Anda di halaman 1dari 37

PENURUNAN KESADARAN EC

SUSP MENINGOENSEFALITIS
Oleh :
Ayu Indira Puspita
G1A215028

Pembimbing :
dr. Alfindra Tamin, Sp.S
No Masalah Aktif Tanggal Masalah Tanggal
Pasif
1. Penurunan 1 Januari 2017 Sariawan 5 Januari
Kesadaran 2017
2. Kejang 1 Januari 2017
3. Demam 29 Desember 2016

KELUHAN Pasien mengalami


UTAMA penurunan
kesadaran 1 hari
SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang

Lokasi : Kepala
Kronologis: Pasien di bawa oleh keluarga ke Rumah Sakit
Umum Raden Mattaher jambi dengan keluhan tidak sadar kan
diri 1 hari SMRS. Keluhan diawali saat 3 hari SMRS pasien
mengalami demam tinggi kemudian pasien sempat berobat ke
puskesmas terdekat kemudian diberikan obat penurun panas.
Namun selama 3 hari minum obat keadaan demam pasien turun.
Kemudian 1 hari sebelum masuk rumah sakit, demam kembali
meningkat. Menurut keluarga pasien, saat demam tinggi, pasien
sempat kejang diseluruh anggota tubuhnya dengan lama kejang
< 10 menit pada jam 2 siang. Pasien tidak sadarkan diri ketika
kejang terjadi. Setelah itu, pasien menjadi sukar untuk diajak
berkomunikasi. Pasien mengeluh sakit kepala, kepala terasa
berdenyut dan sakitnya terus-terusan dan Saat demam pasien
mengeluh adanya mual setiap kali habis makan. Kejang
berulang beberapa kali hingga kejang terakhir pada jam 8
malam dan menyebabkan kesadaran pasien menurun. Kemudian
pasien di bawa ke RS umum KH. Daud Arif dan langsung di
rujuk ke RSU Raden Mattaher. Pasien juga mengalami kesulitan
BAB sejak 2 minggu SMRS. BAK tidak ada kesulitan, muntah
(-), batuk lama (-), batuk darah (-),riwayat trauma (-).
Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit yang sama sebelumnya di sangkal


Riwayat penyakit hipertensi (-)
Riwayat kontak dengan penderita TBC (-)
Riwayat TBC (-)
Riwayat penyakit diabetes melitus disangkal
Riwayat trauma kepala disangkal
Riwayat penyakit keluarga

Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami


keluhan yang sama seperti pasien.
Riwayat TBC disangkal, Hipertensi disangkal
Diabetes melitus disangkal

Riwayat social, ekonomi, pribadi

Pasien seorang laki-laki. Pasien sudah menikah dan mempunyai 1

orang anak. Sehari hari pasien bekerja sebagai petani. Pasien

berobat menggunakan BPJS.


Data Objektif

Status Present (1 Januari 2017)


Kesadaran : Apatis, GCS: 9 E:3 M:5 V: 1
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 87 x/menit
Suhu : 38,4 oC
Respirasi : 20 x/menit
Status Internus

Kepala : Mata : CA-/-, SI -/-,


Pupil : isokor, refleks cahaya (+)
THT : tonsil T1-T1, faring hiperemis (-), sariawan (+)
Leher : Kelenjar thyroid tidak membesar, KGB tidak membesar,
tidak ada deviasi trakhea
Dada : Simetris, tidak ada retraksi
Jantung:
Inspeksi : Ictus cordis tampak pada SIC V, 2 jari medial LMC sinistra
Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIC V, 2 jari medial LMC sinistra,
tidak kuat angkat
Perkusi : Batas kiri atas SIC II LPS sinistra
Batas kiri bawah SIC V LMC sinistra
Batas kanan atas SIC II LPS dextra
Batas kanan bawah SIC IV LPS dextra
Auskultasi : BJ I/II reguler, bising (-), gallop (-), murmur (-)
Paru :
Inspeksi : simetris, retraksi (-/-),ketinggalan gerak (-/-)
Palpasi : fokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Paru kanan sonor = paru kiri
Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan
whezzing (-/-), Ronkhi (-/-)

Perut :
Inspeksi : datar, luka operasi (-), darm contur (-)
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), tak teraba massa, hepar
lien tidak teraba
Perkusi : tymphani di seluruh lapang abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) N

Alat kelamin : tidak diperiksa


Ekstremitas : akral hangat, edema (-/-)
Status Psikitus

Cara berpikir : Sulit dinilai


Perasaan hati : Sulit dinilai
Tingkah laku : Sulit dinilai
Ingatan : Sulit dinilai
Kecerdasan : Sulit dinilai
Status Neurologikus
Diagnosa Klinis : Penurunan Kesadaran
Diagnosa Topis : Meningen, Parenkim Otak
Diagnosa Etiologi :
Susp. Meningoensefalitis
Susp. Meningitis Bakterial
Medikamentosa:
O2 10 L/menit
Pasang NGT
Pasang kateter
IVFD RL 20 gtt/menit
inj. Ceftriaxone 2x 2gr
Parasetamol Fles 3x1500mg bila demam
inj. Dexametason 3x 2amp
Kandistatin drop

Diet cair parenteral: 6 x 200cc


Anjuran: - Cek darah lengkap
- Pungsi Lumbal

PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad Malam
Quo ad fungsionam: dubia ad malam
Quo ad sanam : dubia ad malam
Riwayat Perkembangan
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI MENINGENS DAN ENCEPHALON
MENINGOENCEPHALITIS
peradangan yang terjadi pada encephalon dan meningens.
Nama lain dari meningoencephalitis adalah cerebromeningitis,
encephalomeningitis, dan meningocerebritis

Etiologi :
Virus : Bunyaviridae, Paramyxoviridae, Togaviridae,

Morbilivirus, Arenaviridae, Picornaviridae, Rhabdoviridae,


Retroviridae, Adenovirus
Bakteri: Haemophilus influenza, Neisseria menigitidis,

Streptococcus pneumonia, Streptococcus grup B, Listeria


monocytogenes, Escherichia coli, Staphylococcus aureus,
Mycobacterium tuberkulosa
Parasit: Protozoa, Rickettsia, Helminthes

Fungi : Criptococcus neoformans, Coccidiodes immitis,


Histoplasma capsulatum , Candida species, Aspergillus
Paracoccidiodes
PATOFISIOLOGI
Bakteri masuk melalui :
peredaran darah sepsis atau berasal dari radang
fokal di bagian lain di dekat otak.
penyebaran langsung tromboflebilitis, osteomielitis,
infeksi telinga bagian tengah, dan sinus paranasales.
Mula-mula terjadi peradangan supuratif pada
selaput/jaringan otak. Proses peradangan ini
membentuk eksudat, trombosis septik pada
pembuluh-pembuluh darah, dan agregasi leukosit
yang sudah mati.
komplikasi luka tembus, dan kelainan
kardiopulmonal.
Meningoensefalitis yang disebabkan oleh virus terjadi
melalui virus-virus yang melalui parotitis, morbili,
varisela, dll. masuk ke dalam tubuh manusia melalui
saluran pernapasan.
Virus polio dan enterovirus melalui mulut, virus
herpes simpleks melalui mulut atau mukosa kelamin.
Virus-virus yang lain masuk ke tubuh melalui
inokulasi seperti gigitan binatang (rabies) atau
nyamuk.
Bayi dalam kandungan mendapat infeksi melalui
plasenta oleh virus rubela atau cytomegalovirus. Di
dalam tubuh manusia virus memperbanyak diri
secara lokal, kemudian terjadi viremia yang
menyerang susunan saraf pusat melalui kapilaris di
pleksus koroideus.
Cara lain ialah melalui saraf perifer atau secara
retrograde axoplasmic spread misalnya oleh
virus-virus herpes simpleks, rabies dan herpes
zoster. Di dalam susunan saraf pusat virus
menyebar secara langsung atau melalui ruang
ekstraseluler. Infeksi virus dalam otak dapat
menyebabkan meningitis aseptik dan ensefalitis
(kecuali rabies). Pada ensefalitis terdapat
kerusakan neuron dan glia dimana terjadi
peradangan otak, edema otak, peradangan pada
pembuluh darah kecil, trombosis, dan mikroglia.
PENDEKATAN DIAGNOSIS
DIAGNOSIS DAPAT DITEGAKKAN DENGAN:
1. Anamnesis
. <24 jam disertai trias meningitis: demam, nyeri kepala hebat
dan kaku kuduk.
. Mual muntah, fotofobia, kejang fokal atau umum, gangguan
kesadaran.

2. Pemeriksaan fisik dan Neurologis


Kesadaran bervariasi mulai dari iritabel, somnolen, delirium,
atau koma.
Suhu tubuh 38C
Infeksi ekstrakranial: sinusitis, otitis media, mastoiditis,
pneumonia
Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, Kernig, Brudzinski I
dan II
Peningkatan TIK: penurunan kesadaran, edema papil, refleks
cahaya pupil menurun, kelumpuhan N. VI, postur dserebrasi,
dan reflek Cushing (bradikardi, hipertensi, dan respirasi
ireguler)
Defisit neurologik fokal: hemiparesis, kejang fokal maupun
umum, disfasia atau afasia, paresis saraf kranial terutama N.
III, N. IV, N. VII, N. VIII.

3. Pemeriksaan Penunjang
Pungsi lumbal
EEG
Darah rutin
Biopsi Otak
MANIFESTASI KLINIS
Demam
Sakit kepala

Kekakuan leher

Vomiting

Diikuti oleh perubahan kesadaran, konvulsi, dan


kadang-kadang tanda neurologik fokal, tanda-
tanda peningkatan tekanan intrakranial atau
gejala-gejala psikiatrik
DIAGNOSIS BANDING
PENATALAKSANAAN
Cefotaxim 2gr IV per 4 jam
Ceftriaxon 2 gr IV per 12 jam

Vancomycin 750-1000mg IV per 12 jam

Durasi terapi antibiotik bergantung pada bakteri

penyebab, keparahan penyakit, dan jenis antibiotik


yang digunakan.
Meningitis meningokokal epidemik dapat diterapi
secara efektif dengan satu dosis ceftriaxone
intramuskuler sesuai dengan rekomendasi WHO.
Namun WHO merekomendasikan terapi antibiotik
paling sedikit selama 5 hari pada situasi
nonepidemik atau jika terjadi koma atau kejang
yang bertahan selama lebih dari 24 jam.
WHO merekomendasikan terapi antibiotik paling
sedikit selama 5 hari pada situasi nonepidemik
atau jika terjadi koma atau kejang yang
bertahan selama lebih dari 24 jam.
Terapi adjuvant deksametason baik diberikan
10-20 menit sebelum, atau bersamaan dengan
dosis prtama antimikroba, dengan dosis 0,15
mg/kgbb setiap 6 jam selama 2-4 hari.
Terapi ini direkomendasikan terutama pada
pasien meningitis dewasa akibat pneumococcus,
atau pada pasien dengan tingkat keparahan
sedang-berat (GCS 11).
Pengobatan meningitis tuberkulosis (MT)
The British Thoracic Society merekomendasikan
pengobatan (MT) mengikuti model kemoterapi
TB paru intensif dengan pemberian 4 obat
diikuti dengan 2 obat pada fase lanjutan.
Jika diagnosis dini MT meragukan, dapat
diberikan antibiotik spektrum luas (misalnya
seftriakson 2x2gr). Bila pungsi lumbal tidak
dapat segera dilakukan, dapat dilakukan
pengambilan darah untuk kultur sebelum
pemberian antibiotik.
Pemberian steroid masih kontroversial pada
pasien MT, namun beberapa pnelitian terakhir
menunjukkan peranan yang positif.
Cara Pemberian daksametason:

Minggu I : 0,4mg/kg/hari

Minggu II : 0,3mg/kg/hari
Minggu III : 0,2mg/kg/hari

Minggu IV : 0,1mg/kg/hari

Terapi deksametason dilanjut oral selama 4


minggu, dimulai dengan dosis 4mg/hari
kemudian diturunkan 1mg/minggu.
Penatalaksanaan Meningonsefalitis Viral
Dosis asiklovir digunakan selama 14-21 hari
yaitu 10mg.kg IV per 8 jam. Selain it u diberikan
kortikosteroid pasca ensefalits menggunakan
deksametason, dewasa: 10mg IV per 6 jam, anak
0,15 mg.kg IV per 6 jam.
PROGNOSIS
Umur :
Anak : Makin muda makin bagus prognosisnya
Dewasa : Makin tua makin jelek prognosisnya
Kuman penyebab
Lama penyakit sebelum diberikan

antibiotika
Jenis dan dosis antibiotika yang diberikan

Penyakit yang menjadi faktor predisposisi.


Ringan bisa dapat sembuh sempurna
walaupun proses penyembuhan memerlukan
waktu yang lama.
Berat dapat terjadi kerusakan otak dan saraf
secara permanen, dan biasanya memerlukan
terapi jangka panjang.
ANALISIS

Gejala
1. Meningitis
Demam (+)
Pada pasien ini Sakit kepala (+)
Demam (+) Kaku kuduk (+)
Sakit kepala(+) Mual dan muntah (+)
Kejang (+)
Kaku kuduk (+) Penurunan kesadaran (+)
Penurunan 2. Ensefalitis
Demam tinggi
kesadaran (+) Mual dan muntah
Kejang (+) Sakit kepala
Mual (+) Kaku kuduk
Penurunan kesadaran sampai
koma
Kejang
Pada pemeriksaan fisik pertama kali
GCS 9 (E3 M5 V1), TD 120/70 mmHg, nadi 87 x/menit,
suhu 38,4 oC respirasi 20x/menit.
Pada pemeriksaan kepala didapatkan kaku kuduk (+).
Pemerikasaan nervus kranialis sulit dinilai. Kekuatan
motorik dan sensibilita sulit dinilai.sedangkan
pemeriksaan refleks pada tanggal 8 januari 2017
didapatkan refleks patella, Achilles dan Tes kernig
positif.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan neurologis yang
dilakukan pada pasien didapatkan diagnosis klinis,
topis dan etiologi yang mengarah pada penurunan
kesadaran ec. Susp meningoenchepalitis. Pasien
didiagnosis etiologi yaitu Susp. Meningoensefalitis,
karena dari anamnesis terjadi penurunan kesadaran,
demam (+), kaku kuduk (+), kejang (+), apatis.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan neurologis yang
dilakukan pada pasien didapatkan diagnosis klinis, topis
dan etiologi yang mengarah pada penurunan kesadaran
ec. Susp meningoenchepalitis. Pasien didiagnosis etiologi
yaitu Susp. Meningoensefalitis, karena dari anamnesis
terjadi penurunan kesadaran, demam (+), kaku kuduk (+),
kejang (+), apatis.
Tatalaksana :
O2 10 L/menit, pasang NGT untuk mengurangi tekanan
intraabdomen, pasang kateter untuk mengetahui keseimbangan
input dan output cairan, inj. Ceftriaxone 2x 2gr merupakan
golongan sefalosporin yang mempunyai spectrum luas dan efektif
terhadap mikroorganisme gram positif dan negatif, parasetamol fles
3x1500mg bila pasien demam, dexametason 3x2amp sebagai
imunosupresan, pasien juga diberikan kandistatin drop untuk
mengatasi sariawan pasien.

Saat ini pasien masih berada di ruang perawatan RSUD Raden


Mattaher, kondisi klinis pasien belum membaik, kesadaran pasien
masih apatis, score GCS 9, kejang dan demam sudah tidak ada.
Edukasi dengan keluarga diperlukan agar keluarga pasien
mengetahui keadaan pasien saat ini.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai