Anda di halaman 1dari 61

Flow Cytometry

Presented By:

Achmad Marsam D. (5415221074)


Arum Oktavianti (5415221080)
Era Sri Agustin (5415221087)
Hafadhoh Arvyna (5415221094)
Ines Nur Hendriani (5415221100)
Misde Yola (5415221108)
Mudita (5415221109)
Putri Batenia S. (5415221112)
Sunamah (5415221118)
Supriyanto (5415221119)
Flow Cytometry
PENDAHULUAN
Flowcytometry adalah suatu teknik untuk menghitung dan menganalisa suatu
partikel mikroskropis, seperti sel dan kromosom, dengan menyiapkannya dalam
bentuk suspensi kemudian dialirkan dalam suatu aliran cairan dan melewatkannya
melalui suatu alat pendeteksi elektronik.

Flowcytometry juga dapat diartikan sebagai Metode pengukuran (metri) jumlah dan
sifat-sifat berbagai komponen selular (cyto) yang dibungkus oleh aliran cairan (flow)
melalui celah sempit yang ditembus oleh seberkas sinar laser

Pada tehnik ini, dapat dipergunakan sinar yang disebarkan dan yang mengalami
fluoresensi memiliki perbedaan panjang gelombang, dimana kemudian akan
terekam. Biasanya, sinar yang disebarkan pada dua sudut yang berbeda dan satu
hingga enam atau lebih sinar berfluorensensi dapat terukur dan bersifat
multiparameter yang dapat dikerjakan secara bersamaan, yaitu baik dengan
menganalisa sifat kimia dan/atau fisika dari beribu partikel per detik.
Sejarah perkembangan flow cytometry

Pada 1934, Moldavan pertama kali memperkenalkan alat hitung sel darah otomatik
dengan metode flow through. Kemudian, pada 1950 dikomersialkan alat dengan
metode impedansi, tetapi masih menggunakan pengenceran bahan di luar alat.
Sepuluh tahun kemudian, pengenceran tidak dilakukan di luar alat, tapi secara
otomatis.
Pada 1953, Crossland and Taylor memperkenalkan teknik penghitungan sel darah, di
mana sel dialirkan dalam saluran tunggal, menggunakan bahan cair sebagai laminar
sheat flow, dan sel diperiksa dengan metode pendar cahaya.
Pada 1965, diperkenalkan pengukuran sel dengan pendar cahaya yang ditangkap oleh
detektor di lebih dari satu sudut dan menggunakan sinar dengan intensitas kuat,
yaitu sinar laser. Sinar ini oleh sel itu dapat dipantulkan, dibias, bahkan tembus ke
dalam sel, sehingga dapat mendeteksi intrasel.
Metode flow cytometry terus berkembang dengan perkembangan elektrik komputer dan
reagen, termasuk digunakannya monoklonal antibodi. pengukuran dengan metode flow
cytometry menggunakan label fluoresensi, selain mengukur jumlah, ukuran sel, juga dapat
mendeteksi petanda dinding sel, granula intraselular, struktur intra sitoplasmik, dan inti sel.

Flow cytometry dengancell sorting(fluorescence activated cell sorter, FACS) memiliki


aplikasi dalam sejumlah bidang, termasuk biologi molekuler, patologi, imunologi, biologi
tanaman, dan biologi kelautan. Beberapa di antaranya, meliputi:

* Analisis dan pemisahan subpopulasi limfosit dengan menggunakan antibodi monoklonal


terhadap antigen permukaan yang diberi label dengan zat warna fluorokrom.
* Pemisahan limfosit yang memproduksi berbagai kelas imunoglobulin dengan menggunakan
antibodimonoklonal terhadap kelas dan subkelas Ig spesifik dan tipe L-chain.
* Memisahkan sel hidup dari sel mati.
* Analisis kinetik atau siklus sel dan kandungan DNA atau RNA

Kegunaan
Flow cytometry setidaknya memiliki keuntungan dengan tiga faktor utama, yaitu
multiparameter akuisisi data dan analisis data multivariate, kecepatan analisis sel, dan
kemampuan dalam penyortiran sel (Davey dan Douglas, 1996) :

Multiparameter akuisisi data dan analisis data multivariate


kombinasi dari pewarna dan eksitasi panjang gelombang memungkinkan estimasi multiple
determinan pada setiap sel, misalnya dapat dibedakan antara berbagai jenis sel dalam
populasi sel campuran atau menunjukkan hubungan antara variable seluler yang berbeda.

Kecepatan analisis sel


kombinasi konsentrasi sel dan laju aliran linear yang umumnya digunakan pada analisa
flow cytometry yaitu 100-1000 sel per detik.

* Kemampuan penyortiran sel


Data yang diperoleh dari pengukuran flow cytometry dianalisa dengan cukup cepat
sehingga perlu digunakan penyortiran sel untuk memisahkan atau membedakan sel dengan
sifat yang diinginkan.
Prosedur ini biasanya dikenal dengan fluorescence-activated cell sorting.

Keuntungan
Menurut Davey dan Douglas (1996) ada dua, yaitu biaya yang besar dan diperlukan
operator yang terampil untuk mendapatkan kinerja yang optimal. Hite dan Ann
(2001) menambahkan kelemahan metode flow cytometry adalah pengujian secara
subyektif, yaitu operator dapat menginterpretasi data dengan beberapa cara yang
berbeda.

Kerugian
* Setiap sel yang melewati berkas sinar laser akan menyebabkan sinar laser terpencar

(scattered) ke dua arah, yaituforward scatter(FSC) yang pararel dengan arah sinar dan side

scatter(SSC) yang arahnya tegak lurus pada arah sinar laser.

* Besarnya FSC berbanding lurus dengan atau menggambarkan volume atau ukuran sel; Sel

yang mati (walaupun penampakan mikroskopis sebaliknya), terlihat lebih kecil dibanding sel

hidup.

* AdapunSSC ditentukan oleh morfologi dan emisi sinar fluoresen yang dipancarkan oleh

fluorokrom yang digunakan untuk mewarnai sel.

* Sinyal-sinyal itu dikonversikan menjadi angka digital dan diperlihatkan pada suatu histogram
yang dapat dianalisis untuk memperoleh informasi tentang karakteristik sel bersangkutan.

Prinsip Dasar
Sumber: www.umassmed.edu
Hasil Pengamatan
Gambar: Analysis of a marine sample of photosynthetic picoplankton by flow cytometry showing three
different populations (Prochlorococcus, Synechococcus, and picoeukaryotes)
Flow Cytometer
Flowcytometer merupakan salah satu instrumen yang
menggunakan metode flow cytometry. Alat tersebut
memiliki kemudahan serta keunggulan dibanding
dengan cara konvensional. Selain dapat mengukur
berbagai macam karakteristik sel dalam waktu yang
cepat secara simultan, teknologi ini juga memiliki
ketepatan dan ketelitian yang tinggi

Flow cytometer pada dasarnya adalah mikroskop yang


dilengkapi dengan komponen yang berfungsi untuk
melalukan individu sel secara sekuensial melalui
berkas cahaya (laser) yang akan dianalisis. Komponen
penyusunnya terdiri atas tiga sistem, yaitu fluida,
optik, dan elektronik
Life Tech Attune NxT flow cytometer
Beckman Coulter Epics XL BD FACS Canto Flow Cytometer Spesifikasi
Flow Cytometer Modular designMultiple
Spesifikasi configurations availablethis one
Spesifikasi Two lasers for 6-colour has them all !
Single air-cooled laser design analysis Simplified sample prepNo wash,
Analyzes up to 4 colors of Cellular metabolism studies no lyse options, non-clogging
immunofluorescence DNA fluidics
Changeable filter elements analysis/ploidy/karyotyping Enables unique applications
Versatile research settings Cytotoxicity studies Complex protocols on a broad
Fitted with state-of-the-art Digital range of cell types and samples
Signal Processing (DSP) Customized 4-laser, 14-color
Drift-free amplification and system
compensation. Data at up to 35,000
events/second.
Beberapa Tipe Flowcytometer Detect particles with diameters
from 0.5 m to 50 m.
BD FACSCalibur Flow Cytometer BD Biosciences FACSCount Flow Cytometer
BD FACS Canto II Flow Cytometry
Spesifikasi Spesifikasi
system
Fixed optical assembly Easy to install set up and run
Optical coupling -uses whole blood Spesifikasi
Background rejection Reliable results independent 6-color 2-laser system (488 633 nm)
Forward scatter detector and filter of user training due to simple Fully integrated fluidics cart
Side scatter detector operation. BD FACSDiva software
Fluorescence detectors and filters Results produced are BD FACSCanto clinical software
Forward and side scatter sensitivity objective and require no Variety of options - call GMI for
Forward and side scatter resolution interpretation of subjective specifics
analysis.
Sistem Sistem Sistem
Fluida Optik Elektronik

Komponen Penyususn
Sistem fluida mengarahkan sel melalui cahaya
(laser) untuk dianalisis, terdiri darisheath
fluiddan central channel.

Sistem fluida menggunakan PRINCIPLE OF


HYDRODYNAMIC FOCUSING

Tenaga hidrodinamikmengakibatkan sel satu per


satu melewaticentral channel. Fluida merupakan
bagian yang paling sensitif pada flow cytometer.

High Flow Rate - Immunophenotyping analysis of


cells
Sistem Fluida Low Flow Rate - DNA Analysis
Sistem optik terdiri atas laser sebagai sumber cahaya dan mengeksitasi (fluorokrom) sel
dalam aliran sampel, serta filter optik untuk mengarahkan sinyal cahaya yang
dihasilkanke detektor yang sesuai.

2 hal yang penting pada Pengukuran sel pada flow cytometer yaitu prinsip pendar
cahaya (light scattering) dan memisi cahaya (fluoresensi).

Prinsip light scattering adalah metode di mana sel dalam suatu aliran melewati celah di
mana berkas cahaya difokuskan ke sel (sensing area). Apabila cahaya tersebut mengenai
sel, akan dihamburkan, dipantulkan, atau dibiaskan ke semua arah.

Sistem Optik
Beberapa detektor yang diletakkan pada sudut-sudut tertentu akan menangkap
berkas-berkas sinar sesudah melewati sel. satu detektor diletakkan berhadapan
dengan sumber sinar (FSC), beberapa diletakkan dengan membentuk sudut
(SSC), dan detektor fluoresen.

FSC (forward scatter) berkorelasi dengan volume atau ukuran sel, sedangkan
SSC (side scatter) berhubungan dengan kompleksitas bagian dalam partikel,
seperti ukuran nukleus, tipe granula sitoplasma, dan kekasaran membran
plasma.
Deteksi sinyal dilaksanakan dengan menggunakan kombinasi photomultiplier
(cathode-ray) dan rangkaian elektronika. Sinyal yang dibangkitkan oleh setiap sel
pada dasarnya merupakan oscilloscope trace. Dengan melakukan integrasi sinyal
ini, akan dihasilkan suatu nilai numerik bagi fluoresensi maupun nilai SSC
Untuk identifikasi dengan Flow Cytometer, dapat digunakan berbagai zat pewarna fluorokrom.

Berikut beberapa fluorokrom yang sering digunakan dalam flow cytometry:


Emisi Cahaya (fluoresensi)
Menyerap energi dari sinar laser dan melepaskan energi yang diserap pada panjang
gelombang yang lebih panjang.
foton dipancarkan melalui lensa pengumpul dan dipecah serta mengarahkan ke
saluran tertentu dengan menggunakan filter.
Cahaya dapat dibagi ke dalam panjang gelombang tertentu dalam rangka untuk
mengukur dan menghitung. Hal ini dilakukan dengan filter.
Sistem filter memastikan bahwa setiap photodetector menerima pita dari berbagai
panjang gelombang.
filter optik dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menyerap atau memantulkan
beberapa panjang gelombang cahaya, saat transmisi yang lain.
Jenis filter
1. Long Pass 2. Short Pass
3. Band Pass 4. Dichroic
Mengirimkan semua panjang gelombang yang lebih besar dari panjang
gelombang tertentu
Contoh: 500LP akan mengirimkan semua panjang gelombang yang
lebih besar dari 500 nm

Long Pass
Mentransmisikan semua panjang gelombang kurang dari panjang gelombang
tertentu
Contoh: 600SP akan mengirimkan semua panjang gelombang kurang dari
600nm.

Short Pass
* Mentransmisikan pita spesifik dari panjang gelombang
* Contoh: 550 / 20BP Filter akan mengirimkan panjang gelombang
cahaya antara 540Nm dan 560nm (550/20 = 550 +/- 10, tidak 550 +/-
20)

Band Pass
Long pass atau short pass filter
Ditempatkan pada 45 sudut datang
Sebagian dari cahaya yang dipantulkan pada 90 , dan sebagian
dari cahaya yang ditransmisikan dan terus berlanjut.

Dichroic
Foto detektor mengkonversi foton untuk impuls listrik.
Dua jenis umum dari detektor yang digunakan dalam Flow cytometry:
1. photodiode
digunakan untuk sinyal yang kuat, ketika kejenuhan adalah masalah potensial (misalnya,
FSC).

2. tabung photomultiplier (PMT)


lebih sensitif daripada fotodiode tapi bisa dihancurkan oleh paparan terlalu banyak
cahaya.
digunakan dalam SSC dan sinyal fluorescent.
*Sistem elektronik berfungsi
untukmendeteksi cahaya dan mengubahnya
ke bentuk sinyal digital. Data yang dihasilkan
oleh flow cytometer dapat diplot dalam satu
dimensi, untuk menghasilkan histogram atau
dalam dua dimensi plot titik, atau bahkan
dalam tiga dimensi. Plot sering dibuat pada
skala logaritmik, karena emisi pewarna
fluoresen yang berbeda
*Data akumulasi menggunakan flow cytometer
dapat dianalisis menggunakan perangkat
lunak komputer, seperti WinMDI Flowjo, FCS
Ekspres, VenturiOne, CellQuest Pro, atau
Cytospec.

Sistem Elektronik
Sumber: www.mpi-bremen.de

Sistem pada flow cytometry secara keseluruhan


Metode Analisis
Data yang dihasilkan oleh flow cytometers dapat diplot dalam
satudimensi, untuk menghasilkanhistogram , atau dalam dua-
dimensi plot titik atau bahkan dalam tiga dimensi.

Daerah di plot ini dapat dipisahkan secara berurutan,


berdasarkan intensitas fluoresensi, dengan menciptakan
serangkaian ekstraksi subset, disebut gating/gerbang

Plot sering dibuat pada skala logaritmik.Karena emisi pewarna


fluorescent yang berbeda dan tumpang tindih pada spektrum

gating
Identifikasi
membantu sistem berpotensi secara otomatis
menemukan populasi langka dan tersembunyi pada sampel yang
dimasukan.

Analisis Komputasi
Contoh Prosedur Preparasi
Sampel untuk Flowcytometry
Contoh Aplikasi Dan Beberapa
Penelitian Dengan Flow Cytometry
Uji fungsi neutrofil merupakan parameter penting dalam menganalisis
respon imun seluler nonspesifik.

Pengujian ini dapat dilakukan dengan cara uji fagositosis partikel bakteri
dan uji aktivitasphagocyte respiratory burstmenggunakan metode flow
cytometry. Prinsip uji fagositosis adalah menganalisis jumlah neutrofil
yang mengandung bakteri berlabel yang diberikan

Uji Fungsi Neutrofil


Analisa ploidi tanaman dapat dilakukan dengan menggunakan flow cytometry.
Sampel dapat berupa jaringan daun tanaman yang kemudian dilisiskan dalam
larutan buffer pelisis dan DAPI (4,6-diamidino-2-phenylindole). Selanjutnya
larutan difiltrasi untuk memisahkan debris. Filtrat kemudian dideteksi kandungan
DNA-nya dengan flow cytometry.

Ploidi dari tanaman ditentukan dengan mengamati peak atau puncak yang
ditunjukkan pada layar monitor.

Analisis DNA
(Analisa status ploidi tanaman)
Monitoring status imunologi pada infeksi HIV bisa dilakukan
dengan metode flow cytometry. Pemeriksaan menggunakan flow
cytometer yang berbasis flow cytometry merupakan
pemeriksaan yang paling baik untuk limfosit T helper/inducer
(CD4+) atau limfosit T supressor/cytotoxic (CD8+).

Monitoring penderita terinfeksi virus HIV


(Pengukuran limfosit T)
Penggunaan teknik flow cytometry adalah untuk menentukan titer serum
antibodi setelah proses Penyaringan produksi antibodi tikus serum antibodi
pada darah tikus itu dinilai setelah beberapa minggu imunisasi. Fusi sel
dapat dilakukan bila titer antibodi sudah tinggi jika titer masih rendah
maka harus dilakukan booster sampai respons yang adekuat tercapai.
Pembuatan sel hybridoma secara in vitro diambil dari limpa tikus yang
dimatikan

Proses Pembuatan Antibodi


Monoklonal
Flow cytometry dapat mengkarakterisasi sel tunggal stem cell dari mesenchymal stem cells
(MSC), hematopoietic stem cells, neural stem cells (NSC), very small embryonic-like stem
cells (VSEL), dan induced pluripotent stem cell (iPSC).
Dalam kaitannya dengan terapi stem cell, aplikasi penggunaan flow cytometry sangat
dibutuhkan mulai dari sebelum transplantasi untuk mengetahui kecocokan antibodi HLA, dan
memonitoring antibodi setelah dilakukannya transplantasi.
Selain itu flow cytometry penting dalam pemeriksaan jumlah CD34+ baik CD34+ dari stem
cell sumsum tulang belakang (bone marrow), darah tepi (peripheral blood), maupun darah
tali pusat (cord blood).
Pengukuran CD34+ penting dilakukan untuk menentukan waktu yang tepat dilakukannya
transplantasi dan untuk mengetahui viabilitas (kemampuan hidup sel) stem cells. Berdasarkan
penelitian, jumlah CD34+ mempengaruhi kesuksesan dari transplantasi dan lamanya waktu
pemulihan dari hemapoeiteik (proses pembentukan dan perkembangan sel-sel darah) untuk
itu aplikasi penggunaan flow cytometry dalam terapi stem cell sangat dibutuhkan.
Dalam meningkatkan kualitas, baik pada pengembangan riset maupun pada akurasi
pengukuran CD34+, ProSTEM telah menggunakan alat flow cytometry dimana analisisnya
menggunakan platform tunggal sesuai dengan panduan internasional International Society of
Hematotherapy and Graft Engineering (ISHAGE)

Stem Cell
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT PETAI (Parkia speciosa Hassk) PADA
MENCIT Balb/c SEBAGAI OBAT ANTI-INFLAMASI RHEUMATOID ARTHRITIS
Aktivasi dari sel T berpengaruh terhadap penyakit RA. Hal ini dikarenakan sel T
berperan pada inflamasi, aktifasi fagositosis makrofag, aktivasi dan proliferasi sel
B dalam produksi antibodi. Sel T yang terpajan dengan kompleks antigen MHC dan
dipresentasikan APC akan berkembang menjadi subset sel T berupa CD4+ dan
CD8+. Sel CD4+ ini akan berkembang menjadi subset sel Th1 atau Th2 dan
mensintesis sitokin yang mengaktifkan fungsi sel imun lain seperti sel CD8+. Sel T
CD8+ yang keluar dari timus atau CTL/Tc dapat juga menghancurkan sel terinfeksi
bakteri intraseluler
Risiko imun ditandai dengan ratio CD4:CD8 < 1, lemahnya proliferasi sel T in vitro,
peningkatan jumlah sel-sel CD8+CD28-, dan sedikitnya jumlah sel B (Sucio-Foca, et
all., 2003). Perhitungan jumlah sel T dapat digunakan Flow Cytometry

Sumber: Penelitian mahasiswa Universitas Brawijaya


Penyiapan sampel

Spleen diletakkan pada cawan petri dan digerus dalam PBS. Sampel spleen
disaring menggunakan wire. Homogenat ditampung dalam propilen hingga
mencapai volume 10 ml dan disentrifugasi pada kecepatan 2500 rpm, suhu 4C
selama 5 menit. Pelet kemudian ditambah PBS 1 ml dan dihomogenkan.
Homogenat kedua kemudian diambil 50 l dan diletakkan dalam mikrotube berisi
500 l PBS untuk disentrifugasi kembali. Supernatan dibuang, pelet yang ada
kemudian ditambah 50 l larutan antibodi (Anti CD-4 dan Anti CD-8).

Pelet yang telah distaining dengan antibodi diresupensi dengan 300 l PBS, lalu
dimasukkan dalam kuvet dan dirunning pada alat BD FACS Calibur TM
flowcytometer. Jumlah sel relatif yang diperoleh dari analisis flowcytometry
akan digunakan untuk menghitung jumlah absolut sel. Data yang diperoleh
dianalisa dengan software CellQuest dan diuji dengan analisa statistik ANOVA
( Analysis of Variance) dengan P < 0,05.
Hasil Analisis Flowcitometry
Seluruh mencit yang diberi perlakuan masih dalam keadaan sehat, berdasarkan hasil analisis
Flowcitometry yang diperoleh. Presentase jumlah relatif sel CD4+ menunjukkan hasil yang berbeda
jika dibandingkan dengan persentase jumlah relatif sel CD8+ (Gambar 2. (a)).Rata-rata persentase
jumlah relatif sel CD4+ yang paling tinggi diperoleh dari perlakuan dengan dosis ekstrak kulit petai
25mg/kgBB, sedangkan jumlah relatif sel CD8+ tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan kontrol negatif.
Selain itu, rata-rata persentase jumlah relatif sel CD4+ lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah
relatif sel CD8+ (Grafik 3. (a)). Presentase jumlah absolut sel T CD4+ dan CD8+ pada organ spleen
dari kelompok perlakuan terdapat perbedaan (Gambar 2. (b)). Jumlah absolut sel T CD4+ secara
umum lebih tinggi dibandingkan dengan sel T CD+ + (Grafik 3. (b)). Jumlah absolut sel T CD4+
meningkat secara signifikan (p< 0.05) dari 6 juta sel menjadi 202 juta sel pada dosis 50 mg/kgBB.

Gambar 2. Persentase Jumlah Sel T CD4+ dan CD8+ pada Setiap Perlakuan (a) Grafik 3. Analisa Statistik Rata-Rata Jumlah Sel T CD4 dan Sel CD8 pada Setiap
Persentase Jumlah Relatif dan (b) Persentase Jumlah Absolut Perlakuan (a) Rata-Rata Presentase Jumlah Relatif dan (b) Rata-Rata Jumlah Absolut
Efek Imunostimulator Ekstrak Etanol Kayu Manis(Cinnamomum
Burmanii) Terhadap Jumlah CD4, dan Interferon Gamma Pada
Mencit BALB/c yang Diinfeksi Bakteri Salmonella enteritidis
Parameter yang diamati adalah jumlah TCD4 dan IFN- dengan teknik penghitungan
flowcytometry. Hasil pengamatan menunjukkan terdapat peningkatan jumlah sel T CD4 yang
mengekspresikan IFN- semakin besar dosis ekstrak etanol kayu manis sebagai perlakuan
pada penelitian ini semakin tinggi pula peningkatan sel T CD4 dan sel T CD4 yang
mengekspresikan IFN-. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini membuktikan
bahwa ekstrak etanol kayu manis (C. burmanii) memiliki efek imunostimulator.
Sampel:
Mencit disayat bagian abdomen sebelah kiri dengan menggunakan gunting bedah, kemudian
dicari organ limpanya kemudian diangkat, kemudian dibilas dengan menggunakan PBS
sebanyak dua kali, diletakan dalam cawan petri yang berisi 5 ml PBS, digerus menggunakan
pangkal spuit disaring dengan menggunakan filter milipore, dimasukan dalam tabung
propilen, disentrifugasi dengan kecepatan 2500rpm selama 5 menit dengan suhu 40C
kemudian diambil peletnya setelah didapatkan pelet ditambahkan 50l antibodi ekstrak
seluler staning (anti interferon gamma), kemudian dimasukan dalam kuvet flowcytometry
kemudian di running.
Sumber:Rr. Dian Anggraini Puspitasari*, Pratiwi Trisunuwati, Sri Murwani
Perhitungan Sel Granulosit Dengan Haemocytometer.
Pelet yang sudah didapatkan dari organ limpa diambil sebanyak 5l ditambahakan 95l Trypan Blue
dimasukan dalam konikel 15 ml dan dihomogenkan sehingga sel mati terwarnai dan sel hidup dapat
dihitung. Perhitungan untuk sel hidup menggunakan kamar hitung dalam haemocytometer. Hasil
perhitungan sel granulosit digunakan dalam analisis flowcytometry.

Analisis Data
Analisis data jumlah CD4 dan IFN- menggunakan analisis data one way ANOVA. Bila hasil uji one way
ANOVA menujukan hasil yang signifikan yaitu adanya peningkatan jumlah CD4 dan IFN- maka dilanjutkan
dengan uji post hoc test untuk mengetahui signifikansi antar kelompok perlakuan dengan = 0.05.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol kayu manis (C.burmanii) mempunyai efek imunnostimulator
berdasarkan adanya peningkatan jumlah CD4 dan IFN- pada mencit BALB/c yang diinfeksi bakteri S. enteritidis.
PENERAPAN FLOWCYTOMETRY

PENINGKATAN SISTEM IMUN OLEH KOMBINASI


EKSTRAK ETANOL DAUN AWAR AWAR (Ficus septica
burm. F) DAN EKSTRAK ETANOL DAUN KELOR
(Moringa Moleifera) SEBAGAI KO-KEMOTERAPI
KANKER PADA TIKUS PUTIH BETINA GALUR SPRAGUE
DAWLEY YANG DIINDUKSI DOKS ORUBISIN.
FLOWCYTOMETER pada penelitian kali ini digunakan untuk Pemeriksaan Limfosit CD3+ dan
Limfosit CD8+ dengan cara

-> Preparasi sampel darah dilakukan dengan cara mencampur 50l sampel darah, 10L
reagen Invitrogen dan EBioscience setelah itu divortex. Selanjutnya, larutan disimpan
dalam ruang gelap selama 15 menit. Tambahkan dengan 45ol BP FACS untuk pengenceran
dan vortex, kemudian dibiarkan di ruangan gelap selama 15 menit. Sel dianalisis dengan
flowcytometer yang dilengkapi dengan laser argon (eksitasi 488 nm) dan pengaturan filter
yang sesuai untuk pengamatan FITC fluoresensi. Data berupa persentase dari setiap jenis
fluorescent sel yang mewakili jumlah relatif dari CD3+ dan CD8+ T cell lim fosit. Dari data
CD3+ limfosit dan CD8 + limfosit akan dianalisis secara statistik menggunakan analisi
anova dan LSD untuk membandingkan keadaan antara lebih dari 2 kelompok dengan taraf
kepercayaan 95% untuk melihat perbedaannya.
PENERAPAN FLOWCYTOMETRY

DIAGNOSA GEJALA
LEUKEMIA LIMFOSITIK KRONIS (CLL)

2015 Copyright American Cancer Society


FLOW CYTOMETRY digunakan untuk mendiagnosa dan mengklasifikasikan leukemia.

Sampel darah dan sumsum tulang diambil untuk dilakukan diagnosa, jaringan dan sel
sampel lainnya juga dapat digunakan untuk menentukan diagnosa.

Mesin akan mencari zat tertentu pada sel untuk mengidentifikasi jenis sel penanda untuk
melihat apakah limfosit dalam sampel mengandung sel CLL (chronic lymphocytic
leukemia).

Sel penanda paling spesifik untuk menentukan adanya CLL dalam sampel adalah CD5
dalam sel-T. Seseorang dinyatakan postif CLL jika terdapat 5.000 dari sel-sel ini (per mm
3) dalam darah.
APLIKASI PERKEMBANGAN TEKNIK IN VITRO DAN ANALISIS
FLOWCYTOMETY UNTUK MENINGKATKAN PENYEDIAAN
SENYAWA METABOLIT SEKUNDER TANAMAN

Upaya untuk mengidentifikasi variasi genetik yang


terjadi pada kalus yang telah diperoleh juga dapat
dilakukan dengan menggunakan teknologi flow
cytometry. Ploidi dari tanaman ditentukan dengan
mengamati peak atau puncak yang ditunjukkan pada
layar monitor.
Aplikasi flowcytometry yang dilakukan oleh Faizal et al
(2011) bertujuan untuk mengetahui ploidi (DNA) pada
tunas beberapa Maesa spp. yang mengalami regenerasi.
Hasilnya menunjukkan bahwa suluruh sampel yang
diujikan memiliki karakter puncak yang sama yang
menandakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan
sifat ploidi clon yang dihasilkan.
Walaupun bertujuan untuk mengetahui sifat genetik clon yang dihasilkan, aplikasi flow cytometri juga
dapat digunakan dalam pengamatan berupa analisis siklus sel yang terjadi pada sel-sel clon yang
dihasilkan.

Gambar 6. Persentase sel Harpagophytum procumbers yang mengalami tahap


Go/g1, S, dan G2/M mulai hari ke 4 sampai dengan 14 kultur (Stancheca et al, 2011).

Berdasarkan gambar 6, maka karakteristik sel-sel kalus Harpagophytum procumbers cenderung


seragam, namun berdasarkan pada penelitian lainnya seperti karakteristik sel-sel kalus Sylbum
marianum.
Adanya informasi berupa karakteristik sel-sel kalus yang dihasilkan selama kultur dan subkultur
menunjukkan bahwa informasi kerakteristik sel-sel kalus yang dihasilkan sangat relevan untuk dijasikan
sebagai bahan pertimbangan dalam produksi kalus sebagai penyedia metabolit sekunder.
Anonim. Introduction to Flow Cytometry, diakses dari http://www.abcam.com.
Koeswardani, Boentoro, dan Budiman. 2001. Flow Cytometri dan Aplikasi Alat Hitung Sel Darah
Technicon H-1 dan H-3, diakses dari http://www.tempo.co.id.
Kresno, S. B. 2003. Imunologi: Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
Ormerod, M. G., 1998. Flow Cytometry: A Practical Approach. Edisi kedua. IRL Press
Http://lemlit.uhamka. ac.id
Jaye DL., Robert AB., Gebel HM., et al. Translational Applications of Flow Cytometry in Clinical
Practice. The Journal of Immunology. May 2012 ; 188( 10) : 4715-4719
Rodriguez PC, Arroyave IH, Mejia G, Garcia LF. Detection of alloantibodies against non-HLA antigens
in kidney transplantation by flow cytometry. Clin Transplant. 2000 ; 14 : 472-8.
Stem Cell Research. Analysis and Isolation of Stem Cells Using Flow Cytometry. BD Logo and all
other trademarks are property of Becton, Dickinson and Company. 2013 BD 23-15275-00
Stancheva, N. 2011. Phytochemcal and Flow Cytometric Analyses of Devils Claw Cell Cultures.
Plant Tissue Organ Culture Journal. 105, p.79-84.

Refensi
SEKIAN & TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai