Anda di halaman 1dari 19

Pemicu Seorang wanita usia 35 tahun P2A0 datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri pada perut bawah

disertai keputihan yang berbau dan demam.Apa yang dialami oleh wanita ini? More info Nyeri yang dirasakan terus-menerus makin hari makin sakit selama 1 minggu ini.selain itu juga mengeluh mual tapi tidak sampai muntah, haid terakhir 1 minggu lalu,nyeri haid (-), belakangan ini haid lebih lama dari biasanya. Gangguan BAK dan BAB tidak ada Wanita ini adalah akseptor AKDR sudah 2 tahun ini tidak pernah Kontrol. Temp : 390 C Pada pemeriksaan palpasi abdomen kiri bawah teraba suatu benjolan yang sangat nyeri Pada pemeriksaan dalam teraba massa kistik pada adneksa kiri dan teraba sangat nyeri. Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai Leukosit 15.000/mm3, dengan hitung jenis leukosit : Neutrofil 80%. Unfamiliar terms Adneksa : Sesuatu atau bagian tambahan. pada uterine, organ adneksanya adalah ovarium, tuba uterine dan ligament-ligamen uterus, disebut juga adneksa uteri Masalah Nyeri pada perut bawah disertai keputihan yang berbau dan demam Nyeri yang dirasakan terus-menerus makin hari makin sakit selama 1 minggu Mengeluh mual dan Hipermenorea

Page 1 of 19 Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Analisa masalah

Akseptor AKDR
(tidak pernah control sudah 2 tahun)

Trauma Serviks Uteri

Displasia

Infeksi

Keputihan ,bau, demam

Benjolan pada abdomen

Menekan saraf

Penebalan dinding epitel

Hormonal

Mual Hipermenorea

Hipotesa Pelvic Inflamatory Disease (PID) Page 2 of 19 Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Learning issue 1. Jenis-jenis AKDR, cara pemasangan, dan efek pemakaian 2. Pelvis Inflammatory Disease a) Definisi b) Klasifikasi dan sign and symptom c) Differensial Diagnosa ( DD) d) Etiologi dan Faktor Predisposisi e) Patofisiologi f) Penegakan Diagnosa

g) Penatalaksanaan h) Komplikasi dan Prognosis

Page 3 of 19 Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Learning Issue 1 Jenis- jenis AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), cara pemasangan dan efek pemakaian AKDR adalah alat yang terbuat dari bahan plastic berbentuk T dan berukuran kecil yang dimasukkan ke dalam rongga uterus. a. Jenis-jenis AKDR Non Hormonal Menurut bentuknya : Bentuk yang terbuka linear Lipees loop Saf T coil Multiload 250 Cu 7 Cu T Cu T 380 A Spring coil Marguiles spiral Bentuk tertutup sebagai cincin Ota Ring Antigon F Ragab Ring Cincin Gravenberg Cincin Hall stone Birnberg bow Hormonal Progestasent T = AL2A T

Page 4 of 19 Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Page 5 of 19 Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

b. Teknik pemasangan AKDR Di Indonesia, AKDR jenis lipees loop yang paling sering digunakan. Cara pemakaian/ pemasangannya adalah :

1) Kandung kemih dikosongkan dan akseptor dibaringkan diatas meja ginekologik dalam posisi litotomi 2) Kemudian, dilakukan pemeriksaan Bimanual untuk mengetahui letak, bentuk dan besar uterus 3) Spekulum dimasukkan kedalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan dengan larutan antiseptic (sol. Betadine / tingtura jodii) 4) Sekarang dengan cunam serviks dijepit bibir depan porsio uteri dan dimasukkan sonde ke dalam uterus untuk menentukan arah poros dan panjangnya kanalis servikalis serta kavum uteri 5) Kemudian AKDR dimasukkan ke dalam uterus melalui ostium uteri eksternum sambil mengadakan tarikan ringan pada cumin serviks 6) Tabung penyalur digerakkan didalam uterus, sesuai dengan arah poros kavum uteri sampai tercapai ujung atas kavum uteri yang telah ditentukan lebih dahulu dengan sonde uterus 7) Kemudian, sambil mengeluarkan tabung penyalur perlahan-lahan, pendorong (plunger) menahan AKDR dalam posisinya 8) Setelah tabung penyalur keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, cunam dilepaskan 9) Benang AKDR diguntin g sehingga 21/2 3 cm keluar dari ostium uteri, dan akhirnya speculum diangkat.

c. Cara mengeluarkan AKDR Biasanya dilakukan dengan jalan menarik benang AKDR yang keluar dari ostium uteri eksternum dengan dua jari, dengan pinset, atau dengan cunam.

Page 6 of 19 Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

d. Pemasangan AKDR AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut : Sewaktu haid sedang berlangsung Pemasangan AKDR pada waktu ini dapat dilakukan pada hari-hari pertama atau pada hari-hari terakhir haid. Keuntungan pemasangan AKDR pada waktu ni antara lain ialah : Pemasangan lebih mudah oleh karena serviks pada waktu itu agak terbuka dan lembek Rasa nyeri tidak seberapa keras Perdarahan yang timbul sebagai akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan Kemungkinan pemasangan AKDR pada uterus yang sedang hamil tidak ada

Sewaktu postpartum Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan : i. Secara dini (immediate insertion) yaitu AKDR dipasang pada wanita yang melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit ii. Secara langsung (direct insertion) yaitu AKDR dipasang dalam masa tiga bulan setelah partus atau abortus iii. Secara tidak langsung (indirect insertion) yaitu AKDR dipasang sesudah masa tiga bulan setelah partus atau abortus; atau pemasangan AKDR dilakukan pada saat yang tidak ada hubungan sama sekali dengan partus atau abortus. Sewaktu postabortum Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic abortion merupakan kontraindikasi. Beberapa hari setelah haid terakhir Dalam hal yang terakhir ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum AKDR dipasang. Sebelum pemasangan AKDR dilakukan, sebaiknya diperlihatkan kepada akseptor bentuk AKDR yang dipasang, dan bagaimana AKDR tersebut terletak dalam uterus setelah terpasang.

Page 7 of 19 Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

e. Efek samping pemakaian AKDR Perdarahan Umumnya setelah pemasangan AKDR terjadi perdarahan sedikit-sedikit yang cepat berhenti. Kalau pemasangan dilakukan sewaktu haid, perdarahan yang sedikit-sedikit ini tidak akan diketahui oleh akseptor. Keluhan yang sering terdapat pada pemakai AKDR ialah menoragia, spotting metroragia. Jika terjadi perdarahan banyak yang tidak dapat diatasi, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang mempunyai ukuran kecil. Jika perdarahan sedikit-sedikit, dapat diusahakan mengatasinya dengan pengobatan konservatif. Pada perdarahan yang tidak berhenti dengan tindakantindakan tersebut diatas, sebaiknya AKDR diangkat, dan digunakan cara kontrasepsi lain. Rasa nyeri dan kejang diperut Rasa nyeri atau kejang diperut dapat terjadi segera setelah pemasangan AKDR; biasanya rasa nyeri ini berangsur-angsur hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan dengan jalan member analgetika. Jika keluhan berlangsung terus, sebaiknya AKDR dikeluarkan dan diganti dengan AKDR yang mempunyai ukuran yang lebih kecil. Gangguan pada suami Kadang-kadang suami dapat merasakan adanya benang AKDR sewaktu bersenggama. Ini disebabkan oleh benang AKDR yang keluar dari porsio uteri terlalu pendek atau terlalu panjang. Untuk mengurangi atau menghilangkan keluhan ini, benang AKDR yang terlalu panjang dipotong sampai kira-kira 2-3 cm dari porsio, sedang jika benang AKDR terlalu pendek, sebaiknya AKDRnya diganti. Biasanya dengan cara ini keluhan suami akan hilang. Ekspulsi (pengeluaran sendiri) Ekspulsi AKDR dapat terjadi untuk sebagian atau seluruhnya. Ekspulsi biasanya terjadi waktu haid dan dipengaruhi oleh : i. Umur dan paritas : pada paritas yang rendah, 1 atau 2, kemungkinan ekspulsi dua kali lebih besar daripada paritas 5 atau lebih; demikian pula pada wanita muda ekspulsi lebih sering terjadi daripada wanita yang umurnya lebih tua. ii. Lama pemakaian : ekspulsi paling sering terjadi pada tiga bulan pertama setelah pemasangan; setelah itu angka kejadian menurun dengan tajam.

Page 8 of 19 Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

iii.

Ekspulsi sebelumnya : pada wanita yang pernah mengalami ekspulsi, maka pada pemasangan kedua kalinya, kecenderungan terjadinya ekspulsi lagi ialah kirakira 50%. Jika terjadi ekspulsi, pasangkanlah AKDR dari jenis yang sama, tetapi dengan ukuran yang lebih besar daripada sebelumnya.

iv.

Jenis dan ukuran : jenis dan ukuran AKDR yang dipasang sangat mempengaruhi frekuensi ekspulsi. Pada lipees loop, makin besar ukuran AKDR makin kecil kemungkinan terjadnya ekspulsi.

v.

Faktor psikis : oleh karena motilitas uterus dapat dipengaruhi oleh faktor psikis, maka frekuensi ekspulsi lebih banyak dijumpai pada wanita-wanita yang emosional dan ketakutan, yang psikis labil.

f.

Komplikasi AKDR Infeksi AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan disucihamakan, yakni tabung penyalur, pendorong, dan AKDR. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh sudah adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan AKDR. Perforasi Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun bisa terjadi pula kemudian. Pada permulaan hanya ujung AKDR saja yang menembus dinding uterus, tetapi lama kelamaan dengan adanya kontraksi uterus, AKDR terdorong lebih jauh menembus dinding uterus, sehingga akhirnya sampai ke rongga perut. Kehamilan Jika timbul kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacad pada bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding rahim.

Page 9 of 19 Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Learning issue 2 Pelvic Inflammatory Disease atau Penyakit Radang Panggul Definsi Infeksi saluran reproduksi bagian atas wanita yang terutama merupakan penjalaran dari infeksi saluran reproduksi bagian bawah. Mis: vagina, serviks, infeksi ini dapat melibatkan endometrium,tuba, ovarium maupun jaringan disekitarnya.

Klasifikasi dan tanda dan gejala Klasifikasi Menurut Monif

Nama organ uterus Tuba Ovarium Parametrium Peritoneum Pembuluh Darah

Nama penyakit Endometritis, miometritis Salpingitis, abses tuba Ooforitis, abses tuba ovarium Parametritis, selulitis pelvis Pelvioperitonitis Tromboflebitis, limfadenitis

Stadium Pelvic Inflammatory disease Stadium I : salpingitis akut Stadium II : salpingitis akut disertai pelvioperitonitis Stadium III : pembentukan abses; piosalping abses ovarium, TOA, abses pelvic Stadium IV : rupture abses

Page 10 of 19 Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Tanda dan gejala

Nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk Mual dan muntah Metroragia Keluar cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal (leukorea)

Demam dan menggigil Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak kemerahan di celana dalam)

Kram karena menstruasi Nyeri ketika melakukan hubungan seksual (dispareunia) Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual Nyeri punggung bagian bawah Kelelahan Nafsu makan berkurang Poliuria dan disuria

Page 11 of 19 Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Diagnosis Banding (DD) 1. Appendicitis Mual dan muntah Nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah Deman : dengan suhu 37,8 38,8 oC Dapat terjadi nyeri kolik

2. KET (Kehamilan Ektopik Terganggu) Nyeri yang tidak begitu berat disekitar perut bagian bawah Dapat menyebabkan shock/pingsan Amenorea Perdarahan pervaginam menunjukkan kematian janin

3. Endometriosis Dismenorea Dispareunia Nyeri waktu defekasi (pembuangan tinja dari rectum) Poli dan hipermenorea Infertilitas

4. Kista ovarium pecah/ kista ovarium terpelintir Nyeri abdomen bagian bawah yang memburuk secara intermitten Sifat nyeri : nyeri tajam atau kram Mual dan muntah Dapat terjadi nyeri tekan atau nyeri lepas

5. Nyeri ovulasi (Mittleschmez) Nyeri diperut bawah pada sebelah kiri atau kanan saat pertengahan siklus menstruasi Nyeri dapat disertai atau tidak disertai dengan perdarahan, yang kadang-kadang berupa getah berwarna coklat Tidak disertai mual dan muntah

6. Diverticulitis Nyeri abdomen bagian kiri bawah Demam Adanya mual dan muntah Page 12 of 19 Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Etiologi dan faktor predisposisi

Etiologi Penyebab tersering adalah Neisseria Gonnorhoe Chlamydia Trachomatis Bakteri aerob dan anaerob endogen Mycoplasma sp

Faktor predisposisi Terpajan organism penyebab Wanita yang aktif secara seksual dibawah usia 25 tahun Berganti-ganti pasangan seksual Lendir servikalis yang tipis sehingga tidak dapat memproteksi masukknya bakteri Penggunaan Intra Uterine Device (IUD) / Alat kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) yang tidak pernah dikontrol Kuretase Patofisiologi PID terdiri dari 2 tahap : 1. Melibatkan akuisisi dari vagina atau infeksi servikal 2. Penyebaran asenden langsung Mikroorganisme dari vagina & serviks

Page 13 of 19 Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Penggunaan antibiotika & Alat pembersih kelamin

Faktor Predisposisi

Heteroseksual

Penyakit menular seksual (PMS)

Tahap 1

Mengganggu keseimbangan dan membunuh flora normal yang ada

Neisseria Gonorrohoea Chlamydia trachomatis Mycoplasma sp Riwayat infeksi Sub akut/menahun sebelumnya

(+) MO Patogen

(+) vagina & Servikal

Hubungan seksual

Faktor pemicu

AKDR

(-)Kontrol & pemasangan

Memudahkan terjadinya infeksi

Tahap 2
Kontraksi uterus yang ritmis Infeksi Ascending ke uterus dan tuba Pembukaan serviks selama Menstruasi

Lapisan Serviks

Usia Muda

(-) Barier Fungsional

Proses Menstruasi

Aliran menstrual retrograd

Lendir tipis

Infeksi

Hilangnya lapisan endometrium

(-) Proteksi masuknya bakteri

Nyeri

Memfasilitasi pergerakan asenden mikroorganisme

Inflamasi Mukosa Mukosa serviks (-) Proteksi masuknya bakteri Sel Polimorfonukleat menyerang submukosa diikuti oleh sel mono nucleat & Sel plasma Mual Eksudat

Leukosit Neutrofil

Pelekatan lipatan dan mukosa

Menekan/menyentuh saraf Mengisi Lumen tuba Infertilitas pembengkakan Tuba yang tersumbat membengkak dan terisi cairan

Inflamasi meluas

Permukaan serosa

Haid terganggu

Massa kistik

Terbentuk jaringan parut

Perlengketan fibrosa abnormal

Dilepaskan dari fimbria

Adneksa

Ovarium Infertilitas Nyeri menahun keputihan bau

Page 14 of 19 Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Penegakan diagnosa Anamnesis Penegakan diagnosa dimulai dengan anemnese, dimana pasien dapat mengeluhkan gejala yang bervariasi. Gejala muncul pada saat awal siklus menstruasi atau pada saat akhir menstruasi. Nyeri abdomen bagian bawah dijumpai pada 90% kasus dengan kriteria nyeri tumpul, bilateral, dan konstan. Nyeri diperburuk oleh gerakan, olahraga, atau koitus. Nyeri dapat juga dirasakan seperti tertusuk, terbakar, atau kram. Nyeri biasanya berdurasi <7 hari.

Menanyakan Umur karena berkaitan dengan lender servikalis.pada remaja biasanya lapisan ini tipis sehingga tidak dapat memproteksi masuknya bakteri dan usia dibawah 25 tahun biasanya lebih rentan terkena PID.kemudian menanyakan apakah ada penggunaan IUD/AKDR,kuretase.Sekresi cairan vagina (keptihan) terjadi pada 75% kasus. Demam dengan suhu >38, mual, dan muntah. gejala tambahan yang lain meliputi perdarahan per vaginam, nyeri punggung bawah, dan disuria. Nyeri organ pelvis dijumpai pada PID. Adanya nyeri pada pergerakan serviks menandakan adanya inflamasi peritoneal yang menyebabkan nyeri saat peritoneum teregang pada pergerakan serviks dan menyebabkan tarikan pada adnexa.

PID dapat didiagnosa dengan riwayat nyeri pelvis, sekresi cairan vagina, nyeri tekan adnexa, demam, dan peningkatan leukosit.

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, biasanya didapati :

Nyeri tekan perut bagian bawah Pada pemeriksaan pelvis dijumpai : sekresi cairan mukopurulen, nyeri pada pergerakan serviks, nyeri tekan uteri, nyeri tekan adnexa yang bilateral

Mungkin ditemukan adanya massa adnexa

Beberapa tanda tambahan adalah : Temperatur 380 C Page 15 of 19 Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan darah rutin dijumpai jumlah leukosit lebih dari 100.000 pada 50% kasus.2 Hitung leukosit mungkin normal, meningkat, atau menurun, dan tidak dapat digunakan untuk menyingkirkan PID.

Peningkatan erythrocyte sediment rate digunakan untuk membantu diagnose namun tetap tidak spesifik.

Peningkatan c-reaktif protein, tidak spesifik. Peningkatan Neutrofil Pemeriksaan DNA dan kultur gonorrhea dan chlamidya digunakan untuk mengkonfirmasi PID.

Pemeriksaan Radiologi Transvaginal ultrasonografi : pemeriksaan ini memperlihatkan adnexa, uterus, termasuk ovaroium.6 Pada pemeriksaan ini PID akut Nampak dengan adanya ketebalan dinding tuba lebih dari 5 mm, adanya septa inkomplit dalam tuba, cairan mengisi tuba fallopi, dan tanda cogwheel. Tuba fallopi normal biasanya tidak terlihat pada USG. CT digunakan untuk mendiagnosa banding PID. Penemuan CT pada PID adalah servisitis, ooforitis, salpingitis, penebalan ligament uterosakral, dan adanya abses atau kumpulan cairan pelvis.1,2 Penemuan CT scan tidak spesifik pada kasus PID dimana tidak bukati abses. MRI jarang mengindikasikan PID. Namun jika digunakan akan terlihat penebalan, tuba yang berisi cairan dengan atau tanpa cairan pelvis bebas atau kompleks tubaovarian.

Prosedur Lain

Laparoskopi adalah standar baku untuk diagnosis defenitif PID. Mengevaluasi cairan di dalam abdomen dilakukan untuk menginterpretasi kerusakan. Pus menunjukkan adanya abses tubaovarian, rupture apendiks, atau abses uterin. Darah ditemukan pada ruptur kehamilan ektopik, kista korpus luteum, mestruasi retrograde, dll. Criteria minimum pada laparoskopi untuk mendiagnosa PID adalah edema dinding tuba, eritema tube, hyperemia permukaan tuba, dan adanya eksudat pada permukaan tuba dan fimbriae. Massa pelvis akibat abses tubaovarian atau kehamilan ektopik dapat terlihat. Endometrial biopsi dapat dilakukan untuk mendiagnosa endometritis secara histopatologis.

Page 16 of 19 Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Penatalaksanaan Rekomendasi centers for disease control and prevention <CDC> adalah: 1.Pasien rawat inap. Cefoxitin 2 gr iv tiap 6 jam, atau cefotetan 2 gr, iv tiap 12 jam, ditambah doksisiklin 100 mg iv tiap 12 jam sampai ada perbaikan diikuti doksisiklin oral 2 x 100 mg selama 14 hari. 2.pasien rawat jalan. Ceftriakson, 250 mg im atau cefoxitin 2 gr, im diikuti probenecid 1 gr oral dan diikuti doksisiklin 2 x 100 mg selama 14 hari. Alternatif: 1.pasien rawat inap. Klindamisin 600 mg,iv tiap 8 jam ditambah gentamisin 2 mg/kg iv diikuti 1,5mg iv tiap 8 jam sampai ada perbaikan dilanjutkan dengan doksisiklin 2 x 100 mg selama 14 hari. 2.pasien rawat jalan. Ofloksasin 2 x 400 mg,oral selama 14 hari ditambah metronidazol 2 x 500 mg oral selama 14 hari, atau klindamisin 4 x 450 mg 0ral selama 14 hari. Rekomendasi WHO 1989. A. Rawat jalan. 1. ceftriaxone 250 mg IM atau cefoxitin 2 gr IM dosis tunggal , ditambah doksisiklin 2 x 100mg ditambah metronidazol 3 x 500 mg oral selama 10 hari. 2. alternative regim A. Trimetoprim/sulfametoksazol 480 mg 10 tablet/hari selama 3 hari atau 2 tablet/hari selama 10 hari. 3.alternatif regim B. Kanamisin 2 gr IM dosis tunggal ditambah metronidazol 3 x 500mg oral 10 hari Page 17 of 19 Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

B. Rawat inap. 1. Regim A, cefoxitin 2 gr / 6jam IV, ditambah doksisiklin 100 mg / 12 jam IV. 2. Regim B, kloramfenikol 500 mg / jam IV, ditambah gentamisin 1,5mg/kg/8jam IV. 3. Regimen C, klindamisin 900mg/jam IV, ditambah gentamisin 1,5mg/kg/8jam IV. Lama pemberian 4 hari, dilanjutkan dengan doksisiklin 2 x 100 mg oral selama 10-14 hari.

Komplikasi dan prognosis

Komplikasi Dapat menyebabkan berbagai kelainan didalam kandungan, seperti : - Nyeri berkepanjangan - Infertilitas - Kehamilan abnormal Penyakit ini dapat menyebabkan parut pada rahim dan saluran tuba. Parut ini mengakibatkan kerusakan dan menghalangi saluran tuba sehingga dapat menyebabkan infertilitas. Parut ini juga dapat menyebabkan sel telur tidak dapat melalui jalan normalnya ke rahim sehingga dapat terjadi Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) Prognosis Jika didiagnosis dan ditangani dengan cepat, hasil (prognosis) akan baik. Prognosis menjadi kurang baik, apabila pasien menunda-nunda pengobatan dan/atau melanjutkan hubungan seksual yang tidak aman.

Page 18 of 19 Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Kesimpulan Wanita ini menderita penyakit radang panggul ( Pelvic Inflammatory Diseases). Dilihat dari keluhan yang dirasakan wanita ini dari anamnesis didapati Nyeri perut bawah disertai keputihan, demam, mual, haid lebih lama dari biasanya,dan didapati wanita ini akseptor AKDR yang tidak pernah control 2 Tahun ,dan ini merupakan faktor predisposisi terjadinya PID,pada pemeriksaan fisik didapati pada palpasi abdomen kiri bawah teraba suatu benjolan yang sangat nyeri, dan pada pemeriksaan dalam teraba massa kistik pada adneksa kiri dan terasa sangat nyeri.pada pemeriksaan laboratorium Leukosit dan Neutrofil meningkat.ini semua merupakan tanda dan gejala yang umum untuk penegakan diagnose terhadap PID. Penatalaksanaan untuk pasien ini adalah dilakukan rawat inap Cefoxitin 2 gr iv tiap 6 jam, atau cefotetan 2 gr, iv tiap 12 jam, ditambah doksisiklin 100 mg iv tiap 12 jam sampai ada perbaikan diikuti doksisiklin oral 2 x 100 mg selama 14 hari Daftar Pustaka 1. Cunningham, F. Gary. 2005.Obstetri williams edisi 21. Jakarta : EGC 2. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu kebidanan edisi 4. Jakarta : P.T. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 3. Mochtar, Prof. Dr. Rustam. 1998. Sinopsis obstetri edisi 2. Jakarta : EGC

Page 19 of 19 Laporan Tutorial kelompok 3 Pelvic Inflamatory Disease

Anda mungkin juga menyukai

  • Kuliah Gus Saluran Urinari
    Kuliah Gus Saluran Urinari
    Dokumen22 halaman
    Kuliah Gus Saluran Urinari
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Pengetahuan Mahasiswa Tentang Faktor
    Pengetahuan Mahasiswa Tentang Faktor
    Dokumen1 halaman
    Pengetahuan Mahasiswa Tentang Faktor
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Anestesi Ginjal
    Anestesi Ginjal
    Dokumen22 halaman
    Anestesi Ginjal
    Joko Pratama Atmayudha
    Belum ada peringkat
  • Metabolisme Ureum & Kreatinin
    Metabolisme Ureum & Kreatinin
    Dokumen23 halaman
    Metabolisme Ureum & Kreatinin
    Joko Pratama Atmayudha
    100% (1)
  • Impetigo Krustosa
    Impetigo Krustosa
    Dokumen20 halaman
    Impetigo Krustosa
    leo randa sebaztian simangunsong
    Belum ada peringkat
  • Pmrks Fs. Ginjal
    Pmrks Fs. Ginjal
    Dokumen43 halaman
    Pmrks Fs. Ginjal
    Joko Pratama Atmayudha
    Belum ada peringkat
  • Pneumothoraks BEDAH
    Pneumothoraks BEDAH
    Dokumen23 halaman
    Pneumothoraks BEDAH
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Epistaxis 1 4
    Epistaxis 1 4
    Dokumen6 halaman
    Epistaxis 1 4
    Rovan Meluganis Sigar Panjaitan
    Belum ada peringkat
  • Pertahanan Eksternal
    Pertahanan Eksternal
    Dokumen26 halaman
    Pertahanan Eksternal
    Alex Syaputra Sihaloho
    Belum ada peringkat
  • Slide Otitis Media
    Slide Otitis Media
    Dokumen29 halaman
    Slide Otitis Media
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Karsinoma Nasofaring
    Karsinoma Nasofaring
    Dokumen20 halaman
    Karsinoma Nasofaring
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Gangguan Obsesif Kompulsif
    Gangguan Obsesif Kompulsif
    Dokumen4 halaman
    Gangguan Obsesif Kompulsif
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Drowning New
    Drowning New
    Dokumen22 halaman
    Drowning New
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Gagal Tumbuh
    Gagal Tumbuh
    Dokumen20 halaman
    Gagal Tumbuh
    Kimbek Buangke
    Belum ada peringkat
  • ITS Undergraduate 13440 Presentation
    ITS Undergraduate 13440 Presentation
    Dokumen24 halaman
    ITS Undergraduate 13440 Presentation
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Tanatologi
    Tanatologi
    Dokumen8 halaman
    Tanatologi
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • ASFIKSIA
    ASFIKSIA
    Dokumen17 halaman
    ASFIKSIA
    Riyana Rhr
    Belum ada peringkat
  • Mor Bili
    Mor Bili
    Dokumen22 halaman
    Mor Bili
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • MORBILI
    MORBILI
    Dokumen20 halaman
    MORBILI
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Responsi Status
    Responsi Status
    Dokumen22 halaman
    Responsi Status
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Tugas Makalah Blok Neurology System
    Tugas Makalah Blok Neurology System
    Dokumen15 halaman
    Tugas Makalah Blok Neurology System
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Study Cross
    Study Cross
    Dokumen1 halaman
    Study Cross
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Adaftar Isi
    Adaftar Isi
    Dokumen11 halaman
    Adaftar Isi
    Dewi Felayati Gusni
    Belum ada peringkat
  • Agama Dokter NOM
    Agama Dokter NOM
    Dokumen3 halaman
    Agama Dokter NOM
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • Penatalaksanaan Sle
    Penatalaksanaan Sle
    Dokumen3 halaman
    Penatalaksanaan Sle
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat
  • PID Kelompok 3
    PID Kelompok 3
    Dokumen19 halaman
    PID Kelompok 3
    Katrin Marcelina Sihombing
    Belum ada peringkat