) untuk kawasan strategis untuk mengantisipasi
perkembangan kawasan yang sangat cepat. Rencana rinci tata ruang ini
membutuhkan peta dasar skala besar karena harus disiapkan pada skala
1:5.000.
Hingga Januari 2020, baru ada 55 RDTR atau sekitar 3,0% dari total 1.838
RDTR yang telah disahkan melalui Walikota (kepala daerah). RDTR
digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan dan pengendalian
pemanfaatan ruang (pembangunan) termasuk penerbitan izin pemanfaatan
lahan. Oleh karena itu, permintaan akan peta dasar skala besar untuk
keperluan perencanaan tata ruang sangatlah besar.
Halaman | 30
● Manajemen Bencana
Halaman | 31
b. Layer transportasi dan kontur yang digunakan untuk menyusun
rencana jalur evakuasi dan pemilihan lokasi untuk tempat evakuasi,
dll
Recovery, Rehabilitation a. Peta dasar digunakan untuk menyusun rencana tata ruang dan
rencana relokasi
b. Peta dasar digunakan dalam proses rehabilitasi seperti pembangunan
infrastruktur, dll
Prevention and a. Simulasi risiko bencana menggunakan peta dasar untuk menyediakan
Mitigation informasi spasial
b. Menentukan suseptibilitas dan vulnerabilitas dalam mitigasi bencana,
dll
Relief a. Informasi dalam peta dasar digunakan untuk menentukan wilayah
prioritas tanggap bencana
b. Rute distribusi logistik, dll
Response a. Penilaian kerusakan cepat
b. Sumber peta risiko
c. Digunakan untuk melakukan analisis respon, dll
Prediction and Warning Informasi temporal peta dasar digunakan untuk memantau perubahan
kondisi alam akibat dampak perubahan iklim
Menyusun sistem peringatan dini berdasarkan pendekatan spasial, dll
Halaman | 32
skala besar membantu dalam merepresentasikan analisis tema data
tersebut sehingga data yang disajikan akan lebih detail dan spesifik.
(2). Agenda 2, referensi penyajian tema informasi kesehatan ibu dan anak.
Setiap data dan informasi pada unsur bangunan di peta dasar dapat
membantu identifikasi pada secara spasial.
(3). Agenda 3, referensi penyajian tema informasi sebaran lokasi
puskesmas, rumah sakit, dan apotek. Pada peta skala besar, lokasi
fasilitas kesehatan tersebut disajikan secara lebih akurat.
(4). Agenda 4, referensi penyajian tema informasi sebaran lokasi sekolah
mulai dari tingkat dasar hingga tingkat lanjut (SD, SMP, SMA, SMK,
dan Perguruan Tinggi). Pada peta skala besar, lokasi fasilitas sekolah
tersebut disajikan secara lebih akurat.
(5). Agenda 5, referensi dalam penyajian tema potensi desa (sosial-
ekonomi) terkait akses terhadap sanitasi dan kebersihan. Dengan
tersedianya peta dasar skala besar membantu dalam
merepresentasikan analisis tema data tersebut sehingga data yang
disajikan akan lebih detail dan spesifik. Dalam agenda ini, peta dasar
digunakan juga sebagai acuan dalam penyusunan peta RDTR
sehingga akan meminimalisir tumpang tindih perizinan dalam
pengendalian penggunaan air tanah.
(6). Agenda 7, referensi dalam penyajian tema sebaran utilitas demi
mencapai energi bersih dan terjangkau, seperti sebaran lokasi gardu
listrik dan sebaran pembangkit listrik.
(7). Agenda 8, acuan dalam penyajian tema sebaran lokasi akses layanan
keuangan dimana peta dasar skala besar memuat lokasi bank umum
dan lembaga keuangan.
(8). Agenda 9, referensi dalam penyajian jaringan transportasi demi
mendukung industri, inovasi dan infrastruktur.
(9). Agenda 10, referensi dalam penyajian sebaran Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk
mendukung pertumbuhan pendapatan.
(10). Agenda 11, dalam agenda ini peta dasar digunakan juga sebagai acuan
dalam penyusunan peta RDTR guna mendukung kota dan
permukiman yang berkelanjutan.
(11). Agenda 12, peta dasar digunakan untuk mengetahui sebaran fasilitas
publik misalnya bandara, terminal dan pelabuhan sehingga dapat
menghitung jumlah fasilitas publik yang menerapkan Standar
Pelayanan Masyarakat (SPM) dan teregister.
(12). Agenda 13-15, demi mendukung penanganan perubahan iklim,
ekosistem laut dan ekosistem darat, peta dasar menyajikan data dan
informasi unsur tutupan lahan yang dapat menjadi referensi dalam
penentuan lokasi sesuai tema yang diperlukan.
Halaman | 33
Berdasarkan contoh dan dukungan pada uraian tersebut, ketersediaan peta
dasar dapat membantu mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan
meliputi pendidikan bermutu; akses air bersih dan sanitasi; energi bersih
dan terjangkau; infrastruktur, industri, dan inovasi; kota dan komunitas
yang berkelanjutan; penanganan perubahan iklim; menjaga ekosistem laut;
dan menjaga ekosistem darat. Tersedianya peta dasar secara nasional ini
dapat bermanfaat untuk beberapa agenda pembangunan berkelanjutan.
Halaman | 34
penyelenggaraan IG dasar difokuskan pada penyediaan peta RBI skala besar
(skala 1:5.000) nasional.
B. Pertimbangan Ekonomis
Penguatan proses transformasi ekonomi dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan tahun 2045 menjadi fokus utama dalam rangka pencapaian
infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, layanan publik, serta
kesejahteraan rakyat yang lebih baik.
Halaman | 35
Gambar 3-2. Target Pertumbuhan Ekonomi Menuju Indonesia Maju
Halaman | 36
Pada rencana skema KPBUMN, pelaksanaan program dapat didanai
bersama oleh pemerintah (melalui APBN) dan BUMN dengan persentase
pendanaan sesuai kesepakatan. Pendapatan ekonomi (economic revenue)
pada pelaksanaan program penyelenggaraan IG dengan skema KPBUMN
diperoleh melalui komersialisasi layanan peta dasar (basemap service)
dalam bentuk pengembalian investasi dan keuntungan (profit), sehingga
keuntungan akan diperoleh baik untuk negara maupun BUMN dengan
persentase tergantung dari kesepakatan dan besarnya investasi yang
ditanamkan.
Hal ini akan dibahas lebih detail pada Bab IV Potensi Ekonomi Penggunaan
IG
Halaman | 37
Multiplier effect dari tersedianya IGD, dalam hal ini peta dasar khususnya
skala besar, yang lengkap, mutakhir dan berkualitas, untuk perekonomian
di Indonesia memang belum ada yang menghitung dengan pasti. Tetapi
belajar dari misalnya Amerika Serikat yang menunjukkan multiplier effect
sebagai-berikut2:
Halaman | 38
dengan catatan bahwa semua proses pengolahan data harus
dilaksanakan di Indonesia.
Halaman | 39
BAB IV. POTENSI EKONOMI PENGGUNAAN INFORMASI GEOSPASIAL DI
BERBAGAI SEKTOR
Kebutuhan terhadap peta dasar skala besar ini juga sudah tercantum dalam
berbagai peraturan perundang-undangan yaitu Peraturan Presiden Nomor
18 Tahun 2020 tentang RPJMN 2020-2024 dan Peraturan Presiden Nomor
23 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun
2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta pada Tingkat
Ketelitian Peta Skala 1: 50.000 yang mengamanatkan penyelesaian
penyediaan peta dasar skala besar untuk seluruh wilayah Indonesia di akhir
2024.
- Sektor Transportasi
Halaman | 40
- Sektor Perbankan
- Sektor Pemerintahan
Halaman | 41
- Sektor Gaya Hidup
Kebutuhan layanan peta dasar pada sektor ini meliputi sub sektor
marketplace, media sosial, travel-akomodasi, pasar properti, gaming, dan
pemasangan aplikasi basemap di smartphone. Untuk kebutuhan
marketplace, layanan peta dasar digunakan pada aplikasi seperti Shopee,
JD.ID, Tokopedia, Blibli, dkk untuk penentuan lokasi pembeli maupun
penjual. Sedangkan pada media sosial, layanan peta dasar digunakan
pengguna media sosial untuk menunjukkan lokasi titik dan geotagging.
Pada sub travel dan akomodasi, layanan peta dasar digunakan oleh
pengguna dengan mengakses aplikasi berbasis travel dan akomodasi
seperti Traveloka, Tiket.com, Air BnB, PegiPegi, Agida, Airy Room, Moovit
untuk melakukan pencarian lokasi berupa hotel, tempat makan, dan
akomodasi lainnya. Pada sub sektor properti, layanan peta dasar
digunakan untuk menampilkan dan melakukan pencarian lokasi
terhadap properti yang dibutuhkan pengguna pada aplikasi penyedia
seperti Rumah.com, Mamikos.com, Lamudi.co.id, dst. Penggunaan
layanan peta dasar pada sub sektor gaming dibutuhkan untuk
menampilkan lokasi titik dan geotagging (penentuan peringkat pengguna
berdasar wilayah administrasi). Penggunaan lain pada sektor ini berupa
pemasangan aplikasi basemap pada smartphone baru, namun haruslah
didukung dengan adanya regulasi dari Kementerian Perdagangan, BIG
serta supplier smartphone.
Halaman | 42
Estimasi
Tipe
No No Jenis Layanan pengguna Daftar Pengguna
Layanan
layanan/ Tahun
Halaman | 43
Estimasi
Tipe
No No Jenis Layanan pengguna Daftar Pengguna
Layanan
layanan/ Tahun
(Kakao Talk)
Sumber :
[1] Hootsuite Indonesia 2021
[2] katadata.co.id
[3] https://entrepreneur.uai.ac.id/
[4] dailysuites.id
[5] The Asian Post - Ride Hailing User App in Indonesia
[6] Mobile Legend Bang Bang
[7] dailysocial.id
[8] tek.id
[9] Penggalian informasi dari pengembang aplikasi
[10] kominfo.go.id
[11] Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) (selular.id)
[12] pln.co.id
[13] OJK KBMI 2021
[14] similiarweb.com
[15] Perkiraan sendiri
Halaman | 44
Kemudian, setelah Peraturan Presiden No.11 Tahun 2021 disahkan, diadakan
pertemuan antara Kepala BIG dengan Wakil Menteri I BUMN pada tanggal 22
Maret 2021 untuk membicarakan rencana KPBUMN ini. Dalam pertemuan ini,
Wakil Menteri I BUMN mengundang tiga BUMN jasa survei untuk hadir yaitu:
PT Biro Klasifikasi Indonesia, PT Sucofindo, dan PT Surveyor Indonesia. Wamen
I BUMN memerintahkan agar tiga BUMN secara bersama-sama melaksanakan
studi kelayakan terkait KPBUMN ini dalam jangka waktu 6 minggu.
BIG pernah diundang oleh PT Biro Klasifikasi Indonesia pada tanggal 31 Maret
2021 untuk menjelaskan secara umum tentang rencana KPBUMN ini.
Meskipun ini bukan merupakan kegiatan market sounding, tetapi ini dapat
dianggap sebagai penjajakan awal minat BUMN jasa survei untuk mengikuti
proyek KPBUMN ini. Tanggapan yang positif muncul dalam pertemuan ini, tidak
hanya dari BUMN jasa survei, tetapi juga dari BUMN-BUMN penyedia
infrastruktur dan pengguna informasi geospasial seperti PT. Telkom, PT. PLN
dan PT Inalum.
● Basemap Services
a. Tarif Peta Dasar Statis : $5.00 / 1.000 akses
b. Tarif Dinamis : $7.00 / 1.000 akses
● Geospatial Analytical Services
a. Tarif Routing : $5.00 / 1.000 akses
b. Tarif Find location : $17.00/ 1.000 akses
c. Tarif advanced routing : $10.00 / 1.000 akses
● Managed Services
a. Design, Plan, & Analyze : $50.00 /2 user (untuk pengguna
Pemerintah atau BUMN)
b. Design, Plan, & Analyze : $75.00 /2 user (untuk pengguna non-
Pemerintah atau non-BUMN)
Halaman | 45
● Layanan lainnya
a. Pemasangan aplikasi peta dasar di smartphone yang beredar di
indonesia: $0.75 / smartphone
b. Layanan analisis geospasial atau pemetaan tematik : tergantung
luasan dan kompleksitas data
c. Jenis layanan lain yang ditentukan oleh Badan Informasi Geospasial
Mekanisme penyesuaian tarif yang berdampak terhadap pendapatan dapat
dilakukan jika terjadi :
D. Potensi Pendapatan
Potensi pendapatan dalam proyek KPBUMN diperoleh dari layanan komersial
peta dasar dan layanan analisis geospasial. Jumlah prediksi pendapatan
dilakukan berdasarkan hasil survei statistik dari berbagai macam sumber yang
dihitung berdasarkan tarif dasar. Simulasi pendapatan dari layanan komersial
peta dasar disampaikan dalam Tabel 4-2 berikut ini.
Halaman | 46
Estimasi
Tarif Pengguna statis Tarif Pengguna Total Tarif Tarif Layanan dalam
No Jenis Layanan Penggunaan
map dinamis map Layanan ($) Rupiah
/ Tahun
Analisa lokasi analysis
bisnis
*[9]
5 Layanan 253.000.000 Design, Planning, and $ 5,400.00 $ 5,400.000 78,300,000.00
Jaringan analysis
Komunikasi
Seluler
*[10]
6 Layanan 839.334 Tarif Pengguna dinamis $5,875.34 $ 11,275.34 163,492,401.00
Jaringan map
Internet Fiber
*[11] Design, Planning, and $ 5,400.00
analysis
7 Layanan 77.190.000 Tarif Pengguna dinamis $540,330.00 $ 541,230.00 7,847,835,000.00
Jaringan map
Kelistrikan
Design, Planning, and $900.00
*[12]
analysis
8 Layanan 768 Design, Planning, and $57,600.00 $ 57,600.00 835,200,000.00
Perbankan analysis
*[13]
9 Kebutuhan Peta 6.576 Design, Planning, and $ 328,800.00 $ 328,800.00 4,767,600,000.00
Dasar untuk analysis
RDTR, RTRW
dan RZWP3K
(Kab/Kota +
Provinsi)
*[15]
10 Layanan 46.032 Design, Planning, and $ 2,301,600.00 $ 2,301,600.00 33,373,200,000.00
Tematik analysis
kedinasan
pemerintahan
*[15]
11 Smart City 100 Design, Planning, and $ 60,000.00 $ 60,000.00 870,000,000.00
*[15] analysis
Halaman | 47
Estimasi
Tarif Pengguna statis Tarif Pengguna Total Tarif Tarif Layanan dalam
No Jenis Layanan Penggunaan
map dinamis map Layanan ($) Rupiah
/ Tahun
14 Travel dan 290.871.785 Tarif Pengguna statis map $- $ 6.980.922,84 101.223.381.180,00
Akomodasi
Tarif Pengguna dinamis $ 2.036.102,50
* [7] [14]
map
Tarif Layanan Routing ($) / $-
satuan Akses
Tarif Layanan Pencarian $ 4.944.820,35
Lokasi ($) / Satuan Akses
Design, Planning, and $-
analysis
15 Property [3] 12.000.000 Tarif Pengguna statis map $- $ 288.000,00 4.176.000.000,00
Sumber :
[1] Hootsuite Indonesia 2021
[2] katadata.co.id
[3] https://entrepreneur.uai.ac.id/
[4] dailysuites.id
[5] The Asian Post - Ride Hailing User App in Indonesia
[6] Mobile Legend Bang Bang
[7] dailysocial.id
[8] tek.id
[9] Penggalian informasi dari pengembang aplikasi
[10] kominfo.go.id
[11] Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) (selular.id)
[12] pln.co.id
[13] OJK KBMI 2021
Halaman | 48
Estimasi
Tarif Pengguna statis Tarif Pengguna Total Tarif Tarif Layanan dalam
No Jenis Layanan Penggunaan
map dinamis map Layanan ($) Rupiah
/ Tahun
[14] similiarweb.com
[15] Perkiraan sendiri
● Skenario 1:
○ Pembiayaan penyediaan peta dasar beserta infrastrukturnya disediakan
sepenuhnya oleh BUMN Pelaksana sebagai investasi tanpa pembiayaan
dari APBN
○ Biaya penyediaan peta dasar beserta infrastrukturnya adalah sebesar Rp
4,313 triliun yang harus tersedia dalam 2 (dua) tahap sebagai-berikut:
■ Tahap I: Rp 2,634 triliun (tahun 2022-2024)
■ Tahap II: Rp 1,679 triliun (tahun 2025-2027)
○ BUMN Pelaksana memerlukan pinjaman sebesar 80% untuk investasi
penyediaan peta dasar beserta infrastrukturnya untuk setiap tahapnya
dengan tingkat bunga 8%/tahun selama 10 tahun;
○ Lama kontrak 25 tahun;
○ Komersialisasi ditargetkan berjalan penuh pada tahun ke-5, tetapi sudah
dimulai pada tahun ke-3 dengan perkiraan pemasukan sebesar 25% dan
Halaman | 49
tahun ke-4 dengan perkiraan pemasukan 50% dari layanan komersial yang
sudah berjalan penuh;
○ Terdapat pembagian keuntungan antara BIG dengan BUMN Pelaksana
adalah 20:80;
○ Simulasi keuangan untuk skenario ini digambarkan dalam Gambar 4-1.
Dengan skenario ini, maka Break Even Point atau BEP (saat ketika
akumulasi pengeluaran sama dengan akumulasi pendapatan sampai
dengan tahun tersebut) terjadi pada tahun 2030. Artinya mulai saat itu
sebenarnya sudah terdapat akumulasi keuntungan positif dari proyek
KPBUMN ini. Total akumulasi keuntungan BUMN Pelaksana di akhir
kontrak pada tahun 2047 adalah sebesar Rp 23,71 triliun sedangkan
total akumulasi bagian keuntungan untuk PNBP BIG adalah sebesar Rp
6,43 triliun.
Keterangan :
Halaman | 50
i2 = Discount rate maksimal
● Skenario 2:
Halaman | 51
Pelaksana menjadi lebih kecil. Dengan ini maka total akumulasi PNBP
BIG di akhir kontrak yaitu Rp 15,768 triliun, akan sedikit lebih besar
dibandingkan dengan total akumulasi keuntungan BUMN Pelaksana
yaitu sebesar Rp 14,38 triliun.
● Skenario 3
Skenario 3 ini tentunya juga akan menghasilkan hasil yang sama dengan
dua skenario sebelumnya sampai dengan BEP. Perubahan pembagian
porsi keuntungan secara bertahap setelah BEP sampai dengan tercapai
pembagian 50:50, membuat total akumulasi keuntungan untuk BUMN
Pelaksana dan total akumulasi PNBP BIG menjadi hampir sama yaitu Rp
14,80 triliun untuk BUMN Pelaksana dan Rp 15,34 triliun untuk PNBP
BIG.
Halaman | 52
IRR untuk Skenario 3 ini berada di antara IRR Skenario 1 dan Skenario
2 yaitu 14,51%.
Halaman | 53
BAB V. ANALISIS BIAYA MANFAAT SOSIAL DAN ANALISIS NILAI MANFAAT
UANG (VALUE FOR MONEY)
Halaman | 54
kebencanaan, peta desa, dst dapat segera dipenuhi (sebelumnya, harus
menunggu peta dasar tersedia).
d. Meningkatkan pendapatan pemerintah melalui PNBP berdasarkan perjanjian
kerjasama.
e. Peningkatan pemanfaatan IGD di sektor non pemerintah khususnya di bisnis
IG hilir sehingga meningkatkan nilai ekonomi dan iklim investasi.
f. Tersedianya opsi layanan IG berupa layanan untuk navigasi dan analisa
spasial yang terpercaya, komprehensif, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan dan lebih terjangkau.
Tujuan dari Analisis Nilai Manfaat Uang (Value for Money/VfM) adalah untuk
membandingkan dampak finansial dari proyek KPBUMN (perkiraan penawaran
badan usaha milik negara) terhadap alternatif penyediaan IGD secara tradisional
menggunakan APBN oleh Pemerintah (Public Sector Comparator/PSC). Secara
umum, sebuah proyek KPBUMN layak untuk dipertimbangkan apabila memiliki
nilai VfM yang positif, yaitu ketika biaya atau cost untuk melaksanakan proyek ini
secara tradisional oleh Pemerintah (skema PSC) bernilai lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan biaya atau cost apabila dilaksanakan dengan skema
KPBUMN. Analisis VfM dapat dilakukan secara kuantitatif maupun secara
kualitatif.
Analisis Kuantitatif
Dengan skema KPBUMN, biaya proyek akan menjadi lebih murah karena ada
sebagian risiko yang awalnya diemban oleh Pemerintah yang kemudian beralih
menjadi risiko yang harus ditanggung oleh BUMN Pelaksana, sebagaimana
digambarkan pada Gambar 5-1 berikut ini:
Halaman | 55
Gambar 5-1. Konsep dasar Value for Money dalam sebuah proyek KPBU3.
Komponen biaya untuk proyek percepatan penyediaan peta dasar skala besar
(1:5.000) yang dilanjutkan dengan operasionalisasi layanan berbasis peta dasar
dan pemutakhirannya, apabila dilaksanakan dengan skema pengadaan APBN
(PSC) dan skema KPBUMN dapat diidentifikasi sebagai-berikut.
Biaya ini adalah biaya produksi yang dibutuhkan untuk 2 (dua) tahapan
utama penyediaan peta dasar, yaitu:
Biaya ini harus dikeluarkan pada 2 tahap yaitu Tahap I (2022-2024) dan
Tahap II (2025-2027). Baik untuk skema PSC maupun untuk skema KPBUMN,
biaya yang diperlukan untuk komponen ini adalah sama.
3 Sumber: Value for Money (VfM) dan Manajemen Pendukung dalam Penyiapan Proyek Kerjasama Pemerintah
dengan Badan Usaha (KPBU), PT Sarana Multi Infrastruktur (Persero), disampaikan dalam Pelatihan Kelayakan
Penyiapan KPBUMN
Halaman | 56
2. Biaya Penyediaan Infrastruktur Peta Dasar dan Layanan Komersial
Perkiraan BIG untuk biaya komponen ini adalah Rp 234 miliar, yang akan
tetap sama baik untuk skema PSC maupun untuk skema KPBUMN.
Untuk meyakinkan bahwa kualitas produk peta dasar yang dihasilkan dalam
proyek ini memenuhi persyaratan spesifikasi teknis yang ditetapkan BIG,
maka diperlukan pekerjaan kontrol kualitas. Untuk skema PSC, pekerjaan ini
merupakan kontrak pekerjaan konsultansi yang terpisah dari kontrak
pekerjaan penyediaan peta dasar dan infrastrukturnya. Dengan asumsi bahwa
pengadaan jasa konsultansi ini menggunakan tender internasional, perkiraan
biayanya adalah Rp 213 miliar selama proses penyediaan peta dasar yaitu
tahun 2022-2027. Untuk skema KPBUMN, kontrol kualitas tetap dapat
menjadi beban BUMN Pelaksana sehingga BUMN Pelaksana harus melakukan
kontrak untuk pekerjaan kontrol kualitas ini dengan pihak lain. Dengan
demikian, maka dapat diasumsikan bahwa komponen biaya untuk kontrol
kualitas juga akan memiliki nilai yang sama baik untuk skema PSC maupun
skema KPBUMN.
Biaya operasional layanan komersial terdiri atas biaya yang digunakan untuk
operasional penyediaan layanan basemap (Operation Cost Basemap Services)
dan layanan analisis dan konsultasi (Operation Cost of Analysis and Consulting
Services). Kebutuhan terhadap Operation Cost Basemap Services setiap tahun
diperhitungkan sebesar Rp 40 Miliar dengan memperhitungkan adanya inflasi
sebesar 4% setiap tahun. Sedangkan Operation Cost of Analysis and Consulting
Services yang dibutuhkan setiap tahun mencapai Rp 15 Miliar dengan
perhitungan pengaruh inflasi sebesar 4% setiap tahun. Biaya operasional
mulai diperlukan sejak tahun ke-lima proyek yaitu pada saat penyediaan
layanan mulai dilakukan.
Apabila kontrak KPBUMN ini diasumsikan 25 tahun dari 2022 s/d 2047, maka
total kebutuhan biaya operasional layanan komersial ini adalah sebesar Rp
1,778 triliun.
Halaman | 57
5. Biaya Pemutakhiran Data dan Pemeliharaan Infrastruktur
6. Biaya Pengadaan
Untuk skema PSC, diasumsikan proyek ini dilaksanakan dengan pola tahunan
sebagaimana pekerjaan yang dibiayai APBN pada umumnya, sehingga proses
pengadaan (tender atau lelang) juga harus dilaksanakan setiap tahun. Total
jumlah lelang yang harus dilaksanakan untuk skema PSC adalah:
Komponen ini adalah biaya yang dibutuhkan oleh BIG untuk mengelola proyek
ini, yang meliputi kegiatan seperti koordinasi dengan berbagai pemangku
kepentingan, pelatihan, monitoring, dan supervisi proyek. Biaya manajemen
proyek ini adalah sebesar Rp 69,3 miliar untuk tahun 2022-2027 ketika
tahapan penyediaan peta dasar skala besar, ditambah dengan Rp 10 miliar per
tahun untuk tahun-tahun seterusnya sampai akhir kontrak kerja sama
Halaman | 58
sehingga total kebutuhan untuk komponen ini adalah Rp 260 miliar.
8. Biaya Risiko
Biaya risiko lain belum dapat dikuantifikasi, tetapi diperkirakan bernilai sama
baik untuk skema PSC maupun untuk skema KPBU sehingga tidak
berpengaruh dalam perhitungan VfM.
Halaman | 59
Total analisis kuantitatif perhitungan VfM disampaikan dalam Tabel 5-1 berikut ini.
Tabel 5-1. Analisis Kuantitatif Biaya Proyek dengan Skema PSC dan Skema
KPBUMN untuk menghitung Value for Money
No. Komponen Biaya PSC KPBUMN
(Rp M) (Rp M)
6. Pengadaan 15 0,3
8. Risiko (Pengurang):
Halaman | 60
Dari komponen biaya yang dapat dikuantifikasi, termasuk biaya resiko, dapat
disimpulkan bahwa nilai besaran kuantitatif biaya proyek PSC adalah lebih besar
daripada dengan skema KPBUMN maka dapat dinyatakan bahwa KPBUMN lebih
efisien dibandingkan dengan PSC.
Aspek lain yang harus diperhitungkan dalam penentuan VfM adalah Competitive
Neutrality yang merupakan prinsip dasar hukum dan kebijakan persaingan bahwa
perusahaan harus bersaing berdasarkan keunggulan dan tidak boleh mengambil
keuntungan dari keuntungan yang tidak semestinya, misalnya karena kepemilikan
atau kebangsaan mereka.
Analisis Kualitatif
Berdasarkan hasil kajian nilai manfaat uang, penyediaan peta dasar skala besar
yang dilanjutkan dengan penyediaan layanan berbasis peta dasar kepada pengguna
dengan skema KPBUMN ini akan sangat bermanfaat dan memberikan nilai ekonomi
yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan skema pembiayaan menggunakan
APBN.
Halaman | 61
BAB VI. KESESUAIAN RENCANA KPBUMN DENGAN KEBIJAKAN NASIONAL
● Naskah Lampiran I.
Halaman | 62
● Matrik Pembangunan RPJM Nasional Tahun 2020-2024, tercantum dalam
Lampiran III.
Renstra BIG Tahun 2020 - 2024 merupakan arahan yang akan dijabarkan ke
dalam rencana program dan kegiatan di setiap satuan unit kerja di lingkungan
BIG untuk mencapai sasaran-sasaran strategis Lembaga dalam rangka
mendukung pencapaian sasaran nasional. Renstra BIG Tahun 2020 - 2024,
memuat:
Halaman | 63
● target kinerja dan kerangka pendanaan
Sesuai dengan arahan kebijakan dan strategi nasional yang tertuang dalam
RPJMN Tahun 2020-2024, secara garis besar dapat ditarik benang merah
bahwa penyelenggaraan informasi geospasial oleh BIG diarahkan pada:
Halaman | 64
● PN II - Mengembangkan Wilayah untuk Mengurangi Kesenjangan dan
Menjamin Pemerataan, terkait penyediaan data dan informasi geospasial
(peta dasar) skala 1:5.000 secara nasional, penetapan batas wilayah
administratif desa/kelurahan, serta pemetaan rupabumi dan toponim
skala 1:5.000 untuk mendukung pembangunan ibu kota negara yang
baru. Sebagian besar kegiatan BIG dalam PN II masuk dalam konteks
penerapan PTSP Prima berbasis elektronik, dimana dalam
pelaksanaannya terdapat komponen izin lokasi yang merupakan bagian
dari perizinan usaha. Izin lokasi sangat penting dalam proses memulai
usaha termasuk investasi di Indonesia. Mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik, penerbitan izin lokasi kepada pelaku
usaha dilaksanakan sesuai peruntukannya menurut RDTR dan/atau
rencana umum tata ruang kawasan yang bersangkutan. Terkait dengan
hal tersebut, ketersediaan data dan informasi geospasial khususnya IGD
skala besar (1:5.000), serta peta batas wilayah administrasi menjadi
kebutuhan tak terelakkan dalam sinkronisasi izin lokasi terhadap peta
dan peruntukan lokasi sesuai tata ruang masing-masing wilayah, dimana
RTRW dan RDTR menjadi dasar penetapan tempat lokasi usaha dan/atau
kegiatan dalam penerbitan izin lokasi. Dengan kata lain, penyelenggaraan
informasi geospasial berperan penting dalam upaya untuk mendorong
kemudahan berusaha di berbagai wilayah di Indonesia yang bermuara
pada peningkatan investasi. Dengan demikian diharapkan pemerataan
dapat diupayakan dan kesenjangan wilayah dapat dikurangi.
Halaman | 65
nasional terkait erat dengan aspek lingkungan strategis nasional -
Ketersediaan Informasi Geospasial sebagai Manifestasi Kedaulatan NKRI.
BIG akan mendukung penguatan integritas NKRI melalui percepatan
penetapan batas wilayah negara baik wilayah darat maupun laut yaitu
melalui kegiatan penyelesaian tanda batas negara, peta batas negara,
kesepakatan teknis perundingan batas laut, kesepakatan teknis
perundingan batas darat, serta kebijakan koordinasi hukum, dan
perjanjian maritim.
Secara implisit, penyediaan informasi geospasial dasar skala besar oleh BIG
juga berkaitan dengan PN V - Memperkuat Infrastruktur untuk Mendukung
Pengembangan Ekonomi dan Pelayanan Dasar, dimana informasi geospasial
akan berperan besar dalam mendukung proses inventarisasi kebutuhan dan
keunggulan kompetitif wilayah serta pengembangan konektivitas wilayah.
Halaman | 66
● memberikan kemudahan dan kepastian hukum dalam berinvestasi serta
perizinan pemanfaatan ruang; dan
Hal-hal di dalam Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016 yang diubah melalui
Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2021 dituangkan dalam Lampiran
Rencana Aksi Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta, yang meliputi:
Halaman | 67
● Memutakhirkan Peta RBI skala 1:50.000 untuk seluruh wilayah
Indonesia yang harus dicapai juga pada Desember 2024.
Sistem produksi peta RBI yang ada saat ini adalah menggunakan sumber data
(DG Dasar) yang bervariasi untuk penyusunan peta RBI pada skala yang
berbeda. Sistem produksi tersebut memiliki beberapa kekurangan,
diantaranya:
● Potensi proses produksi yang jauh lebih lama, karena peta RBI pada skala
yang berbeda diproduksi secara terpisah.
Salah satu solusi untuk mengatasi kendala tersebut adalah melalui penyediaan
peta RBI skala 1:5.000 untuk seluruh wilayah Indonesia, sedangkan peta RBI
skala 1:50.000 dimutakhirkan melalui generalisasi peta RBI skala 1:5.000
tersebut. Karena menggunakan sumber data yang sama, metode tersebut akan
mengurangi atau menghilangkan potensi ketidaksesuaian geometri dan
informasi pada peta RBI yang berbeda skala. Selain itu, proses produksi dapat
dilakukan secara berkesinambungan, sehingga dapat diselesaikan lebih cepat
dan biaya produksi terutama untuk pengadaan sumber data dapat dikurangi,
karena hanya dibutuhkan 1 (satu) jenis sumber data, yaitu sumber data untuk
pemetaan skala 1:5.000. Dengan mempertimbangkan hal tersebut, percepatan
penyelenggaraan IGD pada skala 1:5.000 di seluruh Wilayah Indonesia yang
menerapkan teknologi akuisisi dan pemetaan dasar, serta prosedur pengadaan
data dan informasi geospasial dasar secara optimal penting untuk dilakukan.
Halaman | 68
berorientasi pada substansi, RPJMN 2020 - 2024 disusun dengan menerapkan
pendekatan THIS, sebagai berikut:
Halaman | 69
Paket Kebijakan Ekonomi VIII yang dikeluarkan pemerintah pada akhir 2015 di
dalamnya memuat Kebijakan Satu Peta (KSP) untuk mendorong pertumbuhan
ekonomi nasional. Kebijakan tersebut kemudian ditetapkan melalui Peraturan
Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Percepatan Implementasi Kebijakan Satu
Peta untuk tingkat kedetailan peta skala 1:50.000 yang kemudian diperbaharui
dengan Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2021. Paket kebijakan tersebut
bertujuan untuk mewajibkan penggunaan satu peta dasar, satu standar, satu
basis data, dan satu referensi untuk seluruh kegiatan yang berkaitan data spasial
dalam pembangunan nasional termasuk di dalamnya penerbitan rencana tata
ruang dan izin pengoperasian lahan. Fokus utama KSP adalah penyediaan peta
dasar sebagai acuan dasar untuk menjustifikasi permasalahan tata batas dari
hasil analisis IG tematik, sehingga keputusan yang bijak dan tepat tentang
perizinan pemanfaatan lahan dapat diberikan tanpa adanya perselisihan.
Halaman | 70
BAB VII. RENCANA PELAKSANAAN KPBUMN
Halaman | 71
Pemerintah Pusat dengan Badan Usaha Milik Negara dalam
Penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar, yang merupakan aturan
turunan langsung dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020; dan
Tim pelaksana kerja sama ditetapkan oleh kepala BIG melalui SK Kepala
BIG Nomor 26.1 Tahun 2021 tentang Tim Pelaksana Kerja Sama antara
Pemerintah Pusat dengan Badan Usaha Milik Negara dalam
Penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar. Kepala Badan menunjuk
Deputi IGD, secara ex-officio, sebagai ketua tim pelaksana KPBUMN. Tim
pelaksana KPBUMN terdiri atas tim perencanaan dan penyiapan
KPBUMN; tim pengendali atas pelaksanaan perjanjian KPBUMN; dan
sekretariat.
Halaman | 72
(c). melakukan koordinasi dengan kementerian/lembaga dan
pemerintah daerah terkait; dan
3) Teknis
Analisis teknis untuk pelaksanaan KPBUMN ini sudah dilakukan. Proses
pembuatan peta dasar skala besar yang kemudian digeneralisasi untuk juga
menghasilkan peta dasar skala menengah dan skala kecil, terdiri atas 2 (dua)
tahapan:
i). Akuisisi data geospasial dasar (DG Dasar) berupa citra atau foto udara
tegak, data ketinggian dalam bentuk DSM dan DTM
ii). Produksi peta dasar 3D dari DG Dasar untuk menghasilkan basis data
peta dasar digital dengan spesifikasi teknis tertentu.
Dengan memperhatikan luas wilayah Indonesia, karakteristik geografis,
cuaca, dan target waktu penyelesaian, skenario yang paling optimal untuk
proses akuisisi data adalah penggunaan kombinasi teknologi pemotretan
udara dan LIDAR, airborne Synthetic Aperture Radar (SAR), dan Citra Satelit
Resolusi Tinggi (CSRT).
Sedangkan untuk produksi peta dasar 3D, penggunaan teknologi Artificial
Intelligence dalam hal ini Deep Learning merupakan suatu keharusan untuk
mempercepat proses produksi agar target waktu penyelesaian dapat dicapai.
Prosedur akuisisi (pengumpulan) DG Dasar dan spesifikasi teknis untuk
keluarannya sudah diatur dalam Peraturan BIG Nomor 18 Tahun 2021
tentang Tata Cara Penyelenggaraan IG.
Sumber daya yang akan disediakan oleh BIG dalam pelaksanaan KPBUMN
ini adalah:
Halaman | 73
● Jaring Kontrol Geodesi baik yang berupa stasiun CORS maupun titik
kontrol konvensional, untuk digunakan sebagai referensi posisi dalam
proses penyediaan peta dasar.
● Basis data peta dasar (peta Rupabumi Indonesia) digital yang sudah
tersedia untuk digunakan sebagai acuan dalam proses penyelarasan data
dengan peta dasar yang dihasilkan, maupun untuk proses pemutakhiran
data.
● DG Dasar berupa foto udara dan data lidar yang sudah tersedia di BIG
tetapi produksi peta dasarnya belum dilaksanakan untuk wilayah
tersebut.
● Tim supervisi dan kontrol kualitas yang bersama-sama dengan tim BUMN
Pelaksana akan melakukan pengawasan dan pengecekan terhadap
kualitas data yang dihasilkan.
4) Ekonomi dan Komersial
Kajian terhadap potensi ekonomi dan komersial telah dilakukan dengan
hasil sebagai berikut:
Halaman | 74
● Dampak sosial dan ekonomi yang lebih luas kepada masyarakat
dengan tumbuhnya industri sektor hilir pemanfaatan informasi
geospasial.
Jenis layanan baik yang bersifat komersial maupun non komersial yang
harus dibangun dalam KPBUMN ini akan ditetapkan oleh Kepala BIG,
untuk melindungi kepentingan umum. Kemudian penyesuaian tarif
yang berdampak terhadap pendapatan dapat dilakukan jika terjadi
Halaman | 75
kenaikan biaya KPBUMN (cost over run); penyesuaian masa kontrak;
pengembalian melebihi tingkat maksimum yang ditentukan (clawback
mechanism); serta pemberian insentif atau pemotongan pembayaran
dalam hal pemenuhan kewajiban penyediaan peta dasar.
e). Keuangan
Halaman | 76
B. Ruang Lingkup KPBUMN
1). Penyediaan Peta Dasar 2-dimensi dan 3-dimensi berbagai skala mencakup
seluruh wilayah Indonesia melalui:
Halaman | 77
d. penyediaan peta dasar di wilayah laut, dapat dilaksanakan pada wilayah
prioritas sesuai kebutuhan setelah penyediaan peta dasar di wilayah
darat selesai.
2). pembangunan sistem produksi peta dasar secara terintegrasi berbasis cloud
sebagai infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi untuk
memfasilitasi pelaksanaan percepatan penyediaan peta dasar skala besar.
3). pemutakhiran peta dasar berbagai skala secara berkelanjutan dalam hal
terjadi perubahan terhadap unsur-unsur peta dasar.
4). penggunaan IGD, meliputi jaring kontrol geodesi dan peta dasar, secara
komersial untuk memberikan kepastian pengembalian investasi oleh BUMN,
meliputi antara lain:
Dengan skema bahwa pembiayaan penyediaan peta dasar skala besar (1:5.000)
seluruhnya berasal dari investasi BUMN Pelaksana tanpa ada pembiayaan
sebagian dari APBN, maka model atau bentuk KPBUMN yang dipilih adalah
Build-Operate-Transfer atau BOT. Ini diadopsi dari skema KPBU untuk
pembangunan infrastruktur yang disesuaikan untuk KPBUMN, yaitu:
Halaman | 78
● Build.
BUMN Pelaksana akan melaksanakan percepatan penyediaan peta dasar
di seluruh wilayah Indonesia termasuk pemutakhirannya secara
berkelanjutan, dengan pembiayaan yang bersumber dari investasi BUMN
Pelaksana.
● Operate.
BUMN Pelaksana diberikan hak untuk mengelola IGD hasil KPBUMN dan
mendapatkan lisensi untuk penggunaan IGD secara komersial guna
memberikan kepastian pengembalian investasinya dalam penyediaan
IGD. Pengembalian investasi oleh BUMN Pelaksana dilakukan melalui
pemberian nilai tambah terhadap IGD hasil KPBUMN dan
mengintegrasikan IGD dengan data dan informasi lainnya untuk
menghasilkan produk IG tertentu atau produk turunan dari IGD yang
dapat dikomersilkan untuk memperoleh keuntungan. Produk IG tertentu
atau produk turunan dari IGD hasil KPBUMN merupakan IG Tematik
yang menjadi milik BUMN Pelaksana.
● Transfer.
BUMN Pelaksana akan menyerahkan aset berupa IGD yang dihasilkan
dari KPBUMN kepada BIG di akhir masa perjanjian kerja sama.
Halaman | 79
Kepala BIG selaku Penanggung Jawab (PJ) KPBUMN menandatangani
perjanjian kerja sama dengan BUMN Pelaksana yang telah dipilih
berdasarkan proses seleksi untuk ikut serta dalam penyelenggaraan IGD.
Sumber pembiayaan dalam penyelenggaraan IGD berasal sepenuhnya
dari investasi BUMN Pelaksana yang dapat diperoleh dari internal BUMN
maupun dari pinjaman pihak ketiga. Untuk memberikan kepastian dalam
pengembalian investasi, BUMN Pelaksana akan diberikan hak dalam
bentuk lisensi untuk penggunaan IGD secara komersial selama masa
perjanjian kerjasama.
Kerja sama BUMN Pelaksana dengan BUMN lain dan/atau badan usaha
lain harus dilakukan berdasarkan kaidah bisnis yang baik.
D. Hasil KPBUMN
1). Tersedianya peta dasar multi skala, meliputi:
a). DG dasar skala besar (1:5.000)
b). Peta dasar skala 1:5.000
c). Peta dasar skala 1:25.000
d). Peta dasar skala 1:50.000
e). Peta dasar skala 1:250.000
f). Peta dasar skala 1:1.000.000
g). data-data lain yang terkait
2). tersedianya Sistem Produksi Peta Dasar Berbasis Cloud, mencakup:
a). sistem pemrosesan DG hasil akuisisi menjadi DG Dasar.
b). sistem pembuatan peta dasar untuk skala besar, skala menengah dan
skala kecil.
c). sistem pemutakhiran peta dasar secara berkelanjutan.
d). sistem pengelolaan DG Dasar dan IGD secara terpadu.
e). sistem publikasi dan layanan IGD.
3). tersedianya layanan IGD dan analisis geospasial:
a). Sistem produksi peta dasar berbasis cloud.
Halaman | 80
b). Nilai tambah terhadap IGD dalam rangka penggunaan IGD secara
komersial.
c). IGD yang terintegrasi dengan data dan informasi lainnya menjadi
informasi geospasial tematik (IGT) tertentu di berbagai sektor untuk
mendukung pembangunan nasional dalam rangka penggunaan IGD
secara komersial.
d). Layanan berbasis komersial dan/atau non komersial dalam rangka
penggunaan IGD.
4). termutakhirkannya peta dasar multi-skala
a). Peta dasar skala 1:1.000.
b). Peta dasar skala 1:5.000.
c). Peta dasar skala 1:25.000.
d). Peta dasar skala 1:50.000.
e). Peta dasar skala 1:250.000.
f). Peta dasar skala 1:500.000.
g). Peta dasar skala 1:1.000.000.
Halaman | 81
Tabel 7-1. Investasi BUMN Pelaksana tanpa pembiayaan sebagian dari
APBN (dalam Rp)
Penyediaan Peta Dasar (2022 – 2027)
Dalam skema ini, BIG akan menyediakan anggaran melalui APBN sebesar Rp
69.300.000.000,- untuk keperluan manajemen proyek (koordinasi, manajemen,
capacity building, pendampingan pelaksanaan KPBUMN, dll).
Halaman | 82
Tabel 7-2. Jangka waktu pelaksanaan untuk masing-masing sub-kegiatan
Durasi
Sub Kegiatan 2022 2023 2024 2025 2026 2027 ..... 2047
(Tahun)
Kontrol Kualitas 25
Pemutakhiran dan
2024-2047
Pemanfaatan IGD
Halaman | 83
Dukungan fiskal dapat diberikan setelah mendapat persetujuan dari
Menteri Keuangan Republik Indonesia. Kepastian bentuk dukungan fiskal
ini akan disampaikan sebelum penandatangan perjanjian KPBUMN. Dalam
hal, kepastian bentuk dukungan fiskal diberikan setelah penandatanganan
perjanjian KPBUMN, maka akan dilakukan addendum terhadap perjanjian
KPBUMN.
a. perizinan;
b. peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam penyelenggaraan
IGD kepada BUMN Pelaksana; dan/atau
c. kebijakan terkait kewajiban penggunaan satu peta dasar resmi bagi
setiap pengguna di Indonesia (K/L/Pemda/Badan Usaha/Kelompok
Orang/Orang Perseorangan) sebagai implementasi dari Kebijakan Satu
Peta.
d. dukungan non fiskal lainnya.
1. Identifikasi Risiko
Halaman | 84
Alokasi risiko adalah pembagian risiko proyek kerjasama dengan prinsip
dasar bahwa risiko dibagi dan dibebankan kepada pihak yang paling
mampu untuk mengendalikan risiko tersebut. Alokasi risiko meliputi
pembagian risiko proyek antara pihak pemerintah dan badan usaha milik
negara berdasarkan prinsip alokasi risiko. Prinsip dari alokasi risiko adalah
bahwa pihak yang paling dapat mengendalikan suatu risiko tertentu
hendaknya juga menanggung risiko tersebut. Strategi alokasi risiko tidak
hanya menentukan pihak mana yang memiliki kemampuan terbaik
menerima risiko, waktu yang paling tepat dan solusi alternatif juga harus
dipertimbangkan untuk memastikan alokasi risiko yang tepat. Tabel 7-3
menunjukkan pembagian alokasi risiko untuk masing-masing pihak dalam
KPBUMN.
Politik ✔
Finansial ✔
Operasional ✔
Pasar ✔
Suku Bunga ✔
Nilai Tukar ✔
Kahar ✔ ✔
Pendapatan ✔
Halaman | 85
Hal pertama yang diperlukan untuk melaksanakan tahapan ini adalah
dengan mengumpulkan data yang relevan terhadap risiko yang akan
dianalisis. Data-data ini dapat diperoleh dari data historis pekerjaan atau
dari pengalaman proyek pada masa lalu. Setelah data yang dibutuhkan
terkumpul, selanjutnya dilakukan proses evaluasi dampak dari sebuah
risiko. Proses evaluasi dampak risiko dilakukan dengan mengkombinasikan
antara probabilitas (sebagai bentuk kuantitatif dari faktor
ketidakpastian/uncertainty) dan dampak atau konsekuensi dari terjadinya
sebuah risiko. Untuk melakukan proses evaluasi tersebut, dibutuhkan
suatu parameter yang jelas untuk dapat mengukur dampak dari suatu
risiko dengan tepat. Parameter probabilitas risiko bisa diklasifikasikan
menjadi 5 parameter, yaitu Jarang terjadi, Agak jarang terjadi, Mungkin
terjadi, Sering terjadi dan Hampir pasti terjadi. Kemudian untuk parameter
konsekuensi risiko juga terbagi menjadi 5 parameter, seperti Tidak
Signifikan, Kecil, Sedang, Besar dan Sangat signifikan.
4. Mitigasi Risiko
Mitigasi risiko (risk mitigation) disebut juga sebagai penanganan risiko. Pada
tahapan ini risiko ditangani sampai batas yang dapat diterima. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi akibat dari risiko yang sudah teridentifikasi.
Pelaksanaan mitigasi risiko bisa dibagi menjadi 4 jenis, yaitu : menahan
risiko (Risk retention), mengurangi risiko (Risk reduction), memindahkan
risiko (Risk transfer) dan menghindari risiko (Risk avoidance).
Halaman | 86
No Tahapan Risiko Penyebab Dampak Mitigasi
A. Politik
1 Pelaksanaan Perubahan Pergantian pimpinan kebijakan terkait Jaminan dari pemerintah
Proyek arah kebijakan KPBUMN tidak
dilanjutkan
B. Finansial
3 Rencana Tidak tersedia 1. Nilai investasi Pekerjaan Percepatan 1. Koordinasi intensif
Anggaran calon pelaksana kegiatan terlalu Penyelenggaraan IGD dengan pihak terkait
KPBUMN KPBUMN besar tidak terlaksana (Bappenas,
Kementerian BUMN,
2. Waktu yang tidak DJPPR Kemenkeu)
cukup dan luasan
area pekerjaan 2. Penyiapan dokumen
yang sangat besar teknis secara optimal
3. Potensi
komersialisasi
tidak sepadan
dengan nilai
investasi
Halaman | 87
No Tahapan Risiko Penyebab Dampak Mitigasi
Percepatan
9 Waktu seleksi Belum familiar 1. Waktu Mengajukan
melebihi jadwal dengan pemilihan penyelesaian perpanjangan waktu
yang secara manual mundur yang untuk tahap seleksi
ditentukan. dengan skema menyebabkan
KPBUMN keterlambatan
pekerjaan
2. Tidak selesainya
target kegiatan
Percepatan
10 Proses Keterlambatan Keadaan pandemi Waktu penyelesaian Penandatanganan
Kontrak penandatangan mundur yang kontrak pekerjaan
an kontrak menyebabkan secara daring
kerjasama keterlambatan
pekerjaan
11 Proses Belum familiar Waktu penyelesaian Rekanan yang
pemilihan dengan mekanisme mundur yang diperlukan untuk
rekanan pemilihan/pengadaa menyebabkan keberlangsungan proyek
penyedia (pihak n di BUMN keterlambatan dipilih oleh BUMN
ketiga) oleh pekerjaan Pelaksana dari awal
BUMN setelah studi kelayakan
membutuhkan
waktu
12 Pengadaan Rencana Jalur 1. Penggunaan data 1. Kriteria sidelap 1. KAK
Data terbang tidak pendukung foto dan lidar 2. Pemutakhiran
Geospasial sesuai (Misal: data DEM) tidak terpenuhi Dokumen Keputusan
Dasar yang tidak akurat 2. Kualitas data Kepala Pusat PRT No.
Wilayah 2. Proses QC lidar dan foto 1 Tahun 2020 tentang
Urban internal tidak udara tidak Petunjuk Pelaksanaan
berjalan baik dan sesuai Pekerjaan Akuisisi
teliti Foto Udara dan Lidar
3. Supervisi dan QC oleh
Tim dari PJPK
13 Rencana Rencana Sebaran Akurasi foto udara 1. KAK
Persebaran dibuat tanpa kurang baik 2. Pemutakhiran
tidak merata berkoordinasi Dokumen Keputusan
dan jumlah dengan tim Supervisi Kepala Pusat PRT No.
Titik Kontrol 1 Tahun 2020 tentang
yang tidak Petunjuk Pelaksanaan
sesuai Pekerjaan Akuisisi
Foto Udara dan Lidar
3. Supervisi dan QC oleh
Tim dari PJPK
14 Keterlambatan 1. Pesawat survey Foto udara dan lidar 1. Proses lelang lebih
dimulainya tidak tersedia terlambat tersedia awal (di awal tahun)
proses akuisisi 2. Proses 2. Penambahan sumber
data lidar dan maintenance daya manusia dan
pemotretan pesawat survey peralatan untuk
udara digital 3. Perbaikan meningkatkan
peralatan sensor kapasitas produksi
lidar dan kamera
udara digital
4. Proses
pengurusan
perijinan survey
Halaman | 88
No Tahapan Risiko Penyebab Dampak Mitigasi
Halaman | 89
No Tahapan Risiko Penyebab Dampak Mitigasi
kapasitas produksi
19 Pengadaan Pengolahan 1. Kesalahan proses 1. Data Radar tidak 1. QC internal
Data data Radar pengolahan data sesuai spesifikasi 2. Supervisi dan QC oleh
Geospasial belum sesuai 2. Target akuisisi 2. Data Radar Tim dari PJPK
Dasar spesifikasi data yang besar terlambat 3. Monitoring dan
Wilayah 3. Proses QC tersedia evaluasi secara
Rural dan internal tidak berkala dengan
Hutan berjalan baik dan menindaklanjuti
teliti kesalahan sesegera
mungkin
20 Keterlambatan 1. Keterlambatan Data Radar 1. Supervisi dan QC oleh
penyelesaian kedatangan terlambat tersedia Tim dari PJPK
pekerjaan teknologi radar 2. Monitoring dan
akuisisi data (Hardware dan evaluasi secara
radar Software) dari luar berkala
negeri 3. Proses lelang lebih
2. Pesawat awal
maintenance dan 4. Relokasi area prioritas
atau kerusakan survey ke area
pesawat selanjutnya.
3. Kondisi Sensor 5. Supervisi dan QC
Radar mengalami secara daring
kerusakan 6. Penambahan sumber
4. Proses daya manusia dan
pengurusan peralatan untuk
perijinan survey meningkatkan
yang tidak tepat kapasitas produksi
waktu
5. Terjadi pandemi
dengan lockdown
di area survey
6. Terjadi bencana
alam
21 Penyediaan Proses 1. SDM tidak Tidak tercapainya 1. Menyiapkan dokumen
Peta Dasar otomatisasi menguasai target Penyediaan petunjuk pelaksanaan
Skala Besar ekstraksi fitur kompetensi Peta Dasar Skala mengenai ekstraksi
peta dasar pengaplikasian Besar fitur otomatis
tidak lancar Deep Learning 2. Mengadakan TFT di
2. Target luasan awal tahapan
pemetaan terlalu pekerjaan
besar 3. Membagi 1 area
pemetaan menjadi
beberapa area yang
lebih kecil untuk
mempermudah
pekerjaan
4. Penambahan sumber
daya manusia dan
peralatan untuk
meningkatkan
kapasitas produksi.
22 Proses 1. SDM tidak Tidak tercapainya 1. Menyiapkan dokumen
Generalisasi menguasai target Penyediaan petunjuk pelaksanaan
Peta tidak kompetensi peta dasar 3D mengenai ekstraksi
sesuai target proses nasional multiskala fitur otomatis
Halaman | 90
No Tahapan Risiko Penyebab Dampak Mitigasi
Halaman | 91
No Tahapan Risiko Penyebab Dampak Mitigasi
Halaman | 92
No Tahapan Risiko Penyebab Dampak Mitigasi
Halaman | 93
No Tahapan Risiko Penyebab Dampak Mitigasi
E. Suku Bunga
37 Pelaksanaan Kenaikan suku Kebijakan moneter Beban modal biaya 1. Dukungan
Proyek bunga bank BI operasional pemerintah, misal
pelaksanaan proyek berupa relaksasi
bisa meningkat pajak
melebihi estimasi. 2. Revisi dan
penyesuaian kontrak
kerjasama
F. Nilai Tukar
38 Pelaksanaan Nilai tukar 1. Fluktuasi Proyek pekerjaan Revisi dan penyesuaian
Proyek turun kondisi ekonomi tidak berjalan kontrak kerjasama
2. Kebijakan suku lancar
bunga turun
3. Kondisi politik
G. Perubahan Kurs Ekstrem
39 Pelaksanaan Nilai tukar Terjadi krisis Proyek pekerjaan 1. Dukungan fiskal
Proyek turun secara moneter tidak berjalan pemerintah
ekstrem lancar atau bahkan 2. Dukungan regulasi
terhenti
H. Kahar
40 Pelaksanaan Operasional 1. Bencana alam Terjadi 1. Revisi kontrak
Proyek pekerjaan 2. Pandemi keterlambatan 2. Perubahan lokasi
terganggu atau 3. Perang penyelesaian pekerjaan ke area
tidak bisa pekerjaan lainnya
terlaksana
I. Pendapatan
41 Komersialisa Target Antusiasme pasar Terjadi 1. Revisi dan
si pendapatan masih kurang keterlambatan penyesuaian kontrak
tahunan tidak penyelesaian kerjasama
sesuai kontrak kerjasama 2. Addendum
target/simulasi perpanjangan kontrak
kerja sama
42 Minat pasar 3. Sosialisasi Terjadi 1. Inovasi dan
atau pengguna kurang. keterlambatan pemberian jenis
kurang 4. hasil pekerjaan penyelesaian layanan yang variatif.
antusias belum sesuai kontrak kerjasama 2. Tarif bersaing
dengan 3. Addendum
kebutuhan perpanjangan kontrak
pasar kerja sama
43 Pengembalian Pendapatan tahunan Terjadi Revisi dan penyesuaian
KPBUMN tidak sesuai target keterlambatan kontrak kerjasama
melebihi penyelesaian
tingkat kontrak kerjasama
maksimum
waktu kontrak
kerjasama
Halaman | 94
Dalam penyediaan peta dasar skala besar, terdapat aset yang digunakan oleh
BUMN Pelaksana yaitu:
- Jaring Kontrol Geodesi, berupa stasiun CORS, stasiun pasang surut,
maupun titik kontrol geodesi lainnya, untuk digunakan sebagai referensi
posisi dalam proses penyediaan peta dasar.
- Basis data peta dasar (peta Rupabumi Indonesia) digital yang sudah
tersedia untuk digunakan sebagai acuan dalam proses penyelarasan data
dengan peta dasar yang dihasilkan, maupun untuk penyediaan layanan
komersial dan proses pemutakhiran data.
- DG Dasar berupa foto udara dan data lidar yang sudah tersedia di BIG
tetapi produksi peta dasarnya belum dilaksanakan untuk wilayah
tersebut.
Tetapi aset yang paling yang akan digunakan untuk penyediaan layanan
komersial oleh BUMN pelaksana adalah peta dasar yang dihasilkan dari
KPBUMN ini. Pasal 27 Peraturan Presiden Nomor 11 tahun 2021 Pasal 27
mengatur bahwa peta dasar yang dihasilkan ini tetap menjadi milik atau aset
BIG meskipun diproduksi menggunakan anggaran investasi BUMN Pelaksana.
Kemudian BIG memberikan lisensi kepada BUMN Pelaksana untuk
penggunaan secara komersial berdasarkan perjanjian kerja sama dalam
KPBUMN.
Dalam hal pemanfaatan peta dasar sebagai Barang Milik Negara secara
komersial oleh BUMN Pelaksana, ini mirip dengan Kerja Sama Pemanfaatan
(KSP) atau Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur (KSPI) yang diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.06/2020. Meskipun ada
kemiripan, tetapi PMK tersebut tidak dapat diterapkan langsung dalam
penggunaan peta dasar secara komersial oleh BUMN Pelaksana ini sehingga
harus dikoordinasikan dengan Kementerian Keuangan apakah diperlukan PMK
tersendiri untuk mengaturnya.
Penyerahan peta dasar atau IGD hasil KPBUMN dari BUMN Pelaksana
(sebagaimana disampaikan pada huruf D) kepada BIG dilakukan berdasarkan
ketentuan yang diatur dalam dokumen perjanjian KPBUMN dan dilaksanakan
Halaman | 95
di akhir kontrak kerja sama sesuai dengan skema BOT (Build-Operate-Transfer).
Penyerahan peta dasar dan IGD lainnya termasuk penyerahan infrastruktur
sistem produksi peta dasar berbasis cloud yang dibangun dan dikembangkan
melalui KPBUMN.
Pemerintah Pusat c.q. BIG akan memberikan dukungan berupa kebijakan yang
dapat menstimulasi penggunaan IGD secara komersial untuk meminimalisir
faktor risiko dan meningkatkan pengembalian investasi. Pemerintah Pusat juga
berhak atas bagian keuntungan dan penggunaan IGD secara komersial yang
disetorkan melalui Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) BIG sebagaimana
diatur dalam Peraturan Presiden No.11 tahun 2021. Keuntungan atas
penggunaan IGD secara komersial dihitung berdasarkan pendapatan BUMN
Pelaksana atas penggunaan IGD secara komersial setelah dikurangi penutupan
biaya modal dan biaya operasional termasuk pajak-pajak yang berlaku.
1) Pada masa perjanjian kerja sama sebelum tercapainya titik impas atau
break event point (BEP), maka pembagian keuntungan antara Pemerintah
Pusat dan BUMN Pelaksana masing-masing sebesar 20% dan 80%.
2) Pada masa perjanjian kerja sama setelah tercapainya BEP, maka pembagian
keuntungan atas penggunaan IGD secara komersial dilaksanakan dengan
Halaman | 96
komposisi pembagian keuntungan antara Pemerintah Pusat dan BUMN
Pelaksana masing-masing sebesar 50% dan 50%.
Halaman | 97
Laporan panitia pemilihan BUMN Pelaksana kepada
13 1 Hari
kepala badan
Keterangan:
● Hari adalah hari kalender, dimana setiap tahapan diakhiri pada hari kerja dan
jam kerja.
● Jumlah hari pada setiap tahapan seleksi merupakan batas waktu minimal.
jumlah hari pada setiap tahapan dapat ditambah sesuai kebutuhan.
● Proses seleksi pemilihan BUMN Pelaksana dilaksanakan setelah adanya
penetapan daftar pendek peserta seleksi pemilihan BUMN Pelaksana oleh
Kepala BIG.
Setelah penetapan daftar pendek dari Kepala Badan, Panitia Pemilihan akan
mengundang Peserta agar dapat berpartisipasi dalam seleksi dengan
memasukkan Dokumen Penawaran. Proses pemilihan BUMN pelaksana
sebagai berikut:
Halaman | 98
Setiap Peserta yang telah diundang dapat berpartisipasi dalam Pemilihan
dengan memasukkan Dokumen Penawaran, sebelum batas akhir
pemasukan Dokumen Penawaran. Panitia Pengadaan membuka Dokumen
Penawaran, dengan disaksikan oleh Perwakilan. Proses ini dilanjutkan
dengan presentasi Dokumen Penawaran oleh setiap Peserta, dan kemudian
dengan evaluasi Dokumen Penawaran.
Jika pada kondisi diatas terjadi, maka klarifikasi dan negosiasi teknis dan
biaya dilakukan untuk:
Masa sanggah terhadap hasil seleksi diberikan selama 3 (tiga) hari setelah
pengumuman pemenang. Sanggahan terhadap hasil seleksi disampaikan
kepada Kepala BIG selaku Penanggung Jawab KPBUMN disertai hal-hal
Halaman | 99
yang menjadi pokok sanggahan dan bukti-bukti terkait. Penanggung Jawab
KPBUMN dapat menerima atau menolak sanggahan berdasarkan penilaian
terhadap pokok sanggahan dan bukti-bukti yang disampaikan. Tanggapan
terhadap sanggahan akan disampaikan kepada seluruh peserta seleksi.
Apabila periode sanggah terhadap hasil Seleksi telah berakhir dan tidak ada
sanggah dari Peserta, atau sanggah yang diterima dinyatakan tidak benar,
maka Panitia Pemilihan akan melaporkan hasil pemilihan kepada Kepala
Badan.
Halaman | 100
a. Dokumen penawaran administrasi: Surat Penawaran ber
tanggal dan masa berlaku sesuai dengan jangka waktu
penawaran yang dipersyaratkan
Halaman | 101
harus disampaikan Peserta dalam Dokumen Penawaran
teknisnya.
Halaman | 102
Tabel 7-6. Kriteria Evaluasi Teknis
A. Luas Wilayah Pekerjaan Kemampuan untuk menyediakan data dasar skala besar 1.1
dengan kualitas yang ditentukan oleh [Dokumen Rencana
KPBUMN]
B. Kriteria Lokasi Pekerjaan Kemampuan untuk menyediakan data dasar skala besar
Informasi Dasar dengan kualitas yang ditentukan oleh [Dokumen Rencana 2.1, 2.2, 2.3
Pekerjaan
KPBUMN]
C. Waktu Pengerjaan Kemampuan untuk menyediakan data dasar skala besar 3.1, 3.2
dengan kualitas yang ditentukan oleh [Dokumen Rencana
KPBUMN]
A. Spesifikasi teknis DG Dasar Kemampuan untuk menyediakan data dasar skala besar 4.1, 4.2, 4.3
dengan kualitas yang ditentukan oleh [Dokumen Rencana
KPBUMN]
C. Generalisasi Peta Dasar Skala Kemampuan untuk menyediakan data dasar skala besar 6.1, 6.2, 6.3, 6.4
Besar Untuk Menghasilkan dengan kualitas yang ditentukan oleh [Dokumen Rencana
Peta Dasar Skala Menengah KPBUMN]
dan Skala Kecil
Halaman | 103
Kriteria Tingkat 1 Memenuhi/ Dokumen
Kriteria Tingkat 2 Tidak Memenuhi Kriteria Tingkat 3 Pernyataan Metode
yang Dievaluasi
A. Infrastruktur Sistem Produksi Kemampuan untuk menyediakan data dasar skala besar 7.1, 7.2, 7.3, 7.4
Infrastruktur Sistem Peta Dasar Berbasis Cloud dengan kualitas yang ditentukan oleh [Dokumen Rencana
Produksi Peta Dasar
Berbasis Cloud KPBUMN]
A. SDM Pengembangan Sistem Kemampuan untuk menyediakan data dasar skala besar 8.1, 8,2 8,3
SDM Pengembangan dengan kualitas yang ditentukan oleh [Dokumen Rencana
Sistem KPBUMN]
Halaman | 104
c. Evaluasi Dokumen Kualifikasi
Peserta berkewajiban memenuhi keseluruhan isi dokumen
kualifikasi. Kelalaian peserta yang menyebabkan data
kualifikasi tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan maka
sepenuhnya merupakan resiko peserta
Dokumen kualifikasi terdiri dari:
1. Formulir isian kualifikasi (template dalam dokumen
pemilihan);
2. Mayoritas kepemilikan saham secara langsung dan atau
tidak langsung dikuasai oleh negara : Akta Pendirian dan
Perubahan terakhir;
3. Memiliki rekam jejak arus kas positif paling singkat 2
(tahun) berturut-turut dan memiliki pembukuan teraudit
paling singkat 3 (tiga) tahun berturut-turut berdasarkan
pedoman pernyataan standar akuntansi keuangan
Indonesia: Laporan Keuangan yang teraudit 3 tahun
terakhir;
4. Telah beroperasi penuh paling singkat 2 (dua) tahun: SIUP
/ NIB dengan Kualifikasi bidang Usaha dengan kode 71102
Aktivitas Keinsinyuran dan Konsultasi Teknis YBDI;
5. Pakta Integritas (template dalam dokumen pemilihan);
6. Surat Pernyataan (template dalam dokumen pemilihan).
Halaman | 105
iv) Kekuatan komitmen pembiayaan.
Persyaratan Finansial dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Akan tetapi, bila
terdapat perbedaan antara Persyaratan Finansial yang tercantum pada bagian
ini dengan yang tercantum pada Rancangan Perjanjian KPBUMN, maka
Persyaratan Finansial yang tercantum dalam Rancangan Perjanjian KPBUMN
akan berlaku.
Halaman | 106
Persyaratan Finansial untuk Pekerjaan ini tercantum dalam tabel di
bawah:
Alokasi Risiko Penerimaan Peserta atas pengalihan risiko yang diatur dalam rancangan
Perjanjian KPBUMN, dengan perubahan seminimal mungkin, selain
perubahan yang dengan alasan yang jelas, yang meningkatkan nilai
manfaat uang bagi Penanggung Jawab KPBUMN. Setiap masukan
Peserta pada rancangan Perjanjian KPBUMN akan dievaluasi dengan
memperhatikan potensi dampak finansial perubahan tersebut kepada
Penanggung Jawab KPBUMN. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada
instruksi untuk memberikan masukan (mark-up) yang merupakan bagian
dari rancangan Perjanjian
KPBUMN.
Dukungan terhadap [Komitmen untuk mendanai 100% pendanaan yang dibutuhkan
Dokumen Penawaran Pekerjaan ini. Peserta harus menunjukan bagaimana BUMN akan
Peserta memenuhi komitmen pendanaannya dengan rencana pendanaan yang
dapat dijalankan, termasuk seluruh persyaratan yang tercantum pada
dokumen Pemilihan
Keandalan finansial [Harga tanpa prasyarat yang mengikat bagi BUMN. Dokumen
dari Dokumen Penawaran Peserta harus andal secara finansial. Mencantumkan biaya-
Penawaran peserta biaya dengan detail dan menyediakan model keuangan, panduan model
keuangan, dan dokumentasi lainnya sebagaimana dicantumkan pada
Dokumen Pemilihan
Halaman | 107
Tanggapan Peserta terhadap Persyaratan Finansial akan dievaluasi
berdasarkan kriteria evaluasi Finansial, dan pendekatan penilaian yang
tercantum pada tabel di bawah ini, yang juga mengacu kepada Pernyataan
Metode yang tergantung kepada kriteria evaluasi:
Halaman | 108
Tabel 7-7. Kriteria Evaluasi Finansial
Memenuhi/tidak NPV per km2 dari total biaya selama jangka waktu Perjanjian KPBUMN Penyelenggaraan Informasi
A. Harga memenuhi Geospasial Dasar
Memenuhi/tidak Tanggapan terhadap rancangan Perjanjian KPBUMN terkait dengan alokasi risiko. Penerimaan Peserta atas
B. Alokasi Risiko memenuhi pengalihan risiko yang diatur dalam rancangan Perjanjian KPBUMN, dengan perubahan seminimal mungkin,
selain perubahan yang dengan alasan yang jelas, yang meningkatkan nilai manfaat uang bagi Penanggung Jawab
KPBUMN. Setiap masukan Peserta pada rancangan Perjanjian KPBUMN akan dievaluasi dengan
memperhatikan potensi dampak finansial perubahan tersebut kepada Penanggung Jawab KPBUMN. Penjelasan
lebih lanjut dapat dilihat pada instruksi untuk memberikan masukan (mark-up) yang merupakan bagian dari
rancangan Perjanjian
Keuangan KPBUMN.
Kekuatan dari dukungan pemberi pinjaman, termasuk sampai sejauh mana prosedur uji tuntas telah
dilaksanakan.
C. Kekuatan Memenuhi/tidak
Dukungan memenuhi Kekuatan komitmen penyedia ekuitas, Line of Credit, Surat Keterangan Dukungan Bank (SKDB)
D. Keandalan Memenuhi/tidak Kelengkapan, keandalan, serta seberapa komprehensif model keuangan Peserta dan dokumentasi terkait.
Dokumen memenuhi Kemampuan struktur pembiayaan yang diusulkan untuk menyerap risiko.
Penawaran Secara
Finansial
Halaman | 109
Kriteria evaluasi sebagaimana dicantumkan pada tabel diatas dijelaskan
lebih detail pada bagian dibawah ini:
A. Harga
Harga dalam setiap Dokumen Penawaran Peserta akan dievaluasi dalam
bentuk Nilai NPV dari Penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar selama
periode [x] tahun Jangka Waktu Perjanjian KPBUMN. NPV dari Tarif DGD
dan IDG akan dihitung menggunakan Kertas Kerja Harga, yang akan
disediakan melalui [Ruang Data dan Informasi/Data Room), melalui USB,
atau akan dibagikan melalui surat elektronik]. Perlu diperhatikan bahwa
parameter evaluasi penawaran dalam perjanjian KPBUMN akan dihitung
per tahun.
Halaman | 110
Catatan: Data Geospasial Dasar Skala besar dan Peta dasar 3D akan
dieskalasi untuk memperhitungkan ekspektasi tingkat inflasi,
menggunakan asumsi tingkat inflasi yang terdapat pada Bagian D (Asumsi
Finansial).
B. Alokasi risiko
Dampak dari tanggapan peserta atas rancangan Perjanjian KPBUMN
terhadap Alokasi Risiko akan dievaluasi melalui kriteria ini. Informasi lebih
lanjut tentang Memorandum Informasi dapat dilihat dalam dokumen
pemilihan.
Halaman | 111
D. Kekuatan dukungan
D.1. Kekuatan dukungan pemberi pinjaman
Setiap Peserta harus memberikan Penawaran yang sepenuhnya
dibiayai, walaupun bergantung pada kondisi tertentu yang perlu
dipenuhi sebelum financial close.
Halaman | 112
● Tingkat jaminan, garansi, serta tanggungan (sepanjang menjadi
persyaratan)
● Ketersediaan dana yang dimiliki penyedia ekuitas;
● Penyediaan pendanaan secara keseluruhan sesuai dengan
rencana dan jadwal yang disyaratkan Penanggung Jawab
KPBUMN; dan
● Tingkat komitmen yang ditunjukan oleh sponsor dan/atau
pemegang saham yang diusulkan.
Halaman | 113
BAB VIII. RENCANA PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN INFORMASI
GEOSPASIAL DASAR
Halaman | 114
Rujukan Nasional Data Kewilayahan Republik Indonesia yang diluncurkan
tahun 2018. Kondisi tersebut menunjukkan besarnya kekayaan alam yang
dapat dimanfaatkan dari sektor kelautan dan tingginya potensi peningkatan
perekonomian dari sektor perdagangan dan pelayaran.
Kondisi kepulauan seperti ini menjadi tantangan sendiri untuk proses
pengumpulan atau akuisisi data yang diperlukan untuk pemetaan. Aspek
mobilisasi dan demobilisasi tim beserta peralatannya akan menjadi sulit dan
bahkan menjadi biaya kegiatan pemetaan menjadi tinggi.
Halaman | 115
Indonesia diketahui memiliki tanah yang subur. Hal tersebut erat kaitannya
dengan keberadaan gunung api yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.
Indonesia diketahui memiliki gunung api terbanyak di dunia. Sayangnya
dari 127 gunung api aktif yang ada di Indonesia, baru 69 gunung yang
terpantau dengan alat, khususnya peralatan seismik yang merupakan
standar minimum.
Gambaran umum kondisi topografi yang bervariasi ini dapat dilihat pada
Gambar 8-1 berikut yang merupakan data Digital Elevation Model Nasional
(DEMNas).
Halaman | 116
tingginya curah hujan di Indonesia. Curah hujan di Indonesia bervariasi
antar wilayah namun umumnya tergolong besar.
Halaman | 117
Gambar 8-3. Akumulasi Curah Hujan 24 Jam di Indonesia dari Citra
Satelit Himawari-8 IR Enhanced (Sumber: BMKG 1 Oktober 2020)
f. Cakupan Awan
Atmosfer bumi terbagi menjadi lapisan-lapisan yaitu troposfer, stratosfer,
mesosfer, termosfer, dan eksosfer. Dalam troposfer terjadi konveksi akibat
radiasi bumi dari penyerapan radiasi matahari terutama spektrum tampak,
karena itu proses konveksi lebih aktif di daerah ekuatorial. Daerah
ekuatorial menerima energi matahari maksimum. Energi tersebut
menggerakkan atmosfer secara global ke daerah lintang menengah dan
tinggi (kutub). Gerak atmosfer global tidak hanya membawa panas tetapi
juga membawa kelembaban (uap air) dan zat-zat lain yang mengendalikan
cuaca dan iklim harian. Masukan energi panas untuk menggerakkan
atmosfer terjadi melalui awan-awan terutama awan cumulus tinggi yang
terbentuk di daerah ekuatorial.
Halaman | 118
Gambar 8-4. Sebaran Awan di Indonesia dari Citra Satelit Himawari-8 IR
Enhanced (Sumber: BMKG 1 Oktober 2020)
Halaman | 119
Indonesia saat musim kemarau baik yang terjadi karena faktor alami,
kelalaian manusia, maupun pembakaran yang disengaja.
Gambar 8-5 menunjukan data hasil deteksi Hotspot (titik api) menggunakan
sensor MODIS pada satelit TERRA dan AQUA yang memberikan gambaran
lokasi wilayah yang mengalami kebakaran hutan dengan tingkat
kepercayaan antara 51% - 100%. Dari Gambar 8-5 dapat diidentifikasi
bahwa sebagian besar titik api berada di Wilayah Timur Indonesia dengan
jumlah moderat - tinggi. Jumlah tersebut ditampilkan secara lebih terperinci
dalam bentuk grafik berdasarkan Provinsi pada Gambar 8-6. Dari Gambar
8-5 diketahui bahwa hampir seluruh Provinsi di Kalimantan memiliki
hotspot yang moderat, hotspot beberapa Provinsi di Sulawesi antara
moderat-sedang, hotspot di sebagian Papua moderat-tinggi, sedangkan di
Nusa Tenggara hotspot ditemukan hampir di seluruh area dengan jumlah
moderat-tinggi.
Halaman | 120
Gambar 8-6. Jumlah Hotspot (titik api) berdasarkan Provinsi (Sumber:
BMKG 20 September 2020)
Halaman | 121
Gambar 8-7. Sebaran Asap di indonesia (Sumber: BMKG 3 September
2020)
Halaman | 122
b. pengintegrasian IGD dengan data dan informasi lainnya menjadi
informasi geospasial tematik (IGT) tertentu di berbagai sektor untuk
mendukung pembangunan nasional.
c. pemberian layanan berbasis komersial dan/atau non komersial.
6. Pengembangan industri geospasial di Indonesia untuk meningkatkan
manfaat ekonomi dan manfaat sosial dari penggunaan informasi geospasial
di berbagai sektor, baik dalam penyelenggaraan pemerintahan maupun
dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Penambahan dan/atau perubahan ruang lingkup penyelenggaraan IGD dapat
dilakukan baik oleh BIG maupun BUMN Pelaksana dengan terlebih dahulu
menyampaikan usulan penambahan ruang lingkup secara tertulis dan harus
disepakati oleh kedua belah pihak. Dalam hal usulan penambahan ruang
lingkup merupakan inisiatif dari BIG, maka usulan penambahan ruang lingkup
harus disertai dengan dokumen rencana KPBUMN yang didasarkan atas hasil
studi pendahuluan. Dalam hal usulan penambahan ruang lingkup
disampaikan oleh BUMN Pelaksana, maka usulan penambahan ruang lingkup
harus disertai dengan hasil studi kelayakan.
Terbatasnya ketersediaan peta dasar skala besar (1:5.000) yaitu hanya 2.57%
dari seluruh luas darat Indonesia, telah mengakibatkan terhambatnya
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan pembangunan di
berbagai sektor baik di pusat maupun di daerah. Sebagai contoh, terbatasnya
jumlah rencana detail tata ruang (RDTR) yang telah disahkan oleh Kepala
Daerah, yaitu sekitar baru 3% dari total 1.838 RDTR pada akhir 2019, telah
mengakibatkan terhambatnya pemberian izin investasi dan usaha di berbagai
daerah yang berdampak pada terhambatnya pembangunan di berbagai sektor.
Di sisi lain peta dasar skala menengah (1:25.000 dan 1:50.000) dan skala kecil
(1:250.000 dan 1:1.000.000) yang tersedia saat ini meskipun sudah mencakup
seluruh wilayah Indonesia, namun memerlukan pemutakhiran dikarenakan
sebagian besar peta dasar menggunakan sumber data yang sudah berusia lebih
dari 20 tahun.
1. Dasar Hukum
Halaman | 123
Dasar hukum percepatan penyediaan peta dasar skala besar di seluruh
wilayah Indonesia sudah disampaikan dalam Bab I yang berisi amanat
berbagai peraturan perundang-undangan agar segera tersedia peta dasar
seluruh Indonesia.
2. Acuan normatif
Acuan normatif yang digunakan dalam pelaksanaan percepatan penyediaan
peta dasar di seluruh wilayah Indonesia adalah sebagai berikut:
● Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan
Informasi Geospasial;
● Peraturan BIG nomor 6 Tahun 2018 Tentang Perubahan atas Peraturan
Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 15 Tahun 2014 Tentang
Pedoman Teknis Ketelitian Peta Dasar; dan
● Peraturan BIG nomor 18 tahun 2021 Tentang Tata cara Penyelenggaraan
Informasi Geospasial.
Dalam hal acuan normatif yang diperlukan belum tersedia atau yang
tersedia tidak sesuai dengan perkembangan saat ini, BIG dapat menyusun
acuan normatif baru.
Halaman | 124
dengan keterbatasan waktu dan biaya, maka penyediaan peta dasar skala
besar tidak dapat dilakukan dengan kualitas yang seragam pada tingkat
ketelitian terbaik untuk seluruh wilayah Indonesia. Dalam hal ini, perlu
dilakukan optimasi dengan menerapkan tingkat ketelitian dan spesifikasi
teknis yang berbeda sesuai dengan kondisi geografis masing-masing
sehingga dapat dipilih teknologi pemetaan yang optimal sesuai kebutuhan
di masing-masing kategori wilayah.
Halaman | 125
● Palapa: Kota Padang, Padang Pariaman dan Kota Pariaman
● Patungraya Agung: Kota Palembang, Banyuasin, Ogan Ilir, Ogan
Komering Ilir
● Bodetabekpunjur: Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Tangerang,
Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Bekasi, Kota Bekasi dan
Cianjur
● Cekungan Bandung: Kota Cimahi, Bandung, Kota Bandung
Bandung Barat, Sumedang
● Kedungsepur: Kendal, Demak, Semarang, Kota Semarang, Kota
Salatiga, Grobogan
● Gerbangkertosusila: Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Kota
Mojokerto, Kota Surabaya, Sidoarjo dan Lamongan
● Sarbagita: Kota Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan
● Banjarbakula: Banjar, Barito Kuala, Tanah Laut, Kota Banjarbaru
dan Kota Banjarmasin
● Bimindo: Kota Bitung, Minahasa, Minahasa Utara, Kota Manado,
dan Kota Tomohon
● Mamminasata: Kota Makassar, Takalar, Gowa dan Maros.
(5). Kecamatan ibukota Kabupaten di Pulau Jawa yang berbatasan
langsung dengan 3 (tiga) kriteria sebelumnya.
(6). Kemudian dari kriteria tersebut di atas dilakukan penyederhanaan
bentuk dengan pertimbangan efisiensi jalur terbang. Selain itu
dilakukan analisa dengan mempertimbangkan faktor terrain dan
slope/kemiringan lereng untuk menghindari area bergunung dan
faktor tutupan lahan untuk memastikan area urban merupakan
kawasan terbangun sesuai definisi wilayah urban.
b. Hutan, seluas kurang lebih 936.125 km2, merupakan wilayah dengan
kriteria sebagai berikut:
(1). Hutan lahan kering primer.
(2). Hutan lahan kering sekunder/bekas tebangan.
(3). Hutan mangrove primer.
(4). Hutan mangrove sekunder/bekas tebangan.
(5). Hutan rawa primer.
(6). Hutan rawa sekunder/bekas tebangan.
(7). Hutan tanaman.
c. Rural, seluas kurang lebih 842.152 km2, merupakan wilayah yang tidak
termasuk kategori wilayah urban dan wilayah hutan dari wilayah darat
Indonesia.
Halaman | 126
KPBUMN ini, karena usia datanya masih relatif baru (maksimal berusia 5
tahun pada tahun 2023) sehingga masih dapat digunakan sesuai dengan
ketentuan tentang pemutakhiran peta dasar pada PP No. 45 tahun 2021
tentang Penyelenggaraan Informasi Geospasial, meskipun tetap akan
dilakukan pemutakhiran pada periode pelaksanaan pemutakhiran data.
Kemudian dari luas 26.351 km2 tersebut, terdapat data seluas 1.805 km2
yang belum diproduksi peta dasarnya sampai dengan tahun 2022 ini.
Karena itu, wilayah seluas 1.805 km2 ini ditambahkan kepada luas
penyediaan peta dasar dalam kegiatan KPBUMN sehingga terdapat
perbedaan antara luas Pengumpulan DG Dasar dengan luas Penyediaan Peta
Dasar.
Tabel 8-1. Luas wilayah berdasarkan kategori wilayah urban, hutan dan
rural dalam km2.
Kategori Area Pengumpulan DG Dasar Penyediaan Peta Dasar
Urban 88.483 88.483
Hutan 934.700 936.125
Rural 841.772 842.152
Total luas
1.864.955 1.866.760
kegiatan KPBUMN
Data 2018-2020 26.351 24.546
Total Luas
1.891.306 1.891.306
Indonesia
Gambar 8-8. Cakupan wilayah Urban, Rural, dan Hutan untuk pengumpulan DG
Halaman | 127
Dasar
Gambar 8-9. Cakupan wilayah Urban, Rural, dan Hutan untuk pembuatan peta
dasar
Halaman | 128
Apabila karakteristik wilayah rural yang dominan, maka keseluruhan NLP
tersebut dimasukkan ke dalam cakupan wilayah tahap I, dan apabila
karakteristik wilayah hutan yang dominan, maka keseluruhan NLP tersebut
dimasukkan ke dalam cakupan wilayah tahap II. Pemilihan wilayah dengan
dominansi rural dimasukkan ke Tahap I dan wilayah dengan dominansi
hutan dimasukkan ke Tahap II dilakukan dengan pertimbangan:
Halaman | 129
Gambar 8-11. Cakupan wilayah Urban, Rural, dan Hutan untuk pembuatan
peta dasar pada Tahap I
Gambar 8-12. Cakupan wilayah Urban, Rural, dan Hutan untuk pengumpulan
DG dan penyediaan peta dasar pada Tahap II
Halaman | 130
Pengumpulan DG Dasar dilakukan untuk menghasilkan DG Dasar sebagai
data dasar dalam pembuatan peta dasar skala besar. DG Dasar sebagaimana
dimaksud terdiri atas:
● Citra Tegak Resolusi Tinggi yang dapat berasal dari foto udara, citra
satelit dan/atau citra radar; dan
● Digital elevation model (DEM) berupa digital surface model (DSM) dan
digital terrain model (DTM).
Tabel 8-2. Spesifikasi teknis DG Dasar untuk pembuatan peta dasar skala
1:5.000 (PerBIG no. 18 tahun 2021)
Skala 1:5.000
Spesifikasi Teknis DG Dasar
2 Ketelitian horizontal (CE90) pada titik uji (m) 1,0 2,0 3,0
Keterangan:
Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
Halaman | 131
● Survei Foto Udara (FU) Non-metrik;
● Survei Lidar;
● Survei Airborne Synthetic Aperture Radar (SAR); dan/atau
● Citra Satelit Tegak Resolusi Tinggi (CSTRT).
Tabel 8-3. Spesifikasi teknis DG Dasar yang dapat dihasilkan dari masing-masing
teknologi pengumpulan DG Dasar
Foto Lidar Foto Udara Airborne CSTRT
Spesifikasi Teknis Udara Non- SAR
Metrik metrik
Halaman | 132
Foto Lidar Foto Udara Airborne CSTRT
Spesifikasi Teknis Udara Non- SAR
Metrik metrik
Keterangan:
Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Tidak memenuhi spesifikasi teknis
Halaman | 133
Ketinggian terbang pada saat survei pengumpulan DG Dasar
menentukan lebar cakupan wilayah yang disurvei disebabkan karena
ketinggian terbang berbanding lurus dengan lebar cakupan wilayah yang
disurvei. Ketinggian terbang lebih tinggi dengan tetap memperhatikan
pemenuhan terhadap spesifikasi teknis DG Dasar yang ditetapkan
dengan menghasilkan cakupan wilayah yang semakin lebar akan
meningkatkan efisiensi dalam pengumpulan DG Dasar.
Halaman | 134
Metode/Teknologi Pengumpulan
Kategori
Kebutuhan IGD Skala Besar DG Dasar untuk Memenuhi
Wilayah
Spesifikasi Kebutuhan IGD
Rural ● ketelitian geometris: kelas 2 atau 1. kombinasi foto udara dan lidar;
lebih baik. 2. kombinasi lidar dan CSRT;
● kedetailan informasi: menengah - dan/atau
tinggi. 3. kombinasi Airborne SAR dan
CSRT.
Hutan ● ketelitian geometris: kelas 3 atau 1. kombinasi foto udara dan lidar;
lebih baik; 2. kombinasi lidar dan CSRT;
● kedetailan informasi: rendah dan/atau
3. kombinasi Airborne SAR dan
CSRT.
CSTRT - - o
CSRT - - o
CSTRT - o -
5 https://docs.google.com/spreadsheets/d/1IbtfkLYYBa-
8IiejK_XXvDjoFE1InOvnwpLzDGbaFco/edit#gid=1368001401
Halaman | 135
Urban Rural Hutan
Jumlah
Skenario (88.483 km2) (841.772 km2) (934.700 km2)
Lidar (Intensity dan
- Rp3.311.531.048.000 Rp3.677.109.800.000
DEM)
CSTRT - o o
FU Lidar Rp461.704.294.000 - -
CSTRT - o -
FU Lidar Rp461.704.294.000 -
8 Rp5.173.351.882.000
CSTRT - o o
FU Lidar Rp461.704.294.000 - -
CSTRT - o o
FU Metrik Rp358.267.667.000 - -
10 Rp9.627.898.563.000
FU Lidar - Rp4.392.366.296.000 Rp4.877.264.600.000
FU Metrik Rp358.267.667.000 - -
FU Lidar - Rp4.392.366.296.000 -
11 Rp8.427.743.763.000
Lidar (Intensity dan
- - Rp3.677.109.800.000
DEM)
CSTRT - - o
FU Metrik Rp358.267.667.000 - -
FU Lidar - Rp4.392.366.296.000 -
12 Rp5.899.380.263.000
Airborne SAR - - Rp1.148.746.300.000
CSTRT - - o
Halaman | 136
Urban Rural Hutan
Jumlah
Skenario (88.483 km2) (841.772 km2) (934.700 km2)
Lidar (Intensity dan
- Rp3.311.531.048.000 -
DEM)
CSTRT - o -
FU Lidar - - Rp4.877.264.600.000
FU Metrik Rp358.267.667.000 -
CSTRT - o o
FU Metrik Rp358.267.667.000 - -
FU Metrik Rp358.267.667.000 - -
FU Lidar - - Rp4.877.264.600.000
FU Metrik Rp358.267.667.000 - -
17 Rp5.069.915.255.000
CSTRT - o o
FU Metrik Rp358.267.667.000 - -
CSTRT - o o
FU Lidar - Rp4.392.366.296.000 -
20 Rp8.180.142.205.279
Lidar (Intensity dan
- - Rp3.677.109.800.000
DEM)
CSTRT - - o
Halaman | 137
Urban Rural Hutan
Jumlah
Skenario (88.483 km2) (841.772 km2) (934.700 km2)
FU Non Metrik Rp110.666.109.279 - -
FU Lidar - Rp4.392.366.296.000 -
21 Rp5.651.778.705.279
Airborne SAR - - Rp1.148.746.300.000
CSRT - - o
FU Lidar - - Rp4.877.264.600.000
CSTRT - o o
FU Lidar - - Rp4.877.264.600.000
26 Rp4.822.313.697.279
CSTRT - o o
CSTRT - o o
Catatan:
Halaman | 138
● Isian “o” berarti data digunakan, namun tidak ada biaya yang
dikeluarkan.
● Isian “-” berarti kombinasi data tidak digunakan.
● CSRT untuk mendukung percepatan penyediaan peta dasar seluruh
Indonesia menggunakan Data CSRT yang sudah tersedia di BIG dan/atau
BRIN (sebelumnya Lapan) dalam hal data CSRT belum tersedia di BIG
sehingga diasumsikan tidak ada anggaran yang harus disediakan untuk
pengadaan CSRT. BUMN Pelaksana dapat menggunakan sumber data
yang lain seperti Online Image Service dalam hal CSRT yang dibutuhkan
belum tersedia di BIG maupun BRIN (sebelumnya Lapan). Kebutuhan
biaya untuk memenuhi CSRT yang tidak dapat disediakan oleh BIG
dan/atau BRIN serta kebutuhan biaya Online Image Services menjadi
tanggung jawab BUMN Pelaksana.
● Perkiraan biaya pada Tabel 8-5 dihitung dengan menggunakan harga
satuan sebagai berikut:
○ Survei FU Metrik* = 4.049.000,00 IDR/km2
○ Survei FU Metrik+Lidar* = 5.218.000,00 IDR/km2
○ Survei FU Non-metrik** = 1.250.704,76 IDR/km2
○ Survei Lidar* (Intensity dan DEM) + CSRT = 3.934.000,00 IDR/km2
○ Survei Airborne SAR+CSRT*** = 1.229.000 IDR/km2
Keterangan:
* Harga satuan untuk FU Metrik dan FU Metrik+Lidar (FU Lidar) dihitung
pada kondisi wilayah urban, yang kemudian digunakan untuk perhitungan
pada semua kondisi wilayah. Satuan harga menggunakan referensi6 dari:
- Peraturan BIG Nomor 16 Tahun 2019 tentang Satuan Harga
Penyelenggaraan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2020 Pada
Badan Informasi Geospasial sebagai referensi utama ;
- Pedoman Standar Minimal Tahun 2019 Biaya Langsung Personel dan
Biaya Langsung Non Personel untuk Kegiatan Jasa Konsultansi, Ikatan
Nasional Konsultan Indonesia (INKINDO); serta Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 119/PMK.02/2020 tentang Standar Biaya Masukan
Tahun Anggaran 2021 sebagai referensi pelengkap; dan
- Surat Keputusan Deputi Bidang IGD Nomor 14.1 Tahun 2015 tentang
Standar Harga Satuan Kegiatan Penyelenggaraan Informasi Geospasial
Dasar di Lingkungan Badan Informasi Geospasial Tahun Anggaran 2015
untuk harga sewa Kamera Udara Digital Metrik
Perhitungan dilakukan dengan asumsi kondisi yang digunakan:
aksesibilitas titik kontrol ringan, cuaca baik, traffic base airport rendah,
waktu tempuh base airport ke AOI cepat, waktu pelaksanaan 24 bulan, hari
kerja konsultan (22 hari kerja per bulan), jadwal akuisisi dan pengolahan
data paralel.
6 https://drive.google.com/drive/folders/1uNatWR3HppPbL1Ms-CoAajtb3RjFFf0I
Halaman | 139
Kapasitas pekerjaan menggunakan kapasitas7 tertinggi dari:
- Peraturan BIG Nomor 11 Tahun 2018 tentang Analisis Teknis
Penyelenggaraan Informasi Geospasial;
- Surat Keputusan Deputi Bidang IGD Nomor 1.2 Tahun 2020 tentang
Analisis Teknis Penyelenggaraan Akuisisi Data Geospasial Dasar Foto
Udara Digital dan Lidar; dan
- Realisasi kegiatan tahun 2019 dan 2020 (dihitung berdasarkan laporan
pekerjaan).
** Harga satuan untuk Foto Udara Non Metrik dengan wahana nir-awak
menggunakan harga referensi dari perhitungan tim ahli Institut Teknologi
Bandung pada kondisi wilayah rural dan urban untuk luasan 945.000 km2
yang disampaikan dalam presentasi berjudul “UAV dan Phodar/SFM-
Photogrammetry” pada acara FGD Teknologi Akuisisi pada tanggal 01 Juli
2020 yang diadakan oleh BIG. Harga satuan ini kemudian digunakan untuk
perhitungan pada semua kondisi wilayah.
7 https://drive.google.com/drive/folders/1WullJaFgRrN0H7CpuruLg-atg5wI6eZB
Halaman | 140
pemrosesan data, terutama apabila digunakan sensor yang berbeda
dengan kemampuan operator yang berbeda pula.
Meskipun pada situasi ideal dapat memenuhi spesifikasi teknis peta dasar,
teknologi survei foto udara dengan kamera non metrik menggunakan
pesawat nir-awak tidak efisien digunakan untuk memetakan cakupan
wilayah yang luas. Teknologi ini ideal digunakan pada cakupan wilayah
yang relatif kecil dan wilayah non urban yang tidak terdapat banyak
gedung-gedung tinggi, sehingga lebih efektif digunakan untuk
pemutakhiran pada sebagian unsur peta dasar (partial update).
Berdasarkan hal tersebut dan kajian pada studi pendahuluan yang telah
dilakukan oleh BIG, maka skenario 9 pada Tabel 8-5, yang merupakan
skenario termurah ke-3, merupakan skenario terbaik kombinasi teknologi
pengumpulan DG Dasar untuk menyelesaikan percepatan penyediaan peta
dasar di seluruh wilayah Indonesia dalam waktu 4 (empat) tahun dengan
biaya yang paling efisien. Skenario 9 merupakan kombinasi teknologi
Survei Foto Udara Metrik + Lidar untuk wilayah urban dan Survei Airborne
SAR + CSRT untuk wilayah rural dan hutan.
Halaman | 141
Tabel 8-6. Teknologi pengumpulan DG Dasar terpilih yang akan
digunakan dalam percepatan penyediaan peta dasar skala besar di
seluruh Indonesia
No. Kategori Tingkat Teknologi Terpilih
Wilayah Ketelitian
Halaman | 142
b. kategori area apakah termasuk ke dalam urban, rural atau hutan,
dan juga kelas ketelitian yang ditargetkan untuk masing-masing
kategori area.
c. luasan per blok sebaiknya tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu
kecil, sehingga jumlah data yang perlu diolah perlu diperkirakan
terhadap kemampuan hardware dan software.
d. jalur terbang efektif.
e. Pulau-pulau kecil di sekitar daratan utama dapat dijadikan satu
blok. Namun blok daratan yang besar dan terpisah secara spasial,
perlu dibedakan blok.
(e). Pembagian blok disiapkan sebelum pelaksanaan pengumpulan DG
Dasar dan dikoordinasikan dengan pihak BIG untuk kemudian
disepakati bersama.
(f). Satu blok minimal memiliki 5 GCP dan 20 ICP, yang tersebar merata
pada area blok untuk metode FU-Lidar.
(g). Untuk akuisisi data menggunakan Airborne SAR, jumlah GCP
menyesuaikan kebutuhan dan jumlah ICP sebanyak minimal 60 titik
untuk setiap region pulau besar (Sumatera, Jawa-Nusa Tenggara,
Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua)
(h). Khusus di wilayah pantai, akuisisi dengan metode Airborne SAR
dilaksanakan pada saat kedudukan muka laut surut atau di bawah
muka laut rata-rata, untuk mendapatkan data ketinggian pada saat
pasang tertinggi dan muka air laut rata-rata. Pada beberapa wilayah,
kedudukan muka laut surut dapat terjadi pada malam hari.
Pengolahan DG Dasar dan IGD untuk pembuatan peta dasar terdiri atas:
● pemrosesan DG Dasar untuk membuat peta dasar 2D maupun 3D; dan
● penyajian peta dasar 2D maupun 3D.
Halaman | 143
Pemrosesan DG Dasar dalam pembuatan peta dasar skala 1:5.000
seluruh wilayah Indonesia menghasilkan unsur peta dasar yang
sekurang-kurangnya terdiri atas:
i. garis pantai, meliputi garis pantai pasang tertinggi (Mean High Water
Spring, MHWS) dan garis pantai muka air laut rata-rata (Mean Sea
Level, MSL);
ii. hipsografi;
iii. perairan;
iv. nama rupabumi;
v. transportasi dan utilitas ;
vi. bangunan dan fasilitas umum; dan
vii. penutup lahan.
Penyediaan batas wilayah sebagai salah satu unsur peta dasar, tidak
termasuk ruang lingkup kegiatan percepatan penyediaan peta dasar
skala besar. Data batas wilayah yang digunakan dalam kegiatan ini
menggunakan data batas wilayah yang tersedia di BIG.
Geometri dari unsur peta dasar harus memiliki topologi sesuai dengan
aturan topologi (topological rules) yang ditetapkan untuk menjaga
integritas data. Setiap geometri harus dilengkapi dengan atribut yang
sesuai. informasi atribut dapat diperoleh dari data sekunder dan/atau
pengumpulan data langsung di lapangan. Setiap unsur peta dasar harus
dilengkapi dengan metadata.
Halaman | 144
Penyajian peta dasar dilaksanakan dalam bentuk digital maupun analog.
Penyajian peta dasar dalam bentuk digital meliputi antara lain:
i. peta digital 2 (dua) dimensi;
ii. peta digital 3 (tiga) dimensi;
iii. model 3 (tiga) dimensi;
iv. aplikasi berbasis web;
v. aplikasi berbasis seluler;
vi. web services; dan/atau
vii. penyajian peta dasar dalam bentuk digital lainnya.
Sementara itu, penyajian peta dasar dalam bentuk analog berupa peta
Rupabumi Indonesia (RBI) dalam format cetak (hardcopy). Penyediaan peta
RBI dalam format cetak dilakukan berdasarkan permintaan menggunakan
aplikasi otomasi kartografi untuk menyiapkan peta RBI dalam format *.pdf.
Penyediaan peta dasar skala menengah dan skala kecil pada kegiatan
KPBUMN ini terdiri atas skala 1:25.000, 1:50.000, 1:250.000, 1:500.000 dan
1:1.000.000 mencakup seluruh wilayah Indonesia. Untuk menghasilkan
peta dasar skala menengah dan skala kecil digunakan metode generalisasi
dari skala yang lebih besar untuk menjamin konsistensi data antar skala.
Lebih rinci generalisasi berjenjang yang dapat dilakukan ditunjukkan pada
Tabel 8-7:
Tabel 8-7 Generalisasi Berjenjang
1:25.000 1:5.000
1:50.000 1:25.000
1:250.000 1:50.000
1:500.0000 1:250.000
1:1.000.000 1:250.000
Halaman | 145
Dalam realisasi pengerjaannya pelaksana kegiatan KPBUMN diperkenankan
untuk merencanakan dan mengatur lebih detail terkait strategi penyelesaian
penyediaan peta dasar skala menengah dan skala kecil, dengan persetujuan
dari BIG. Ruang lingkup yang diatur antara lain:
● Alokasi waktu penyediaan peta dasar skala menengah dan skala kecil
dengan ketentuan wilayah pemetaan pada Tahap I (Peta Dasar hasil
KPBUMN periode 2022-2024 dan Peta Dasar Skala Besar yang sudah
tersedia di BIG) tersedia di akhir tahun 2024, sedangkan untuk wilayah
pemetaan pada Tahap II tersedia di akhir tahun 2027 (berikut
seamlessing dengan peta dasar di wilayah pemetaan Tahap I yang telah
dihasilkan sebelumnya).
● Ketelitian peta dasar skala menengah dan kecil yang dihasilkan
sekurang-kurangnya memenuhi Peraturan Kepala Badan Informasi
Geospasial Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Ketelitian
Peta Dasar yang diubah dengan Peraturan Badan Informasi Geospasial
Nomor 6 Tahun 2018 tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan
Informasi Geospasial Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis
Ketelitian Peta Dasar, sebagaimana disampaikan dalam Tabel 8-8 dan 8-
9 berikut ini.
Tabel 8-8. Ketelitian geometrik peta dasar skala kecil dan menengah
Ketelitian Peta RBI
Interval
No Skala Kontur Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
(m)
Hz CE 90 V CE 90 Hz CE 90 V CE 90 Hz CE 90 V CE 90
(m) (m) (m) (m) (m) (m)
3 1:50.000 20 15 10 30 15 45 20
c. Perairan 85%
Halaman | 146
h. Penutup lahan 85%
● Hasil ketelitian peta dasar yang diharapkan adalah seperti kelas ketelitian
peta dasar skala 1:5.000 yaitu:
a). wilayah urban pada ketelitian kelas 1
b). wilayah rural pada ketelitian kelas 2
c).wilayah hutan pada ketelitian kelas 3
untuk setiap skalanya.
● Uji ketelitian peta dasar skala menengah dan skala kecil dapat dilakukan
dengan menguji ke peta dasar pada skala yang lebih besar, atau dengan
menggunakan perhitungan perambatan kesalahan.
● Peta dasar skala menengah dan kecil yang dihasilkan harus memenuhi
sekurang-kurangnya ketentuan yang ada di Lampiran 2: Spesifikasi
Teknis Peta Dasar.
● Peta dasar yang dihasilkan dari proses generalisasi harus memperhatikan
kontinuitas objek atau unsur antar skala, dan memperhatikan hierarki
yang ada di sistem klasifikasi peta dasar (peta RBI).
● Peta dasar yang dihasilkan disimpan dalam format yang dapat mudah
dibagipakaikan.
● Peta dasar yang dihasilkan dapat disajikan secara kartografis baik dalam
format analog dan/atau digital.
● Peta dasar yang dihasilkan juga menyertakan metadata yang memuat
paling sedikit tahun pembuatan, sumber data, metode yang digunakan
serta informasi kualitas.
● Peta dasar yang dihasilkan perlu ditetapkan oleh Kepala BIG, baik secara
periodik maupun sewaktu-waktu.
Halaman | 147
● sistem produksi peta dasar 2 dimensi untuk skala besar, skala
menengah dan skala kecil;
● sistem produksi peta dasar 3 dimensi untuk LOD 1, LOD 2 dan
LOD3;
c. Sistem Kontrol Kualitas dan Penjaminan Kualitas (Quality Control and
Quality Assurance System);
d. Sistem Otomasi Kartografi (Cartographic Automation System) Peta
Rupabumi Indonesia (RBI) skala besar, skala menengah dan skala kecil;
e. Sistem Pemantauan Produksi Peta Dasar (BaseMap Production Monitoring
System);
f. Sistem Pengelolaan Data (Data Management System), meliputi antara lain:
● sistem penyimpanan DG Dasar dan IGD; dan
● sistem pengamanan DG Dasar dan IGD.
g. Sistem Penyebarluasan Data (Data Sharing System);
h. Sistem Pemutakhiran Data (Data Updating System); dan
i. Sistem Manajemen Pengguna (User Management System).
Halaman | 148
dan ketersediaan sistem, yaitu dengan membangun sistem yang terpisah
dan berbeda untuk kegiatan operasional, pengujian, dan pengembangan.
Pendekatan dengan cara mengisolasi lingkungan komputasi akan
mengurangi risiko dan melindungi sistem operasional dari perubahan yang
tidak disengaja dan berdampak negatif bagi bisnis.
Halaman | 149
c. Lingkungan produksi (production environment), digunakan oleh
pengguna sistem, untuk pemrosesan raw data hasil pengumpulan DG
Dasar, pengolahan DG Dasar dan IGD termasuk ekstraksi fitur berbasis
Machine Learning, pengeditan manual, Quality COntrol (QC) dan Quality
Assurance (QA), dan untuk mengakses data.
d. Lingkungan disaster recovery, digunakan sebagai cadangan jika sistem
produksi utama tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
e. Lingkungan pelatihan produksi peta dasar (basemap production
training environment), diperlukan untuk memfasilitasi peningkatan
kapasitas SDM yang dibutuhkan dalam pelaksanaan KPBUMN.
Lingkungan pelatihan dapat disiapkan sesuai kebutuhan.
Propagasi data adalah pengembangan dan migrasi data, mulai dari dari
pembuatannya (pengumpulan DG Dasar, pengolahan DG Dasar dan IGD)
sampai ke proses QC/QA, hingga penyebarluasan DG Dasar dan IGD baik
di lingkungan internal maupun lingkungan eksternal (publik). Sehubungan
dengan propagasi data ada tiga lingkungan yang perlu dibangun, yaitu:
Halaman | 150
Gambar 8-13. lingkungan yang perlu dibangun untuk memfasilitasi sistem
produksi peta peta dasar secara terintegrasi.
Sistem produksi peta dasar secara terintegrasi yang akan dibangun hendaknya
memaksimalkan penerapan keunggulan Revolusi Industri 4.0 di bidang
informasi geospasial seperti: Big Data, Smart Factory (Automation, Artificial
Intelligent, optimization, etc.), Cyber Physical Systems, Internet of Things (IoT),
Interoperability. Sistem produksi peta dasar berbasis cloud diharapkan
memiliki karakteristik sebagai berikut:
● Cloud-based
● Automated Process (Artificial Intelligent, Deep Learning, Big Data, etc)
● Collaborative Platform
● Seamless, multi-purposes, multi-users geodatabase
● Backup and recovery system
● Interoperable
● Scalable
● Continuously Data Updating
● Maintain Historical Data
● User Management
● Access Security
Kebutuhan infrastruktur untuk program percepatan pemetaan skala besar
dengan memanfaatkan teknologi cloud secara garis besar skemanya dapat
dilihat pada Gambar 8-14 berikut:
Halaman | 151
Gambar 8-14. Diagram alir teknologi cloud dengan proses pemetaan
Gambar 8-15. Desain sistem arsitektur bisnis proses dan workflow program
penyediaan peta dasar skala besar BIG
Halaman | 152
Infrastruktur sistem produksi peta dasar secara terintegrasi harus dibangun di
wilayah Indonesia yang disetujui oleh BIG. Pelaksanaan pemrosesan data
seluruhnya harus dilakukan di Indonesia menggunakan infrastruktur sistem
produksi peta dasar yang dibangun. Secara umum, desain sistem arsitektur
sistem produksi peta dasar ditunjukkan pada Gambar 8-15.
Dari desain sistem arsitektur Gambar 8-15 penjelasan secara garis besarnya
sebagai berikut:
● Pemrosesan raw data akuisisi dilakukan dengan menyesuaikan kebutuhan
pengolahan untuk teknologi akuisisi yang akan digunakan.
● Data dasar yang dihasilkan dari kegiatan akuisisi data disimpan dalam
storage untuk data dasar. Server storage tersebut dapat diakses oleh
workstation-workstation yang akan digunakan dalam pemrosesan otomatis,
maupun tahapan yang membutuhkan pemrosesan manual. Kegiatan
pemetaan untuk menghasilkan informasi geospasial seamless, juga
mengakses ke server storage tersebut. Di dalamnya juga diterapkan
workflow manager yang dimanfaatkan untuk mengelola kegiatan QA/QC
dan pemantauan progress.
● Informasi geospasial seamless hasil kegiatan pemetaan tersimpan di
production enterprise geodatabase, yang menjadi basis data utama dalam
program percepatan.
● Dalam publikasi informasi geospasial dilakukan juga pengaturan
environment yang akan melakukan replikasi pada database production.
BIG memiliki fasilitas computing center di kantor Cibinong yang dapat
dimanfaatkan untuk mendukung pelaksanaan KPBUMN. BUMN Pelaksana
dapat mempertimbangkan pemanfaatan computing center di BIG misalnya utk
menempatkan disaster recovery environment.
Secara mendetail, sistem infrastruktur untuk produksi peta dasar ini
disampaikan dalam Lampiran 3.
Halaman | 153
bertahap sesuai kebutuhan. Peningkatan kapasitas SDM wajib dilakukan
melalui pendidikan dan/atau pelatihan untuk meningkatkan penguasaan
terhadap proses bisnis dan kompetensi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
KPBUMN.
b. SDM Pelaksana
SDM Pelaksana dapat berasal dari internal BUMN Pelaksana, anak
perusahaan, BUMN lain, dan/atau SDM yang direkrut khusus dalam
pelaksanaan KPBUMN. BUMN Pelaksana harus menyiapkan pola rekrutmen
dan pelatihannya agar SDM yang direkrut memiliki kompetensi yang
dibutuhkan dalam pelaksanaan KPBUMN.
Halaman | 154
Sistem produksi peta dasar yang dibangun sebagai infrastruktur teknologi
informasi dan komunikasi untuk mendukung pelaksanaan KPBUMN harus
dikelola dengan baik dan profesional untuk menjamin ketersediaannya
(highly available). Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi bidang
informasi geospasial di era revolusi industri 4.0 ini, maka pengembangan
sistem produksi peta dasar perlu dilakukan secara terus menerus
menyesuaikan dengan perkembangan proses bisnis dan teknologi yang
terkini. SDM yang bertugas untuk mengelola dan mengembangkan sistem
produksi peta dasar perlu disiapkan secara profesional dan diberikan
pelatihan yang diperlukan untuk meningkatkan kompetensi yang
dibutuhkan.
● kota besar/metropolitan;
● wilayah dengan aktivitas perekonomian yang tinggi;
● wilayah rawan bencana terutama tsunami dan banjir; dan/atau
● wilayah prioritas lain berdasarkan kebutuhan prioritas pembangunan.
Beberapa kota besar pernah melakukan penyediaan peta dasar skala 1:1.000
menggunakan anggaran pembangunan belanja daerah seperti DKI Jakarta
(2011), Kota Medan (2013), Kota Surabaya (2015), dan Kota Bandung (2016).
namun saat ini kondisi peta dasar yang tersedia tersebut memerlukan
pemutakhiran karena sudah tidak sesuai dengan kondisi di lapangan.
Halaman | 155
pengembalian investasi secara lebih baik bagi BUMN Pelaksana. Sehubungan
dengan kebutuhan mendesak terhadap peta dasar skala 1:1.000 di beberapa
wilayah tersebut, calon BUMN Pelaksana dapat menyampaikan penawaran
untuk menyediakan peta dasar 2D/3D skala 1:1.000 disamping tetap
menyediakan peta dasar 2D/3D skala 1:5.000.
Untuk efisiensi dan meningkatkan pengembalian investasi, disarankan
kegiatan pengumpulan DG Dasar di wilayah kota besar/metropolitan yang
terpilih dilakukan dengan spesifikasi teknis pengumpulan DG Dasar untuk
pembuatan peta dasar skala 1:1.000 menggunakan teknologi survei foto udara
metrik dan Lidar. Pembuatan peta dasar skala 1.000 dilaksanakan dengan
tingkat ketelitian kelas 1 dan tingkat kedetailan (LoD 2 atau 3). Sementara itu,
penyediaan peta dasar skala 1:5.000 pada wilayah tersebut dilaksanakan
melalui proses generalisasi dari peta dasar skala 1:1.000.
Halaman | 156
2. Pemutakhiran unsur peta dasar dilakukan apabila terjadi perubahan pada
objek rupabumi. Objek rupabumi yang dimaksud berupa:
a. bentuk geometris
b. lokasi
c. informasi non-geometris
Halaman | 157
○ Sekolah;
○ Stadion olahraga regional/nasional – misalnya arena balap, lapangan
sepak bola;
4. Pengembangan ritel baru yang dapat diakses publik (termasuk
pembangunan kembali yang menyeluruh) yang luasnya melebihi 1 hektar,
misalnya superstore baru, pusat perbelanjaan atau taman ritel;
5. Rute transportasi baru yang penting dari jenis berikut:
○ Stasiun bus;
○ Jalan baru yang mempengaruhi transportasi secara signifikan;
○ Pembangunan tambahan (misalnya pembangunan terowongan, simpang
susun baru, exit tol baru, dsb);
○ Rel angkutan kereta api.
Halaman | 158
produknya. Layanan yang dibayar dalam bentuk tarif dapat diidentifikasi
sebagai-berikut:
i. Layanan peta dasar (basemap service)
Layanan peta dasar atau basemap service merupakan penyediaan peta
dasar yang dihasilkan dalam KPBUMN dalam berbagai bentuk (style)
penyajian untuk digunakan dalam berbagai situs dan aplikasi yang
membutuhkan peta. Layanan peta dasar yang disediakan diantaranya
layanan peta dasar, image services (layanan Foto Udara dan Citra Satelit
Resolusi Tinggi), dan layanan DEM.
Layanan peta dasar memuat layer-layer peta dasar yang dapat
memberikan konteks geografis (lokasi dan posisi) secara termutakhir.
Layanan peta dasar dapat ditampilkan secara per layer (layer Toponim,
Hidrografi, Hipsografi, Bangunan, Transportasi dan Utilitas, Batas
Wilayah, Garis Pantai, Penutup Lahan) atau keseluruhan layer
sekaligus. Sedangkan untuk Image services menyajikan data dasar
berupa Foto Udara dan Citra Satelit Resolusi Tinggi yang dapat
digunakan untuk melakukan analisis maupun ekstraksi data lainnya
sesuai kebutuhan. Dan layanan DEM menyajikan data ketinggian
berbasis lokasi yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai
analisis.
Layanan peta dasar bertarif berdasarkan sifatnya dibagi menjadi dua
jenis yaitu statis dan dinamis. Layanan peta dasar statis yaitu layanan
peta dasar yang digunakan untuk menampilkan layer peta dasar
(sebagian dan ditentukan oleh pengembang) yang bersifat tetap atau
tingkat perbesaran tidak dapat diubah dalam tampilan yang
dipresentasikan (kecuali mengubah kode embed html berdasarkan
request ke pengembang). Layanan peta dasar dinamis memiliki fungsi
yang sama dengan layanan peta dasar statis, namun yang membedakan
adalah peta dasar yang digunakan dalam layanan peta dasar dinamis
dapat diubah dengan menggeser lokasi dan mengubah tingkat kedetailan
yang disesuaikan dengan tingkat zoom yang diinginkan oleh pengguna
dalam tampilan yang direpresentasikan.
ii. Layanan analisis geospasial (geospatial analytical services)
Layanan yang harus dibangun oleh BUMN Pelaksana adalah layanan
untuk melakukan analisis geospasial. Banyak analisis geospasial yang
diperlukan untuk aplikasi tertentu, contohnya adalah:
● Pencarian Lokasi
Dengan layanan analisis pencarian lokasi, pengembang
aplikasi/situs dapat menggunakan berbagai macam fitur pencarian
lokasi yang dapat dimasukkan ke dalam aplikasi/situsnya. Fitur yang
dapat didapatkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna adalah
sebagai berikut:
Halaman | 159
a. Pengguna dapat mencari lokasi spesifik maupun koordinat
menggunakan geocoding maupun reverse geocoding.
b. Pengguna dapat menampilkan daftar tempat seperti bisnis lokal
dan tempat menarik berdasarkan lokasi pengguna dan teks
pencarian.
c. Pengayaan informasi detail sebuah lokasi seperti akses foto yang
dimiliki oleh basemap ke situs web atau aplikasi pengembang.
● Rute (Routing)
Routing merupakan analisis layanan yang menyediakan alat untuk
menentukan rute dari satu titik ke titik lain pada peta. Rute ini dapat
berupa rute terpendek, rute tercepat, dan rute-rute yang memenuhi
persyaratan tertentu misalkan tol, pejalan kaki, dlsb. Rute tercepat
misalnya diperoleh dengan memperhitungkan tingkat kecepatan yang
diperbolehkan, posisi lampu lalu lintas, dan tingkat kepadatan lalu-
lintas, sehingga memerlukan data lain selain peta dasar.
● Tumpang Tindih (Overlay)
Analisis overlay adalah teknik analitik yang digunakan untuk
menentukan hubungan pertampalan antara dua data vektor atau
lebih yang dipilih dan tetangganya. Proximity Analysis merupakan
studi yang menggunakan kecerdasan lokasi menggunakan perangkat
lunak pemetaan untuk membuat pemutakhiran data (update), irisan
(intersect), menghapus (erase), memotong (clip). Beberapa
pemanfaatannya misalnya sebagai alat untuk melakukan
pemutakhiran data spasial tutupan lahan, bangunan, transportasi,
perairan, dan data vektor tematik lainnya.
● Kedekatan (Proximity)
Analisa proximity adalah teknik analitik yang digunakan untuk
menentukan hubungan antara titik yang dipilih dan tetangganya.
Proximity Analysis merupakan studi yang menggunakan kecerdasan
lokasi menggunakan perangkat lunak pemetaan untuk menghitung
jarak berdasarkan parameter tertentu.
Beberapa pemanfaatannya misalnya sebagai penentuan lokasi
ekspansi gerai UMKM atau ATM atau supermarket dlsb. Penerapan
lain dari analisa ini yaitu pada penentuan rute pengiriman logistik
tercepat dan terefektif.
● Analisa Permukaan (Surface Analysis)
Kondisi geografis tidak terbatas pada titik, garis, dan poligon yang
berbeda, tetapi mencakup data, seperti ketinggian di permukaan
bumi. Data tersebut dapat dibuat dan dianalisis dan dimodelkan
dengan layanan analisis surface dalam bentuk vektor, raster, dan TIN.
Fitur yang terdapat dalam analisa permukaan seperti membuat
Halaman | 160
spotheight/kontur/DEM/DTM dari berbagai macam data vektor dan
raster, interpolasi, menganalisa kemiringan, menghitung luas, dan
menghitung volume.
● Manajemen Basis Data Geospasial dan Analisis Statistik
Hampir semua data GIS disimpan atau direpresentasikan sebagai
tabel database sederhana yang berdiri sendiri yang berisi atribut yang
dapat dihubungkan ke tabel lain dengan atribut umum. Saat
membangun database atau melakukan analisis, sebagian besar
waktu akan dihabiskan untuk mengelola tabel, menambahkan dan
menghitung atribut baru, menyalin tabel atau barisnya dari satu
lokasi ke lokasi lain, mengonversi tabel yang berisi string teks dari
nilai koordinat menjadi fitur, menghubungkan satu tabel ke lain, atau
menghitung statistik ringkasan. Analisis statistik membantu Anda
mengekstrak informasi tambahan dari data GIS Anda yang mungkin
tidak jelas hanya dengan melihat peta—informasi seperti bagaimana
nilai atribut didistribusikan, apakah ada tren spasial dalam data,
atau apakah fitur membentuk pola spasial. Tidak seperti fungsi
kueri—seperti identifikasi atau pemilihan, yang menyediakan
informasi tentang fitur individual—analisis statistik mengungkapkan
karakteristik sekumpulan fitur secara keseluruhan.
● Perhitungan luas
Layanan perhitungan luas merupakan layanan yang dapat digunakan
untuk menghitung luas area (satuan maupun kumpulan area)
berdasarkan peta dasar skala besar yang tersedia. Layanan ini dapat
digunakan oleh pengguna dari sektor perbankan, asuransi, dlsb.
untuk melakukan manajemen terhadap aset. Misal sektor Perbankan
membutuhkan layanan ini untuk melakukan penilaian/valuasi
objeknya. Perhitungan luas yang dihasilkan dari layanan ini dapat
lebih teliti sekaligus bersifat authorized karena menggunakan peta
dasar yang bersifat resmi.
Layanan-layanan ini diberikan biasanya bersamaan dengan layanan
peta dasar, artinya analisis yang dilakukan dalam layanan ini adalah
analisis terhadap data yang ada di peta dasar. Meskipun demikian,
layanan ini dapat diberikan terlepas dari layanan peta dasar yaitu
layanan analisis terhadap data yang dimiliki oleh pengguna itu sendiri.
Fungsi analisis tidak terbatas pada poin-poin di atas, namun dapat
berkembang sesuai kebutuhan pengguna. Layanan di atas dapat diminta
per satuan jenis layanan analisis yang dibutuhkan oleh pengembang
aplikasi. Layanan di atas juga tersedia dalam bentuk satu paket
aplikasi/berbasis web SIG untuk kebutuhan analisis tingkat lanjut yang
dibutuhkan tiap pengguna yang membutuhkan dukungan perangkat
lunak pengolah DG/IG.
Halaman | 161
iii. Precise positioning service
Layanan penentuan posisi yang akurat menggunakan jaringan CORS
(Continuous Operating Reference Station) yang sekarang juga sudah
dioperasikan oleh BIG. Terdapat 2 jenis layanan sebagai-berikut:
1. Layanan CORS yang tidak berbayar yaitu layanan unduh RINEX
dan layanan post processing online dengan alasan :
a. Memastikan pengguna masih memiliki pilihan layanan gratis
untuk memenuhi kebijakan satu peta
b. Layanan Unduh RINEX dan layanan post processing
memerlukan pengolahan lebih lanjut oleh pengguna
c. Berdasarkan data penggunaan CORS Tahun 2021, proporsi
penggunaan layanan Unduh RINEX dan layanan post
processing online lebih sedikit dibandingkan penggunaan
layanan RTK
2. CORS yang berbayar adalah Real Time Kinematik (RTK) dengan
alasan :
a. RTK merupakan service yang paling mudah digunakan oleh
pengguna. Pengguna tidak perlu melakukan pengolahan data.
b. Pengguna mendapatkan koreksi data secara realtime
c. Berdasarkan data penggunaan CORS Tahun 2021, proporsi
penggunaan layanan RTK lebih banyak dibandingkan dengan
penggunaan layanan Unduh RINEX dan layanan post
processing.
d. Produk turunan dari layanan RTK berpotensi lebih besar
untuk dikembangkan pemanfaatannya, seperti autonomous
driving, drone delivery, dan smart agriculture.
Layanan yang dimaksud yaitu layanan RTK, merupakan layanan
koreksi secara real time terhadap pengukuran posisi menggunakan
peralatan GNSS. Koreksi dari layanan RTK disediakan oleh jaringan
stasiun CORS (Continuously Operating Reference Stations) di
wilayah tertentu, dimana koreksi akan dihubungkan melalui
koneksi internet atau radio ke perangkat GNSS yang digunakan
untuk pengukuran. Hasil pengukuran menggunakan layanan RTK
akan memberikan koordinat yang teliti dan akurat, dalam waktu
singkat.
b. Managed Services
Managed services adalah layanan yang ditawarkan untuk mengelola sistem
atau infrastruktur teknologi informasi dan teknologi. Layanan ini dapat
berkembang tidak hanya layanan untuk keperluan penyediaan dan
pengelolaan sumber daya IT, baik berupa software maupun dan sumber
daya manusia untuk optimalisasi dan efisiensi bisnis pengguna.
Halaman | 162
BUMN Pelaksana diharapkan membangun aplikasi atau solusi yang
dibutuhkan pengguna dengan memberikan nilai tambah terhadap IGD
untuk menjadi produk tertentu. Juga dapat dilakukan pengitegrasian IGD
dengan data dan informasi lainnya untuk menghasilkan informasi
geospasial tematik tertentu (IGT) di berbagai sektor yang dibutuhkan.
Untuk pengguna dari kalangan Pemerintah Daerah misalnya, BUMN
Pelaksana dapat membangun aplikasi atau solusi untuk penyusunan peta
tata ruang baik RTRW maupun RDTR. Keuntungan pihak Pemerintah
Daerah adalah tidak perlunya untuk menyediakan infrastruktur IT baik
hardware maupun software, dan/atau tidak perlu lagi membuat paket
pekerjaan konsultansi untuk menyusun peta tata ruang. Dengan data yang
dimilikinya, maka Pemerintah Daerah tinggal membayar tarif tertentu untuk
menggunakan layanan solusi RDTR dari BUMN Pelaksana.
Apabila BUMN Pelaksana juga dapat membangun solusi untuk kepentingan
lainnya di Pemerintah Daerah, misalnya untuk perpajakan, penyusunan
peta rawan banjir, dan lain-lain, maka ini semua dapat dikelola sebagai
managed services oleh BUMN Pelaksana yang ditawarkan kepada
Pemerintah Daerah. Pembayaran oleh Pemerintah Daerah kemudian dapat
berupa langganan (subscription) per bulan kepada BUMN Pelaksana.
c. Pengembalian investasi lainnya
BUMN Pelaksana dapat mengembangkan potensi pendapatan lainnya,
misalnya dari layanan konsultasi terhadap pengguna yang memiliki
kebutuhan khusus yang tidak dapat terpenuhi oleh layanan-layanan di atas.
Potensi revenue lainnya adalah berupa penayangan iklan pada berbagai
layanan yang ditawarkan di atas, khususnya layanan yang tidak berbayar.
Halaman | 163
● karena pemanfaatan informasi geospasial akan semakin dibutuhkan dalam
berbagai aktivitas, maka pangsa pasar sektor hilir IG juga semakin luas
● potensi ekonomi IG yang besar di Indonesia sekarang ini baru terwujud
sebagian kecil dan hanya dinikmati oleh sedikit pelaku usaha pemberi
layanan IG yang kebanyakan adalah perusahaan global milik asing
● dengan semakin besarnya layanan penggunaan IG di berbagai sektor, maka
ini juga meningkatkan penggunaan IG di Indonesia sehingga kontribusi IG
terhadap pertumbuhan ekonomi akan semakin besar
BUMN Pelaksana di samping membangun layanan komersial, bersama-sama
dengan BIG juga harus membina industri IG untuk menumbuhkan
perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang hilir. Ini dilakukan dengan
cara membangun inkubator bisnis untuk membina startup bidang IG.
Program inkubasi bisnis ditujukan untuk membina dan
menumbuhkembangkan startup dengan memberikan layanan yang dapat
berupa:
- pembinaan bisnis berupa pengarahan strategi bisnis, bantuan marketing,
analisis kelayakan ide bisnis, pembuatan model bisnis, akuntansi, hukum,
dsb.
- bantuan untuk mengakses layanan modal seperti akses kepada modal
ventura dan angel investor, akses kepada pinjaman komersial, dsb.
- pembinaan jaringan kerja (networking)
- pemberian pelatihan seperti lokakarya (workshop), kursus topik bisnis,
seminar pengembangan soft skill, dsb.
- cara membangun brand untuk menarik lebih banyak pelanggan
- pemberian fasilitas fisik seperti kantor dan laboratorium
2 (dua) contoh pembinaan startup bidang informasi geospasial yang dapat
dianggap berhasil adalah program Geovation yang dikembangkan oleh
Ordnance Survey di Inggris dan program GeoWorks oleh Singapore Land
Authority (SLA).
Halaman | 164
teknologi, peralatan, wahana survei, infrastruktur pendukung, dan/atau
sumber daya lainnya. Dalam melibatkan badan usaha lain terkait
penyelenggaraan IGD, BUMN Pelaksana harus memaksimalkan penggunaan
sumber daya di dalam negeri kecuali dalam hal sumber daya yang dibutuhkan
tidak tersedia di dalam negeri.
Dalam hal penggunaan IGD secara komersial untuk meningkatkan kelayakan
dalam pengembalian investasi, BUMN Pelaksana dapat bekerja sama dengan
badan usaha lain baik badan usaha dalam negeri maupun luar negeri setelah
mendapat penetapan Kepala BIG selaku Penanggung Jawab KPBUMN.
Penetapan diberikan oleh Kepala BIG setelah mendapat persetujuan dari
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perencanaan
pembangunan nasional.
Halaman | 165
● pelaksanaan pengumpulan DG Dasar;
● pelaksanaan pembuatan peta dasar;
● pembangunan dan pengelolaan infrastruktur sistem produksi peta dasar
berbasis cloud;
● pembangunan dan pengoperasian stasiun CORS;
● layanan peta dasar dan penentuan posisi secara teliti.
● integrasi IG Tematik dan analisis geospasial untuk memberikan nilai
tambah terhadap IGD;
● penggunaan IGD secara komersial;
● administrasi dan keuangan; dan
● lainnya yang terkait.
Sementara itu, ruang lingkup pengawasan dan kontrol kualitas yang dilakukan
oleh Tim Pengawas Independen dan/atau konsultan pengawas mencakup
namun tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut;
● Menyusun Rencana Kerja dan Metode Kerja yang dituangkan dalam
Laporan Pendahuluan.
● Melaksanakan pemantauan, pengawasan, dan evaluasi pada proses
pelaksanaan agar program tersebut dapat berjalan sesuai dengan tujuan
yang diharapkan yang dituangkan dalam Laporan Pengawasan dan Laporan
Bulanan.
● Melaksanakan pengawasan untuk memastikan proses pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan SOP yang dijadikan acuan
● Memeriksa hasil pekerjaan sesuai dengan Dokumen Spesifikasi Teknis yang
dituangkan dalam Formulir Kontrol Kualitas dan Berita Acara Pemeriksaan.
● Menyusun Laporan Akhir.
● Memberikan kajian, analisis dan usulan perbaikan kepada BUMN
Pelaksana dan BIG dan memastikan tindak lanjut dari hal tersebut diatas.
● Melaksanakan kontrol dan penjaminan kualitas data geospasial dasar dan
peta dasar dengan menggunakan metode kerja yang terlebih dahulu telah
disetujui oleh BIG.
Halaman | 166
■ Region Bali-Nusa Tenggara
■ Region Sulawesi
■ Region Maluku-Papua
○ Hasil uji ketelitian geometris memenuhi persyaratan ketelitian DG
Dasar
2) Ketelitian Atribut (Tematik)
○ Ketelitian atribut menunjukkan tingkat kesesuaian antara unsur peta
dasar terhadap realitas di lapangan dan mengacu pada Peraturan
Kepala BIG Nomor 15 Tahun 2014. Pengujian dilakukan
menggunakan matriks kesalahan (confusion matrix) dengan nilai
ketelitian sebagai berikut
i) garis pantai sesuai ketelitian geometri peta
ii) hipsografi sesuai ketelitian geometri peta
iii) perairan sebesar 85%
iv) nama rupabumi sebesar 90%
v) batas wilayah sebesar 90%
vi) transportasi dan utilitas sebesar 90%
vii) bangunan dan fasilitas umum sebesar 85%
viii) penutup lahan sebesar 85%
3) Ketelitian Temporal
○ Akuisisi dilakukan selama periode pelaksanaan pekerjaan (new
tasking)
4) Kelengkapan
○ DG Dasar mencakup seluruh AOI
○ Tidak terdapat gap data DG Dasar di dalam AOI
○ Objek rupabumi 100% lengkap digambarkan
○ Tidak terdapat kelebihan objek rupabumi yang digambarkan
○ Tersedia raw data hasil akuisisi/survei pengumpulan DG Dasar
sesuai AOI
○ Tersedia deskripsi titik untuk GCP/ICP postmarking (jika dilakukan
postmarking)
○ Atribut peta dasar yang mandatory telah diisi lengkap
○ Dilengkapi dengan metadata untuk masing-masing data
5) Konsistensi Logis
○ Konsistensi penamaan dalam penyimpanan data dan informasi yang
terkait
○ Kesesuaian dan konsistensi format penyimpanan
i) citra tegak dalam *.tif (geotiff) 8 bit
ii) data ketinggian point cloud dalam *.las
iii) DSM disimpan dalam format *.tif (geotiff) 32 bit floating point
iv) DTM disimpan dalam format *.tif (geotiff) 32 bit floating point
v) peta dasar dalam suatu sistem basis data terpadu yang
bersifat seamless, multi-users dan multi-purposes
○ Kesesuaian dan konsistensi tiling
○ Objek rupabumi digambarkan sesuai dengan ukuran yang terlihat
pada DG Dasar
○ Tipe geometri yang digunakan sesuai dengan objek rupabumi yang
digambarkan
Halaman | 167
○ Memenuhi persyaratan aturan topologi data spasial
○ Isian metadata sesuai dengan data
6) Kegunaan
○ Untuk menjamin bahwa data hasil kegiatan ini dapat dimanfaatkan
langsung oleh pengguna, maka data sudah tersajikan dalam bentuk
web-cartography dan service.
Penambahan atau perubahan ruang lingkup pengawasan dan kontrol kualitas
dapat dilakukan dengan persetujuan dari Tim Pelaksana KPBUMN BIG.
Halaman | 168
Gambar 8-17 Kelompok Kerja Nasional
Halaman | 169
Tabel 8-11. Peran dan Keterlibatan Pokja Nasional
Peran dan Keterlibatan POKJA Nasional
No Tahapan
Administrasi, Hukum
HANKAM & Intelijen K/L Pengguna
dan Keuangan
Keterangan:
A (konsultasi dan reviu dokumen); B (supervisi/pengawasan secara langsung dan/atau; C (monev rutin
mingguan/bulanan/triwulanan); D (capacity building)
Halaman | 170
BAB IX. PENUTUP
Halaman | 171
Lampiran 1 – Spesifikasi Teknis DG Dasar
1. Spesifikasi Teknis Data Pengamatan GNSS untuk Ground Control Point (GCP) dan
Independent Check Point (ICP) pada Citra Tegak Resolusi Tinggi
Tabel A-1. Ketelitian Koordinat Hasil Pengolahan GNSS untuk GCP dan ICP pada
Citra Tegak Resolusi Tinggi
skala 1:5.000 skala 1:1.000
No Aspek
Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
Halaman | 172
(3). tidak ada artefak pada citra tegak resolusi tinggi.
(4). cakupan awan maksimal 10% per project area. dan tidak menutupi
objek penting di permukaan bumi dan/atau membuat interpretasi
objek sulit dilakukan.
(5). kualitas radiometrik:
(a). memiliki kecerahan dan kontras yang baik; dan
(b). objek pada citra tegak resolusi tinggi terlihat tegas dan tajam.
(6). kanal warna RGB, dapat berupa hasil pansharpening.
(7). resolusi spasial dan ketelitian citra tegak resolusi tinggi.
Tabel A-2. Resolusi Spasial dan Ketelitian Citra Tegak Resolusi Tinggi
Skala 1:5.000 Skala 1:1.000
No Aspek
Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
4 Perbedaan elevasi point tidak lebih besar dari presisi pengukuran point cloud
cloud kelas ground antar
jalur pada seluruh jalur
Halaman | 173
(2). Sistem referensi geospasial vertikal: INAGEOID.
c. Spesifikasi teknis DSM.
(1). menggambarkan model permukaan bumi beserta seluruh objek yang
berada di atasnya.
(2). perairan telah dikoreksi (hydro-flattened).
(3). mencakup wilayah dari garis pantai muka laut rata-rata ke arah darat.
(4). resolusi spasial dan ketelitian DSM sebagaimana tercantum pada
Tabel A-4 .
Halaman | 174
Lampiran 2 – Spesifikasi Teknis Peta Dasar
1. Ketentuan Umum
Ketentuan umum dalam pengolahan DG Dasar menjadi peta dasar adalah sebagai
berikut:
1) pengolahan DG Dasar menjadi peta dasar untuk terdiri dari:
a. pemrosesan DG Dasar menjadi unsur peta dasar; dan
b. penyajian unsur peta dasar menjadi Peta Rupabumi Indonesia dan
produk IG/ layanan daring terkait peta dasar.
2) ketelitian Horizontal dan Vertikal untuk Unsur Peta Dasar sesuai dengan
Peraturan BIG Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala
Badan Informasi Geospasial Nomor 15 Tahun 2014 Tentang Pedoman Teknis
Ketelitian Peta Dasar;
3) menggunakan Sistem Referensi Geospasial Indonesia 2013 (SRGI 2013) sebagai
sistem referensi geospasial horisontal sebagaimana didefinisikan dalam SRGI.
4) menggunakan geoid sebagaimana sistem referensi geospasial vertikal
sebagaimana didefinisikan dalam SRGI.
5) menggunakan sistem proyeksi UTM (Universal Transverse Mercator) dan sistem
koordinat geografi (lintang, bujur);
6) menggunakan klasifikasi unsur berdasarkan katalog unsur peta dasar.
7) Ekstraksi unsur peta dasar semaksimal mungkin dilakukan secara otomatis
dengan menerapkan teknologi 4.0 dalam bidang informasi geospasial
(automated feature extraction). Proses manual dapat dilakukan untuk keperluan
editing terhadap unsur hasil otomasi.
8) peta dasar 2-dimensi diproduksi untuk skala 1:5.000, 1:25.000, 1:50.000,
1:250.000 dan 1:1.000.000).
9) peta dasar 3-dimensi diproduksi untuk skala 1:25.000 dan 1:5.000 atau lebih
besar.
10) nilai tinggi untuk peta dasar 3-dimensi dapat diperoleh dari ekstraksi
terhadap DSM/DTM.
11) penyimpanan peta dasar dalam suatu sistem basis data terpadu yang
bersifat seamless, multi-users dan multi-purposes.
12) peta dasar harus memenuhi kaidah topologi yang baik.
13) melakukan kontrol kualitas dan penjaminan kualitas sesuai dengan
elemen kualitas pada standar manajemen kualitas data.
14) Untuk mendapatkan peta dasar dengan skala yang lebih kecil dapat
diperoleh dari peta dasar dengan skala yang lebih besar menggunakan metode
generalisasi.
15) Melakukan proses generalisasi untuk menghasilkan peta dasar skala
menengah (1:25.000 dan 1:50.000) dan skala kecil (1:250.000 dan
1:1.000.000).
16) menyiapkan sistem untuk keperluan proses kartografi secara otomatis
berdasarkan standar kartografi Peta Rupabumi Indonesia untuk keperluan
Halaman | 175
cetak maupun penyajian secara daring pada layanan dan aplikasi.
17) unsur peta dasar hasil pengolahan DG Dasar meliputi:
c. garis pantai;
d. hipsografi;
e. perairan;
f. nama rupabumi;
g. transportasi dan utilitas;
h. bangunan dan fasilitas umum; dan
i. penutup lahan.
catatan: penyediaan unsur batas wilayah dilaksanakan melalui program reguler
yang dibiayai oleh APBN.
18) menerapkan prinsip ‘Create Once Used Many Times’ dalam pembuatan
geometri unsur peta dasar, dalam pengertian:
j. tidak mendigitasi objek yang sama lebih dari satu kali.
k. menghindari duplikasi dalam pembuatan geometri yang sama pada unsur
yg berbeda. contoh, apabila jalan merupakan batas penutup lahan, maka
pembuatan poligon penutup lahan harus menggunakan geometri jalan
sebagai batasnya (coincide) dan tidak membuat geometri tersendiri
sebagai yang berbeda dengan geometri jalan yang dapat menimbulkan
potensi tumpang tindih antara batas penutup lahan dengan jalan.
Halaman | 176
tertinggi melalui interpretasi citra tegak resolusi tinggi, foto udara, dan/atau
DG Dasar lainnya.
Garis pantai muka laut rata-rata ditentukan berdasarkan datum pasang surut
muka laut rata-rata (Mean Sea Level atau MSL), yaitu rata-rata aritmetika
ketinggian muka laut per jam yang diamati dalam kurun waktu 19 (sembilan
belas) tahun.
b. Hipsografi
Hipsografi mencakup wilayah darat, pantai, dan laut secara terintegrasi. Nilai
tinggi pada hipsografi mengacu pada geoid (INA GEOID).
c. Perairan
Halaman | 177
tertinggi diantara kedua orde yang sungai yang bertemu. Jaringan perairan
digambarkan sebagai garis tunggal pada bagian tengah (center line) perairan.
Jaringan perairan yang melintasi wilayah perairan yang bersifat statis seperti
danau atau waduk tetap dihubungkan menggunakan garis tunggal pada kedua
ujung yang bersinggungan dengan wilayah perairan tersebut.
Badan jalan merupakan bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu lintas
seperti median dan bahu jalan. Badan jalan diekstraksi sebagai geometri
poligon dengan minimal lebarnya (0,5mm x skala peta).
Jaringan jalan merupakan kesatuan jaringan jalan yang saling terhubung antar
jalan. Jaringan jalan digambarkan sebagai garis dan diekstraksi pada tengah
badan jalan. Jaringan jalan dapat diklasifikasikan sesuai fungsinya. jaringan
jalan digambarkan memuat informasi yang dapat digunakan untuk network
analysist (minimal memuat informasi arah jalan, waktu tempuh dan
peruntukkan jalan berdasarkan penggunanya).
Sarana transportasi seperti landas pacu, dermaga laut, dan dermaga sungai
dengan lebar kurang dari 0,5mm x skala peta digambarkan sebagai garis, jika
lebarnya lebih dari 0,5mm x skala peta maka digambarkan sebagai poligon.
Jembatan digambarkan sebagai titik pada perpotongan sungai dan jalan.
Jaringan utilitas (jaringan telekomunikasi, listrik, dll) digambarkan dengan cara
Point to Point.
e. Batas Wilayah
Unsur batas wilayah menggambarkan garis batas wilayah negara dan batas
wilayah administrasi. Batas wilayah negara terdiri dari batas wilayah negara di
darat dan batas wilayah maritim. Sedangkan batas wilayah administrasi
Halaman | 178
meliputi:
● batas antar provinsi
● batas antar kabupaten/kota
● batas antar kecamatan
● batas antar desa/kelurahan
Dalam proses produksi peta dasar, akan digunakan data batas wilayah yang
tersedia di Pusat Pemetaan Batas Wilayah, baik untuk batas wilayah yang
definitif maupun yang masih bersifat indikatif.
Bangunan yang berukuran lebih dari atau sama dengan (0,5 mm x skala peta)
x (0,5mm x skala peta) diekstrak sebagai poligon.
g. Penutup Lahan
Penutup lahan adalah garis yang menggambarkan batas penampakan area
tutupan di atas permukaan bumi yang terdiri dari bentang alam dan/atau
bentang buatan.
Penutup lahan yang berukuran lebih dari atau sama dengan (5 mm x skala
peta) x (5mm x skala peta) diekstrak sebagai poligon. Batas area penutup lahan
yang merupakan batas antara daratan dan laut menggunakan garis MSL
Menggunakan pedoman teknis yang terbaru saat pelaksanaan uji akurasi unsur peta
dasar.
Halaman | 179
Lampiran 3 – Spesifikasi Sistem Produksi Peta Dasar
Halaman | 180
● Mendukung proses boresight dan strip adjustment point clouds LIDAR
● Mendukung klasifikasi point clouds secara otomatis dan manual
● Mendukung pengelolaan dan pemrosesan point clouds dalam jumlah
besar
● Mendukung pembuatan, editing, dan penghitungan surface model dari
point clouds
Halaman | 181
● Dapat digunakan untuk merekam/ekstraksi unsur
rupabumi secara 3D;
● Memiliki modul untuk generalisasi ke skala lebih kecil;
● Memenuhi standar metadata skema ISO-19139 GML 3.2;
● Memiliki fitur pembentukan topologi;
● Memiliki standar penyimpanan yang memenuhi dengan
skema penyimpanan yang ditetapkan oleh BIG;
● Memiliki fitur manajemen proyek dan data; dan
● Mendukung fitur publikasi internal.
3. Infrastruktur Penyimpanan
Tabel D-1. Total Kebutuhan Storage untuk Akuisisi Foto Udara LIDAR
Data Satuan Ukuran
Pengolahan LiDAR
Halaman | 182
Data Satuan Ukuran
IP Archival Storage
DSM 0,9 GB
DTM 0,9 GB
XORI 3,35 GB
CORI 10,0 GB
AFE Vectors 2 GB
Halaman | 183
Produk Final Kisaran Ukuran
Halaman | 184
dasar skala besar yang rutin dilakukan untuk interval waktu
tertentu maupun insidental karena adanya bencana atau hal
lainnya. Pada proses pembaruan peta dasar skala besar dapat
memanfaatkan infrastruktur yang sudah terbangun sebelumnya
seperti sistem pengolahan referensi geospasial, sistem pemrosesan
data geospasial mentah dan Sistem Produksi Informasi Geospasial
3D (Peta Dasar).
5. Infrastruktur Publikasi
Halaman | 185
● Alur kerja Web Mapping (Internet) merepresentasikan interaksi dari
user (publik) dengan Environment Sistem Publikasi Eksternal.
mereka menggunakan aplikasi web untuk pemetaan atau analisis
dan tidak untuk melakukan perbaikan atau akses untuk klien.
● Alur kerja Web Participatory Mapping workflow merepresentasikan
interaksi dari user yang melakukan pemetaan partisipatif dengan
menggunakan Environment Sistem Publikasi Eksternal. Para user
akan dapat mengakses sistem lewat internet. Mereka akan
menggunakan aplikasi web untuk pemetaan dan perbaikan data
spasial.
Halaman | 186
Lampiran 4 – Dokumen Penawaran KPBUMN
Dokumen penawaran kerjasama harus disusun dalam bahasa indonesia Setiap surat,
pernyataan, dan dokumen lainnya yang dibuat dalam bahasa ini akan diutamakan
dan akan berlaku apabila terdapat konflik dengan versi dari dokumen tersebut, yang
ditulis dalam bahasa lainnya.
Dokumen Penawaran administrasi Surat penawaran sesuai dengan format pada lampiran 5. a
Halaman | 187
2). Surat Penawaran
[Kop Surat]
Lampiran:
Yang terhormat,
Panitia Pemilihan BUMN Pelaksana
KPBUMN Penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar
Jalan Raya Bogor Km.46, Cibinong
Terkait dengan Dokumen Permintaan Proposal (Request for Proposal/RfP) [masukkan nomor Dokumen
Permintaan Proposal], tertanggal [masukkan tanggal Dokumen Permintaan Proposal], dan setelah mengkaji
Dokumen Permintaan Proposal dan mengikuti Pemberian Penjelasan, dengan ini kami dengan ini menyerahkan
Dokumen Penawaran untuk Pemilihan BUMN Pelaksana Pekerjaan KPBUMN Penyelenggaraan Informasi
Geospasial Dasar
Dokumen Penawaran ini telah disusun berdasarkan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Dokumen
Permintaan Proposal untuk penerapan Pekerjaan yang telah disebut diatas. Dokumen Penawaran ini berlaku sejak
batas waktu pemasukan Dokumen Penawaran sampai dengan [cantumkan tanggal akhir jangka waktu berlaku.
Samakan tanggal ini dengan waktu perkiraan penandatanganan perjanjian KPBU yang tercantum di bagian LDP
III.5] . Sebagaimana dipersyaratkan, Dokumen Penawaran ini memuat:
1. Dokumen Penawaran Administrasi;
2. Dokumen Kualifikasi;
3. Dokumen Penawaran Teknis;
4. Dokumen Penawaran Finansial.
Dokumen Penawaran ini dan lampirannya dibuat dalam [satu] set dokumen asli, dengan [cantumkan jumlah
salinan, sesuaikan dengan jumlah yang diminta pada LDP III.6] set dokumen salinan, yang masing-masing
ditandai sebagai “ASLI” dan “SALINAN”.
Dengan dimasukkannya Dokumen Penawaran ini, kami menyatakan penerimaan kami terhadap Persyaratan
Minimum dan ketersediaan kami untuk mengikuti seluruh ketentuan yang tercantum dalam Dokumen Permintaan
Proposal.
Hormat Kami,
Halaman | 188
3). Dokumen Penawaran Kualifikasi
Alamat : __________
Telepon/Fax : __________
Email : __________
1. saya secara hukum bertindak untuk dan atas nama perusahaan/koperasi/Kemitraan berdasarkan __________
[akta pendirian/anggaran dasar/surat kuasa/Perjanjian Kemitraan, disebutkan secara jelas nomor dan
tanggal akta pendirian/anggaran dasar/surat kuasa/perjanjian Kemitraan];
2. saya bukan sebagai pegawai K/L/PD [bagi pegawai K/L/PD yang sedang cuti diluar tanggungan K/L/PD ditulis
sebagai berikut : “Saya merupakan pegawai K/L/PD yang sedang cuti diluar tanggungan K/L/PD”];
4. saya tidak sedang dan tidak akan terlibat pertentangan kepentingan dengan para pihak yang terkait, langsung
maupun tidak langsung dalam proses pemilihan ini;
Halaman | 189
5. badan usaha yang saya wakili tidak sedang dikenakan Sanksi Daftar Hitam, tidak dalam pengawasan pengadilan,
tidak pailit atau kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan;
A. Data Administrasi
E-Mail : __________
__________
No. Telepon :
__________
__________
No. Fax :
E-Mail :
5. Bukti : __________
kepemilikan/penguasaan
tempat usaha/kantor
Halaman | 190
B. Landasan Hukum Pendirian Badan Usaha
Halaman | 191
2. Direksi/Pengurus Badan Usaha
F. Data Keuangan
Halaman | 192
2. Pajak
No Nama Tgl/bln/thn lahir Tingkat Jabatan dalam Pengalaman Kerja Profesi / Tahun Sertifikat
Pendidikan pekerjaan (tahun) keahlian
/ Ijazah
1 2 3 4 5 6 7 8
No. Jenis Fasilitas/Peralatan/ Jumlah Kapasitas atau Merk Tahun Kondisi Lokasi Bukti Status
Perlengkapan output pada saat dan tipe pembuatan Kepemilikan
ini (%) Sekarang
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Halaman | 193
Halaman | 194
I. Data Pengalaman Perusahaan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir
No. Nama Divisi, Lokasi Pemberi Kontrak Status Tanggal Selesai Pekerjaan
Paket kelompo Pekerjaan Penyedia Berdasarkan
Pekerjaan k (grup) dalam
Ringkasan Pelaksanaan
Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
No. Nama Divisi, Lokasi Pemberi Pekerjaan Kontrak Status Tanggal Selesai
Paket kelompok Penyedia Pekerjaan
Pekerjaan (grup) dalam Berdasarkan
Ringkasan Pelaksanaan
Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan
Nama Alamat/ No/ Nilai Kontrak BA
Telepon Tanggal Serah
Terima
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Halaman | 195
K. Data Pekerjaan yang sedang dilaksanakan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Demikian Formulir Isian Kualifikasi ini saya buat dengan sebenarnya dan penuh rasa
tanggung jawab. Jika dikemudian hari ditemui bahwa data/dokumen yang saya sampaikan
tidak benar dan ada pemalsuan, maka saya dan badan usaha yang saya wakili bersedia
dikenakan sanksi administratif, dikenakan Sanksi Daftar Hitam, gugatan secara perdata,
dan/atau dilaporkan secara pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
PT/CV/Firma/Koperasi
tanda tangan]
Halaman | 196
4). Dokumen Penawaran Teknis
Penjelasan atas pernyataan metode teknis yang harus termuat dalam penawaran
oleh calon pelaksana adalah sebagai berikut:
Daftar Isi
Ringkasan Eksekutif
Ringkasan Pernyataan
Metode
Ringkasan Data Teknis
Pernyataan Metode 1: PM 1.1 Luas cakupan pekerjaan (Area of
Luas Wilayah Interest/AOI) untuk pengumpulan DG (Data
Pekerjaan Geospasial) dasar dan penyediaan peta Dasar
Bagian 1: Pernyataan Metode PM 2.1 Kriteria wilayah urban
Informasi Dasar 2: Kriteria Lokasi PM 2.2 Kriteria wilayah hutan
Pekerjaan Pekerjaan PM 2.3 Kriteria wilayah rural
Pernyataan Metode PM 3.1 Waktu Pekerjaan
3: Waktu Pengerjaan PM 3.2 Rekomendasi Waktu Pengerjaan
PM 4.1 Alternatif kombinasi teknologi
Pernyataan Metode
4: Spesifikasi teknis PM 4.2 Spesifikasi teknis DG Dasar yang dapat
dihasilkan dari masing-masing teknologi
DG Dasar
pengumpulan DG Dasar
PM 4.3 Hal teknis yang perlu diperhatikan
Halaman | 197
SDM : PM 8.2 SDM Pemerintah
Pengembangan SDM Pengembangan
Sistem Sistem PM 8.3 SDM Pengembangan Sistem
Halaman | 198
Evaluasi pada dokumen penawaran teknis dilakukan dengan sistem gugur dengan kriteria penilaian teknis:
Halaman | 199
Tanggapan Memenuhi/ Tidak
Spesifikasi Pekerjaan Pernyataan
Peserta (atau Memenuhi
Deskripsi Unit Metode yang
referensi
Relevan
silang)
Dasar (Data Geospasial )
dasar wilayah urban
Km2 936.125 1.1
Luas cakupan pekerjaan
(Area of Interest/AOI)
untuk Penyediaan Peta
Dasar (Data Geospasial )
dasar wilayah hutan
Luas cakupan pekerjaan Km2 842.152 1.1
(Area of Interest/AOI)
untuk Penyediaan Peta
Dasar (Data Geospasial )
dasar wilayah rural
Halaman | 200
Kriteria wilayah urban Peta 2.1
AOI Urban merupakan wilayah yang mempunyai
susunan fungsi kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi. Kriteria wilayah yang
dikategorikan dalam wilayah Urban adalah
sebagai berikut:
● Samarinda-Balikpapan-Bontang-
Tenggarong
Halaman | 201
● Bodetabekpunjur: Bogor, Kota Bogor,
Kota Depok, Tangerang, Kota Tangerang,
Kota Tangerang Selatan, Bekasi, Kota Bekasi
dan Cianjur
Halaman | 202
(5). Kecamatan ibukota Kabupaten di Pulau
Jawa yang berbatasan langsung dengan 3
(tiga) kriteria sebelumnya.
Halaman | 203
Tanggapan Memenuhi/ Tidak
Spesifikasi Pekerjaan Pernyataan
Peserta (atau Memenuhi
Deskripsi Unit Metode yang
referensi
Relevan
silang)
Halaman | 204
Tanggapan Memenuhi/ Tidak
Spesifikasi Pekerjaan Pernyataan
Peserta (atau Memenuhi
Deskripsi Unit Metode yang
referensi
Relevan
silang)
ggupa
n ● Tahap I (2022-2025) : pengumpulan (akuisisi)
DG dan pembuatan peta dasar untuk wilayah
urban dan wilayah rural + hutan dengan
dominansi rural;
Halaman | 205
Tanggapan Memenuhi/ Tidak
Spesifikasi Pekerjaan Pernyataan
Peserta (atau Memenuhi
Deskripsi Unit Metode yang
referensi
Relevan
silang)
mengoptimalkan proses akuisisi
(penyediaan) data geospasial dasar
khususnya untuk mengantisipasi optimasi
penggunaan wahana udara yang
memerlukan perencanaan jalur terbang
yang efisien dan efektif.
● Penyederhanaan bentuk geometri wilayah
dilakukan dengan generalisasi berbasis
nomor lembar peta RBI skala 1:50.000.
Setiap Nomor Lembar Peta (NLP) skala
1:50.000 diklasifikasikan menjadi cakupan
wilayah tahap I atau tahap II berdasarkan
karakteristik wilayah yang dominan pada
NLP tersebut.
● Apabila karakteristik wilayah rural yang
dominan, maka keseluruhan NLP tersebut
dimasukkan ke dalam cakupan wilayah
tahap I, dan apabila karakteristik wilayah
hutan yang dominan, maka keseluruhan
NLP tersebut dimasukkan ke dalam
cakupan wilayah tahap II. Pemilihan
wilayah dengan dominansi rural
dimasukkan ke Tahap I dan wilayah
dengan dominansi hutan dimasukkan ke
Tahap II dilakukan dengan pertimbangan:
a. wilayah dengan dominasi hutan memiliki
potensi komersialisasi yang relatif lebih
rendah sehingga penyediaan peta dasarnya
Halaman | 206
Tanggapan Memenuhi/ Tidak
Spesifikasi Pekerjaan Pernyataan
Peserta (atau Memenuhi
Deskripsi Unit Metode yang
referensi
Relevan
silang)
dapat dilakukan pada Tahap II setelah
BUMN Pelaksana menyelesaikan Tahap I
dan mulai mendapatkan pemasukan dari
komersialisasi layanan berbasis IGD.
data wilayah rural dan hutan akan diakuisisi
menggunakan teknologi yang sama sehingga
tidak perlu dilakukan pemisahan yang ketat
antara kedua wilayah ini dalam hal proses
akuisisi agar menjadi lebih efisien.
Halaman | 207
Spesifikasi Teknis Produk DG dan IG
Tanggapan Memenuhi/
Spesifikasi Pekerjaan Pernyataan
Deskripsi Unit Peserta (atau Tidak
Metode yang
referensi silang) Memenuhi
Relevan
A. Spesifikasi teknis DG Dasar
Alternatif kombinasi teknologi
Spesifikasi teknis DG Dasar Dokumen Tingkat Ketelitian: Kelas 1 4.1
Kesanggu Teknologi Terpilih:
untuk wilayah urban pan Survei Foto Udara Metrik + Lidar
Spesifikasi teknis DG Dasar Dokumen Tingkat Ketelitian: Kelas 2 atau lebih
4.1
Kesanggu baik
untuk wilayah rural pan Teknologi Terpilih:
Survei Airborne SAR + CSRT
Spesifikasi teknis DG Dasar Dokumen Tingkat Ketelitian: Kelas 3 atau lebih 4.1
Kesanggu baik
untuk wilayah Hutan pan Teknologi Terpilih:
Survei Airborne SAR + CSRT
Spesifikasi teknis DG Dasar yang dapat dihasilkan dari masing-masing teknologi pengumpulan DG Dasar
Kelas 1
Citra Tegak Resolusi Tinggi
Resolusi spasial m 0,25 4.2
Halaman | 208
Tanggapan Memenuhi/
Spesifikasi Pekerjaan Pernyataan
Deskripsi Unit Peserta (atau Tidak
Metode yang
referensi silang) Memenuhi
Relevan
Ketelitian Vertikal (LE90) m 0,50 4.2
Kelas 2
Citra Tegak Resolusi Tinggi
Resolusi spasial m 0,50 4.2
Halaman | 209
Tanggapan Memenuhi/
Spesifikasi Pekerjaan Pernyataan
Deskripsi Unit Peserta (atau Tidak
Metode yang
referensi silang) Memenuhi
Relevan
Resolusi Spasial m 2,0 4.2
Kelas 3
Citra Tegak Resolusi Tinggi
Resolusi spasial m 0,75 4.2
Halaman | 210
Tanggapan Memenuhi/
Spesifikasi Pekerjaan Pernyataan
Deskripsi Unit Peserta (atau Tidak
Metode yang
referensi silang) Memenuhi
Relevan
m 4.2
Ketelitian Vertikal (LE90) 1,0
Halaman | 211
Tanggapan Memenuhi/
Spesifikasi Pekerjaan Pernyataan
Deskripsi Unit Peserta (atau Tidak
Metode yang
referensi silang) Memenuhi
Relevan
kedudukan muka laut surut
atau di bawah muka laut rata-
rata
Pemrosesan DG dasar
Unsur Peta Dasar yang terdiri gdb/shp 1. garis pantai yang terdiri atas garis 5.1
dari: pantai pasang tertinggi dan garis
pantai muka air laut rata-rata;
2. hipsografi;
3. perairan;
4. nama rupabumi;
5. batas wilayah;
6. transportasi dan utilitas ;
7. bangunan dan fasilitas umum; dan
8. penutup lahan.
Halaman | 212
Tanggapan Memenuhi/
Spesifikasi Pekerjaan Pernyataan
Deskripsi Unit Peserta (atau Tidak
Metode yang
referensi silang) Memenuhi
Relevan
Ekstraksi Unsur rupabumi Pernyataa 1 5.1
Unsur Hipsografi n dalam
dokumen
Halaman | 213
Tanggapan Memenuhi/
Spesifikasi Pekerjaan Pernyataan
Deskripsi Unit Peserta (atau Tidak
Metode yang
referensi silang) Memenuhi
Relevan
Aplikasi Penyaji Peta Dasar Pernyataa Penyajian peta dasar salah satunya dapat 5.2
format Cetak n dalam dilakukan dalam bentuk peta cetak yang
dokumen ditangani dalam suatu sistem otomasi
kartografi. Dalam sistem otomasi
kartografi, digunakan satu template untuk
menghasilkan produk peta yang memiliki
aturan yang sama pada lokasi yang
berbeda. Aturan yang diterapkan pada
frame atau layout peta dapat
menginformasikan konten pada lokasi
yang berbeda tersebut.
Peta Dasar sebagai Web Pernyataa Ketersediaan peta dasar yang disajikan 5.2
Services n dalam dalam bentuk web services akan sangat
dokumen membantu pengguna peta dasar dalam
perolehan informasi dan kemudahan
akses peta dasar dalam berbagai skala.
Peta dasar yang disajikan dalam
Geospatial web services (GWS) mampu
meningkatkan interoperabilitas data
spasial khususnya data peta dasar skala
besar, skala menengah dan skala kecil.
Peta Dasar yang tersedia dalam bentuk
web service juga dapat dilengkapi dengan
berbagai fungsi analisis seperti routing,
proximity, dkk sehingga meningkatkan
pemanfaatan terhadap peta dasar di
Halaman | 214
Tanggapan Memenuhi/
Spesifikasi Pekerjaan Pernyataan
Deskripsi Unit Peserta (atau Tidak
Metode yang
referensi silang) Memenuhi
Relevan
berbagai sektor. Selain peta dasar,
penyediaan web service untuk Data
Geospasial Dasar seperti Foto Udara,
CSRT maupun data ORI juga dapat
meningkatkan penggunaan data spasial.
Aplikasi Peta Dasar Berbasis Pernyataa Aplikasi peta dasar berbasis smartphone 5.2
smartphone n dalam merupakan media navigasi interaktif yang
dokumen ter-install di setiap smartphone yang
beredar di indonesia. Di dalamnya
terdapat fungsi komersialisasi
(advertising), fungsi pemutakhiran data
peta dasar (crowdsourcing), serta fungsi
utama navigasi dan pencarian lokasi
berbasis peta dasar dapat dijalankan
melalui aplikasi ini.
Halaman | 215
Tanggapan Memenuhi/
Spesifikasi Pekerjaan Pernyataan
Deskripsi Unit Peserta (atau Tidak
Metode yang
referensi silang) Memenuhi
Relevan
tidak terpisahkan dari sistem
produksi peta dasar berbasis
cloud.
C. Generalisasi Peta Dasar Skala Besar Untuk Menghasilkan Peta Dasar Skala Menengah dan Skala Kecil
Halaman | 216
Tanggapan Memenuhi/
Spesifikasi Pekerjaan Pernyataan
Deskripsi Unit Peserta (atau Tidak
Metode yang
referensi silang) Memenuhi
Relevan
wilayah pemetaan Tahap I yang telah
dihasilkan sebelumnya).
Generalisasi berjenjang
Halaman | 217
Tanggapan Memenuhi/
Spesifikasi Pekerjaan Pernyataan
Deskripsi Unit Peserta (atau Tidak
Metode yang
referensi silang) Memenuhi
Relevan
Ketelitian geometrik peta dasar skala kecil dan menengah
Halaman | 218
Tanggapan Memenuhi/
Spesifikasi Pekerjaan Pernyataan
Deskripsi Unit Peserta (atau Tidak
Metode yang
referensi silang) Memenuhi
Relevan
Hipsografi Pernyataa Sesuai Ketelitian Geometri Peta 6.4
n dalam
dokumen
Halaman | 219
Tanggapan Peserta Memenuhi/
Spesifika Pernyataan Metode yang Relevan
Deskripsi Unit (atau referensi silang) Tidak
si
Memenuhi
Pekerj
aan
A. Infrastruktur Sistem Produksi Peta Dasar Berbasis Cloud
karakteristik
Cloud-based Pernyataa 7.1
n dalam
dokumen
Automated Process Pernyataa 7.1
n dalam
dokumen
(Artificial Intelligent, Deep Pernyataa 7.1
Learning, Big Data, etc) n dalam
dokumen
Halaman | 220
Tanggapan Peserta Memenuhi/
Spesifika Pernyataan Metode yang Relevan
Deskripsi Unit (atau referensi silang) Tidak
si
Memenuhi
Pekerj
aan
Continuously Data Pernyataa 7.1
Updating n dalam
dokumen
Maintain Historical Data Pernyataa 7.1
n dalam
dokumen
User Management Pernyataa 7.1
n dalam
dokumen
Access Security Pernyataa 7.1
n dalam
dokumen
Skema
Lokasi
Halaman | 221
Tanggapan Peserta Memenuhi/
Spesifika Pernyataan Metode yang Relevan
Deskripsi Unit (atau referensi silang) Tidak
si
Memenuhi
Pekerj
aan
Menyediakan Sistem Pernyataa 7.4
n dalam
produksi peta dasar dokumen
berbasis cloud
Halaman | 222
Spesifikasi SDM Pengembangan Sistem
SDM Pelaksana
Pernyataa 8.1
SDM pelaksana n dalam Terdiri dari pelaksana kegiatan
pekerjaan dokumen KPBUMN Penyelenggaraan IGD.
Tugas dan fungsi utamanya adalah
menjalankan pekerjaan dan
menghasilkan keluaran sesuai KAK
dan spesifikasi teknis yang diberikan
oleh pemberi kerja. Karena
diperlukan jumlah SDM yang cukup
banyak dan kemungkinan besar tidak
dapat dipenuhi oleh BUMN
Pelaksana sendiri, diperkirakan
perlu dilakukan perekrutan untuk
mendapatkan SDM pelaksana
dengan jumlah yang mencukupi.
BUMN Pelaksana harus menyiapkan
pola rekrutmen dan pelatihannya
agar SDM tersebut memiliki
kompetensi yang dibutuhkan.
Pernyataa 8.1
SDM untuk pengawasan n dalam Terdiri dari konsultan perusahaan
dan kontrol kualitas dokumen yang diberikan wewenang oleh
pemilik pekerjaan untuk melakukan
pengawasan dan kontrol kualitas
keluaran yang dihasilkan oleh
Halaman | 223
Tanggapan Memenuhi/ Tidak
Spesifikasi Pekerjaan Pernyataan
Deskripsi Unit Peserta (atau Memenuhi
Metode yang
referensi
Relevan
silang)
pelaksana pekerjaan. Pada kegiatan
KPBUMN Penyelenggaraan IGD
dibutuhkan SDM dengan jumlah
yang cukup besar pada semua
jenjang/level jabatan mulai dari
jenjang operator hingga jenjang
pimpinan.
SDM Pemerintah
Halaman | 224
Tanggapan Memenuhi/ Tidak
Spesifikasi Pekerjaan Pernyataan
Deskripsi Unit Peserta (atau Memenuhi
Metode yang
referensi
Relevan
silang)
SDM Pemerintah sebagai bentuk
transfer teknologi yang digunakan
dengan menyediakan paket training
atau pelatihan atau narasumber
pelatihan.
SDM Pengembangan Sistem
untuk : 8.3
Pelatihan Manajemen ● Pengawas/ Kontrol Kualitas
Proyek ● Pelaksana
● Pemerintah
untuk : 8.3
Pelatihan Kontrol Kualitas ● Pengawas/ Kontrol Kualitas
● Pelaksana
● Pemerintah
Halaman | 225
Pernyataan metode teknis pada dokumen penawaran:
PM 1.1 Luas
cakupan pekerjaan Menyediakan perhitungan luasan cakupan pekerjaan
(Area of seperti dibawah ini:
Interest/AOI)
untuk ● Luas wilayah pekerjaan:
pengumpulan DG A. Pengumpulan DG Dasar
(Data Geospasial) 1. Urban : 88.483 Km²
dasar 2. Hutan : 934.700 Km²
3. Rural : 841.772 Km²
B. Penyediaan Peta Dasar
1. Urban : 88.483 Km²
2. Hutan : 936.125 Km²
3. Rural : 842.152 Km²
Halaman | 226
Pernyataan Metode 2: Kriteria Lokasi Pekerjaan
PM 2.1 Kriteria wilayah
urban Menyediakan peta AOI dengan luas wilayah pada PM 1.1 pada
kriteria wilayah sebagai berikut:
Halaman | 227
PM 2.2 Kriteria wilayah
Menyediakan peta AOI dengan luas wilayah pada PM 1.1 pada
hutan
kriteria wilayah sebagai berikut:
peta dasar untuk wilayah urban dan wilayah rural + hutan dengan
dominansi rural;
Halaman | 228
Memberikan pernyataan atas kesanggupan menyediakan
PM 3.2 Rekomendasi
● Tahap II dilaksanakan pada tahun 2025-2027 dalam hal
Waktu Pengerjaan
Pemerintah Pusat c.q. BIG tidak dapat menyediakan
pembiayaan sebagian dari APBN untuk membiayai penyediaan
peta dasar di wilayah hutan.
● Dalam hal tersedia pembiayaan sebagian dari APBN atau
BUMN Pelaksana dapat menyediakan pembiayaannya, maka
cakupan wilayah tahap II dapat dilaksanakan secara bersamaan
dengan tahap I pada tahun 2022-2025.
● Penentuan cakupan wilayah rural dan hutan pada masing-
masing tahap I dan II dilakukan dengan cara menyederhanakan
bentuk geometri wilayah untuk mengoptimalkan proses akuisisi
(penyediaan) data geospasial dasar khususnya untuk
mengantisipasi optimasi penggunaan wahana udara yang
memerlukan perencanaan jalur terbang yang efisien dan efektif.
● Penyederhanaan bentuk geometri wilayah dilakukan dengan
generalisasi berbasis nomor lembar peta RBI skala 1:50.000.
Setiap Nomor Lembar Peta (NLP) skala 1:50.000
diklasifikasikan menjadi cakupan wilayah tahap I atau tahap II
berdasarkan karakteristik wilayah yang dominan pada NLP
tersebut.
● Apabila karakteristik wilayah rural yang dominan, maka
keseluruhan NLP tersebut dimasukkan ke dalam cakupan
wilayah tahap I, dan apabila karakteristik wilayah hutan yang
dominan, maka keseluruhan NLP tersebut dimasukkan ke
dalam cakupan wilayah tahap II. Pemilihan wilayah dengan
dominansi rural dimasukkan ke Tahap I dan wilayah dengan
dominansi hutan dimasukkan ke Tahap II dilakukan dengan
pertimbangan:
a. wilayah dengan dominasi hutan memiliki potensi
komersialisasi yang relatif lebih rendah sehingga
penyediaan peta dasarnya dapat dilakukan pada Tahap II
setelah BUMN Pelaksana menyelesaikan Tahap I dan
mulai mendapatkan pemasukan dari komersialisasi
layanan berbasis IGD.
b. data wilayah rural dan hutan akan diakuisisi menggunakan
teknologi yang sama sehingga tidak perlu dilakukan
pemisahan yang ketat antara kedua wilayah ini dalam hal
proses akuisisi agar menjadi lebih efisien.
Halaman | 229
Pernyataan Metode 4: Spesifikasi teknis DG Dasar
PM 4.1
Alternatif Menyediakan alat/ teknologi yang dibuktikan dengan surat dukungan yang
kombinasi dapat menyediakan DG dan IG dengan kombinasi teknologi:
teknologi
No. Kategori Tingkat Teknologi Terpilih
Wilayah Ketelitian
Halaman | 230
PM 4.2
Spesifikasi Menyediakan alat/ teknologi yang dibuktikan dengan surat dukungan
teknis DG yang dapat menyediakan DG dan IG dengan spesifikasi:
Dasar yang
dapat Skala 1:5.000
dihasilkan Spesifikasi Teknis DG Dasar
dari masing-
masing Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
teknologi
pengumpulan
Citra Tegak Resolusi Tinggi
DG Dasar
Keterangan:
Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3
Halaman | 231
Memberikan pernyataan atas kesanggupan menyediakan
PM 4.2 Hal
teknis yang
1. Dokumen perencanaan survei pengumpulan DG Dasar secara
perlu
keseluruhan dan umum berdasarkan spesifikasi dan prosedur
diperhatikan
yang dijadikan referensi, pada saat sebelum pekerjaan dimulai serta
dikoordinasikan ke BIG dan disepakati sebagai rencana kerja.
Perubahan terhadap rencana kerja dimungkinkan dengan terlebih
dahulu dikoordinasikan dan disepakati bersama BIG, selama
tidak mengubah spesifikasi akhir yang perlu diserahkan dan target waktu
penyelesaian, serta tidak menimbulkan biaya tambahan.
2. Dokumen pembagian AOI ke dalam blok-blok rencana akuisisi
dan yang juga akan digunakan dalam pengolahan DG Dasar. Pembagian
blok mempertimbangkan:
a. pembagian AOI penyerahan Tahap I dan Tahap II. Satu blok harus
diakuisisi lengkap dan selesai diolah pada periode semester yang
sama.
b. kategori area apakah termasuk ke dalam urban, rural atau hutan, dan
juga kelas ketelitian yang ditargetkan untuk masing-masing kategori
area.
c. luasan per blok sebaiknya tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu
kecil, sehingga jumlah data yang perlu diolah perlu diperkirakan
terhadap kemampuan hardware dan software.
d. jalur terbang efektif.
e. Pulau-pulau kecil di sekitar daratan utama dapat dijadikan satu blok.
Namun blok daratan yang besar dan terpisah secara spasial, perlu
dibedakan blok.
f. Pembagian blok disiapkan sebelum pelaksanaan pengumpulan
DG Dasar dan dikoordinasikan dengan pihak BIG untuk kemudian
disepakati bersama.Satu blok minimal memiliki 5 GCP dan 20
ICP, yang tersebar merata pada area blok untuk metode
FU-Lidar. Klausul dalam dokumen rencana teknis yang
menyebutkan bahwa untuk akuisisi data menggunakan
Airborne SAR, jumlah GCP menyesuaikan kebutuhan dan
jumlah ICP sebanyak minimal 60 titik untuk setiap region
pulau besar (Sumatera, Jawa-Nusa Tenggara, Kalimantan,
Sulawesi, Maluku, Papua)
3. Klausul dalam dokumen rencana teknis yang menyebutkan
bahwa Khusus di wilayah pantai, akuisisi dengan metode
Airborne SAR dilaksanakan pada saat kedudukan muka laut
surut atau di bawah muka laut rata-rata, untuk mendapatkan data
ketinggian pada saat pasang tertinggi dan muka air laut rata-rata. Pada
beberapa wilayah, kedudukan muka laut surut dapat terjadi pada malam
hari.
Halaman | 232
PM 5.1
Memberikan pernyataan atas kesanggupan menyediakan
Pemrosesa
n DG dasar ● Unsur peta dasar yang akan diproduksi
a. garis pantai yang terdiri atas garis pantai pasang tertinggi dan garis
pantai muka air laut rata-rata;
b. hipsografi;
c. perairan;
d. nama rupabumi;
e. batas wilayah;
f. transportasi dan utilitas ;
g. bangunan dan fasilitas umum; dan
h. penutup lahan.
● Teknologi yang digunakan minimal menggunakan:
a. Teknologi Automated Feature Extraction (AFE) berbasis Artificial
Intelligence (AI) untuk Unsur rupabumi bangunan, transportasi dan
utilitas
b. Digitasi 2D digunakan untuk menghasilkan sebagian besar unsur
rupabumi seperti penutup lahan, batas wilayah, hidrografi, garis
pantai
c. Unsur Hipsografi diturunkan data DEM yang bersumber dari lidar
dan airborne SAR. Wilayah urban menggunakan DEM lidar
sedangkan untuk wilayah rural dan hutan menggunakan DEM
airborne SAR. Selanjutnya untuk menghasilkan peta dasar 3D,
digunakan metode draping untuk setiap unsur peta dasar hasil
digitasi kepada data DEM sehingga setiap unsur tersebut
mempunyai nilai ketinggian (Z value).
d. Pembentukan topologi (topology building) pada setiap unsur
rupabumi dilakukan untuk menjaga integritas data. Pembentukan
topologi dilakukan dengan menggunakan aturan-aturan topologi
(topological rules). Pengisian atribut unsur rupabumi bersumber
dari hasil inventarisasi data dan penelaahan nama rupabumi. Peta
Dasar yang telah selesai dibuat akan dilengkapi dengan metadata.
Halaman | 233
PM 5.2
Memberikan pernyataan atas kesanggupan menyediakan
Penyajian
peta dasar ● Aplikasi Penyaji Peta Dasar format Cetak
Penyajian peta dasar salah satunya dapat dilakukan dalam bentuk peta
cetak yang ditangani dalam suatu sistem otomasi kartografi. Dalam
sistem otomasi kartografi, digunakan satu template untuk menghasilkan
produk peta yang memiliki aturan yang sama pada lokasi yang berbeda.
Aturan yang diterapkan pada frame atau layout peta dapat
menginformasikan konten pada lokasi yang berbeda tersebut.
Kartografi peta dasar yang dikelola dengan sistem otomasi kartografi yang
bisa diakses dalam web akan memudahkan penyajian peta dasar tidak
terbatas pada nomor lembar peta (NLP) tetapi sesuai cakupan yang
diinginkan pengguna berbanding lurus dengan ukuran kertas cetak dan
skala yang dihasilkan. Ini akan membantu memenuhi kebutuhan
pengguna akan peta dasar dan mendukung program percepatan
penyediaan peta dasar skala besar, skala menengah dan skala kecil.
Ketersediaan peta dasar yang disajikan dalam bentuk web services akan
sangat membantu pengguna peta dasar dalam perolehan informasi dan
kemudahan akses peta dasar dalam berbagai skala. Peta dasar yang
disajikan dalam Geospatial web services (GWS) mampu meningkatkan
interoperabilitas data spasial khususnya data peta dasar skala besar, skala
menengah dan skala kecil. Peta Dasar yang tersedia dalam bentuk web
service juga dapat dilengkapi dengan berbagai fungsi analisis seperti
routing, proximity, dkk sehingga meningkatkan pemanfaatan terhadap
peta dasar di berbagai sektor. Selain peta dasar, penyediaan web service
untuk Data Geospasial Dasar seperti Foto Udara, CSRT maupun data ORI
juga dapat meningkatkan penggunaan data spasial.
Halaman | 234
PM 5.4
Memberikan pernyataan atas kesanggupan menyediakan
Penyimpan
an dan Penyimpanan dan pengamanan DG Dasar dan IGD merupakan cara
pengaman menempatkan DG Dasar dan IGD pada tempat yang aman, tidak rusak atau
an DG hilang untuk menjamin ketersediaan IGD.
Dasar dan
IGD A. Data yang disimpan
● Raw data hasil pengumpulan DG Dasar,
● DG Dasar,
● Peta Dasar,
● Data dan informasi terkait lainnya.
B. Sistem penyimpanan dan pengamanan DG Dasar dan IGD merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari sistem produksi peta dasar berbasis
cloud.
C. Ketentuan teknis penyimpanan dan pengamanan DG Dasar dan IGD:
● Seamless, multi-purposes, multi-users geodatabase
● Backup and recovery system
● Maintain historical data
● Users management
● Access security
D. Lokasi penyimpanan
Pelaksana dapat menempatkan lokasi penyimpanan sesuai dengan
kebutuhan/pertimbangan tertentu. Namun kepatuhan akan peraturan
yang menyebutkan bahwa penyimpanan data ada di dalam wilayah NKRI
tetap harus menjadi pegangan utama.
Pernyataan Metode 6: Generalisasi Peta Dasar Skala Besar Untuk Menghasilkan Peta Dasar Skala
Menengah dan Skala Kecil
PM 6.2
Memberikan pernyataan atas kesanggupan menyediakan
Alokasi
waktu
● Wilayah pemetaan pada Tahap I (Peta Dasar hasil KPBUMN
periode 2022-2024 dan Peta Dasar Skala Besar yang sudah tersedia di
BIG) tersedia di akhir tahun 2024,
Halaman | 235
PM 6.2
Memberikan pernyataan atas kesanggupan menyediakan peta dasar hasil
Generalisasi generalisasi dari :
berjenjang
1:25.000 1:5.000
1:50.000 1:25.000
1:250.000 1:50.000
1:1.000.000 1:250.000
3 1:50.00 20 1 10 30 15 45 20
0 5
Halaman | 236
c).wilayah hutan pada ketelitian kelas 3
c. Perairan 85%
Halaman | 237
Pernyataan Metode 7: Infrastruktur Sistem Produksi Peta Dasar Berbasis Cloud
● Cloud-based
● Interoperable
● User Management
● Access Security
Halaman | 238
Memberikan pernyataan atas kesanggupan menyediakan Sistem produksi
PM 7.2
peta dasar berbasis cloud dengan skema sebagai berikut:
Skema
Halaman | 239
Memberikan pernyataan atas kesanggupan menyediakan Sistem produksi
PM 7.4
peta dasar berbasis cloud dengan arsitektur sebagai berikut:
Arsitektur
Halaman | 240
PM 8.1 SDM
Memberikan pernyataan atas kesanggupan menyediakan SDM:
Pelaksana
SDM untuk pengawasan dan kontrol kualitas, dan SDM pelaksana pekerjaan
berasal dari perusahaan yang berbeda dan ditetapkan berdasarkan proses
pengadaan yang berbeda
PM 8.2 SDM
Memberikan pernyataan atas kesanggupan menyediakan skema
Pemerintah
kerjasama SDM:
Halaman | 241
Memberikan pernyataan atas kesanggupan untuk menyediakan SDM
PM 8.3 SDM
pengembangan sistem berupa pelatihan/pembekalan keahlian:
Pengembang
an Sistem Jenis Pelatihan SDM
Pelatihan ∨ ∨ ∨
Manajemen
Proyek
Pelatihan ∨ ∨ ∨
Kontrol
Kualitas
Pelatihan ∨ ∨
Akuisisi Data
Menggunakan
Foto-Udara,
Lidar, dan SAR
Pelatihan ∨ ∨
Pengolahan
Data Foto-
Udara, Lidar,
dan SAR
Pelatihan ∨ ∨
Pengolahan DG
Dasar menjadi
Peta Dasar
dengan Metode
AFE
Pelatihan ∨ ∨ ∨
Pengelolaan
Manajemen
Basis Data
serta Data
Security
Pelatihan ∨ ∨ ∨
Mekanisme
Pemutakhiran
Halaman | 242
5). Dokumen Penawaran Finansial
Formulir Keuangan pada Dokumen Penawaran Finansial:
A. Instruksi Penyusunan Formulir 1
Peserta harus menyediakan informasi-informasi berikut dalam Formulir
1 (disediakan pada Bagian 6.III.D sebagai bagian dari Dokumen
Penawaran Finansial mereka. Untuk keperluan evaluasi penawaran,
beberapa asumsi akan dibuat oleh Panitia Pemilihan, termasuk
didalamnya, penyediaan data geospasial dasar untuk wilayah hutan, rural
dan urban, penyediaan peta dasar 3D, penyediaan infrastruktur sistem
penyimpanan pengelolaan dan pemutakhiran, tingkat inflasi, dan lainnya
sebagaimana tercantum dalam bagian ini. Perlu diketahui, asumsi dan
penjelasan tersebut hanya semata-mata ditujukan untuk keperluan
evaluasi penawaran dan tidak dengan seksama sama persis dengan
Mekanisme Pembayaran yang sebenarnya, sebagaimana diuraikan dalam
rancangan Perjanjian KPBUMN.
Halaman | 243
sehubungan dengan komponen-komponen tersebut. Peserta harus
dengan jelas mencantumkan dalam Buku Panduan Model
Keuangannya, setiap marjin dan bagaimana perhitungan setiap marjin
tersebut.
Halaman | 244
B. Formulir Keuangan
Halaman | 245
Formulir 3 Perkiraan Biaya Pemeliharaan (Nominal)
Halaman | 246
Formulir 5 Analisis Penggunaan Sumber Daya Manusia (Staffing)
Tanggal Mulai Periode [Proyeksi Tanggal Mulai]
Tanggal Akhir Periode [Proyeksi Tanggal Akhir]
Tahun Operasi [Tahun Proyeksi]
Status [Konstruksi/Operasi]
Golongan staf Jumlah staff Total biaya per tahun
[Cantumkan golongan staff yang dibutuhkan]
0 0
Halaman | 247
C. Model Keuangan
Halaman | 248
d) Semua pendapatan dan biaya yang ditunjukkan secara nominal
dan mengaplikasikan asumsi inflasi yang disediakan pada kriteria
evaluasi finansial;
e) Laporan keuangan tahunan dalam bentuk proyeksi arus kas,
laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi;
f) Rasio keluaran utama, termasuk imbal hasil investasi/analisis
arus kas terdiskonto, yang menunjukkan tingkat pengembalian
investasi yang diharapkan BUMN;
g) NPV Pekerjaan, didiskonto menggunakan biaya modal indikatif
BUMN;
h) Proyeksi pembayaran bunga dan pinjaman Pekerjaan;
i) Rasio keuangan, termasuk Debt Service Coverage Ratio (“DSCR”),
Loan Life Coverate Ratio (“LLCR”), dan rasio profitabilitas, termasuk
marjin laba bersih, return on equity dan return on asset;
j) Perincian semua asumsi dan perlakuan perpajakan, dan
kemampuan untuk menyertakan atau tidak menyertakan setiap
atau semua asumsi atau perlakuan tersebut ke dalam model;
k) Asumsi denda dan pemotongan pembayaran berdasarkan
Mekanisme Pembayaran; dan
l) Formulir keuangan, dengan sel yang dibutuhkan terhubung
dengan Keluaran Model Keuangan terkait.
Halaman | 249
c) [Harap tentukan skenario di mana Panitia Pemilihan akan perlu
untuk melihat dampak terhadap Pekerjaan].
Halaman | 250
No: [.......] [Kota], [Tanggal]
Dengan Hormat,
[Nama Pemberi Pinjaman / Nama Pemimpin Pemberi Pinjaman Sindikasi] (“Pemberi Pinjaman”)
dengan ini menyampaikan surat untuk mendukung tanggapan [masukkan nama Peserta] atas
Dokumen Permintaan Proposal (Request for Proposal) Badan Usaha Pelaksana untuk [masukkan
nama Pekerjaan] Pekerjaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha yang dikeluarkan oleh
[masukkan nama Penanggung Jawab KPBUMN].
(i) [Nama Pemberi Pinjaman] telah meninjau dan menerima ketentuan-ketentuan dalam
Dokumen Permintaan Proposal dan rancangan Perjanjian KPBUMN, termasuk
Mekanisme Pembayaran;
(ii) [Nama Pemberi Pinjaman] telah melakukan kajian dan menyetujui alokasi risiko
Pekerjaan ini;
(iii) [Nama Pemberi Pinjaman] telah melakukan kajian atas model keuangan dan
mengkonfirmasi bahwa Model Keuangan tersebut dibuat dengan benar dan secara
akurat mencerminkan syarat dan ketentuan pembiayaan yang disepakati;
(iv) [Nama Pemberi Pinjaman] memberikan dukungan terhadap Dokumen Penawaran
Teknis Peserta dan telah melakukan uji tuntas yang memadai atas Dokumen
Penawaran dan dokumentasi kontraktual yang relevan, untuk menjadi dasar
persetujuan kami atas persyaratan komersial yang dituangkan dalam rancangan
Perjanjian KPBUMN1 dan,
(v) [Nama Pemberi Pinjaman] dengan ini menjelaskan bahwa [masukkan tingkat
persetujuan yang diperoleh mengenai status persetujuan atas pembiayaan tersebut].
Hormat kami,
Atas nama [Masukkan nama Pemberi
Pinjaman]
[Nama]
[Jabatan]
1 Penanggung Jawab KPBUMN untuk mempertimbangkan apakah perlu meninjau Peminjam dalam hal Model Finansial,
Proposal Teknis, dll. pada Penyerahan Penawaran. Praktik pasar saat ini di Indonesia pada umumnya Pemberi Pinjaman
tidak bersedia untuk memberi komitmen sumber daya untuk tinjauan tersebut ketika masih ada ketidakpastian bahwa
Halaman | 251
Peserta yang bersangkutan akan memenangkan Proyek. Namun, ada manfaat untuk Penanggung Jawab KPBUMN dalam
memiliki tinjauan Peminjam dalam Proposal Penyerahan Peserta karena paket pembiayaan lebih pasti dan realistis.
Halaman | 252
B. Rekam Jejak Pemberi Pinjaman
Halaman | 253
C. Surat Penawaran Finansial
[Kop Surat]
Lampiran:
Yang terhormat,
Panitia Pemilihan BUMN Pelaksana
KPBUMN Penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar
Kepala Badan Informasi Geospasial
Jalan Raya Bogor Km.46, Cibinong
Dokumen Penawaran Finansial ini dimasukkan atas nama [masukan nama peserta]
(“Peserta”) sehubungan dengan Dokumen Permintaan Proposal (Request for Proposal/RfP)
tertanggal [masukkan tanggal Dokumen Permintaan Proposal], yang diterbitkan oleh Panitia
Pemilihan Penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar.
Surat ini menyertai Dokumen Penawaran Finansial dan merupakan penawaran finansial
kepada Panitia Pemilihan untuk Penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar sesuai dengan
Mekanisme Pembayaran yang dijabarkan dalam Dokumen Permintaan Proposal. Surat ini
berlaku mengikuti masa berlaku dari [Surat Penawaran].
[Panitia Pemilihan dapat menyesuaikan tabel ini sesuai dengan persyaratan Pekerjaan]
T
Target o
Harga
No Komponen Kegiatan Unit t
Satuan
a
2022 2023 2024 2025 2026 2027 l
Penyediaan Peta Dasar (2022-
1
2027)
Akuisisi data seluruh wilayah
Indonesia (urban, rural, dan (km2)
hutan)
Produksi peta dasar 3D skala
besar, skala menengah dan skala
(km2)
kecil seluruh wilayah Indonesia
(urban, rural, dan hutan)
Pembangunan Sistem Produksi
Peta Dasar Berbasis Cloud
Kontrol Kualitas
Halaman | 254
sistem produksi peta dasar
berbasis cloud
TOTAL
Kami setuju dan tidak akan mengundurkan diri apabila ditetapkan sebagai BUMN Pelaksana
Pemilihan BUMN Pelaksana, kami akan melaksanakan rencana investasi dan operasional
untuk Penyelenggaraan Informasi Geospasial Dasar, sesuai dengan prosedur dan metodologi
yang ditawarkan dalam Dokumen Penawaran kami dan dalam periode paling lama, kami
menandatangani Perjanjian KPBUMN dan mencapai pemenuhan pembiayaan dalam
[masukan jangka waktu untuk mencapai pemenuhan pembiayaan, paling lama dalam satu
tahun] dari tanggal penandatanganan Perjanjian KPBUMN.
Hormat Kami,
Untuk dan atas
nama
[Cantumkan nama
Peserta]
tanda tangan
dan cap
perusahaan
[Cantumkan nama
Perwakilan] [Cantumkan
jaba
tan
Perwakilan]
Halaman | 255