Cakupan =
=
= 50%
Dengan demikian didapatkan kesenjangan
pada bulan September 2009 :
% 100
24
12
= 50%
BAB IV
TAHAP PEMBAHASAN
Belum tercapainya target atau cakupan
penemuan penderita pneumonia dikarenakan
ketidaksesuaian antara kegiatan yang
direncanakan dengan yang dikerjakan
sehingga hasil yang diharapkan tidak dapat
tercapai.
Masukan (7M)
Man : Upaya peningkatan sumber daya
manusia (SDM) baik kualitas maupun kuantitas yang
terlibat dalam program P2 ISPA meliputi petugas
kesehatan, kader dan lain-lain yang memberikan
tatalaksana ISPA di sarana pelayanan kesehatan dan
sebagai pengelola program di Puskesmas.
Money : Dalam meningkatkan manajemen
pembiayaan, diupayakan penggalian potensi sumber
biaya dari masyarakat, swasta, organisasi non
pemerintah dan lembaga-lembaga donor mengingat
kemampuan pemerintah dalam penyediaan biaya
untuk program P2 ISPA cukup terbatas.
Material : Obat-obatan yang digunakan harus
tersedia di fasilitas kesehatan, khususnya di
puskesmas.
Machine : Sound Timer adalah salah satu
instrumen yang secara teoritis merupakan alat
standar yang dianjurkan dalam menunjang
penemuan dan penatalaksanaan P2 ISPA pada Balita.
Dilengkapinya alat bantu hitung pernafasan (sound
timer) untuk kegiatan penemuan penderita
pneumonia, diharapkan petugas dapat
mengklasifikasikan penderita ISPA secara tepat.
Methode : Petugas mampu melakukan
penyuluhan dan penggerakan partisipasi masyarakat.
Marketing : Keberhasilan program P2 ISPA
ini tidak semata ditentukan oleh proses penjaringan
pasif yang dilakukan di unit rawat jalan. Proses
penjaringan yang lebih baik adalah bilamana
dilakukan secara aktif dengan cara jemput bola.
Bilamana informasi mengenai ISPA pada Balita
diberikan secara kader secara tepat guna, diharapkan
informasi ini diteruskan dan dipasarkan secara
tepat ke masyarakat. Dan dengan demikian, maka
peran serta masyarakat merupakan katalisator yang
sangat bermakna dalam menunjang program ini.
Minute : Umumnya pencatatan dan pelaporan
hanya bersumber dari 2 unit yaitu rawat jalan dan pelaporan
bidan desa akan kasus ISPA pada Balita di daerahnya.
Sebenarnya yang perlu diperhatikan bukan oleh siapa
pencatatan dilakukan, melainkan dari mana data diperoleh
dan ke mana data mengalir. Pencatatan dan pelaporan harus
satu alur dan tepat waktu, agar lebih efektif dan efisien.
Dengan pencatatan dan pelaporan yang tepat waktu, maka
evaluasi pelaksanaan program bulan lalu pun dapat dilakukan
sebelum program bulan selanjutnya berjalan lebih jauh.
Target pencapaian bulan lalu yang tidak tercapai seharusnya
merupakan beban kumulatif yang harus dipenuhi dalam bulan
selanjutnya.
Dari Proses (POAC)
Planning
Petugas diharapkan mampu menemukan
penderita pneumonia, mampu melakukan
penatalaksanaan dan rujukannya, mampu
melakukan penyuluhan dan penggerakan
partisipasi masyarakat.
Organizing
PWS P
2
ISPA merupakan kegiatan yang memerlukan
kerjasama banyak pihak. Penemuan kasus ISPA tidak
dapat dilakukan bila hanya pasif menunggu pasien
untuk datang dengan kriteria ISPA. Karenanya,
koordinasi program PWS dengan komponen yang
berperan seperti bidan, mantri dan pemegang program
adalah krusial. Banyak kasus mungkin yang ditemukan
oleh Mantri atau pun Bidan praktek swasta, atau
dokter umum praktek swasta, tetapi tidak terlaporkan
(tercatat) sebagai kasus ISPA di Puskesmas.
Actuating
Penemuan kasus Balita dengan ISPA masih ditekankan
pada penemuan kasus secara pasif di unit rawat jalan.
Dari kegiatan P2M di puskesmas Melong Asih
kurangnya penderita ISPA yang dibawa orang tuanya
untuk memeriksakan penyakit anaknya dalam hal ini
mungkin disebabkan:
Motivasi, pengetahuan, kesempatan dan sikap kader
dalam memberikan penyuluhan dan pemeriksaan
penyakit penderita kepada orang tua penderita.
Dari keluaran
Continuity
Kegiatan penyuluhan rutin tentang pentingnya
pemeriksaan penyakit pada penderita oleh orang
tuanya yang tidak berkesinambungan, hal ini mungkin
disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusianya
(tenaga kesehatan) dan faktor pengetahuan dan
pendidikan orang tua penderita serta fakotr sosio
ekonomi, serta melakukan kegiatan pembinaan dan
pengetahuan kepada kader-kader yang tidak
rutin/terus menerus dalam rangka menciptakan
kualitas penyuluhan bagi orang tua penderita ISPA
(pneumonia).
Care
Tingkat kepedulian masyarakat mengenai
kasus ISPA di wilayah kerja Puskesmas Cimahi
Tengah masih kurang, hal ini mungkin
dikarenakan asumsi masyarakat yang salah
mengenai penyakit ISPA itu sendiri.
Comprehensibility
Asumsi yang salah oleh masyarakat mengenai
penyakit ISPA adalah dasar dari ketidak
pedulian (kurangnya peran aktif) masyarakat
dalam pelaporan kasus ISPA di lingkungannya.
Masyarakat cenderung beranggapan bahwa
bilamana sakitnya tidak parah maka tidak
perlu dibawa ke Posyandu / Bidan Desa /
Mantri atau Puskesmas itu sendiri.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan
dianalisis dapat diambil kesimpulan, antara
lain sebagai berikut:
Angka cakupan penemuan penderita
pneumonia balita di Puskesmas Cimahi Tengah
bulan September 2009 yaitu 12 orang, kurang
dari target yang ditetapkan yaitu 24 orang.
Saran
Dalam jangka pendek, terus meningkatkan
kualitas pelayanan pemeriksaan penderita
pneumonia balita, dan memperbaiki kualitas
laporan pemeriksaan penderita pneumonia
balita oleh kader atau tenaga kesehatan
setiap bulannya secara teratur.
Jangka panjang, perlu diadakan pembinaan
(penyegaran) pengetahuan kepada
kader/tenaga kesehatan secara terus menerus
(rutin) dalam rangka meningkatkan kualitas
penyuluhan bagi masyarakat di wilayah
kerjanya sehingga pada akhirnya akan
mempengaruhi masyarakat itu sendiri dalam
melakukan pemeriksaan balita mereka
terhadap penyakit ISPA dalam hal ini
pneumonia.