SKENARIO
Anak yang Lamban
Seorang anak laki-laki berusia 8 tahun, dibawa ibunya ke puskesmas karena
menurut guru di sekolah, pasien tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah. Pasien
sering mendapat nilai yang jelek, padahal saat diterangkan oleh gurunya pasien
selalu tampak memperhatikan gurunya, pasien belum lancer membaca dan
menulis, pasien sudah lancar berbicara, dapat makan mandi dan berpakaian
sendiri. Saat ini pasien masih duduk di kelas 1 SD karena tidak naik kelas.
Pasien kemudian dirujuk untuk penilaian Intelligence Quotien (IQ) dan
didapatkan nilai 55 yang menunjukkan pasien terdiagnosa sebagai retardasi
mental ringan. Pasien disarankan untuk bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB),
tetapi orangtua tidak melakukan hal tersebut karena masalah biaya.
Pasien berasal dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah,
menempati rumah kontrakan yang sempit, ditempati oleh tujuh anggota keluarga.
Sebagai anak bungsu dari lima bersaudara, pasien lebih banyak diasuh oleh kakak
perempuannya yang paling tua; kedua orangtua bekerja, ayah buruh kasar dan ibu
buruh cuci, sehingga pemberian makan pada usia balita tidak sesuai dengan
kebutuhan nutrisi.
Dengan tekad yang kuat akhirnya keluarga ini mendapat bantuan dari
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak mengelola Zakat-InfaqShodaqoh (ZIS), akhirnya orangtua pasien memasukkan anaknya ke SLB sebagai
tanggung jawab dan wujud dari kewajiban orangtua kepada anak untuk
mendapatkan pendidikan khusus yang dilanjutkan dengan pendidikan ketrampilan,
KATA-KATA
SULIT
1. Intelligence
kecerdasan
Quotien
(IQ):
Tingkat
4. Lembaga
luar
biasa
swadaya
(SLB):
masyarakat
(LSM):
PERTANYAAN
1.
2.
3.
4.
JAWABAN
1.
2.
HIPOTESIS
Faktor non-organik dan organik dapat menyebabkan
kurangnya asupan nutrisi yang dapat mengakibatkan
terhambatnya tumbuh kembang anak, maka dari itu
dilakukan beberapa test seperti: TPA, psikotest, tes IQ. Dari
tes tersebut didapatkan pasien ber IQ rendah, dilakukan
kembali beberapa test seperti: konfirmasi dan screening
untuk menunjang diagnosis. Dari test tersebut didapatkan
pasien didiagnosis retardasi mental. Sehingga dilakukanlah
terapi baik farmako maupun non-farmako. Untuk
mencegah retardasi mental non-organik dibutuhkan
peranan orangtua terhadap anak.
SASARAN
BELAJAR
1. Memahami dan Menjelaskan Retardasi Mental:
1.1.
Definisi
1.2.
Epidemiologi
1.3. Klasifikasi
1.4.
Etiologi
1.5.
Manifestasi Klinis
1.6. Diagnosis & Diagnosis Banding
1.7.
Penatalaksanaan
1.8.
Pencegahan
1.9.
Prognosis
2. Memahami dan Menjelaskan Anjuran Asupan Gizi bagi Anak dan
Remaja:
2.1. Periode tumbuh dan kembang pada anak dan remaja
2.2.
Jenis-jenis gizi yang dianjurkan
2.3.
Kebutuhan asupan gizi yang dianjurkan
3. Memahami dan Menjelaskan Kewajiban Orangtua terhadap Anak
dalam Pandangan Islam:
1. Retardasi Mental
DEFINISI
Retardasi mental:
Fungsi intelektual keseluruhan yang secara
bermakna di bawah rata-rata yang menyebabkan
atau berhubungan dengan gangguan pada
perilaku adaktif dan bermanifestasi selama
periode perkembangan yaitu sebelum usia 18
tahun.
(Kaplan, 2008)
EPIDEMIOLOG
I
Di Indonesia 1-3% penduduknya menderita kelainan
ini. Insidennya sulit di ketahui karena retardasi mental
kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia
pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf
ringan. Insiden tertinggi pada masa sekolah dengan
puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi mental
mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki
dibandingkan dengan perempuan. Pada lanjut usia,
prevalensi lebih sedikit, karena pada retardasi mental
yang berat atau sangat berat memiliki angka
mortalitas yang tinggi disebabkan dari penyulit
gangguan fisik yang menyertai.
KLASIFIKASI
Retardasi mental berat sekali:
IQ < 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari orang yang terkena
retardasi mental.
ETIOLOGI
NON-ORGANIK
ORGANIK
1.Faktor prakonsepsi:
o. Abnormalitas gen tunggal (penyakit-penyakit metabolik, kelainan
neurocutaneous, dll)
o. Kelainan kromosom (X-linked, translokasi, fragile-X), sindrom polygenic
familial
2. Faktor pranatal:
a. Ganguan pertumbuhan otak trimester 1:
o.Kelainan kromosom, misalnya trisomi dan mosaik
o.Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV
o.Zat-zat teratogen, misalnya alkohol dan radiasi
o.Disfungsi plasenta
o.Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)
ETIOLOGI
b. Gangguan pertumbuhan otak trimester 2 dan 3:
o Infeksi intrauterin: TORCH, HIV
o Zat-zat teratogen: Alkohol, kokain, logam berat
o Ibu menderita diabetes melitus, fenilketonuria
o Toksemia gravidarum
o Ibu malnutrisi
3. Faktor perinatal:
o Sangat prematur
o Asfiksia neonatorum
o Trauma lahir: Perdarahan intra kranial
o Meningitis
o Kelainan metabolik: Hipoglikemia, hiperbilirubinemia
4. Faktor post natal:
o Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
o Neuro toksin, misalnya logam berat
o CVA (Cerebrovascular accident)
o Anoksia: Tenggelam
o Kelainan metabolik: Gizi buruk, hipotiroid, galaktosemia, sindrom Hurler
o Infeksi: Meningitis, ensefalitis, sklerosis subakut
MANIFESTASI
KLINIS
Lamban dalam mempelajari hal-hal baru, mempunyai kesulitan dalam
mempelajari pengetahuan abstrak, dan selalu cepat lupa apa yang
dipelajari tanpa latihan yang terus menerus.
Kesulitan dalam menggeneralisasi dan mempelajari hal-hal yang
baru.
Kemampuan bicaranya sangat kurang bagi anak retardasi mental
berat.
Cacat fisik dan perkembangan gerak. Kebanyakan anak dengan
retardasi mental berat mempunyai ketebatasan dalam gerak fisik, ada
yang tidak dapat berjalan, tidak dapat berdiri atau bangun dengan
bantuan. Mereka lambat dalam mengerjakan tugas-tugas yang sangat
sederhana, sulit menjangkau sesuatu, dan mendongakkan kepala.
Kurang dalam kemampuan menolong diri sendiri. Sebagian dari
anakretardasi mental berat sangat sulit untuk mengurus diri sendiri,
seperti: berpakaian, makan, dan mengurus kebersihan diri. Mereka selalu
memerlukan latihan khusus untukmempelajari kemampuan dasar.
Tingkah laku dan interaksi yang tidak lazim. Anak tunagrahita ringan
dapatbermain bersama dengan anak reguler, tetapi anak yang
mempunyai retardasi mentalberat tidak melakukan hal tersebut. Hal itu
mungkin disebabkan kesulitan bagi anakretardasi mental dalam
memberikan perhatian terhadap lawan main.
MANIFESTASI
KLINIS
Tingk
at
Kisaran
IQ
Ringa
n
52 68
Sedan
g
Kemampuan di usia
prasekolah
(sejak lahir 5
tahun)
Kemampuan di usia
sekolah
(6 20 tahun)
Kemampuan usia
dewasa
(> 21 tahun)
Bisa membangun
kemampuan sosial &
komunikasi
Koordinasi otot sedikit
terganggu
Sering tidak terdiagnosis
Bisa mempelajari
pelajaran kelas 6 pada
akhir usia belasan tahun
Bisa dibimbing ke arah
pergaulan sosial
Bisa dididik
36 51
Bisa berbicara,
belajar,berkomunikasi
Kesadaran sosial kurang
Koordinasi otot cukup
Berat
20 35
Bisa mengucapkan
beberapa kata
Mampu menolong diri
sendiri
Tidak memiliki
kemampuan ekspresif
atau hanya sedikit
Koordinasi otot buruk
Bisa mempelajari
kemampuan sosial &
pekerjaan
Bisa bepergian sendiri di
tempat yg dikenalnya
dengan baik
Bisa berbicara/belajar
berkomunikasi
Bisa mempelajari
kebiasaan hidup sehat yg
sederhana
Sanga
t
Berat
19 atau
kurang
Sangat terbelakang
Koordinasi ototnya sedikit
sekali
Memerlukan perawatan
khusus
Memiliki beberapa
koordinasi otot & berbicara
Bisa merawat diri tapi
terbatas
Perlu perawatan khusus
DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik retardasi mental menurut
DSM-IV-TR:
Fungsi intelektual yang secara signifikan
dibawah rata-rata. IQ kira-kira 70 atau
dibawahnya pada individu yang dilakukan tes
IQ.
Gangguan terhadap fungsi adaptif paling
sedikit 2 misalnya komunikasi, kemampuan
menolong diri sendiri, berumah tangga, sosial,
pekerjaan, kesehatan dan keamanan.
Onset: Sebelum usia 18 tahun.
DIAGNOSIS
ANAMNESIS
Anamnesis berguna untuk menemukan ada atau tidaknya hal-hal ini
pada diri pasien:
1. Keterlambatan berbahasa
2. Kesulitan dalam membaca dan mengeja
3. Kelainan dalam hubungan interpersonal
4. Gangguan emosional dan perilaku
Selain itu, dokter juga menanyakan beberapa hal kepada Ibu pasien,
misalnya:
1. Riwayat kehamilan dan persalinan
2. Ada/tidaknya usaha untuk menggugurkan kehamilan
3. Ada/tidaknya trauma selama kehamilan
4. Riwayat perkembangan anaknya
5. Ada/tidaknya penyakit keturunan atau penyakit lain yang pernah
didapat
6. Latar belakang sosiokultural
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK
Berbagai bagian tubuh mungkin memiliki karakteristik tertentu yang sering
ditemukan pada pasien retardasi mental dan memiliki penyebab pranatal.
Kepala: Mikro/makrosepali, plagiosepali (bentuk kepala tidak simetris).
Rambut: Pusar ganda, rambut jarang/tidak ada, halus, mudah putus dan
cepat berubah.
Mata: Mikroftalmia, juling, nistagmus.
Hidung: Jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran kecil, cuping
melengkung ke atas.
Mulut: Bentuk V yang terbalik dari bibir atas, langit-langit
lebar/melengkung tinggi.
Geligi: Odontogenesis yang tidak normal.
Telinga: Keduanya letak rendah atau bentuknya aneh.
Muka: Panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia.
Leher: Pendek; tidak mempunyai kemampuan gerak sempurna.
Tangan: Jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibu jari
gemuk dan lebar, klinodaktil.
Dada dan Abdomen: Terdapat beberapa putting, buncit.
Genitalia: Mikropenis, testis tidak turun.
Kaki: Jari kaki saling tumpang tindih, panjang dan tegap/panjang kecil
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS
BANDING
Attention Deficit Hyoperactivity Disorder (ADHD)
Merupakan kelainan perkembangan yang diturunkan secara
genetik akibat adanya gangguan pada gen transporter dopamin
dan gen reseptor dopamin D4. Gangguan tersebut terjadi pada
sistem dopaminergik dan nor-adrenergik yang menyebabkan
adanya disfungsi pre-frontal dan sirkuit fronto-striatal.
Anak dengan ADHD dapat memperlihatkan gejala inatensi,
hiperaktifitas dan implusivitas. Inatensi dapat berupa
keluhan
susah
konsentrasi,
mudah
sekali
teralih
perhatiannya, sering lupa akan barang-barang pribadinya
dan
bahkan
lupa
pada
tugas-tugas
yang
harus
dikerjakannya. Bila sedang berjalan anak sering menabrak
benda-benda di sekitarnya sehingga seringkali, dengan
perilakunya yang seperti itu, akan menyebabkan barang-barang
yang berada di dekat anak berjatuhan.
Sebagian besar penderita ADHD memiliki IQ normal, bahkan
diantaranya ada yang diatas rerata. Dampak bagi individu ADHD
PENATALAKSANAAN
Menempatkan pasien di panti khusus
Psikoterapi: Dapat pula diberikan kepada orang tua pasien
Konseling
Pendidikan: Kelas khusus sebagai tambahan dari sekolah biasa, SLB-C, pusat
latihan kerja (sheltered workshop)
Pelatihan mengenai beberapa hal, seperti:
1. Latihan rumah: Pelajaran-pelajaran mengenai makan sendiri, berpakaian
sendiri, kebersihan badan
2. Latihan sekolah: Yang penting dalam hal ini ialah perkembangan sosial
3. Latihan teknis: Diberikan sesuai dengan minat, jenis kelamin dan kedudukan
sosial
4. Latihan moral: Dari kecil anak harus diberitahukan apa yang baik dan apa
yang tidak baik. Agar ia mengerti maka tiap-tiap pelanggaran disiplin perlu
disertai dengan hukuman dan tiap perbuatan yang baik perlu disertai hadiah
. Obat-obat psikotropika: Tioridazin, mellaril untuk remaja dengan perilaku
yang membahayakan diri sendiri.
. Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan
konsentrasi/gangguan hyperaktif.
. Antidepresan: Imipramin, tofranil
. Karbamazepin (Tegrevetol) dan propanolol (Inderal)
PENCEGAHAN
PRIMER
o Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
umum tentang retardasi mental
o Usaha terus menerus dari profesional bidang kesehatan untuk menjaga
dan memperbaharui kebijaksanaan kesehatan masyarakat
o Aturan yang memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak yang
optimal Konseling keluarga dan genetik membantu menurunkan insidensi
retardasi mental dalam keluarga dengan riwayat gangguan genetik
retardasi mental
SEKUNDER
Diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural,
kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu cepat, dapat dibuka
dengan kraniotomi; pada mikrosefali yang kogenital, operasi tidak
menolong). Penyakit metabolik dan endokrin yang menurun seperti Phenil
Keton Uria (PKU), hipertiroidisme bisa diobati secara efektif pada stadium
dini
TERSIER
Pendidikan pasien atau latihan khusus, disalurkan ke Sekolah Luar Biasa
(SLB) yang sesuai. Bagi yang gelisah, hiperaktif atau destruktif dapat diberi:
Methylphenidate diberi pagi hari dengan dosis tergantung berat badan dan
dimulai dengan dosis yang rendah sampai mencapai dosis maksimum
PROGNOSIS
Retardasi mental yang diketahui penyakit dasarnya,
biasanya prognosisnya baik. Tetapi pada umumnya sukar
untuk menemukan penyakit dasarnya. Anak dengan
retardasi mental ringan, dnegan kesehatan yang baik,
tanpa penyakit kardiorespirasi pada umumnya harapan
hidupnya sama dnegan orang normal. Tetapi sebaliknya
pada retardasi mental yang berat dengan masalah
kesehatan dan gizi, sering meninggal pada usia muda.
2. Anjuran
Asupan Gizi bagi
Anak & Remaja
JENIS-JENIS GIZI
YANG DIANJURKAN
Air
Protein
Karbohidrat
Lemak
Vitamin A
Vitamin B: Thiamin, ribovlafin, niasin, asam pentanoat,
piridoksin, asam folat, kobalamin
Vitamin C
Vitamin D
Vitamin E
Vitamin K
Mineral-mineral, seperti: Kalsium, kalium, natrium, klorida,
fluorin, iodium, besi, magnesium, fosfor
KEBUTUHAN ASUPAN
GIZI YANG
DIANJURKAN
ANAK BAYI
Kalori:
100-120 per kilogram berat badan.Bila berat badan bayi 8
kilogram maka kebutuhannya: 8 x 100 /120 = 800/960 kkal.
Protein:
1,5-2 gram per kilogram berat badan. Bilaberat badan
bayi8 kilogram maka kebutuhannya 8 x 1,5/2 = 12/16 : 4 =
3/4 gram.
Karbohidrat:
50-60 persen dari total kebutuhan kalori sehari. Bila
kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 50%-nya = 400 : 4
= 100 gram.
Lemak:
20 persen dari total kalori. Bila kebutuhan kalori sehari 800
kkal, maka 20%-nya = 160 : 40 = 40 gram.
KEBUTUHAN ASUPAN
GIZI YANG
DIANJURKAN
REMAJA
Uraian
Perempuan
13- 15 th 16 19
th
Energi(kcal) 2100
2000
Protein(g)
62
51
Kalsium(mg) 700
600
Besi(mg)
19
25
Vit.A(RE) 500
500
Vit.E(mg) 8
8
VitB1(mg) 1,0
1,0
VitC(mg) 60
60
Folat(mg)
130
150
20 - 45
th
2200
48
600
26
500
8
1,0
60
150
Laki laki
13 - 15 16 - 19
th
th
2400
2500
64
66
700
600
17
23
600
700
10
10
1,0
1,0
60
60
125
165
20 - 45
th
2800
55
500
13
700
10
1,2
60
170
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
DAFTAR
PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Pedoman Pemeriksaan Kemampuan
Fungsional
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Pedoman Pelaksanaan
Manajemen
Harold Kaplan & Benyamin Sadock. (2008). Synopsis Psikiatri jilid 2. Jakarta.
Karisma.
Hurlock, E.B. (2007). Perkembangan Anak jilid 1. Jakarta. Gramedia.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. (2000). Fiqih Bayi. Jakarta. Fikr Rabbani Group.
Moersintowati. B, Narendra. (2008). Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan
Remaja edisi 1. Jakarta. Sagung Seto.
Nelson, Behrman, Kliegman, Arvin. (1999). Ilmu Kesehatan Anak jilid 1 Edisi 15.
Jakaerta. EGC.
Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa edisi ke 5 (PPDGJ-V). 2005.
Departemen Kesehatan RI.
Penyandang Cacat untuk Sekolah dan Melamar Kerja. (2009). Jakarta.
Sekolah Khusus Tunanigra (SLB-C). (2008). Jakarta.
Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta. Departemen Pendidikan
Nasional.
Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. EGC.
Toback C. Mental Retardation in Physilogical Handbook: A guidline for pediatric
st