Anda di halaman 1dari 19

Bacillus anthracis

Bacillus anthracis meupakan bakteri pathogen penyebab penyakit


anthraks. Penyakit ini biasanya menyerang hewan ternak maupun
manusia yang kontak dengan hewan yang sudah terinfeksi.
Klasifikasi

Kingdom : Bacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Ordo : Bacillales
Famili : Bacillaceae
Genus : Bacillus
Spesies : Bacillus anthracis
MORFOLOGI

Ciri-ciri :
Berbentuk batang lurus
Ukuran 1,6m
Merupakan bakteri gram positif
bersifat aerob
Bersifat Patogen
Tidak tahan terhadap suhu tinggi
Mempunyai kemampuan membentuk spora
Tidak mpy motil
Berkapsul dan tahan asam
MORFOLOGI KOLONI

Colonial morphology of 18-24hr @ 35 C:


Coloni berdiameter 2-5 mm
Datar atau agak cembung
irregular
Edges: slightly undulate, often curly tailing
edges
Ground glass appearance
Konsistensi berlendir/lengket
Seperti egg whites yang penyok
Left: B. cereus Right: B. anthracis

http://textbookofbacteriology.net/Anthrax.html
Patogenesis Antraks

Pada hewan, yang menjadi tempat masuknya kuman adalah


mulut dan saluran cerna.
Pada manusia, masuknya spora melewati
kulit yang luka (antraks kulit)
membran mukosa (antraks gastrointestinal)
inhalasi ke paru-paru (antraks pernafasan).
Spora tumbuh pada jaringan tempat masuknya mengakibatkan
edema gelatinosa dan kongesti. Basil menyebar melalui saluran
getah bening ke dalam aliran darah, kemudian menuju ke
jaringan, terjadilah sepsis yang dapat berakibat kematian.
Mekanisme infeksi
PENYEBARAN PADA HEWAN

Dari segi epidemiologi bacillus anthracis ini menyukai


tanah berkapur dan tanah yang bersifat basa (alkalis).
Umumnya antraks menyerang hewan pada musim kering
(kemarau), dimana rumput sangat langka, sehingga sering
terjadi pada ternak (terutama kuda) tertular lewat makan
rumput yang tercabut sampai akarnya.
Lewat akar rumput inilah bisa terbawa pula spora dari
antraks.
Penyebaran pada manusia
cutaneous
Contact dengan jaringan
yang terinfeksi, wool, kulit, tanah
Gigitan lalat

Inhalational(Woolsorters Disease)
pengulitan
Debu wol
Gastrointestinal
Undercooked meat

Center for Food Security and Public


Health, Iowa State University, 2011
GEJALA
Anthrax kulit antraks Anthrax pernafasan
gastrointestinal
Tjd pada permukaan Gejala awal rasa sangat jarang terjadi
lengan atau tangan sakit perut yang biasanya akibat dari
sering diikuti pada hebat, mual, perluasan antraks
wajah dan leher. muntah, tidak nafsu tipe kulit atau
Papul pruritik timbul makan dan suhu karena menghirup
1-7 hari setelah tubuh meningkat udara yang
masuknya spora Konstipasi diikuti mengandung spora
lewat luka. Papul diarhe akut berdarah antraks
cepat menjadi Shock dan dimulai dengan
vesikel, pastul, & meninggal biasanya lemah, lesu,
menjadi ulkus kurang dari 2 hari. subfebril, batuk non
nekrotik. Khas lesi produktif (seperti
berdiameter 1-3 cm tanda-tanda
dan memiliki eschar bronchitis)
hitam di tengah. kemudian mendadak
Kemudian timbul dispnoe, sianosis,
edema, limfangitis, stridor dan
limfadenopati dan gangguan respirasi
gejala sistemik. berat
Setelah 7-10 hari, shock, meninggal
eschar berkembang biasanya dalam
CUTANEOUS ANTHRAX
Day 2
Day 6

Day 4

Day 10

Day 5

Center for Food Security and Public


Health, Iowa State University, 2011
Inhalational Anthrax

Center for Food Security and Public


Health, Iowa State University, 2011
SAMPEL YANG DIGUNAKAN

Inhalation: Sputum dan darah

Cutaneous: Vesicles dan Eschar

Gastrointestinal: Stool dan darah


DIAGNOSIS

a. Pemeriksaan mikroskopis sediaan ulas darah perifer


. Uji ini merupakan cara yang sederhana dan tepat apabila hewan
masih dalam keadaan sakit atau baru saja mati dan selama belum
terjadi pembusukan.
. Bakteri berbentuk batang besar, gram positif, biasanya tersusun
tunggal, berpasangan atau berantai pendek dan tidak terdapat
spora.
. Kapsul dapat dideteksi dengan pewarnaan polychrome methylene
blue. Pada pewarnaan ini, kapsul terlihat berwarna pink sementara
sel bacillus terlihat berwarna biru tua. Sel-selnya terlihat
berpasang-pasangan atau rangkaian pendek
b. Pembiakan dan identifikasi B. anthracis
Pembiakan B. anthracis dapat menggunakan media 5 7%
Sheep Blood Agar atau Horse Blood Agar
Selanjutnya dilakukan identifikasi B. anthracis yang dapat
diikuti dengan uji untuk diagnosa phage gamma dan
kerentanan terhadap penicillin dan induksi kapsul.
Uji ada tidaknya motility merupakan uji tambahan yang dapat
dilakukan.
c. Konfirmasi virulensi dengan polymerase chain reaction (PCR)
Teknik PCR mulai digunakan secara luas untuk mendeteksi
adanya gen faktor virulensi (kapsul dan toksin PA).
Jadi dalam hal ini dapat dipastikan suatu isolat adalah virulen
atau tidak. Metode ini relatif cepat dengan sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi.
d. Pemeriksaan serologik
uji presipitasi Ascoli yang sangat berguna untuk menentukan
jaringan tercemar anthrax
enzyme linked immunosorbent assay (ELIZA) untuk deteksi
antibodi
uji hipersensitivitas (Anthraxin) sebagai refleksi adanya cell-
mediated immunity.
Priyonggo, Reko.,2005,Jurnal : Mewaspadai Penyakit Anthraks
Yatim, Faisal., 2004, Macam-Macam Penyakit Menular Dan
Pencegahannya, 80-86, Pustaka Populer Obor, Jakarta
Anonim,2004, http://www.litbang.depkes.go.id, Bacillus anthracis
diakses tgl 29 April 2008

Anda mungkin juga menyukai