Anda di halaman 1dari 38

Mikroorganisme Penyebab Infeksi

Saluran Pernafasan dan Paru-paru

Prof. Dr.dr. Efrida Warganegara, Sp.MK


Anatomi Saluran Pernafasan
Flora Normal Saluran Pernafasan
Infeksi Saluran Pernafasan
1. Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA)
a) Bakteri :
* Streptokokus Pharyngitis,
* Difteri,
* infeksi mata, telinga dan sinus

b) Virus :
* Common Cold,
* Adenoviral Pharingitis
Infeksi Saluran Pernafasan
2. Infeksi Saluran Pernafasan Bawah (ISPB)
a) Bakteri : * Penumokokal Pneumonia,
* Klebsiella Pneumonia,
* Mycoplasma Pneumonia,
* Pertussis,
* TBC,
* Legionnaire Diss.,
b) Virus : * Influenza.
* Infeksi Respiratory Syncytial Virus,
* Syndroma Hantavirus Pulmonary.
c) Jamur : * Coccidioidomycosis,
* Histoplasmosis
Infeksi Saluran Pernafasan Atas

(ISPA)
1. Pharyngitis
Penyebab : Streptococcus pyogenes

Taxonomy
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus, ada 3 tipe
hemolitik pada LAD
Spesies yang penting :
1. S. pyogenes (group A, -hemolitik
Streptococcus)
2. S. pneumoniae ( - hemolytik)
3. S. viridans (-hemolitik)
Streptococcus pyogenes
A. Kharakteristik Umum
* Gram (+) kokus, tersusun tunggal,
berpasangan, atau seperti
rantai tergantung lingkungan
* Bersifat Fakultatif anaerob
* Melekat pada permukaan sel epithel
melalui bagian asam
lipoteichoat dari pili
Streptococcus pyogenes
B. Klasifikasi
- Diklasifikasi sebagai group A dari 21 group
Lancefield Streptococcus, yang dibedakan
secara serologi melalui perbedaan kecil dalam
KH dinding sel yng spesifik
- mengandung group A spesifik KH dan
beberapa protein Ag (M, T, R Ag) dalam dinding
sel
- Terdapat 80 tipe berdasarkan perbedaan
antigenik didalam protein M
Streptococcus pyogenes
B. Klasifikasi (lanjutan)
- Diklasifikasi kedalam -hemolitik (dari ,
, dan hemolitik)
- Sensitif terhadap Bacitracin
- Bersifat catalase negatif
- Jarang menjadi resisten terhadap
penisilin
- Dapat dideteksi dari usap tenggorokan
Streptococcus pyogenes
B. Faktor Pathogenisitas
- Mempunyai Protein M -> suatu faktor
virulensi yang potensial fimbriae
- Mempunyai suatu kapsul asam hialuronat,
antifagositik, nonantigenik
- Toksin Eritherogenik diproduksi oleh strain
lisogenik
- Mempunyai 2 hemolisin : S dan O
- Mempunyai sisten enzim yang multipel
Streptococcus pyogenes
D. Penyakit Klinik
1. Faringitis Streptokokus
2. Scarlet fever
3. Infeksi Kulit : Impetigo,
Sellulitis, Erisipelas, Fascitis
4. Post Infection Disease :
- rheumatic Fever
- Glomerulo Nephritis Acuta (GNA)
2. Diphtheri
Corynebacterium diphtheriae
Kharakteristik Umum :
* Diameter 0,5-1 cm, Gram positif, bentuk : club-
shaped rod (coryneform)
* Sering tersusun dlm bentuk huruf V dan L
* Kadang-kadang berkelompok spt / disebut
Chinese character (tulisan huruf Cina)
* Penyebab diphtheria mel. kolonisasi pada sal.
nafas bag. atas dan mengeluarkan eksotoksin yg
potensial
* Anaerob fakultatif,optimal dalam suasana aerob
* Tidak bergerak
* Katalase positif
Corynebacterium diphtheriae

o Biakan Media serum Loeffler,


o Tidak membentuk spora, tidak tahan asam,
sedikit cenderung untuk bercabang
o Tumbuh secara aerob, Bersifat toksigenik
o Terdapat 4 biotipe C. diphtheriae yaitu :
1. Gravis - ganas
2. Mitis
3. Intermedius
4. Belfanti
o Tetapi sangat sulit dibedakan antar biotipe
PATHOGENESIS
- Secara alami, C. diphteriae berada dalam
saluran respirasi, pada luka, atau kulit yg
terinfeksi atau karier normal
- Penyebaran melalui tetesan, kontak dgn
individu yang terkena. Basil tumbuh di
membran mukosa, atau abrasi kulit dan
memproduksi toksin
- Semua yang bersifat toxigenic dari C.
diphteriae mampu menghasilkan exotoxin
penyakit yang sama
- Produk toxin in vitro bergantung:
besar konsentrasi besi , tekanan Osmotik, (C)
As. Amino, pH, ketersediaan sumber C dan N
o Target primer sel dari toksin adalah
sal. nafas bag. atas jantung dan
sel syaraf
o Bentuk terinactivasi (toxoid), adalah
komponen vaksin difteri, toksoid
tetanus dan pertusis (DPT)
o Produksi toksin dapat dilihat dgn :
a. agar diffusion Elek test (in vitro)
b. in vivo test
c. tissue culture cells test
o Toxin diphteri : heat-labile polypeptide
(BM=62000)
o Dosis lethal 0,1 g/kg
o Berupa Eksotoksin yg potensial, t.d 2 komponen
A dan B
- komponen B berikatan dgn reseptor membran
sel spesifik (yg dibutuhkan utk menangkap
komponen A dan B oleh sel)
- component A adalah suatu enzyme (ADP ribosyl
transferase) yg merupakan ADP ribosylates
elongation factor 2 (EF2) menghambat
pergerakan rantai peptida, thus menyetop
protein synthesis
GEJALA KLINIK
- Dimulai dgn pharyngitis ringan dengan sedikit
demam dan menggigil menyebar ke
nasopharynx atau kebawah sampai di larynx
dan trachea
- Bakteri sendiri tidak menyebar tapi melepaskan
eksotoksin diphtheria dalam sirkulasi
(toxaemia) dan menyebabkan symptom
tambahan seperti hoarseness and stridor
- Menghasilkan pseudomembran yang abu-abu
kotor, melekat erat pada dasar, menyebar,
terdiri dari inflammatory necrosis, fibrin,
epithelial cells, neutrophils, monocytes dan
bacteria
- Terjadi : cervical adenitis dan edema bull neck
yg khas
- Rasa lemah dan sesak napas akibat obstruksi
yang disebabkan oleh membran.
- Obstruksi ini menyebabkan ke(-)an oksigen sp
mati lemas perlu segera ditanggulangi dgn :
intubasi atau tracheostomy.
o Gangguan lain : Irreguler cardiac ritmik (kerusakan
pada jantung), kesulitan dengan penglihatan,
bicara, menelan/pergerakan lengan atau kaki.
o Semua manifestasi cenderung terjadi spontan.
o Umumnya var gravis cenderung lebih parah
o Tetapi penyakit yg sama dapat ditimbulkan oleh
semua tipe.
Laboratory diagnosis
- Pengecatan : Gram, neisser
-

Kultur pada 2 media khusus :


a. tellurite-containing medium
C.diphtheriae mereduksi
tellurite,merubah colony abu jadi hitam
b. Loeffler coagulated serum medium
C.diphtheriae menghasilkan banyak
granula volutin yang dapat dicat
metakhromatik
Control
* Pengobatan dengan antitoxin (ADS) dan
antibiotics
* Pencegahan melalui vaksinasi dengan toxoid
dalam DTP diikuti oleh booster Td (tetanus
dan diphtheria toxoids).
* Vaksinasi tidak mencegah kolonisasi, tetapi
jelas mengurangi kecepatan kolonisasi
* Masalah utama pada kontrol dipteria adalah
Eliminasi dari keadaan karier.
* Usaha kontrol: 1. Isolasi & YanKes; 2. diberi
eritromisin dan penisilin; 3. Imunisasi
Complication
- asphyxiation dari
pseudomembrane
- myocarditis dan kadang-kadang
lebih berat cardiotoxicity
- paralysis palatum mole dan lebih
berat neuropathi
PENGOBATAN
o Pasien dipteria Antitoxin
Toxin Netral
o Penisilin dan eritromisin Anti
Mikroba yang efektif
o Eritromisin Memberantas keadaan
Karier
o Penisilin Menekan lesi pada
dipteria cutaneus
Epidemiologi
* Ditularkan melalui penyebaran droplet, oleh
kontak langsung dengan infeksi pada kulit, atau
pada tingkat yang lebih rendah, oleh fomites.
* Beberapa subyek sembuh sebagai carrier nasal
atau pharyngeal dan organisme tsb akan
mendiami tubuhnya selama beberapa
minggu/bulan, bahkan seumur hidupnya.
2. Difteri
5. Common Cold
Rhino viruses

To cause URTI.
The most frequent : common cold.
Acid labile, consist of 100 serotypes.
Isolation : nose & throat swab
Pathogenesis
Port of entry : URT droplet infection.
Virus can find from nose secretion after 2 4 days
post contact
There are limited histopathologic alteration at
sub mucous & surface epithelial.
5. Common Cold
6. Adeno Pharyngitis
KEY CONCEPTS
Most often cause mild infections of the
respiratory & GI systems, more severe include
keratoconjunctivitis & severe form of
pneumonia
Non-enveloped, large DNA viruses
Attach to host cells by means of fiber proteins
that protrude from the capsid
Express their genes following penetration into
the host cell in three phases : the pre-early,
early & late phase
Have oncogenic potential
Adenoviruses are a frequent cause of acute upper
respiratory tract (URT) infections colds
Sub group B, C, dan dapat menyebabkan infeksi
pada sal pernafasan. Sedangkan group A potensal
oncogenik (B lemah)
Pathogenesis
Adenovirus infect & replicate in epithelial cells of
respiratory tract, eye, GI tract, urinary bladder, and
liver
They usually do not spread beyond the regional
lymph nodes
Group C viruses persist as latent infection for years
in adenoids and tonsils and shed in the stool for
many months after the initial infection
6. Adenoviral Pharyngitis
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai