Anda di halaman 1dari 33

International Standards

For Tuberculosis Care


(ISTC)
oleh : Puty Annisa Prilina
61112030
Standar Internasional yang seharusnya diupayakan
oleh semua praktisi baik swasta maupun pemerintah
dalam mengelola pasien TB atau diduga menderita
TB.

ISTC telah disepakati oleh organisasi profesi untuk diterapkan dalam


penanganan TB di Indonesia.
ISTC Standard Diagnosis 1-6

Standard Pengobatan 7 - 13

Standard Penanganan TB
dengan Infeksi HIV dan 14 - 17
Kondisi Komorbid Lain

Standard untuk Pelayanan


Kesehatan Masyarakat dan 18 - 21
Pencegahan
Standard 1

Untuk memastikan diagnosis dini, pemberi pelayanan kesehatan harus


mengetahui :

Faktor risiko TB individu dan kelompok

Evaluasi Uji
klinis cepat diagnostik
yang tepat

Untuk orang dengan gejala dan temuan yang mendukung TB


Standard 2

Semua pasien, termasuk anak, dengan:


batuk yang tidak diketahui penyebabnya yang
berlangsung 2 minggu atau dengan
temuan yang lain pada foto toraks yang tidak diketahui
penyebabnya yang mendukung ke arah TB harus
dievaluasi untuk TB
Standard 3

Semua pasien, termasuk anak yang:


dicurigai memiliki TB paru
mampu mengeluarkan dahak
harus memberikan sedikitnya dua spesimen dahak
untuk pemeriksaan mikroskopis atau satu spesimen
dahak untuk pemeriksaan Xpert MTB/RIF.
Pasien dengan risiko resistensi obat yang mempunyai
risiko HIV atau yang sakit berat sebaiknya diperiksa
dengan Xpert MTB/RIF (diagnostik awal).

Uji serologi darah dan interferon-gamma release assays tidak boleh


digunakan untuk diagnosis TB aktif.
Standard 4

Untuk semua pasien, termasuk anak, yang:


diduga memiliki TB ekstra paru spesimen dari bagian tubuh yang
sakit sebaiknya diambil untuk pemeriksaan mikrobiologi dan
histologi

mengingat pentingnya Xpert MTB/RIF css


direkomendasikan sebagai uji mikrobiologi awal untuk pasien yang
diduga meningitis TB.
Standard 5

Pasien yang Pemeriksaan


diduga memiliki Xpert
TB paru dengan MTB/RIF Pengumpulan Pengobatan
BTA (-) dan/atau spesimen dengan
untuk obat anti
Pada pasien pemeriksaan TB harus
dengan BTA (-) Biakan biakan dimulai
dan Xpert dahak
MTB/RIF (-),
tetapi bukti-
bukti klinis
mendukung
kuat ke arah
TB
Standard 6

Untuk semua anak yang diduga menderita TB intratoraks


(misalnya paru, pleura, dan kelenjar getah bening
mediastinum atau hilus),

konfirmasi bakteriologis perlu dilakukan melalui


pemeriksaan sekresi saluran pernapasan (dahak
ekspektorasi, dahak hasil induksi, bilas lambung) untuk
pemeriksaan mikroskopik, Xpert MTB/RIF, dan/atau
biakan.
Standard 7

Untuk memenuhi kewajiban terhadap kesehatan masyarakat


dan kewajibannya terhadap pasien, pemberi pelayanan
kesehatan harus:
1. Memberikan paduan pengobatan yang tepat,
2. Memantau kepatuhan terhadap paduan obat, dan
3. Jika diperlukan membantu mengatasi berbagai faktor yang
menyebabkan putusnya atau terhentinya pengobatan.

Untuk memenuhi kewajiban diperlukan koordinasi dengan


dinas kesehatan setempat dan/atau organisasi lainnya.

.
Standard 8

- Semua pasien yang:


belum pernah diobati dan
tidak memiliki faktor risiko untuk resistensi obat

harus mendapatkan pengobatan Lini Pertama yang sudah


disetujui oleh WHO dengan menggunakan obat yang terjamin
kualitasnya.
- Fase intensif (2 bulan): Isoniazid, Rifampisin, Pirazinamid, Etambutol.
- Pada fase lanjutan (4 bulan) : Isoniazid, Rifampicin selama 4 bulan.
- Dosis pengobatan harus mengikuti rekomendasi WHO.
- Penggunaan obat kombinasi dosis tetap (KDT) mempermudah
pemberian obat.
Standard 9
Pada pengobatan semua pasien:
Perlu dibangun pendekatan yang berpusat kepada pasien,
Dalam rangka :
1. mendorong kepatuhan,
2. meningkatkan kualitas hidup, dan
3. Meringankan penderitaan

Pendekatan ini dilakukan berdasarkan kebutuhan pasien dan


rasa saling menghormati antara pasien dan penyedia
pelayanan kesehatan
Standard 10
Respon Pengobatan terhadap pasien dengan TB Paru
Termasuk yang didiagnosis dengan TCM - TB ekstraparu
- TB anak
Pemeriksaan mikroskopis setelah
fase intensif selesai (2 bulan)
Respon pengobatan
dinilai secara klinis
BTA positif

Pem mikroskopis pada


akhir bulan ketiga

Pemeriksaan kepekaan obat


molekular cepat (line probe assays Biakan dengan uji kepekaan
atau Xpert MTB/RIF) obat
Standard 11

Penilaian untuk kemungkinan resistensi obat, berdasarkan:

1.Riwayat pengobatan sebelumnya atau

2. Pajanan dari kasus yang mungkin merupakan sumber penularan


organisme resisten obat, dan

3. Survei prevalens resistensi obat di komunitas (jika diketahui),


perlu dilakukan untuk semua pasien.
Uji resistensi obat perlu dilakukan saat pengobatan dimulai untuk semua
pasien dengan risiko memiliki TB resisten obat.

Pasien yang
Pasien dengan putus Harus diperiksa
BTA tetap pengobatan untuk
positif setelah Pasien dengan
atau kambuh kemungkinan
menyelesaikan pengobatan
setelah
yang gagal resistensi obat.
3 bulan menyelesaikan
pengobatan, satu atau lebih
pengobatan

Resistensi terhadap Rifampisin ?


Uji biakan dan uji kepekaan terhadap Isoniazid, Fluorokuinolon, dan obat-obatan suntik lini
kedua
Standard 12

Pasien dengan/yang sangat mungkin memiliki TB RO (terutama


MDR/XDR) diobati dengan paduan khusus yang mengandung
obat anti TB Lini Kedua yang terjamin kualitasnya.

Sedikitnya diberikan lima jenis obat, Pirazinamid dan empat


obat lainnya yang organismenya diketahui atau diduga masih
peka, termasuk obat suntik, harus digunakan pada 6-8 bulan
fase intensif, dan gunakan setidaknya 3 jenis obat yang
organismenya diketahui atau diduga masih peka pada fase
lanjutan.
Terapi harus diberikan 18-24 bulan setelah terjadinya konversi
biakan dahak.
Standard 13

Untuk semua pasien perlu dibuat catatan yang


mudah diakses dan disusun secara sistematis
mengenai:
1. Obat-obatan yang diberikan,
2. Respons bakteriologik,
3. Hasil akhir pengobatan, dan
4. Efek samping.
Standard 14

Semua pasien Konseling dan tes


dengan atau HIV perlu dilakukan
yang diduga TB,

Ada konfirmasi hasil tes


yang negatif dalam dua Konseling dan tes
bulan terakhir HIV tidak perlu
dilakukan

Karena hubungan yang erat antara TB dan HIV, pendekatan yang terintegrasi
untuk pencegahan, diagnosis, dan pengobatan baik infeksi TB maupun HIV
direkomendasikan pada daerah dengan prevalensi HIV yang tinggi.
Standard 15

Pada pasien dengan infeksi HIV


dan TB yang menderita ARV harus
imunosupresi berat (hitung CD4 dimulai
kurang dari 50 sel/mm3)
2 minggu setelah dimulai
pengobatan TB

Pasien dengan infeksi TB dan HIV harus diberikan


kotrimoksazol untuk pencegahan infeksi lain.
Standard 16
Pasien dengan infeksi HIV yang setelah dievaluasi secara
seksama tidak memiliki TB aktif diobati sebagai infeksi
TB laten dengan Isoniazid minimal 6 bulan.

PP INH mencegah TB aktif pada ODHA menurunkan beban TB


pada ODHA.
Jika pada ODHA tidak terbukti TB dan tidak ada kontraindikasi, maka
PP INH diberikan yaitu:
INH diberikan dengan dosis 300 mg/hari dan
B6 dengan dosis 25 mg/hari sebanyak 180 dosis atau 6 bulan.
Standard 17
Semua pemberi pelayanan kesehatan harus melakukan
penilaian yang menyeluruh untuk mencari kondisi
komorbid dan berbagai faktor lainnya yang dapat
mempengaruhi respons atau hasil akhir pengobatan TB
dan mengidentifikasi pelayanan tambahan yang dapat
mendukung hasil akhir pengobatan yang optimal bagi
masing-masing pasien.
- Perlu diberikan perhatian khusus pada penyakit atau
kondisi yang diketahui dapat mempengaruhi hasil akhir
pengobatan, seperti

- diabetes mellitus,
- penyalahgunaan obat-obatan dan alkohol,
- nutrisi yang buruk, dan
- Perokok

- Rujukan untuk dukungan psikososial lainnya atau


pelayanan seperti pelayanan antenatal atau perawatan
bayi juga perlu disediakan
Standard 18

Semua pemberi pelayanan kesehatan harus memastikan bahwa


kontak erat dari pasien dengan TB yang menular harus dievaluasi dan
ditatalaksana sesuai dengan rekomendasi internasional.
Prioritas tertinggi evaluasi kontak adalah:
1. Orang dengan gejala yang mendukung ke arah TB
2. Anak usia di bawah 5 tahun
3. Kontak dengan kondisi atau diduga memiliki kondisi
imunokompromais, khususnya infeksi HIV
4. Kontak dengan pasien TB MDR/XDR
Standard 19

Anak usia di bawah 5 pemeriksaan


kontak erat secara cermat
tahun dan semua
pasien TB
individu berapapun
menular
umurnya
tidak memiliki TB
aktif

harus diobati
sebagai terduga
Isoniazid selama infeksi TB laten
sekurang-
kurangnya 6 bulan.
Cara Pemberian Isoniazid untuk Pencegahan

INH (Isoniazid) dengan dosis 10 mg/ kgBB (7-15 mg/kg) setiap hari selama 6 bulan.
Setiap bulan (saat pengambilan obat Isoniazid) dilakukan pemantauan terhadap adanya gejala
TB.
Jika terdapat gejala TB pada bulan ke 2, ke 3, ke 4, ke 5 atau ke 6 segera evaluasi
terhadap sakit TB terbukti sakit TB terapi TB anak dimulai dari awal
Jika rejimen Isoniazid profilaksis selesai diberikan tidak ada gejala TB selama 6 bulan
pemberian STOP isoniazid profilaksis
Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, perlu diberikan BCG setelah
pengobatan profilaksis dengan INH selesai.
Standard 20

Pasien TB Pengobatan di fasilitas


Pasien terduga TB pelayanan kesehatan

Harus mengembangkan dan menerapkan


Program dan Pengendalian Infeksi (PPI)
TB yang tepat

Minimalisir kemungkinan
penularan M. Tb ke
pasien/tenaga kesehatan
Standard 21

Kasus baru
Pengobatan Hasil akhir pengobatan
Pengobatan
ulang

Lapor ke Dinkes
setempat sesuai dengan
peraturan hukum dan
Lapor ke Dinkes
kebijakan yang berlaku
setempat sesuai dengan
peraturan hukum dan
kebijakan yang berlaku

Anda mungkin juga menyukai