Anda di halaman 1dari 34

Revolusi Mental Badan POM dalam Optimalisasi

Kinerja Pengawasan Obat dan Makanan

Disampaikan oleh Sestama Badan POM RI


Hotel Amaroossa Grande Bekasi, 6 Juli 2015
OUTLINE

DEFINISI

REVOLUSI MENTAL

RUANG LINGKUP BADAN POM

KINERJA PENGAWASAN OBAT


DAN MAKANAN

PENUTUP
DEFINISI
TIGA SASARAN:
DEFINISI: MODAL DASAR:
1.Mengubah mindset dalam
Gerakan kolektif yang melibatkan 1. SDM unggul dengan pendidikan, pelayanan publik dimana ASN
seluruh bangsa dengan keahlian, kerja keras, dan etos sebagai representasi
MEMPERKUAT peran semua kemajuan pemerintahan hadir setiap rakyat
INSTITUSI PEMERINTAHAN dan 2. Lingstra termasuk posisi geo- membutuhkan
pranata sosial-budaya masyarakat(1) ekonomi dan geo-politik Indonesia 2. Struktur organisasi yang efisien
yang strategis
3. Kultur budaya kerja yang lebih
disiplin, bertanggungjawab, dan
gotong royong

(1):
Pra-Musrenbangnas, Revolusi Mental: Paparan
Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan,16-24 April 2015
REVOLUSI MENTAL
LATAR BELAKANG

Revolusi Mental agenda penting pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Reformasi yang dilaksanakan di Indonesia paska Orde Baru , masih sebatas


melakukan perombakan yang sifatnya institusional. Belum menyentuh
paradigma, mindset, atau budaya politik dalam rangka pembangunan
bangsa (nation building).
Nation building tidak mungkin maju kalau sekadar mengandalkan
perombakan institusional tanpa melakukan perombakan manusianya
atau sifat mereka yang menjalankan sistem ini. Sehebat apa pun
kelembagaan yang diciptakan, selama ditangani oleh manusia dengan
salah kaprah tidak akan membawa kesejahteraan.
Agar perubahan benar-benar bermakna dan berkesinambungan, sesuai
dengan cita-cita Proklamasi Indonesia yang merdeka, adil, dan
makmur, maka perlu melakukan revolusi mental, terutama revolusi
mental birokrasi sebagai motor penggeraknya.
PERAN, TUGAS, DAN FUNGSI BIROKRASI DI
ERA REFORMASI BIROKRASI
Birokrasi merupakan ujung tombak pelaksana pemerintahan dan kunci
keberhasilan dalam pembangunan, karena birokrasi secara langsung
berhadapan dengan masyarakat, serta merupakan perwujudan dan
perpanjangan tangan pemerintah. Birokrasi mempunyai peran besar dalam
pelaksanaan urusan publik.

Tugas dan fungsi birokrasi adalah:


1. Memberikan pelayanan umum (Services) yang bersifat rutin kepada
masyarakat seperti memberikan pelayanan perizinan, perlindungan,
pemeliharaan fasilitas umum, pemeliharaan kesehatan, dan penyediaan
jaminan keamanan bagi masyarakat;
2. Melakukan pemberdayaan (Empowerment) terhadap masyarakat untuk
mencapai kemajuan dalam kehidupan yang lebih baik, seperti melakukan
pembibingan, pendampingan, konsultasi, menyediakan modal dan fasilitas
usaha, serta melaksanakan pendidikan.
3. Menyelengarakan pembangunan (Development) di tengah masyarakat,
seperti membangun infrastruktur perhubungan, telekomunikasi,
perdagangan dan sebagainya.
KONDISI KINERJA BIROKRASI

1. Peran dan fungsi birokrasi masih belum optimal.


2. Masih adanya keluhan masyarakat terhadap rendahnya kualitas pelayanan publik
di berbagai sektor kehidupan, maraknya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme
(KKN) serta rendahnya akuntabilitas kinerja aparatur.
3. Rendahnya indikator tingkat kepercayaan masyarakat kepada birokrasi.
4. Rendahnya kualitas pelayanan publik, mengakibatkan masyarakat sebagai
pengguna jasa harus membayar biaya yang mahal (high cost economy) untuk
mendapatkan pelayanan publik.
5. Ketidakpastian (uncertainty)waktu dan biaya, menjadikan masyarakat enggan
berhubungan dengan birokrasi.
6. Merupakan gambaran dari ciri sebuah birokrasi tradisional. Birokrasi tradisional
dicirikan antara lain sikap minta dilayani, mahal biaya, mempersulit dan Kondisi
ini tidak boleh dibiarkan berkepanjangan dan harus diubah agar menjadi lebih
baik, yaitu birokrasi mau melayani dengan sepenuh hati (willing to give good
services), murah biayanya (cheaper), serta mempercepat (faster) layanan dan
bukan sebaliknya.
PARADIGMA NEW PUBLIC MANAGEMENT
(NPM)

Masyarakat saat ini semakin berpendidikan, semakin kritis


serta lebih mengetahui hak-haknya untuk mendapatkan
pelayanan publik yang berkualitas.
Indonesia telah masuk menjadi salah satu anggota Kelompok
G-20 bersama dengan banyak negara maju lainnya yang
kualitas birokrasinya sudah sangat efektif dan efisien.
Sudah saatnya birokrasi di Indonesia dikelola dengan
paradigma New Public Management (NPM).
Ciri-ciri paradigma birokrasi New Public Management (NPM) :
1. Pemerintah berorientasi pada publik
2. Pemerintah berorientasi pada misi
3. Pemerintahan yang tanggap
4. Pemerintah berorientasi pada hasil (outcome) dan bukan sekedar
input
5. Pemerintah kompetitif
6. Pemerintah berjiwa wirausaha
7. Pemerintah terdesentralisasi
8. Pemerintah milik masyarakat
9. Pemerintah katalis
10. Pemerintah berorientasi pada pasar.

Birokrasi dgn pola pikir (mind-set) dan budaya kerja (culture-set) yang
produktif, efisien dan efektif, transparan dalam memberikan pelayanan
publik perlu sebuah revolusi mental aparatur birokrasi secara nyata.
PENGERTIAN REVOLUSI MENTAL
BIROKRASI

perubahan mendasar dalam


Secara tekstual revolusi mental berarti
cara berfikir dan cara merasa yang diterjemahkan dalam
perilaku dan tindakan nyata keseharian dalam kehidupan
dalam berbagai aspek baik perilaku politik, perilaku ekonomi,
perilaku pendidikan, perilaku kerja, perilaku sosial
kemasyarakatan.
Makna dari perubahan yang mendasar ini memiliki arti yang positif dan
merupakan gerakan yang cepat yaitu sebuah perubahan yang cepat dari cara,
perilaku dan tindakan yang kurang baik atau salah menuju cara, perilaku dan
tindakan yang baik atau benar.
Dalam konteks birokrasi, revolusi mental harus dimaknai adanya sebuah
perubahan cara berfikir, berperilaku dan bertindak dari setiap
Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam menjalankan tugas, fungsi
dan kewenangannya sebagai pelaku utama dalam birokrasi
pemerintahan.
1. dari cara berfikir dan perilaku ingin dilayani menjadi mau melayani;
2. dari cara berfikir dan berperilaku tidak/kurang produktif menjadi produktif;
3. dari cara berfikir dan perilaku koruptif menjadi tidak koruptif,

Sehingga akan tumbuh dan berkembang perilaku bekerja dengan etos kerja yang
baik dengan ukuran dan target kinerja yang jelas; bersih yaitu tidak melakukan
perbuatan yang mengandung unsur Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN);
profesional dalam melayani yaitu mampu memberikan pelayanan sesuai standar
pelayanan yang baik kepada masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya.
STRATEGI MELAKUKAN REVOLUSI MENTAL
BIROKRASI

Ada 3 fase untuk melakukan revolusi mental birokrasi secara


bersungguh-sungguh dan berkesinambungan, yaitu:

1. Fase Melihat, yaitu dengan mengidentifikasikan faktor yang


menjadi penyebab mental aparatur yang masih belum baik
2. Fase Bergerak, yaitu dengan melakukan perubahan perbaikan
mental aparatur birokrasi yang kongkrit dan melaksanakannya
secara konsisten
3. Fase Menyelesaikan, yaitu memastikan bahwa program perubahan
yang dilakukan telah dapat menjawab hasil yang diharapkan
dengan melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan
program perubahan untuk memberikan umpan balik perbaikan
perencanaan dan pelaksanaan program perubahan berikutnya.
Identifikasi faktor penyebab utama dari banyak faktor yang mempengaruhi
mental aparatur birokrasi,
Salah satu teori mengenai behavior change, Social Cognitive Theory
menyebutkan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh lingkungan
sekitarnya dan faktor personal yang melekat pada dirinya.

Dengan melihat faktor penyebab dominan yang mempengaruhi pola pikir


(mind-set) dan perilaku budaya kerja (culture-set) Aparatur Sipil Negara (ASN),
maka strategi Revolusi Mental meliputi :
FAKTOR PENYEBAB DOMINAN YANG
MEMPENGARUHI MINDSET & CULTURE-SET ASN

A. Penerapan Sistem Manajemen SDM Aparatur berbasis sistem merit

Perilaku ASN sangat dipengaruhi oleh penerapan sistem manajemen SDM aparatur di
lingkungan Birokrasi Pemerintah.
Penerapan sistem ini akan berkontribusi besar dalam membentuk perilaku ASN dalam
bekerja, karena secara langsung mengatur pengelolaan manajemen ASN sejak proses
perencanaan kebutuhan; rekruitmen dan seleksi dalam pengadaan; pengaturan pangkat
dan jabatan; pengembangan kompetensi dan pola karier; pola mutasi dan promosi;
sistem penilaian kinerja; pengaturan disiplin dan sanksi; sistem penggajian dan
penghargaan sampai pada jaminan pensiun ASN.

Penerapan Sistem Manajemen SDM Aparatur selama ini didasarkan pada Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 beserta berbagai aturan
pelaksanaannya. Hasil implementasi sistem ini masih dirasakan banyak kelemahan baik
dalam pengaturan maupun dalam penerapannya, sehingga masih banyak keluhan
masyarakat terkait dengan integritas, pola pikir (mind-set) dan perilaku budaya kerja
(culture-set) serta akuntabilitas kinerja ASN yang masih rendah.
Salah satu langkah melakukan revolusi mental birokrasi adalah dengan melakukan
percepatan pelaksanaan Reformasi Birokrasi Bidang Manajemen SDM Aparatur pada
tingkat makro dan mikro.
1. Pada tingkat makro, penyusunan regulasi nasional berbagai aturan pelaksanaan yang
diamahkan dalam UU Nomor 5 tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara terkait
implementasi sistem merit, yang dalam hal ini dimandatkan pada Kementerian
PANRB harus segera diselesaikan.
2. Pada tingkat mikro, setiap KL harus mengimplementasikan UU Nomor 5 tahun 2014
yang merupakan landasan hukum bagi pembentukan pegawai ASN yang
berintegritas, profesional, dinamis dan berkinerja tinggi. Terdapat dua hal penting
yang menjadi prinsip dasar dalam Undang-Undang ASN, yaitu :
a. menjalankan asas dan sistem merit dalam kebijakan dan manajemen ASN yang
berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar serta tidak
ada unsur politik;
b. Sistem merit diimplementasikan dalam seleksi dan promosi secara adil dan
kompetitif, penggajian, reward dan punishment berbasis kinerja, integritas dan kode
etik perilaku, bebas dari intervensi politik, serta efektif dan efisien dalam manajemen
SDM.
B. Penguatan kepemimpinan pada masing-masing Instansi

Perilaku ASN juga akan dapat dipengaruhi oleh faktor kepemimpinan pada masing-
masing instansi. Bawahan cenderung berperilaku mengikuti arahan, contoh atau
teladan,konsistensi dan komitmen dari para pemimpinnya. Ada kecenderungan apa
yang dilakukan para pemimimpinnya akan mempengaruhi perilaku para aparatur
dibawahnya. Oleh karena itu komitmen kepemimpinan di masing-masing instansi juga
akan berkontribusi dalam pembentukan perilaku ASN.

Komitmen kepemimpinan yang kuat akan dapat mempengaruhi perilaku para aparatur
dibawahnya akan mengikuti menjadi baik, demikian sebaliknya komitmen
kepemimpinan yang lemah akan dapat membawa perilaku bawahannya menjadi
kurang baik.
Revolusi mental birokrasi adalah dengan penguatan penerapan sistem akuntabilitas
kinerja organisasi dan individu pegawai di masing-masing
kementerian/lembaga/pemda.

Dengan penerapan sistem ini secara benar akan dapat membentuk budaya kinerja
pada setiap level pimpinan instansi. Dengan penerapan sistem ini, pimpinan pada
setiap level harus merencanakan kinerja, membuat kontrak kinerja, memonitor kinerja,
dan mempertanggungjawabkan kinerja organisasi yang dipimpinnya.

Apabila budaya kinerja pada tingkat pimpinan sudah terbangun dengan baik, maka
sudah dapat dipastikan akan mempengaruhi budaya kerja para aparatur bawahannya.
Hal ini dapat menumbuhkan budaya malu yang dapat ditanamkan dilingkungan
organisasi birokrasi. Malu jika tidak dapat mencapai kontrak kinerja, malu jika tidak
dapat memberikan pelayanan publik terbaik, malu jika berperilaku menyimpang dari
kode etik dan sumpah jabatan.
C. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di setiap instansi pemerintah


akan dapat membangun budaya kerja aparatur menjadi yang lebih cepat, akurat,
efisien dan efektif jika.

Cara yang harus dilakukan dalam melakukan revolusi mental birokrasi adalah
membangun dan menerapkan budaya kerja di setiap
Kementerian/Lembaga/Pemda untuk memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

Implementasi ini sering dikenal dengan istilah penerapan sistem elektronik


pemerintah atau e-government yang meliputi berbagai sistem aplikasi antara lain
misalnya e-ice; e-Planning; e-Budgetting; e-Procurement; e-Performance; e-Audit,
dan lainnya
D. Transparansi Pengelolaan Pelayanan Publik

Transparansi pengelolaan pelayanan publik setiap KL memberikan pengaruh yang


besar terhadap perilaku aparat.
Manajemen pelayanan diterapkan dengan baik, dilengkapi dengan sistem pengelolaan
pengaduan, penerapan maklumat dan standar pelayanan yang jelas, prosedur yang
sederhana, penerapan etika pelayanan dan penerapan teknologi informasi dan
komunikasi dalam pelayanan, akan membuat perilaku aparatur terbentuk dan
terkendali pada batas-batas yang diinginkan oleh organisasi.
Memperkuat unit-unit pelayanan yang ada di lingkungan K/L/Pemda untuk
menerapkan prinsip-prinsip pelayanan yang baik sebagaimana diamanatkan dalam
UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Membuka customer
care/service/help desk bagi para stakeholder-nya.D
Masyarakat dapat menyampaikan keluhan, kritik atau bahkan pengaduan
penyimpangan.
Tidak menerima pengaduan dengan gaya birokrat yang kaku, tetapi harus
mencerminkan penerimaan yang baik, ramah, sabar, berkompeten, dan
memberikan solusi.
E. Penguatan Fungsi Pengawasan

Perilaku aparatur dapat dipengaruhi oleh adanya peran pengawasan yang dibangun,
baik pengawasan fungsional yang berada dalam lingkungan birokrasi maupun
pengawasan masyarakat dan pemangku kepentingan yang berada dalam lingkaran
birokarasi.

Rendahnya sistem pengawasan terhadap birokrasi mengakibatkan kinerja birokrasi


tidak maksimal, dan KKN pun semakin marak. Sistem pengawasan melekat
(Pengawasan Atasan Langsung dan Sistem Pengendalian Internal) dalam praktiknya
tidak berjalan dengan baik.

Perlu dibangun sistem pengawasan yang efektif terhadap birokrasi, agar


penyimpangan dapat dicegah sedini mungkin.
Pengawasan fungsional yang berintegritas dan peran aktif pengawasan masyarakat
dapat mempengaruhi perilaku aparatur dalam melakukan tugas dan fungsinya
dengan baik.
RUANG LINGKUP BPOM
Ruang
Lingkup
KINERJA PENGAWASAN OBAT DAN
MAKANAN
PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS DAN
KONDISI YANG DIHARAPKAN

KONDISI SAAT INI Terwujudnya Indonesia yang


Berdaulat, Mandiri dan
Berkepribadian Berlandaskan
Gotong Royong

Kesehatan masyarakat meningkat


Globalisasi, persaingan dagang
dan perkembangan IPTEK Daya saing OM nasional meningkat
KONDISI YANG
DIHARAPKAN?

Keamanan, mutu,
khasiat/manfaat Obat dan
makanan meningkat

BPOM yang mampu


PERUBAHAN mengawal keamanan,
LINGKUNGAN STRATEGIS? PEMERINTAH mutu dan khasiat/manfaat
SEBAGAI OM beredar
REGULATOR
Produsen/pelaku usaha
yang bertanggung jawab
Masyarakat yang berdaya
PRODUSEN / untuk melindungi diri
26 PELAKU
MASYARAKAT
USAHA
TUJUAN
STRATEGI BPOM
1. Meningkatnya jaminan
1. Meningkatkan sistem pengawasan Obat dan produk Obat dan
Makanan berbasis risiko untuk melindungi Makanan aman,
masyarakat berkhasiat/ bermanfaat,
2. Mendorong kemandirian pelaku usaha dalam dan bermutu dalam
memberikan jaminan keamanan Obat dan rangka meningkatkan
Makanan serta memperkuat kemitraan dengan kesehatan masyarakat
pemangku kepentingan. 2. Meningkatnya daya
saing Obat dan Makanan
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan BPOM di pasar lokal dan global
dengan menjamin mutu
dan mendukung inovasi

STRATEGI BPOM DALAM MENCAPAI OBAT DAN MAKANAN AMAN


MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT DAN DAYA SAING BANGSA
Perkuatan Revolusi Mental
Meningkatkan POM
PENUTUP
Ramadhan sebagai momentum yang baik untuk
revolusi mental secara paripurna.

Budaya organisasi BPOM berupa PIKKIR


(Profesional, Integritas, Kredibel, Kerjasama,
Inovatif, dan Responsif) merefleksikan nilai revolusi
mental untuk mengabdi.

Revolusi mental harus menjadi komitmen setiap


warga BPOM karena kinerja yang mumpuni akan
menghasilkan outcome yang baik untuk BPOM
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
NOW
KESIMPULAN
Makna dan langkah revolusi mental birokrasi tidak hanya untuk diwacanakan dalam tataran politik.
Revolusi mental adalahsebuah langkah besar dan nyata yang mampu melakukan perubahan cara
berfikir, berperilaku dan bertindak dari setiap Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam menjalankan tugas,
fungsi dan kewenangannya menjadi lebih melayani, berkinerja produktif, akuntabilitas, profesional
dan menjaga diri dari perilaku sesuai kode etik dan sumpah jabatan demi kepentingan bangsa dan
masyarakat sebagai stakeholder utamanya.

Langkah melakukan revolusi mental birokrasi harus dilakukan dengan strategi yang tepat, konsisten,
bertahap dan komprehensif melalui instrumen penerapan sistem manajemen SDM Aparatur yang
berbasis sistem merit, penguatan kepemimpinan pada masing-masing instansi, pemanfaatan
teknologi informasi dan komunikasi, transparansi pengelolaan pelayanan public, dan penguatan
fungsi pengawasan. Kelima instrumen ini merupakan suatu kesatuan yang saling berkaitan. Dalam
implementasinya, semuanya tentu sangat tergantung pada komitmen dan kemauan (political strong
will) dari pemerintah serta dukungan legislatif untuk mewujudkannya.

Cara yang juga harus dilakukan dalam melakukan revolusi mental birokrasi adalah dengan
memperkuat peran pengawasan fungsional (quality assurance) sebagai serta peran pengawasan
masyarakat dengan membangun sistem dan penanganan pengaduan masyarakat yang efektif di
setiap Kementerian/Lembaga/Pemda, agar penyimpangan dapat dicegah sedini mungkin. Keluhan-
keluhan yang disampaikanoleh masyarakat dan pemangku kepentingan lainnya kepada birokrasi
akan dapat mendorong perubahan perilaku para aparatur birokrasi apabila semua elemen ikut
mendorong dan mendukung penyelesaian solusinya, baik pemerintah, legislatif maupun yudikatif.
Berkah (Berkarya dengan sepenuh Hati)
memberdayakan masyarakat untuk berubah

MASYARAKAT SEHAT, SEJAHTERA DAN BERKEADILAN

33

Anda mungkin juga menyukai