Anda di halaman 1dari 14

R

E T S
i s
P U
Nama Kelompok:
• Achmad Taufik 121000013
• Rizki Susanti 121000028
• Yuni Marsela Tarigan 121000042
• Arika Mayanti Saragih 121000045
• Miranda Kartika Putri 121000069
• Rani Ulfa Lubis 121000094
1. Penyakit Pertusis

• Penyakit Pertusis atau batuk rejan (


Whooping Cough ) merupakan penyakit akut
saluran pernafasan yang ditandai dengan
batuk paroksismal yaitu batuk yang terus-
menerus dan sukar berhenti. Batuk diakhiri
dengan tarikan nafas yang dalam dan
panjang.
• Setelah terhirup droplet yang terinfeksi,
kuman akan berkembangbiak di dalam
saluran pernafasan.
• Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
kokobasilus gram negatif Bordetella Pertusis
2. Gejala Klinis
Penyakit ini terbagi dalam tiga stadium :
a. Stadium Prodromal ( Kataral )
Berlangsung selama 1-2 minggu. Selama
stadium ini penderita hanya menunjukkan
gejala-gejala infeksi saluran pernafasan bagian
atas yang ringan seperti bersin, keluarnya
cairan dari hidung, batuk dan kadang-kadang
konjungtivitis. Masa ini merupakan masa
perkembangbiakan kuman.
b. Stadium Paroxymal
• Berlangsung selama 1-6 minggu dan
ditandai dengan peningkatan batuk
paroxymal. Batuk paroxymal yang khas
dimana dalam jangka waktu 15-20 detik
terjadi 5 sampai 20 batuk beruntun
biasanya diakhiri dengan keluarnya
lendir atau muntah serta tidak ada
kesempatan untuk bernafas. Tarikan
nafas setelah batuk berakhir
menimbulkan bunyi yang khas.
c. Stadium Konvalesen
• Batuk dapat berlangsung sampai
bebrapa bulan setelah permulaan sakit
serta beratnya penyaklit bervariasi.
Gb 1 Batuk yang di ikuti tarikan napas yang lama pada
anak

Gb 1 Demam pada anak


3. Epidemilogi
• Penyakit pertusis menyebar
diseluruh dunia dan mudah sekali
menular
• Manusia merupakan satu-satunya
sumber B Pertusis , penyebaran
organisme ini hampir selalu
disebabkan oleh orang-orang
dengan infeksi aktif
4. Survailance Pertusis

1. Data penderita penyakit pertusis yang


bersumber dari Puskesmas
2. Data penderita penyakit pertusis yang
bersumber dari Rumah Sakit
3. Data penderita penyakit pertusis yang
bersumber dari hasil Laboratorium
5. Wabah Pertusis

1. Peningkatan kejadian penyakit pertusis secara terus-


menerus selama 3 kurun waktu dalam jam, hari atau
minggu berturut-turut.
2. Peningkatan kejadian penyakit pertusis 2 kali atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun
waktu jam, hari atau minggu.
3. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 bulan
menunjukkan kenaikan 2 kali atau lebih diandingkan
dengan angka rat-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
4. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan perbulan selama 1
tahun menunjukkna kenaikan 2 kali atau lebih
dibandingkan dengan rat-rata jumlah kejadian kesakitan
perbulan pada tahun sebelumnya.
5. Angka kematian kasus penyakit pertusis (CFR) dalam
satu kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50%
atau lebih.
6. Penyelidikan Wabah
Pertusis
Respons tatalaksana Respons sistem Respons Kesehatan
kasus: pelaporan: Masyarakat:
•Lakukan •W1 •Penyelidikan
pengobatan •Hasil pemeriksaan epidemiologi (format
spesifik.dengan penunjang/lab PE Umum) dan
antibiotic eritromicin mencari kontak
terhadap penderita •Lakukan karantina
dan kontak dekat terhadap kontak
selama 5-14 hari yang tidak
•Lakukan desinfeksi mendapatkan
serentak terhadap imunisasi DPT
discharge(cairan) selama 21 hari
hidung dan dengan usia < 12
tenggorok serta bulan.
barang yang dipakai •Memberikan
penderita. penyuluhan tentang
pentingnya imunisasi
DPT
7. Pengobatan dan Pencegahan

Pengobatan
Biasanya digunakan Eritromisin, tetrasiklin,
kloramfenikol dan ampisilin.
Cara pencegahan
a. Imunisasi
•Proteksi pertusis terhadap bayi dengan
vaksinasi aktif sangat penting karena komplikasi-
komplikasi yang banyak terjadi pada bayi
•Vaksin yang digunakan biasanya kombinasi
anatar difteri dan tetanus (Vaksin DPT)
• Imunitas yang diperoleh baik karena infeksi
alamiah maupun karena imunisasi aktif, tidak
berlangsung untuk seumur hidup.
b. mencegah kontak langsung dengan penderita
Gb 3 Pemberian DPT pada bayi

Gb 5 Imunisasi pada bayi

Gb 4 vaksin untuk penanggulagan


Daftar pustaka
Staf pengajar UI (1993). Buku Ajar
Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi.
Binarupa Aksara. Jakarta
Sumber lain
www.health.nsw.gov.au
T h
e i
R i m a K a s

Anda mungkin juga menyukai