HUKUM ISLAM
ANGGOTA KELOMPOK 3
Aris Prianto / 13212012 Kurnia Adi Nugroho /
Nanda Taufik / 12513024 13212021
Hanif Akiharindra / M. Arief Maruf Nasution /
13114012 13212024
Indones Junior /
Luqman Alfarisi / 13212128
13114048
Radhian Ferel / Aldi Gunawan / 15014099
13212009
PENGERTIAN DAN Kurnia Adi Nugroho
FUNGSI SUNNAH
PENGERTIAN SUNNAH
Sunnah berarti segala sesuatu yang berasal dari
Nabi Muhammad SAW, baik berupa perkataan,
perbuatan, maupun sikap
KEDUDUKAN SUNNAH
Sunnah menjadi sumber hukum Islam kedua
setelah Al-Quran
Karena Rasulullah merupakan panutan dan panduan kita
dalam mengarungi kehidupan
FUNGSI SUNNAH
1. Sebagai Muaqqid
Yaitu sebagai penguat hukum suatu perkara yang telah
ditetapkan di Al-Quran
2. Sebagai Bayan
Yaitu sebagai penjelas ayat-ayat Al-Quran yang belum rinci
3. Membuat Hukum Baru
Menetapkan hukum tentang perkara yang belum dijelaskan
di Al-Quran
SELEKSI HADITS Luqman Alfarisi
SELEKSI HADITS
Berdasarkan kualitasnya hadits dibagi
menjadi dua :
Maqbul (dapat diterima sebagai
pedoman)
Hadits Shahih
Hadits Hasan
Mardud (tidak dapat diterima sebagai
pedoman)
Hadits dhaif dan maudhu
SELEKSI HADITS
Seleksi didasari tiga unsur :
1. Matan : materi hadits
Hadits Hasan
Hadits Dhaif
PENGERTIAN IJTIHAD Radhian Ferel
PENGERTIAN DAN HAKIKAT
IJTIHAD
Usaha sungguh-sungguh yg dilakukan para ahli agama untuk
mencapai suatu putusan (simpulan) hukum mengenai kasus yg
penyelesaiannya belum tertera dl Alquran dan Sunah
FUNGSI IJTIHAD
KEDUDUKAN IJTIHAD
Al- Sunn
Ijtiha
Qura ah
d
n Rasul
DALIL MENGENAI
KEDUDUKAN IJTIHAD
Q.S. An-Nisa [4:59]
QS. An-Nahl [16:43]
Q.S. Al-Anbiya[21:7]
Hadits Rasul :
FUNGSI IJTIHAD
Sebagai salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mencari cara untuk memberikan ketetapan-
ketetapan hukum yang belum dijelaskan secara
terperinci dalam Al-Quran dan As-sunnah.
METODOLOGI IJTIHAD Hanif Akiharindra
METODOLOGI IJTIHAD
Qiyas
Istihsan
Mashalih mursalah
MUJTAHID
CARA MENYIKAPI
IJTIHAD ULAMA
MUJTAHID
CARA MENYIKAPI IJTIHAD
ULAMA MUJTAHID
Tidak boleh mengingkari orang yang menyelisihi ijtihad
seorang ulama.
(31:)
Artinya:Katakanlahjikakamu(benar-benar)mencintaiAllah
ikutilahAku,niscayaAllahmengasihidanmengampunidosa-
dosamu,Allahmahapengampunlagimahapenyayang(QS.
Ali-Imran:31)
ITTIBA
Dalam ayat lain Allah swt berfirman:
:
Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka
terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka
tinggalkanlah.(QS. Al-Hasyr[59]: 7).
PENGERTIAN TAQLID
Katataklidberasal dari bahasa Arab yakni kata kerjaQallada,
yaqallidu, taglidan, artinya meniru menurut seseorang dan sejenisnya
Menerima perkataan orang lain yang berkata, dan kamu tidak
mengetahui alasan perkataannya itu. (A. Basiq Djalil,Ilmu Ushul Fiqih
Satu dan Dua(Jakarta: Kencana, 2010), hal. 195.)
(M. Saputra dan Djedjen Zainuddin,Fiqih, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 2006), hal. 109-110.)
JENIS TAKLID YANG TERCELA
Para ulama menyebutkan jenis-jenis taklid yang tercela sebagai berikut:
1. Berpaling dari apa yang diturunkan oleh Allah Azza wa Jalla
dan memilih mengikuti nenek moyang.
Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan, Allah Subhanahu wa Taala
mencela orang yang berpaling dari apa yang diturunkan-Nya lalu
bertaklid kepada nenek moyang. Para ulama salaf dan imam yang empat
akan bersepakat bahwa taklid semacam ini tercela dan haram.
2. Taklid kepada orang yang bukan ahlinya dengan mengambil
ucapannya.Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya. (al-Isra: 36)
JENIS TAKLID YANG TERCELA
3. Taklid kepada ucapan yang menyelisihi
firman Allah Subhanahu wa Taala dan Rasul-
Nya shallallahu alaihi wasallam, siapa pun
dia.Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari
Rabbmu. (al-Araf: 3)
seorang mujtahid dalam seluruh pendapat dan
ijtihadnya.(Maalim fi Ushulil Fiqhi, hlm. 498)
4. Taklid kepada seseorang setelah jelas
JENIS TAKLID YANG TERCELA
5. Taklid seorang mujtahid (orang yang -dengan
ilmunya yang tinggi dan lengkap- telah mampu
menggali dan menyimpulkan hukum-hukum Islam dari
sumber-sumbernya yang asli seperti Al Qur'an dan
Hadits. Mujtahid inilah yang menjadi rujukan (marja')
bagi orang awam dan kelompok muqallid) yang
memiliki kemampuan untuk berijtihad dan
memeliki keluangan waktu untuk membahasnya.
6. Taklid kepada
TAKLID YANG
DIPERBOLEHKAN
1. Ia jahil, tidak memiliki kemampuan untuk mengenal hukum
Allah Subhanahu wa Taala dan Rasul-Nya shallallahu alaihi
wasallam.
2. Ia bertaklid kepada orang yang dikenal berilmu dan
berijtihad, dari kalangan orang yang memiliki agama dan
keshalihan.
3. Kebenaran beltm tampak bagi oramjg yang taklid ini. Ia
tidak mengetahui mana yang lebih kuat dari silang pendapat
yang terjadi di kalangan ulama. Adapun jika telah tampak
baginya kebenaran, tidak diperbolehkan lagi taklid baginya.
TAKLID YANG
DIPERBOLEHKAN
4. Dalam bertaklid ia tidak diperbolehkan menyelisihi
nash/dalil syariat yang jelas atau ijma para ulama.
5. Tidak diperbolehkan bagi orang yang taklid untuk
berpegang kepada pendapat satu imam dalam seluruh
permasalahan. Hendaknya dia berusaha untuk mencari yang
lebih mendekati kebenaran dan lebih mendekatkan dirinya
kepada ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Taala.
6. Tidak diperbolehkan bagi seorang muqallid (yang
bertaklid) untuk berpindah dari satu pendapat ke pendapat
lainnya dengan tujuan mencari pendapat yang lebih ringan
KHILAFIAH DAN Aldi Gunawan
BIDAH
KHILAFIYAH
Khilafiyah adalah perselisihan paham atau pendapat dikalangan
para ulama fiqh sebagai hasil ijtihad untuk mendapatkan dan
menetapkan suatu ketentuan hukum tertentu.
SEBAB TERJADINYA
KHILAFIAH
1. Karena dalil belum sampai kepadanya,
2. Hadits telah sampai kepada seorang alim namun
dia lupa,
3. Dalil telah sampai kepadanya namun ia
memahaminya tidak sesuai dengan yang
diinginkan,
4. Telah sampai dalil kepadanya dan dia sudah
memahaminya, namun hukum yang ada padanya
telah mansukh (dihapus) dengan dalil lain yang
menghapusnya. Sementara dia belum tahu
SEBAB TERJADINYA
KHILAFIAH
5. Telah datang kepadanya dalil namun ia meyakini
bahwa dalil itu ditentang oleh dalil yang lebih
kuat darinya, dari nash Al-Qur`an, hadits, atau
ijma (kesepakatan ulama),
6. Terkadang sebabnya karena seorang alim
mengambil hadits yang dhaif (lemah) atau
mengambil suatu pendalilan yang tidak kuat dari
suatu dalil.
7. Adakalanya hadits telah sampai kepada seorang
alim namun dia belum percaya (penuh) kepada
BIDAH
Bid'ah Menurut Bahasa (Etimologi)
Yaitu hal baru yang disisipkan pada syariat setelah setelah ia
sempurna
Bid'ah Menurut Istilah (Terminologi/Syariat)
Segala hal yang tidak pernah dilakukan Nabi SAW
JENIS BIDAH
Bid'ah wajib
Bid'ah haram
Bid'ah sunah
Bid'ah makruh
Bid'ah mubah
TERIMA KASIH Kelompok 3 AEI Kelas 4
PERTANYAAN?