Anda di halaman 1dari 27

WOUND HEALING

ETIK LUSIANI
Anatomi Kulit
(Lauralee, S. 2011)
Gambar : Proses penyembuhan luka, Cambrige university press, 2000
Proses Penyembuhan Luka
1. Fase Inflamasi

2. Fase Proliferasi

3. Fase Remodelling
1. Fase Inflamasi

Makrofag

1)Sel fagositik penting proses Wound Healing (WH)


2)Mensekresi enzim, sitokin, kolagenase, IL dan TNF
merangsang fibroblas dan meningkatkan angiogenesis, TGF-
beta1, FGF-7, FGF-2 dan AGF bersifat chemotactic terhadap
keratinosit.
3)Mensekresikan PDGF & VEGF memulai pembentukan
granulasi jaringan, matriks reepithelialization & remodeling
Coun......

Peran Platelet
1.Homeostasis
2.Mengandung TGF-beta, VEGF & PDGF
( PDGF mediator kunci penyembuhan luka
dan GF pertama disetujui sbg topikal
mempercepat penutupan luka (Greenhalgh,
2005. Models of Wound Healing. Journal of
Burn Care & Rehabilitation)
3.Reservoir alami GF termasuk PDGF, EGF,
TGF-beta 1 , VEGF , FGF , HGF, IGF-I
(Mishra, 2011).
2. Fase Proliferasi
1)Ditandai epitelisasi, angiogenesis, granulasi & deposisi kolagen.
2)Neovaskularisasi untuk nutrisi luka
3)Angiogenesis, termasuk FGF, VEGF, TGF-beta, angiogenin,
angiotropina, angiopoietin-1 sampai TNF-alfa dan trombospondin
(Yoo, S., 2013).
4)Makrofag memberi banyak GF (growth factor) merangsang
angiogenesis dan fibroplasia. Sekresi PDGF dan TGF- bersama
molekul matriks ekstraseluler menstimulasi diferensiasi fibroblas
menghasilkan substansi dasar & kolagen (Uutela, M., at al, 2004)

3. Maturasi
Ditandai granulasi, luka mengalami kontraksi, endapan kolagen
oleh fibroblas berlanjut
GF & Implikasinya pada WH
(Pre Clinical trials)

1) aFGF dan bFGF diidentifikasi pada cairan luka, terutama awal


penyembuhan (Vande Berg, J.S., at.al, 2005).
2) Hasil penelitian efek bFGF mempercepat penyembuhan ulkus
diabetes (Uchi, at.al, 2009).
3) KGF dengan model transplantasi trakea tikus mempercepat
perbaikan epitel trakea yang terluka (Gomperts, B.N., at.al, 2007).
4) HB-EGF & TGF-alfa ditemukan cairan pada luka bakar, melalui
stimulasi proliferasi keratinosit dan reepithelisasi (Barrientos, S.,
at.al, 2008)
5) Uji klinis 10 th tahun pada borok kulit, kaki diabetik, luka bakar
dalam & luka bedah, GF paling aktif meningkatkan FGF, TGF-beta,
EGF, VEGF dan PDGF dengan GF topikal.
6) Topikal rh-aFGF menunjukkan penyembuhan luka bakar dan lokasi
donor cangkok kulit signifikan dibanding plasebo.
Tipe Penyembuhan Luka
Berdasarkan
karakteristik jumlah
jaringan yang hilang
1.Primary intention
healing
2.Secondary intention
healing
3.Tertiary intention
healing

Pathology for the Health Professions,


Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins, 2007. Copyright 2007
Lippincott Williams & Wilkins.
Tertiary intention healing
Granulasi

Epitelisasi
Tipe Luka Berdasar Waktu Penyembuhan
1) Stadium 1
Melibatkan epidermis, dermis utuh /tanpa merusak dermis, epidermis
hanya mengalami perubahan warna kemerahan.
Cth kulit terpapar matahari (sunburn)
2) Standium 2
Melibatkan lapisan epidermis dan dermis, warna dasar luka merah)
Cth bula atau blister
3) Standium 3
Kulit mengalami kehilangan epidermis, dermis hingga sebagian hipodermis
(full thickness), warna dasar luka merah.
4) Standium 4
Kulit mengalami kehilangan dan kerusakan epidermis, dermis hingga
seluruh hipodermis, mengenai otot dan tulang
5) Unstagable
Tidak dapat dikatakan standiumnya, warna dasar luka kuning/hitam
(nekrosis) (Irma, A. 2013)
Peran Nutrisi
Pengkajian
1.BB saat ini & dibanding BB sebelum sakit

2.Nafsu makan sbl sakit & dibanding saat sakit

Keterlibatan keluarga

1.Keadaan mulut, gigi, tenggorokan

2.Pemahaman px & klg pentingnya protein & nutrisi utk


penyembuhan luka
Evaluasi mitos makanan, kemauan px, menu & variasi

makanan, cara memasak & menyediakan makanan, mual,


muntah, diare dll
1.Riwayat gangg. lambung

(Irma, 2013)
Fungsi Protein
1. Perbaikan luka
2. produksi faktor pembekuan
3. produksi sel darah putih
4. sebagai sel perantara
phagosit
5. Fibroblast proliferation
6. Neovascularization
7. Sintesis kolagen
8. Proliferasi sel epithel
9. Wound remodeling
( Donna, S. 2009)
Published Online: April 05, 2017
Tujuan dari penelitian untuk menganalisis khasiat antibakteri yang
digunakan dengan kadar protein albumin.

Hasil
Albumin dapat penurunan efek antibakteri signifikan (p <0,001)
Kadar albumin memicu faktor penurunan bakteri signifikan yaitu
0,01875% untuk PVT-I dan 0,75% untuk OCT/ PE.
Setelah penambahan albumin 3%, efek antimikroba menjadi 5%
PVP-I (povidone-iodine) dan 8% OCT / PE (octenidin-
dihydrochloride/phenoxyethanol).

Kesimpulan
Studi ini menunjukkan bahwa kadar albumin menginduksi
penurunan potensial antibakteri yang signifikan.
Keywords: antiseptics, wound irrigation, polihexanide, PHMB, hydrogen
peroxide, povidone-iodine, traumatic soft tissue wounds, wound infection
Tujuan studi kohort longitudinal retrospektif, acak, menilai efek
pencegahan dari 4 antiseptik yang berbeda sebelum perawatan bedah,
pada infeksi luka jaringan traumatis.

Hasil:
1.Tingkat infeksi luka superfisial dan dalam adalah 1,7% pada kelompok
PHMB 0,04% (n = 3264),
2.4,8% pada kelompok PVP-I 1% (n = 2552),
3.5,9% pada kelompok Ringer (n = 645),
4.11,7% pada kelompok hidrogen peroksida 4% (n = 643).
Kesimpulan:
Jumlah pasien yang banyak pada penelitian ini menunjukkan 0,04%
PHMB (poliheksana) dapat mencegah infeksi pada luka jaringan lunak
traumatis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Erfandi Ekaputra. 2013. Evolusi Manajemen Luka. Trans info Media:
Jakarta
2. Irma Puspita. A. 2013. Konsep Dasar Manajemen Perawatan Luka. EGC:
Jakarta
3. Sarita MC., at al. 2014. Clinical Use of Growth Factors in the Improvement
of Skin Wound Healing. Open Journal.of Clinical Diagnostics, 4: 227-236.
4. Julie Evans, at.al. 2014. Medical grade honey: an effective dressing option
for community settings. Journal of Community Nursing.
5. Kapalschinski, N. at al. 2017. Albumin reduce the antibterial efficacy of
wound antiseptics against Staphylococcus aureus. Journal of Wound Care
6. Roth, R. at al. 2017. Effect of antiseptic irrigation on infection rates of
traumati soft tissue wounds. Journal of Wound Care.
7. Donna, S. 2009. Nurse to Nurse Wound Care. MGH. Toronto
8. Lauralee, S. 2011. Fisiologi Manusia. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai