Anda di halaman 1dari 2

Puasa Arafah

1. Puasa arafah mengikuti wuquf di arafah


Ini merupakan pendapat Lajnah Daimah (Komite Fatwa dan Penelitian Ilmiyah) Arab Saudi. Mereka
berdalil dengan pengertian hari arafah, bahwa hari arafah adalah hari dimana para jamaah haji wukuf
di Arafah. Tanpa memandang tanggal berapa posisi hari ini berada.
Dalam salah satu fatwanya tentang perbedaan tanggal antara tanggal 9 Dzulhijjah di luar negeri
dengan hari wukuf di arafah di Saudi, Lajnah Daimah menjelaskan, Hari arafah adalah hari dimana
kaum muslimin melakukan wukuf di Arafah. Puasa arafah dianjurkan, bagi orang yang tidak melakukan
haji. Karena itu, jika anda ingin puasa arafah, maka anda bisa melakukan puasa di hari itu (hari wukuf).
Dan jika anda puasa sehari sebelumnya, tidak masalah. (Fatawa Lajnah Daimah, no. 4052)

2. Puasa arafah sesuai tanggal 9 Dzulhijjah di daerah setempat


Penentuan ibadah yang terkait dengan waktu, ditentukan berdasarkan waktu dimana orang itu
berada. Dan hari arafah adalah hari yang bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijjah. Sehingga
penentuannya kembali kepada penentuan kalender di mana kaum muslimin berada. Sesuai mathla
(tempat terbit hilal). Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
,

Apabila kalian melihat hilal, lakukanlah puasa dan apabila melihat hilal lagi (hari raya), berbukalah.
(Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin, volume 20, hlm. 28)

Mayoritas ulama berpendapat bahwa dalam menentukan tanggal awal bulan, kaum muslimin di
seluruh dunia disatukan. Sehingga perbedaan tempat terbit hilal tidak mempengaruhi perbedaan
tanggal.

Sementara sebagian ulama berpendapat bahwa perbedaan mathali mempengaruhi perbedaan


penentuan awal bulan di masing-masing daerah. Ini meruakan pendapat Ikrimah, al-Qosim bin
Muhammad, Salim bin Abdillah bin Umar, Imam Malik, Ishaq bin Rahuyah, dan Ibnu Abbas. (Fathul
Bari, 4/123). Hal ini berdasarkan riwayat dari Kuraib mantan budak Ibnu Abbas , bahwa Ummu
Fadhl bintu al-Harits (Ibunya Ibnu Abbas) pernah menyuruhnya untuk menemui Muawiyah di Syam,
dalam rangka menyelesaikan suatu urusan. Kuraib melanjutkan kisahnya, Setibanya di Syam, saya
selesaikan urusan yang dititipkan Ummu Fadhl. Ketika itu masuk tanggal 1 ramadhan dan saya masih
di Syam. Saya melihat hilal malam jumat. Kemudian saya pulang ke Madinah. Setibanya di Madinah di
akhir bulan, Ibnu Abbas bertanya kepadaku Kapan kalian melihat hilal? tanya Ibnu Abbas. kami
melihatnya malam jumat. Jawab Kuraib. Kamu melihatnya sendiri? tanya Ibnu Abbas. Ya, saya
melihatnya dan masyarakatpun melihatnya. Mereka puasa dan Muawiyahpun puasa. Jawab Kuraib.
Ibnu Abbas menjelaskan, Kalau kami melihatnya malam sabtu. Kami terus berpuasa, hingga kami
selesaikan selama 30 hari atau kami melihat hilal Syawal. Kuraib bertanya lagi, Mengapa kalian tidak
mengikuti rukyah Muawiyah dan puasanya Muawiyah? Jawab Ibnu Abbas, Tidak, seperti ini yang
diperintahkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam kepada kami. (HR. Muslim 2580, Nasai 2111,
Abu Daud 2334, Turmudzi 697, dan yang lainnya).

Kita sepakat bahwa islam adalah agama bagi seluruh alam. Tidak dibatasi waktu dan zaman, sebelum
tiba saatnya Allah mencabut islam. Dan seperti yang kita baca dalam sejarah, di akhir dakwah Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam, islam sudah tersebar ke berbagai penjuru wilayah, yang jarak jangkaunya
cukup jauh. Mekah dan Madinah kala itu ditempuh kurang lebih sepekan. Kemudian di zaman para
sahabat, islam telah melebar hingga dataran syam dan Iraq. Dengan alat transportasi masa silam,
perjalanan dari Mekah menuju ujung wilayah kaum muslimin, bisa menghabiskan waktu lebih dari
sebulan.
Karena itu, di masa silam, untuk mengantarkan sebuah info dari Mekah ke Syam atau Mekah ke Kufah,
harus menempuh waktu yang sangat panjang. Berbeda dengan sekarang, anda bisa menginformasikan
semua kejadian yang ada di tanah suci ke Indonesia, hanya kurang dari 1 detik. Sehingga orang yang
berada di tempat sangat jauh sekalipun, bisa mengetahui kapan kegiatan wukuf di arafah, dalam waktu
sangat-sangat singkat.
Di sini kita bisa menyimpulkan, jika di masa silam standar hari arafah itu mengikuti kegiatan jamaah haji
yang wukuf di arafah, tentu kaum muslimin yang berada di tempat yang jauh dari Mekah, tidak mungkin
bisa menerima info tersebut di hari yang sama, atau bahkan harus menunggu beberapa hari.
Jika ini diterapkan, tentu tidak akan ada kaum muslimin yang bisa melaksanakan puasa arafah dalam
keadaan yakin telah sesuai dengan hari wukuf di padang arafah. Karena mereka yang jauh dari Mekah
sama sekali buta dengan kondisi di Mekah.
Ini berbeda dengan masa sekarang. Hari arafah sama dengan hari wukuf di arafah, bisa dengan mudah
diterapkan. Hanya saja, di sini kita berbicara dengan standar masa silam dan bukan masa sekarang.
Karena tidak boleh kita mengatakan, ada satu ajaran agama yang hanya bisa diamalkan secara sempurna
di zaman teknologi, sementara itu tidak mungkin dipraktekkan di masa silam.
Oleh karena itu, memahami pertimbangan di atas, satu-satunya yang bisa kita jadikan acuan adalah
penanggalan. Hari arafah adalah hari yang bertepatan dengan tanggal 9 Dzulhijjah, dan bukan hari
jamaah haji wukuf di Arafah. Dengan prinsip ini, kita bisa memahami bahwa syariat puasa arafah bisa
dipraktekkan kaum muslimin di seluruh penjuru dunia tanpa mengenal batas waktu dan tempat.

Keutamaan Puasa Arafah


Salah satu amalan utama di awal Dzulhijjah adalah puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa ini
memiliki keutamaan yang semestinya tidak ditinggalkan seorang muslim pun. Puasa ini dilaksanakan bagi
kaum muslimin yang tidak melaksanakan ibadah haji.
Dari Abu Qotadah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,







Puasa Arofah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang.
Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu. (HR. Muslim no. 1162)

Qurban
Dari Ummu Salamah Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,





Jika masuk bulan Dzulhijah dan salah seorang dari kalian ingin menyembelih qurban, maka hendaklah ia
tidak memotong sedikitpun dari rambut dan kukunya.[HR. Muslim no. 1977]

Anda mungkin juga menyukai