Anda di halaman 1dari 19

Referat

Gangguan Obsesif Kompulsif


(Obsessive CompulsiveDisorder)

Pembimbing
dr. Laila Sylvia Sari, Sp.KJ

Oleh
Dani Adrian

KKS Ilmu Kesehatan Jiwa


RSUD Embung Fatimah Batam
Batam
2016
Tinjauan Pustaka
Gangguan Obsesif Kompulsif
(Obsessive CompulsiveDisorder
Definisi
Gangguan obsesif kompulsif adalah gangguan
cemas, dimana pikiran seseorang dipenuhi oleh
gagasan-gagasan yang menetap dan tidak
terkontrol, dan ia dipaksa untuk melakukan
tindakan tertentu berulang-ulang, sehingga
menimbulkan stress dan mengganggu fungsinya
dalam kehidupan sehari-hari
Obsesi adalah pikiran-pikiran, bayangan-bayangan
atau dorongan-dorongan intrusive dan kebanyakan
tidak masuk akal yang dicoba ditolak atau
dieliminasi oleh individu
kompulsi adalah pikiran-pikiran atau tindakan-
tindakan yang digunakan untuk menekan obsesi
dan membuat individu merasa lega
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi gangguan obsesif kompulsif pada
populasi umum diperkirakan adalah 2 sampai
3 persen
Untuk orang dewasa, laki-laki dan perempuan
sama mungkin terkena, tetapi untuk remaja,
laki-laki lebih sering terkena gangguan
obsesif-kompulsif dibandingkan perempuan.
Usia onset rata-rata adalah kira-kira 20 tahun
ETIOLOGI
1. Aspek Biologis
a. Neurotransmiter
b. Genetik
2. Faktor Perilaku : stimuli yang dibiasakan.
3. Faktor Psikososial
a. Faktor kepribadian
b. Faktor psikodinamika
Tiga mekanisme pertahanan psikologis utama yang
menentukanbentuk dan kualitas gejala dan sifat karakter
obsesif-kompulsif; isolasi, meruntuhkan (undoing), dan
pembentukan reaksi.
c. Ambivalensi adalah akibat langsung dari perubahan
dalam karakteristik kehidupan impuls
d. Pikiran magis adalah regresi yang mengungkapkan cara
pikiran awal, ketimbang impuls.
Diagnosis
Kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif-kompulsif menurut DSM IV:
1. Salah satu obsesi atau kompulsi
Obsesi seperti yang didefinisikan sebagai berikut:
Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan yang rekuren dan

persisten yang dialami, pada suatu saat dimana selama


gangguan, sebagai intrusif dan tidak sesuai, dan menyebabkan
kecemasan dan penderitaan yang jelas.
Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan tidak semata-mata

kekhawatiran yang berlebihan tentang masalah kehidupan yang


nyata.
Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran,

impuls, atau bayangan-bayangan tersebut untuk mentralkannya


dengan pikiran atau tindakan lain.
Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan-

bayangan obsesional adalah keluar dari pikirannya sendiri( tidak


disebabkan dari luar seperti penyisipan pikiran).
Kompulsi seperti yang didefinisikan sebagai berikut:
a. Perilaku (misalnya, mencuci tangan,
mengurutkan, memeriksa) atau tindakan mental
(misalnya berdoa, menghitung, mengulangi kata-
kata dalam hati) yang berulang yang dirasakannya
mendorong untuk melakukannya sebagai respon
terhadap suatu obsesi, atau menurut dengan aturan
yang harus dipatuhi secara kaku.
b. Perilaku atau tindakan mental ditujukan untuk
mencegah atau menurunkan penderitaan atau
mencegah suatu kejadian atau situasi yang
menakutkan, tetapi perilaku atau tindakan mental
tersebut tidak dihubungkan dengan cara yang
realistik dengan apa mereka dianggap untuk
menetralkan atau mencegah, atau jelas berlebihan.
2. Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan,
orang telah menyadari bahwa obsesi atau kompulsi
adalah berlebihan atau tidak beralasan. Catatan: ini
tidak berlaku bagi anak-anak
3. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan
yang jelas, menghabiskan waktu (menghabiskan
lebih dari satu jam sehari), atau secara bermakna
mengganggu rutinitas normal orang, fungsi
pekerjaan (atau akademik), atau aktifitas atau
hubungan sosial yang biasanya.
4. Jika terdapat gangguan aksis I lainnya, isi obsesi
atau kompulsi tidak terkait dengan gangguan
tersebut
5. Tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat
(misalnya obat yang disalahgunakan, medikasi)
atau kondisi medis umum.
Lanjutan
Kondisi Khusus jika:
Dengan tilikan buruk:jika selama sebagian
besar waktu selama episode terakhir, orang
tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsi
adalah berlebihan atau tidak beralasan.
Pedoman diagnosis menurut PPDGJ III:
a. Untuk menegakkan diagnosis pasti, gejala-gejala obsesif
atau tindakan kompulsif, atau kedua-duanya, harus ada hampir
setiap hari selama sedikitnya dua minggu berturut-turut.
b. Hal tersebut merupakan sumber penderitaan (distress) atau
mengganggu aktivitas penderita.
c. Gejala-gejala obsesif harus mencakup hal-hal berikut:
Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendiri.
Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak
berhasil dilawan, meskipun ada lainnya yang tidak lagi
dilawan oleh penderita.
Pikiran untuk melakukan tindakan tersebut di atas bukan
merupakan hal yang memberi kepuasan atau kesenangan
(sekedar perasaan lega dari ketegangan atau anxietas,
tidak dianggap sebagai kesenangan seperti dimaksud di
atas.
Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus
merupakan pengulangan yang tidak menyenangkan
(unpleasantly repetitive)
Lanjutan...
Dalam berbagai situasi dari kedua hal tersebut, meningkat
atau menurunnya gejala depresif umumnya dibarengi
secara paralel dengan perubahan gejala obsesif. Bila
terjadi episode akut dari gangguan tersebut, maka
diagnosis diutamakan dari gejala-gejala yang timbul lebih
dahulu.
Diagnosis gangguan obsesif kompulsif ditegakkan hanya
bila tidak ada gangguan depresif pada saat gejalobsesif
kompulsif tersebut timbul. Bila dari keduanya tidak
adayang menonjol, maka baik menganggap depresi
sebagai diagnosis yang primer. Pada gangguan menahun,
maka prioritas diberikan pada gejala yang paling bertahan
saat gejala yang lain menghilang.
e. Gejala obsesif sekunder yang terjadi pada gangguan
skizofrenia, sindrom Tourette, atau gangguan mental
organk, harus dianggap sebagai bagian dari kondisi
tersebut.
Klasifikasi
F42.0 Predominan Pikiran Obsesif atau
Pengulangan
F42.1 Predominan Tindakan Kompulsif
( obsesional ritual)
F42.2 Campuran Pikiran dan Tindakan Obsesif
F42.8 Gangguan Obsesif Kompulsif Lainnya
F42.9 Gangguan Obsesif Kompulsif YTT.
Gambaran Klinis
Obsesif dan kompulsi memiliki ciri tertentu secara umum:
1. Suatu gagasan atau impuls yang memaksakan dirinya secara
bertubi-tubi dan terus-menerus ke dalam kesadaran seseorang.
2. Suatu perasaan ketakutan yang mencemaskan yang
menyertai manifestasi sentral dan seringkali menyebabkan
orang melakukan tindakan kebalikan melawan gagasan atau
impuls awal.
3. Obsesi dan kompulsi adalah asing bagi ego (ego-alien), yaitu
dialami sebagai suatu yang asing bagi pengalaman seseorang
tentang dirinya sendiri sebagai makhluk psikologis.
4. Tidak peduli bagaimana jelas dan memaksanya obsesi atau
kompulsi tersebut, orang biasanya menyadarinya sebagai
mustahil dan tidak masuk akal.
5. Orang yang menderita akibat obsesi dan kompulsi biasanya
merasakan suatu dorongan yang kuat untuk menahannya.
Lanjutan..

Gangguan obsesif-kompulsif memiliki empat


pola gejala yang utama
1. Kontaminasi
2. Sikap Ragu- ragu yang patologik
3. Pikiran yang intruktif
4. Simetri
PENATALAKSANAAN
1.Farmakoterapi
a. Penggolongan
Obat Anti-obsesif kompulsif trisiklik
Contoh: Clomipramine.
Obat Anti-obsesif kompulsif SSRI (Serotonin
Reuptake Inhibitors)
Contoh: Sertraline, Paroxetine, Fluvoxamine,
Fluoxetine, Citalopram.
2.
Exposure and Response Prevention
3. Terapi Keluarga (Family therapy)
4. Terapi perilaku (Behavior therapy)

Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Lebih dari setengah pasien dengan gangguan


obsesif kompulsif memiliki onset gejala yang
tiba-tiba. Kira-kira 50 sampai 70 persen
pasien memiliki onset gejala setelah suatu
peristiwa yang menyebabkan stres, seperti
kehamilan, masalah seksual, dan kematian
seorang sanak saudara.
Kira-kira 20 sampai 30 persen pasien dengan
gangguan obsesif kompulsif memiliki
gangguan depresif berat, dan bunuh diri
adalah risiko bagi semua pasien dengan
gangguan obsesif kompulsif.
Suatu prognosis buruk dinyatakan oleh
mengalah (bukannya menahan) pada
kompulsi, onset pada masa anak-anak,
kompulsi yang aneh (bizzare), perlu perawatan
di rumah sakit, gangguan depresif berat yang
menyertai, kepercayaan waham, adanya
gagasan yang terlalu dipegang (overvalued)-
yaitu penerimaan obsesi dan kompulsi, dan
adanya gangguan kepribadian (terutama
gangguan kepribadian skizotipal).
Prognosis yang baik ditandai oleh penyesuaian
sosial dan pekerjaan yang baik, adanya
peristiwa pencetus, dan suatu sifat gejala
yang episodik. Isi obsesional tampaknya tidak
berhubungan dengan prognosis
Daftar Pustaka
Fausiah, F & Widury, J. 2007. Psikologi Abnormal Klinis Dewasa. Jakarta: UI-Press
Durand, V. Mark dan David H. Barlow. 2006. Intisari Psikologi Abnormal. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Kaplan, H.l dan Saddock B.J. 1993. Comprehensive Textbook of Psychiatry vol.2 6th edition. USA:
Williams and Wilikins Baltimore
Nevid, S. Jeffrey, Spencer, A. R & Beverly G. 2005. Psikologi Abnormal jilid 1. Jakarta: Erlangga
Maslim, Rusdi. 2003. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III. Jakarta: Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.
Pinzon, R. 2006. Tatalaksana Farmakologis. Gangguan Spektrum Autistik:Telaah Pustaka Kini. Dexa
Media. Jurnal Kedokteran dan Farmasi, No.4, vol.19, ISSN 0215-7551, hal. 169-172.
Maramis WF, Maramis AA. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. 2rd rev. ed. Surabaya: Airlangga University
Press; 2009, 312-313 p.
Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication). 3rd rev. ed.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK UNIKA Atmajaya; 2001, 47-48 p.
Tomb DA. Buku Saku Psikiatri (Psychiatry). 6th rev. ed. Nasrun MWS, translator. Yogyakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2004, 238-239 p.
National Colaborating Centre for Mental Health, National Institute for Health and Clinical Excellence.
Obsessive-Compulsive Disorder: Core interventions in the treatment of obsessive-compulsive
disorder and body dysmorphic disorder. National Clinical Practice Guideline. 2006; 31: 19-20
Kaplan, H.l dan Saddock B.J. 2004. Buku Ajar Psikiatri Edisi.2 Cetakan 2013. USA: Buku Kedokteran
EGC. Hal 247-251.
Suryaningrum Cahyaning, Cognitive Behavior Therapy (CBT) Untuk Mengatasi Gangguan Obsesif
Kompulsif. jurnal Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang. Vol. 01, No.01, Januari 2013
Marlina, S. Mahajudin. 1995. Gangguan Obsesif-Kompulsif. Tinjauan Gejala dan Psikodinamika. Jurnal
Anima, vol X, No.40, hal.44-71.

Anda mungkin juga menyukai