Anda di halaman 1dari 48

VI.

LAJU REAKSI
6.1. Pendahuluan
Alasan utama untuk mempelajari laju
reaksi :
* Untuk memprediksi berapa lama
reaksi mencapai kesetimbangan.
* Studi laju reaksi memberikan
pengertian tentang mekanisme
reaksi.
6.2. Persamaan Laju

Laju reaksi kimia :


perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil
reaksi per satuan waktu.

Satuan konsentrasi: M (mol/L)

mol/L
Satuan laju
waktu
Untuk reaksi:
A + B C

Konsentrasi yang terlibat : [A], [B] dan [C].

Ukuran laju reaksi :


* laju pembentukan produk C,
* laju pemakaian salah satu pereaksi (A
atau B).
Laju pemakaian pereaksi A adalah :
d [A]
A
dt
Laju pembentukan produk C
d [C]
C
dt
Kedua laju positif.
Stoikiometri reaksi : laju pembentukan C =
laju pemakaian A atau B
Untuk reaksi :

A + 2B 3 C + D
Laju pembentukan C = 3 x laju pemakaian A
d[D] 1 d[C] d[A] 1 d[B]

dt 3 dt dt 2 dt
Secara umum laju reaksi dituliskan sebagai :
1 d [J]
6.1
v J dt

vJ = koefisien stoikiometri dari zat J (vJ negatif


untuk pereaksi dan positif untuk produk)
Contoh :
Laju pembentukan NO dalam reaksi
2 NOBr (g) 2 NO (g) + Br2 (g)
adalah 1,6 x 10-4 mol L-1 s-1. Berapa laju reaksi
dan laju pemakaian NOBr?

Jawab :

vNO = + 2
1 d [NO] 1
x (1,6 x 10 -4 mol L-1 s -1 )
2 dt 2
8 x 10 5 mol L-1 s -1
Karena vNOBr = -2 maka

atau
Laju yang diukur pada beberapa tahap reaksi

sering ditemukan berbanding lurus dengan

konsentrasi pereaksi berpangkat suatu

bilangan.
Sebagai contoh untuk reaksi
A + 2 B 3 C + D,
d[A]
k[A][B] 6.2
dt
persamaan laju reaksi
k = tetapan laju (koefisien laju)
Penentuan dan pernyataan persamaan laju
mempunyai 3 tujuan yakni

(1) Laju reaksi dapat diprediksi


(2) Persamaan laju merupakan penuntun untuk
mekanisme reaksi
(3) Persamaan laju membantu dalam
mengklasifikasi reaksi berdasarkan orde
reaksi.
Orde terhadap suatu komponen : pangkat
konsentrasi komponen yang didapatkan pada
persamaan laju.
Contoh :
Untuk persamaan
d[A] k[A][B]
dt
Reaksi orde satu terhadap A
orde satu terhadap B.
Orde keseluruhan = 2.
6.3. Penentuan Laju Reaksi
Data kinetik adalah konsentrasi zat-zat pada
berbagai waktu.
Ada beberapa cara menentukan persamaan
laju.

Tahap pertama : mengidentifikasi semua


produk dan mengidentifikasi apakah intermedit
atau hasil samping dilibatkan.
Metode isolasi : konsentrasi semua pereaksi
kecuali satu pereaksi dibuat sangat berlebih.
Jika untuk Persamaan 6.2 di atas, konsentrasi B
sangat berlebih, maka konsentrasi zat ini
dianggap tetap sepanjang reaksi.

Persamaan laju yang sesungguhnya adalah :


= k [A][B]
[B] dapat dianggap sama dengan [B]o
sehingga
= k [A], dimana k = k [B]o
bentuk persamaan laju orde satu.
Karena persamaan laju dipaksakan menjadi
bentuk orde satu (asumsi konsentrasi B tetap),
persamaan : persamaan laju orde satu semu.
Untuk persamaan laju yang lebih rumit seperti
2 1/2
k 1 [A] [B]

k 2 k 3 [B]
teknik isolasi dengan B berlebih menghasilkan
k 1 [B]1/2
k[A] 2 , dimana k o

k 2 k 3 [B] o

persamaan laju orde dua semu

Kebergantungan laju pada konsentrasi


pereaksi-pereaksi dapat ditemukan dengan
mengeliminasi masing-masing pereaksi secara
bergantian sehingga konstruksi persamaan
laju keseluruhan dapat diperoleh.
Metode laju awal, laju diukur pada awal
reaksi untuk beberapa konsentrasi awal
yang berbeda.
Misalkan persamaan laju untuk reaksi yang
melibatkan A dan B adalah
a b
v k [A]o [B]o
A, B
log vA,B = log k + a log [A]o + b log [B] 6.3
Plot logaritma laju awal dari perubahan
konsentrasi Vs logaritma [A]o ([B]o tetap)
merupakan garis lurus dengan slope a.
Dengan cara yang sama, orde terhadap B
dapat ditentukan dengan mengplot log A,B
Vs log [B]o ([A]o tetap)
Kombinasi atom-atom iodium dalam fase gas
dengan adanya argon ditentukan dan orde
reaksi ditentukan dengan metode laju awal.
Laju awal pembentukan I2 melalui reaksi
2 I (g) + Ar (g) I2 (g) + Ar (g)
adalah sbb:

Tentukan orde reaksi terhadap konsentrasi


iodium dan terhadap konsentrasi argon.
Berapa tetapan laju
(a) [Ar]0 = 1,0 x 10-3 M, (b) [Ar]0 = 5,0 x 10-3 M,
(c) [Ar]0 = 1,0 x 10-2 M
Penyelesaian:
Misalkan persamaan laju,

I Ar k[ I ] [ Ar ]
a
o
b
o

log I,Ar = log k + a log [I]o + b log [Ar]o


Untuk menentukan orde terhadap I, plot
log vI,Ar Vs log [I]o pada [Ar]o tetap (dalam hal
ini dipilih [Ar]o = 1,0 x 10-3 M
0
-1
log vI,Ar

-2 Slope =
-3 tan = 2,
-4
-5.2 -4.9 -4.6 -4.3
a=2
log [ I ]o
Untuk menentukan orde terhadap Ar, plot log
vI,Ar terhadap log [Ar]o pada [I]o tetap (dalam
hal ini dipilih [ I ]o = 1,0 x 10-5 M
0
-1
log I,Ar

-2
-3
-4
-3.5 -3 -2.5 -2 -1.5
log [Ar]o

Slope = tan = 1, b = 1

Jadi persamaan laju, I,Ar = k [ I ]o2 [Ar ]1o


Untuk menentukan k, masukkan salah satu
data I,Ar, [I]o dan [Ar]o ke dalam persamaan
laju. Misalkan data yang diambil
I,Ar, = 8,7 x 10-5 M det -1,
[ I ]o = 1,0 x 10-5 M dan
[Ar]o = 1,0 x 10-3 M

8,7 x 10 5 M det 1
k 8,7 x 108 M 2 det 1
(1,0 x 10 5 M) 2 x 1,0 x 10 3 M
Reaksi Orde Satu
Persamaan laju orde satu untuk hilangnya
pereaksi A :

-d [A]/dt = k [A] 6.4

d[A]/[A] = - k dt 6.5
Pada t = 0, konsentrasi A = [A]o dan pada t
= t, konsentrasi A = [A].
[A] t
d [ A]
[ A]
k dt
[ A ]o o
atau

ln [A] ln [A]o = kt 6.6

Persamaan 6.6 dapat dituliskan dalam bentuk:


[A]
ln kt 6.7
[A]o

atau

[A] = [A]o e-kt 6.8


Contoh 6.3
Tekanan parsial azometan CH3N2CH3 diamati
sebagai fungsi waktu pada 600 K dengan
data sebagai berikut:

Buktikan bahwa dekomposisi


CH3N2CH3 (g) CH3CH3 (g) + N2 (g)
merupakan reaksi orde satu.
Penyelesaian:
Plot ln (P/Po) terhadap t. Jika reaksi orde
satu, grafik akan linier, slope = - k
Grafik adalah linier dengan slope = -3,6 x 10-4 = - k

Jadi k = 3,6 x 10-4


Reaksi Orde Dua
Untuk reaksi orde dua terhadap A,
persamaan laju adalah
d [A]/dt = - k [A]2 6.9
Integrasi Pers. (6.9) diperoleh :
[A] d[A] t
k dt atau 1 1 kt 6.10
[A]o [A]2 o [A] [A]o

Pers (6.10) dapat ditulis dalam bentuk:


[A]o
[A] 6.11
1 kt[A]o
Jika orde reaksi keseluruhan adalah orde dua,
tetapi orde satu untuk tiap komponen
pereaksi A dan B, persamaan laju adalah:
d[A]/dt = - k [A][B] 6.12

Misalkan reaksi adalah:

A + B P
Konsentrasi awal A = [A]o dan konsentrasi
awal B = [B]o
1 [B]/[B] o
kt ln 6.13
[B]o [A]o [A]/[A] o

Justifikasi
Dari stoikiometri reaksi setelah reaksi
berlangsung dalam waktu t, [A] = [A]o x
dan [B] = [B]o x

d[A]
k ([ A]o x )([ B]o x )
dt
Karena d[A]/dt = - dx/dt
dx
k ([A] o x)([B] o x)
dt
Keadaan awal : x = 0 jika t = 0
x t
dx
([A]o x)([ B]o x) k dt
0 o

x
dx
kt
0
([A] o x)([B] o x)
1
x
1 1
kt
[B]o [A]o 0 [A]o x [B]o x dx
1 [A]o [B] o
kt ln ln
[B] o [A]o [A]o x [B] o x

1 [B]/[B] o
kt ln
[B] o [A]o [A]/[A]
Reaksi orde nol
Untuk reaksi orde nol, persamaan laju :
d[A ]
k [A] o
dt
d[A] k dt
[A] t

d[A] k dt
[Ao ] 0
[A] [A]o = - k t 6.14

Waktu Paruh (t1/2)

Waktu yang digunakan reaksi tersebut


sehingga konsentrasinya turun menjadi
setengah dari konsentrasi awal
Untuk reaksi orde pertama:

[A]
kt ln
[ A ]o
Pada t = t1/2, [A] = [A]o
1 / 2 [A]o
kt1 / 2 ln ln 1 / 2 ln 2
[A]o

t1/2 = (ln 2)/k = 0,693/k 6.15


Untuk reaksi orde dua
1 1
k t1 / 2
1 / 2 [A]o [A]o
t1/2 = 1/k[A]o 6.16
Untuk reaksi orde nol

[A]o [A]o = - k t1/2

[A]o = k t1/2

t1/2 = [A]o / 2 k 6.17


6.4. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi

Laju dari kebanyakan reaksi kimia


bertambah dengan bertambahnya suhu.
Banyak reaksi mempunyai tetapan laju yang
mengikuti persamaan Arrhenius
Ea
ln k ln A 6.18
RT
Plot ln k vs 1/T memberikan grafik garis lurus
dengan slope = - Ea/RT dan intercept = ln A.
Persamaan Arrhenius dapat dituliskan sebagai
k = A e-Ea/RT 6.19

A = faktor pra-eksponensial (faktor frekuensi)


Ea = energi aktivasi.

Kedua besaran disebut parameter


Arrhenius dari reaksi
Contoh 6.4.
Laju dekomposisi orde dua dari asetaldehida
(etanal), CH3CHO diukur pada rentang suhu
700 1000 K dan tetapan laju adalah sebagai
berikut:

Tentukan energi aktivasi dan faktor pra-


eksponensial
Penyelesaian:

Plot ln k vs 1/T, slope = - Ea/RT dan


intercept = ln A
5.00
y = -22651x + 27.707
ln k

0.00

-5.00
1.00E-03 1.10E-03 1.20E-03 1.30E-03 1.40E-03
-1
1/T/K

Dari grafik diperoleh slope = - 2,27 x 104 dan


intercept = 27,7
Ea = (2,27 x 104 K) x (8,314 J K-1 mol-1)
= 188727,8 J mol-1 = 188,7 kJ mol-1
A = e27,7 L mol-1 det-1 = 1,07 x 1012 L mol-1 det-1
6.5. Reaksi Elementer (reaksi dasar)

Kebanyakan reaksi berlangsung melalui


langkah-langkah berturutan yang disebut
reaksi elementer (reaksi dasar), tiap reaksi
melibatkan satu atau dua molekul atau ion.

Molekularitas reaksi elementer : jumlah


molekul (atau atom atau ion) yang bertemu
untuk bereaksi.
- Unimolekuler
H2

CH3CH CH2

H2 H2

- Bimolekuler

Molekularitas harus dibedakan dari orde.


Orde reaksi: besaran empiris dan diperoleh dari
hukum laju eksperimen
Molekularitas: merujuk pada reaksi elementer
yang dikemukakan sebagai langkah individu
dalam mekanisme.
Hukum laju dari reaksi elementer dapat dituliskan
dari persamaan reaksinya.

Reaksi elementer unimolekuler adalah reaksi orde


satu terhadap pereaksi
A Produk

[dA] k[A] 6.20


dt
Reaksi elementer bimolekuler mempunyai
hukum laju orde dua.
A + B Produk
[dA] k[A][B] 6.21
dt

Anda mungkin juga menyukai