PETUNJUK TEKNIS
LAPORAN STATUS KLINIK
NAMA : Nama mahasiswa
N.I.M. : Nomor induk mahasiswa pembuat laporan
TEMPAT PRAKTIK : Rumah Sakit tempat laporan dibuat
PEMBIMBING : Nama pembimbing lapangan
Tanggal Pembuatan Laporan : Diisi sesuai dengan tanggal pada saat mahasiswa pertama kali
berhadapan dengan pasien yang bersangkutan
Kondisi/kasus : FT – B (MUSKULOSKELETAL)
Nyeri
LGS
Body Chart
Langkah awal yang bisa dilakukan adalah menentukan keluhan pasien pada ”body chart”
dengan menuliskan jenis keluhannya, misal : nyeri dalam konstan, nyeri dalam intermitten,
nyeri superficial, kebas /rasa tebal, rasa panas/terbakar, hipersensitive dll. Berilah tanda x
(diarsir) pada daerah-daerah yang ada keluhan.
3. RIWAYAT KELUARGA
(Terutama berguna untuk penyakit-penyakit heredofamiliar maupun penyakit menular)
4. RIWAYAT SOSIAL
(Lingkungan kerja, lingkungan tempat tinggal, aktivitas rekreasi dan diwaktu
senggang, aktivitas sosial, hobi dan kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukan,
YAYASAN PENDIDIKAN KESEHATAN ARNOLDUS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK
ST. VINCENTIUS A PAULO SURABAYA
Jl. Jambi 12-18 Surabaya 60241; Telp. 031-5612220 Fax. 031-5663894
Website: http://www.stikvinc.ac.id; email: sekretariat@stikvinc.ac.id
persepsi pasien tentang sakitnya: merasa bahwa nyeri punggung bawah berbahaya dan
menyebabkan disabilitas parah)
B. PEMERIKSAAN FISIK
Tekanan darah dan nadi. Perlu diperiksa : sebelum, selama dan sesudah
melakukan tindakan fisioterapi, terutama bagi pasien yang mengidap hipertensi
atau kelainan jantung.
Pernapasan perlu diperiksa, baik mengenai frekuensi maupun bentuk / jenis
respirasi.
Suhu tubuh (temperatur) yang meninggi pada pasien yang telah lama dalam
keadaan immobilisasi di tempat tidur mungkin merupakan gejala timbulnya
komplikasi seperti misalnya, hipostatis pnemonia atau infeksi saluran kemih.
2. INSPEKSI/OBSERVASI
Tuliskan mengenai apa saja yang dilihat. Dapat mengenai keadaan umum, sikap
tubuh, adanya deformitas, gait yang spesifik, daerah-daerah atrofis, warna kulit di atas
lesi, adanya cyanosis, dan lain-lain sesuai dengan kondisi yang dihadapi dan relevan
dengan kondisi pasien.
Posture :
□ Ideal alignment
□ Upper crossed syndrome : adanya elevasi dan protraksi shoulder, rotasi dan abduksi
scapula, posture kepala forward
□ Lower crossed syndrome : adanya rotasi anterior peltis (anterior pelvic tilt),
hiperlordosis, dan sedikit fleksi hip
□ Kyphosis-lordosis posture : gabungan upper dan lower crossed syndrome
□ Flat back posture : cervical ekstensi, thoracal fleksi, tidak ada lordosis, posterior
pelvic tilt, ekstensi hip, sedikit plantar fleksi.
□ Sway back posture : posture kepala forward, cervical sedikit ekstensi, kiposis trunk
bagian atas, fleksi lumbal, posterior tilt, hiperekstensi hip, hiperekstensi knee, dan
akle netral.
□ Hundedness posture : untuk yang tidak kidal shoulder kanan rendah, scapula adduksi
dan depresi. Kurva thoracolumbal konveks ke kiri, lateral pelvic tilt (lebih tinggi di
kanan), hip kanan adduksi, sedikit rotasi internal, hip kiri abduksi dengan sedikit
pronasi kaki kanan
Muscle form : (membandingkan bentuk, ketebalan dan tonus otot sebelah kanan dan
kiri)
□ Bentuk otot :
□ Tebal otot : □ Tonus otot :
Soft tissue : (dilihat secara lokal apakah ada perbedaan warna, tekstur kulit, scar,
bengkak/ efusi sendi,
□ Warna : □ Tekstur kulit:
□ Scar: □ Bengkak/ efusi sendi:
YAYASAN PENDIDIKAN KESEHATAN ARNOLDUS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK
ST. VINCENTIUS A PAULO SURABAYA
Jl. Jambi 12-18 Surabaya 60241; Telp. 031-5612220 Fax. 031-5663894
Website: http://www.stikvinc.ac.id; email: sekretariat@stikvinc.ac.id
Gait :
□ Antalgic gait (gait akibat pada hip, knee atau kaki, dicirikan dengan fase stance yang
lebih pendek pada kaki yang sakit).
□ Arthrogenic gait ( sirkumduksi ) : terjadi bila terjadi fusi di hip atau di knee,
dicirikan plantar fleksi berlebihan pada ankle kontralateral dan sirkumduksi tungkai
yang kaku.
□ Gluteus maximus gait: terjadi karena kelemahan otot gluteus maksimus. Dicirikan
dengan terjadi gerakan posterior thoracal selama fase stance untuk mempertahankan
ekstensi hip.
□ Trendelenburg’s sign: akibat kelemahan otot gluteus medius, dislokasi kongenital
hip (coxae vara). Dicirikan dengan gerakan lateral thoraks yang berlebihan terhadap
tungkai yang terkena selama fase stance
□ Short leg gait: lateral shift trunk menuju sisi yang terkena selama fase stance
□ Drop foot gait: akibat kelemahan dorsi fleksor ankle yang menyebabkan pasien
mengangkat kaki lebih tinggi drpd kaki yang sehat
□ Stiff knee atau hip: dicirikan pasien mengkat tungkai yang terkena lebih tinggi
daripada tungkai yang sehat supaya tidak menyeret
3. PALPASI
Tuliskan apa saja yang ditemukan pada saat kita memeriksa dengan jalan meraba.
Dapat berupa : suhu setempat di tempat lesi,kelembaban kulit, adanya spasme otot,
daerah dengan nyeri tekan maksimum (tendennes), tonus otot (hipertoni, normal,
hipotoni), oedema dan benjolan patologis
4. JOINT TEST
Dalam pemeriksan pada persendian ini, meliputi joint integrity test, gerakan dasar
yang meliputi gerak aktif, pasif fisiologis serta isometrik melawan tahanan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan gerak dasar adalah :
- Kualitas gerak
- Lingkup Gerak Sendi (LGS)
- Sifat-sifat nyeri sepanjang LGS
YAYASAN PENDIDIKAN KESEHATAN ARNOLDUS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK
ST. VINCENTIUS A PAULO SURABAYA
Jl. Jambi 12-18 Surabaya 60241; Telp. 031-5612220 Fax. 031-5663894
Website: http://www.stikvinc.ac.id; email: sekretariat@stikvinc.ac.id
- Hambatan yang terjadi selama gerak serta pada akhir gerak (endfeel)
- Hal-hal yang dapat mempengaruhi muscle spasm
Gerak aktif fisiologis ini dapat diletakkan pada berbagai modifikasi antara lain:
- Utk memeriksaan fungsi sendi dan otot.
- Memunculkan gejala pasien: bergerak untuk mengetahui bagian yang bermasalah
- Menentukan pola, kualitas, lingkup, respon hambatan dan nyeri pada setiap gerak
- Menidentifikasi faktor predisposisi gangguan
- Mendapatkan gejala untuk memeriksa efektivitas treatmen
- Selama pemeriksaan yang harus diperhatikan kualitas gerakan, LGS, adanya
hambatan sepanjang gerak, nyeri, adanya spasme selama bergerak
Gerak pasif:
- Jaringan non kontraktil aktif dan pasif nyeri pada arah yang sama
- Kontraktil: aktif dan pasif nyeri pada arah yang berlawanan
Isometrik
- Jaringan non kontraktil isometrik nyeri pada arah yang berlawanan
6. PEMERIKSAAN SPESIFIK
Berupa pemeriksaan khusus dengan atau tanpa menggunakan alat. Yang bertujuan
untuk menilai lebih cermat, mendukung, memastikan atau bahkan mungkin
mengesampingkan sesuatu.
Memeriksa adanya tanda-tanda klinis yang spesifik untuk penyakit tertentu yang
ada hubungannya dengan kondisi Muskuloskeletal
( Pada pasien Tennis elbow, apabila lengan bawah pasien dalam posisi pronasi,
kemudian pergelangan tangan (wrist) diekstensikan dengan melawan tahanan, maka
YAYASAN PENDIDIKAN KESEHATAN ARNOLDUS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK
ST. VINCENTIUS A PAULO SURABAYA
Jl. Jambi 12-18 Surabaya 60241; Telp. 031-5612220 Fax. 031-5663894
Website: http://www.stikvinc.ac.id; email: sekretariat@stikvinc.ac.id
C. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
Dalam menegakkan diagnosis fisioterapi tersebut kita harus selalu mengacu kepada kriteria
penetapan diagnosis fisioterapi antara lain : (1) berhubungan dengan gerak dan fungsi, (2)
adanya kesenjangan dibandingkan antara norma dan kenyataan serta dihubungkan dengan
penyebab kesenjangan, (3) dapat aktual maupun potensial, (4) sesuai dengan kewenangan
fisioterapi.
Impairment
Merupakan konsekuensi/ akibat dari kondisi patologi, yang berupa tanda dan gejala yang
menggambarkan abnormalitas dari sitem body, organ dan jaringan.Impairment dibagi
menjadi direct/ primary impairment (pengaruh langsung dari patologi) dan indirect/
secondary impairment. Permasalahan di bidang fisioterapi yang berkaitan dengan
"impairment" contohnya :
a. Adanya nyeri pada medial lutut kanan
b. Adanya kelemahan otot-otot glenohumeral
c. Adanya keterbatasan LGS sendi siku kanan oleh karena (o/k) adanya nyeri.
d. Adanya keterbatasan LGS sendi siku kanan oleh karena (o/k) adanya kontraktur
otot-otot ekstensor sendi siku.
e. Adanya penurunan kekuatan otot secara menyeluruh oleh karena (o/k) tirah baring
f. Adanya penurunan kekuatan otot o/k immobilisasi dan disuse
Functional Limitation
Merupakan berkurangnya kemampuan individu melakukan aktifitas yang efisien. Aktifitas
disini meliputi aktifitas fungsional dasar keseharian, seperti mandi, berpakaian, makan
Permasalahan fisioterapi yang berkaitan dengan "functional limitations" contohnya :
a. Ketidakmampuan melaksanakan AKS (mandi, berpakaian, makan dll) yang
melibatkan sendi bahu o/k kelemahan otot .
b. Ketidakmampuan melakukan aktifitas yang melebihi tinggi kepala o/k keterbatasan
lingkup gerak sendi
c. Adanya gangguan pola jalan o/k panjang tungkai yang tidak sama
D. INTERVENSI FISIOTERAPI
E. EVALUASI
Merupakan baris isian di mana mahasiswa harus mengisinya sesudah menangani pasien
(evaluasi sesaat) atau setiap kali menangani kembali pasien (evaluasi periodik).
Perkembangan pasien dapat dilihat dalam lembaran ini. Setelah melaksanakan proses
fisioterapi dan setiap kali berhadapan lagi dengan pasien, tuliskan tanggalnya, catat
keluhan subyektif pasien dan hasil pemeriksaan ulang, serta perubahan terapi yang
diberikan oleh dokter maupun perubahan tindakan fisioterapi yang mungkin terjadi. Bila
keadaan pasien berubah, dimana tujuan dan pelaksanaan fisioterapi perlu dirubah, maka
tujuan dan pelaksanaan fisioterapi yang baru dituliskan dalam baris lembar ini
Evaluasi dibuat dalam bentuk tabel
2. Seorang pasien perempuan, umur 55 tahun dengan nyeri lutut kanan, keterbatasan LGS
lutut kanan (diagnosis fisioterapi). Pada permulaan dilakukan fisioterapi, pasien berjalan
kurang dari 50 mtr, merasa nyeri pada medial lutut kanan>kiri, LGS terbatas dan pola
jalan kurang baik. Setelah dilakukan fisioterapi (SWD, latihan ketahanan dengan
Quadriceps bench dan memperbaiki pola jalan dengan edukasi) sebanyak 5x, daya tahan
tungkai dalam beraktifitas sudah lebih baik, nyeri sudah berkurang, LGS lutut masih
belum bertambah, pola jalan sudah lebih baik
…………………, …………………………
Diisi nama dan tanda tangan pembimbing Diisi nama dan tanda tangan pembimbing
klinik tempat praktik yang ditunjuk akademik (dari kampus) yang ditunjuk
_______________________________ __________________________________
REFERENSI
1. Petty, Nicols J & Moore, Ann P (2005) Neuromusculoskeletal Examination and Assessment,
Edinburg : Churchill Livingstone