Anda di halaman 1dari 89

DEFINISI:

◦ Suatu sistem yang terdiri atas saluran dan organ-


organ yang membantu tubuh untuk mencerna dan
menyerap makanan (digestive system)
Falatehan Sidhi Rachmad
201010330311010
 Bibir Pars cutanea  Lingua

Pars transisi

Pars mucosa

 Dentis

 Glandula saliva
◦ Parotis
◦ Submandibula
◦ sublingualis
Ep. Columnar
simplex
 Chief cell
 Parietal cell
 Mucous neck cell
 Ep. Columnar simplex
 Absorbsi

Plexus myentericus
 Plexus
auerbach
Plexus myentericus
meissner
 Sugito Wonodirekso, Penuntun Praktikum
Histologi ed. 1 FK UI, Penerbit Dian
Rakyat:Jakarta, 2003
YUNITA
DZIKRULLAH AKBAR
Hasil reaksi imunologik yang menyimpang.
Reaksi hipersensitifitas tipe I yang diperani
oleh IgE
1. Faktor genetik
2. Imaturitas usus
3. Pajanan alergi
4. Faktor pencetus
IgG dan IgM membentuk reaksi kompleks imun dengan
antigen makanan, reaksi tipe III, yang menyebabkan
malabsorpsi, protein-losing enteropathy, anemia defisiensi
besi, perdarahan saluran cerna, penyakit paru menahun,
sudden infant death

Delayed reation/ reaksi tipe IV, Limfosit T yang sensitif dapat


melepaskan mediator limfokin yang dapat merangsang
maturasi dan migrasi sel mast ke mukosa usus
1. Sistem Pernapasan
◦ Bayi : bayi lahir dengan sesak 3-5 hari (Transient
Tachipneu of the Newborn0, nafas grol-grok (clod-like
respiratory)
◦ Anak : batuk berkepanjangan terutama malam dan pagi,
sesak, sering batuk pendek (berdehem)
2. Telinga, hidung dan tenggorokan
◦ Hidung : hidung buntu, bersin, epistaksis (mimisan),
post nasal drip, rabbit nose, nasal creases
◦ Tenggorok : tonsilitis (amandel), suara parau/sesak
◦ Telinga : berdenging, bagian dalam terasa gatal, nyeri
gendang telinga
3. Kulit
◦ Bayi : sering timbul penebalan merah di daerah pipi,
popok dan telinga ; timbul kerak di kepala
◦ Anak : dermatitis, urticaria
4. Mata
◦ Bayi : conjuctivitis neonatal, nistagmus
◦ Anak : bintil (hordeolum like symptom),
conjuctivitis vernalis
5. Sistem Hormonal
◦ Bayi : rambut rontok, eritema toksikum
◦ Anak : tumbuh rambut yang berlebihan, obesitas,
alat kelamin kecil
6. Saluran pencernaan
◦ Bayi : sering rewel, colic pada malam hari, berak berwarna
hitam atau hijau, berak timbul darah, lidah berwarna putih,
scrotalis atau inguinalis
◦ Anak : nyeri perut, sering BAB, vomiting, flatus, berak
berwarna hitam atau hijau, berak timbul darah, konstipasi
7. Sistem Pembuluh Darah dan Jantung
◦ Palpitasi, flushing (muka kemerahan), nyeri dada, colaps,
pingsan, tekanan darah rendah
8. Sistem Saluran Kemih
◦ Nyeri, urgent atau sering kencing, nyeri kencing, bed
wetting (ngompol); tidak mampu mengintrol kandung
kemih; mengeluarkan cairan di vagina; gatal, bengkak atau
nyeri pada alat kelamin. Sering timbul infeksi saluran
kencing
9. Jaringan Otot dan Tulang
◦ Nyeri tulang dan otot biasanya terjadi malam hari
selepas maghrib, bengkak di leher (seperti gondongen)
10. Sistem Susunan Saraf Pusat/Otak
◦ Bayi : sensitif, sering mudah kaget dengan rangsangan
suara/cahaya, gemetar (terutama tangan, kaki dan bibir),
bahkan sampai kejang
◦ Anak : sering sakit kepala, migrain
◦ Perilaku : sering marah, agresif emosi berlebihan,
hiperaktif hingga autisme
◦ Gangguan tidur : sulit tidur, gelisah ada saat tidur,
brushing (gigi beradu/gemeretak)
 UJI KULIT ALERGI
◦ Uji kulit dapat dilakukan dengan uji gores (scratch
test), uji tusuk (prick test) dan uji suntik
intradermal (intrademal test).
◦ mendiagnosis alergi makanan tipe 1 (tipe cepat).
 DARAH TEPI
◦ eosinofil >5% atau 500/ml condong ke alergi.
◦ hitung leukosit < 5000/ml dan neutropenia <30%
 IgE TOTAL DAN SPESIFIK
◦ IgE total dengan PRIST (Paper
radioimmunosorbent test)
◦ IgE spesifik biasanya dilakukan dengan RAST
(Radio Allergosorbent Test)
 Makanan penderita dieliminasi selama 2-3
minggu dalam diet sehari-hari.
 Setelah 3 minggu bila keluhannya
menghilang maka dilanjutkan dengan
provokasi makanan yang dicurigai.
 Diet provokasi 1 bahan makanan dalam 1
minggu bila timbul gejala dicatat. Disebut
allergen bila dalam 3 kali provokasi
menimbulkan gejala alergi.
 Anamnesis: Riwayat keluarga, riwayat
pemberian makanan, tanda dan gejala alergi
makanan.
 DBPCFC -> eliminasi dan provokasi makanan
yang dicurigai
 Obat-obatan simtomatis, anti histamine (AH1
dan AH2), ketotifen, ketotofen,
kortikosteroid, serta inhibitor
sintesaprostaglandin hanya dapat
mengurangi gejala sementara, tetapi
umumnya mempunyai efisiensi rendah.
 pencegahan primer (sebelum terjadi
sensitisasi) : dengan diet penghindaran
makanan hiperalergenik sejak trimester
kehamilan
 pencegahan sekunder (sudah terjadi
sensitisasi tetapi belum terjadi penyakit
alergi) : penentuan dan penghindaran jenis
makanan yang menyebabkan penyakit
alergi
 pencegahan tersier (sudah terjadi penyakit
alergi misalnya dermatitis, tetapi belum
terjadi penyakit alergi lain misalnya asma)
: penggunaan obat seperti misalnya
pemberian setirizin pada dermatitis atopik
untuk mencegah terjadinya asma di
kemudian hari.
Istikomah Wahyu P
Gangguan penyerapan laktosa yang
disebabkan oleh karena defisiensi enzim
laktosa dalam brush border usus halus.
Defisiensi enzim laktase
1. Defisiensi laktase primer
2. Defisiensi laktase sekunder
Peningkatan
Laktosa Laktosa vol lumen
Menarik air usus
tidak tidak
didigesti diserap

Mual, muntah,
peristaltik
meningkat

Gas, asam
Kolonosit laktat, asam Fermentasi Kolon
lemak rantai
pendek

Dilewati pH tinja
menurun

Diare
osmotik
 Paroksismal
 Daerah periumbilikalis atau suprapubik
 Nyeri berlangsung kurang dari 1 jam
 Nyeri tak menjalar, kram atau tajam, tak
membangunkan anak malam hari
 Nyeri tak berhubungan dengan makanan,
aktivitas, kebiasaan buang air besar
 Mengganggu aktivitas
 Diantara 2 episode terdapat bebas gejala
 Pemeriksaan fisik normal, kecuali kadang-
kadang nyeri perut di kiri bawah
 Nilai laboratorium normal
 Diare
 perut kembung
 nyeri perut
 kotoran berbau asam dan berlendir, kadang
cair
 daerah sekitar anus kemerahan (pada bayi)
 Clinitest
 Laktosa Loading test
 Barium meal lactose
 Anamnesis:
◦ Mual Muntah
◦ Diare yang sangat frekuen, cair, bulky, dan berbau asam
◦ Flatulens
◦ Kolik abdomen
◦ Bayi prematur

 Pemeriksaan Fisik
◦ Demam
◦ Perut Kembung

 Pemeriksaan Penunjang
◦ dicurigai adanya malabsorpsi laktosa bila didapatkan lebih dari 0,5% bahan pereduksi
(++ - ++++)
◦ pemeriksaan laktose toleransi test hasilnya kurva mendatar
◦ Dinyatakan malabsorpsi laktosa bila tampak dilatasi usus halus, pengenceran barium
dan kenaikan kecepatan waktu singgah
◦ peningkatan gas hidrogen nafas diatas 20 ppm sebelum 2 jam setelah pemberian
larutan laktosa menunjukkan kemungkinan adanya malabsorpsi laktosa
 Pemberian Low Lactose Milk (LLM) / Free
Lactose Milk (FLM) selama 2-3 bulan kembali
ke susu asal secara bertahap.
 Terapi simptomatis
 Malnutrisi
 BB sulit naik
 Kesulitan makan berulang dan lama
 Anak dengan alergi makanan non igE-
mediatead biasanya mengatasi alergi
makanan mereka di tahun-tahun pertama
kehidupan.
 Secara umum sebaian besar bayi dan anak-
anak mengatasi atau menjadi toleran
terhadap klinis hipersensitivitas makanan
mereka.
suatu penyakit yang berdasarkan reaksi
imunologis yg timbul sebagai akibat pemberian
susu sapi atau makanan yg mengandung susu
sapi dan reaksi ini dapat segera atau lambat
 Kejadian alergi makanan (AM) meningkat
terutama pada infant dan anak kecil pada
usia 3 tahun pertama.

 Pada infant penyebab AM tersering : alergi


susu sapi. (0,3-10%)

 Protein penyebab AM : susu sapi, telur,


ikan, kacang, coklat, sereal, soya.

 Tak ada perbedaan jenis kelamin.


 Faktor genetik
 Imaturitas usus
 Pajanan alergen
 ( kadang-kadang perlu faktor pencetus)
Genetik : anak dg salah satu ortu atopi  17-29 %, jika
kedua ortu  53-58%
Imaturitas usus: secara mekanik, integritas mukosa usus
dan peristaltik merupakan pelindung masuknya alergen
ke dalam tubuh. Secara imunologik sIgA pada permukaan
mukosa dan limfosit pd lamina propia dpt menangkal
alergen masuk ke tubuh. Secara kimia : asam lambung
dan enzim pencernaan menyebabkan denaturasi alergen.
Pada usus imatur sistem pertahanan tersebut masih
lemah.
Pajanan alergen : sejak bayi dlm kandungan. Pada masa
bayi : ASI eksklusif mengurangi jumlah bayi yg
hipersensitif, pemberian PASI meningkatkan angka
kejadian alergi.Eliminasi telur, susu, ikan pd ibu menyusui
selama 3 bulan I mengurangi sensitivitas sp 3 bulan
berikut, mengurangi dermatitis sp 6 bl berikut.
Faktor pencetus : panas, hujan, psikis ( sedih ,stress, ujian)
beban latihan ( lari, sepak bola, lelah )
 Alergen : glikoprotein dengan BM (berat
molekul) 5-70KD. Larut dalam air, tahan
panas, asam dan enzim proteolitik.
 5 jenis alergen dalam susu sapi :
BSA (Bovin Serum Albumin)
BGG (Bovin Gama Globulin) Heat labile
ALA (Alpha Lact Albumin) → Partially heat labile
BLG (Beta Lacta Globulin)
Casein

Heat stable
 Tipe alergi paling sering (68%) onset akut, IgE
mediated, berhubungan dengan riwayat atopi
keluarga

 Kriteria Goldman D/ alergi susu sapi


(ASS):
Gejala hilang setelah diet eliminasi susu sapi
Gejala berulang dalam 48 jam setelah provokasi
susu sapi
Reaksi terhadap 3 uji provokasi harus positif dan
memiliki persamaan onset, lama dan gambaran
klinik
PATOFISIOLOGI
Protein Susu Sapi

Ig.E

Sel Mast, Basofil, Makrofag

Mediator Inflamasi

Hidung berair, Mata Gatal, Tenggorokan


Kering, Ruam, Bintik Merah, Mual, Diare,
Sesak, Anaphilaxis
 Hipersensitivitas adalah suatu reaksi yang tidak
diharapkan dari respon imun tubuh.

 Coombs dan Gell membagi menjadi 4 tipe (mekanisme


dan waktu):
◦ Rx. Hipersensitivitas tipe I
◦ Rx. Hipersensitivitas tipe II
◦ Rx. Hipersensitivitas tipe III
◦ Rx. Hipersensitivitas tipe IV
Reaksi tubuh terhadap makanan

Reaksi toksik Reaksi non toksik

Reaksi imun
Reaksi non imun

(Alergi/hipersensitivitas) )
(Intoleransi makanan

IgE mediated Ig E non mediated


 Reaksi Hipersensitivitas tipe cepat atau anafilaktik
 Diperantarai IgE
 Alergenproduksi IgE berikatan spesifik dengan reseptor di
permukaan sel mast dan basofil  tersensitisasi
 Kontak berikutnya  sederetan reaksi biokimia  degranulasi dan
pelepasan mediator2 (histamin, leukotrien dan sitokin)  reaksi alergi
 15-30 menit setelah terpapar antigen, kadang keterlambatan (10-12
jam)
 Dapat melibatkan kulit (urtikaria dan eksema), mata (konjungtivitis),
nasofaring (rinitis), jaringan bronkopulmoner (asma), dan GI tract
(gastroenteritis)
 alergen + bereaksi dengan spesific antibodies
(reagenic antibodies/Ig E) oleh sel B

 degranulasi cell mast/cell basophyl


(pengikatan IgE pada reseptor Fc)

 mediator (histamin, serotonin, bradikinin dan


SRS-A) keluar

 kontraksi otot polos, vasodilatasi pembuluh


darah serta meningkatnya permeabilitas
pembuluh darah kapiler
Biasanya di mulai pada usia 6 bulan pertama
• 28% : setelah 3 hari minum susu sapi
• 41% : setelah 7 hari
• 68% :setelah 1 bulan
Vandenplas et al. 2007. :
• Biasanya muncul sebelum usia 1 bulan :
• Gastrointestinal 50-60%
• Kulit 50-60%
• Sistem pernapasan 20-30%

Gejala Klinis

• Kulit : urtikaria, kemerahan kulit, pruritus, dermatitis


atopi,kulit kering,mukosanya pucat.
• Saluran nafas : hidung tersumbat, rinitis, batuk berulang dan asma
• Saluran cerna : muntah, kolik, konstipasi, diare, BAB berdarah.
Alergi Susu sapi berat

• Gagal tumbuh karena diare atau regurgitasi


• Anemia defisiensi besi karena kehilangan darah
melalui tinja, protein-losing enteropathy
• Dermatitis atopik berat
• Laringoedema akut atau obstruksi bronkhus
dengan kesulitan bernapas
• Syok anafilaksis
Anamnesis
• Jangka waktu timbulnya gejala dengan minum
susu sapi/ makanan yang mengandung susu sapi
• Jumlah
• Penyakit atopi lain pada penderita dan keluarga
(asma, rinitis alergi, dermatitis atopi, alergi
makanan)
• Gejala Klinis (kulit, saluran nafas dan saluran
cerna)
Pemeriksaan fisik
• Kulit :
 Kekeringan kulit
 Urtikaria
 Dermatitis atopi
 Allergic shinner’s
 Nasal crease
 Geographic tongue
 Mukosa hidung pucat
• Mengi
Pemeriksaan fisik
Dermatitis atopi

Geographic tongue Allergic shinner’s

Nasal crease
Pemeriksaan Penunjang
• Darah Tepi
 Eosinofil > 3% atau eosinofil total >300/mL
 Kadar IgE spesifik susu sapi meningkat
• Uji Kulit
 Uji kulit gores
 Uji tusuk (tersering)
 Uji intradermal (lebih sensitif)
 Prediksi positif < 50%, prediktif negatif 90%
 Usia < 1 th : sering negatif palsu
 Indurasi ~ usia
Usia > 2 th : > 8 mm
Usia < 2 th : > 6 mm
Pemeriksaan Penunjang
Uji provokasi susu sapi
• Double blind placebo controlled food challenge :
baku emas
 Memberikan makanan dan plasebo secara
bergantian dan tersamar
 Sering untuk penelitian
Pemeriksaan Penunjang
• Provokasi makanan terbuka
 Eliminasi susu sapi 2-3 minggu
 Gejala berkurang/menghilang : diberikan susu sapi secara
bertahap 3 cc, 6cc dan sampai mencapai ~ yang diminum
 Evaluasi 2 jam : gejala (+/-)
 Usia > 3 th : Dicatat ~ 2 minggu gejala yang mungkin
muncul
 Diet eliminasi ulang 2 minggu
 Provokasi 10 cc naik ~ diminum, interval 10 menit
 Dapat di rumah, kecuali bersifat anafilaksis/angioedema
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan kadar histamin
Dilakukan setelah provokasi dengan protein susu sapi

Persyaratan uji provokasi oral


• Menghindari makanan mengandung susu sapi minimal 2 minggu
• Obat antihistamin (-) 3 – 7 hari
• Menghindari bronkodilator, kromolin, nedokromolin dan steroid inhalasi 6-12 jam
sebelumnya
• Obat-obat anafilaksis (+)
• Puasa 2-3 jam sebelumnya
• Besar dosis permulaan ~ < dosis yang menimbulkan reaksi, kalau tidak diketahui :
400 mg
• Dosis kumulatif untuk dikatakan negatif : tercapai 8 – 10 gram bahan bubuk
• Diawasi ~ 2 jam setelah provokasi
• Kalau reaksi lebih lama, waktu disesuaikan
Pemeriksaan Penunjang

Kombinasi skin prick test + IgE spesifik : nilai duga positif 95% menduga
reaksi diperantarai IgE
Tidak bergunapada keadaan tidak diperantarai IgE
 ASI eksklusif selama 6 bulan
 Menghindari segala bentuk produk susu sapi
 Anti histamin
 Epinefrin
Curiga ASS Bayi dengan ASI eksklusif

Pemeriksaan klinis

Uji tusuk kulit


ASS ringan/sedang ASS berat
IgE spesifik

• Lanjutkan pemberian ASI Rujuk ke dokter anak spesialis


• Diet eliminasi pada ibu 2-4 mgg konsultan
• Konsumsi suplemen kalsium

Perbaikan Tidak ada perbaikan


Perkenalkan
kembali protein Lanjutkan pemberian ASI
susu sapi
• Ibu dapat diet normal atau
• Pertimbangkan diagnosis alergi makanan lain
Gejala (+) •Gejala
Pertimbangkan
(-) diagnosis lain
Eliminasi susu sapi Ibu dapat mengkonsumsi
pada diet ibu protein susu sapi

• ASI diteruskan (diet eliminasi ibu)


• bila perlu formula terhidrolisat ekstensif
•Makanan padat bebas susu sapi (sampai 9-12 bulan atau selama 6 bulan)
Curiga ASS Bayi dengan susu formula

Pemeriksaan klinis

Uji tusuk kulit


ASS ringan/sedang ASS berat
IgE spesifik

• Diet eliminasi dengan formula susu


• Rujuk ke dokter anak spesialis
terhidrolisat ekstensif selama 2-4 mgg
konsultan
Perbaikan Tidak ada perbaikan • Formula asam amino minimal 2-4
mgg
• Uji provokasi
terbuka • Diet eliminasi susu sapi
• Formula asam amino minimal 2-4 mgg
• Pertimbangkan diagnosis alergi makanan lain
Gejala (-)
Berikan protein
Gejala (+)
• Pertimbangkan
Eliminasi diagnos
protein susu is lain
sapi sampai 9-12 bulan atau
susu sapi dan selama 6 bulan
di monitor

Ulang uji provokasi


Tidak ada perbaikan ASS berat

• Diet eliminasi susu sapi • Rujuk ke dokter anak spesialis


• Formula asam amino minimal 2-4 mgg konsultan
• Pertimbangkan diagnosis alergi makanan lain • Formula asam amino minimal 2-4
• Pertimbangkan diagnosis lain mgg

Tidak ada perbaikan Perbaikan Tidak ada perbaikan Perbaikan

Evaluasi diagnosis Uji provokasi Evaluasi diagnosis Uji provokasi

Bila ada masalah ketersediaan susu formula terhidrolisat ekstensif/asam


amino, dapat diberikan susu formula kedelai (> 6 bulan)
DIKI
RONI
 Hemoglobin
 Anak anak : 11-13 gram/dl
 Hematokrit: 40,7% - 50,3% sedangkan untuk
wanita berkisar 36,1% - 44,3%.
 Leukosit (White Blood Cell / WBC): 4.000 - 10.000
sel/ul darah.
 Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan pada
kasus penyakit akibat infeksi virus, penyakit
sumsum tulang, dll, sedangkan peningkatannya
bisa ditemukan pada penyakit infeksi bakteri,
penyakit inflamasi kronis,
 Trombosit (platelet): 150.000 - 400.000
 Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
 pria berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ul darah, sedangkan pada
wanita berkisar 4,2 juta - 5,4 juta sel/ul darah
 Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
MCV Nilai normal = 82-92 fl
MCH Nilai normal = 27-31 pg
MCHC Nilai normal = 32-37 %
 Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)
Laki-laki : 0 – 15 mm/jam
Perempuan : 0 – 20 mm/jam
 Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
Nilai normal : Eosinofil 1-3%, Netrofil 55-70%, Limfosit 20-
40%, Monosit 2-8%
Peningkatan Eo : alergi, cacing
 Platelet Disribution Width (PDW)
 Red Cell Distribution Width (RDW)
 Lendir banyak ada rangsangan.
 Lendir dibagian luar tinja: iritasi usus besar
 Lendir bercampur tinja: iritasi pada usus
halus
 Lendir tanpa tinja: disentri, intususepsi atau
ileokolitis.
 Rapuh dengan lendir tanpa darah: Sindroma
pada usus besar
 Hitam:
Perdarahan saluran empedu
Banyak makan Fe (saren) atau bismuth
NIHA
 Pada bayi yang sudah mendapatkan makanan padat, maka perlu
penghindaran protein susu sapi dalam makanan pendamping ASI (MP-ASI).
 Apabila susu formula terhidrosilat ekstensif tidak tersedia atau terdapat
kendala biaya, maka formula kedelai dapat diberikan pada bayi berusia di
atas 6 bulan dengan penjelasan kepada orangtua mengenai kemungkinan
reaksi alergi terhadap kedelai. Pemberian susu kedelai tidak dianjurkan
untuk bayi di bawah usia 6 bulan.
 Pencegahan dan penanganan alergi susu sapi yang baik dan benar harus
dikerjakan sedini mungkin. Tindakan tersebut mencegah terjadinya
gangguan tumbuh kembang yang sering menyertai pada penderita alergi
serta mencegah perjalanan penyakit alergi dikemudian hari seperti asma dan
rinitis alergi.
 Pemberian ASI ekslusif terbukti dapat mengurangi resiko alergi, tetapi harus
diperhatikan diet ibu saat menyusui Selain itu juga disertai tindakan lain
misalnya pemberian imunomodulator, Th1-immunoajuvants, probiotik.
Tindakan ini bertujuan mengurangi dominasi sel limfosit Th2, diharapkan
dapat terjadi dalam waktu 6 bulan.
 enghindaran susu sapi harus dikerjakan sampai terjadi toleransi sekitar usia
2-3 tahun sehingga harus diberikan susu pengganti formula soya atau susu
sapi hidrolisat sempurna dan makanan padat bebas susu sapi dan produk
susu sapi.
 Paling penting menghindari makanan atau
apapun yang memicu alergi atau yang
memodifikasi agar tidak alergi.
 Menggunakan obat-obat yang aman dan
efektif. Terutama obat itu mudah dikonsumsi.
 Edukasi. Ini penting sehingga orang tua tidak
salah menyalahkan susu, karena faktor lain
pun harus dihindari seperti alam, lingkungan,
susu, dan produk lainnya perlu dijelaskan.
 Lakukan terapi pada dokter spesialis anak
atau penyakit dalam.
 Jagalah kebersihan diri sendiri serta
lingkungan sekitar
 Berikan ASI pada bayi untuk menghindari
gejala alergi
 Untuk anak yang mengalami dermatitis atopi
sebaiknya menghindari mainan yang dapat
mengakibatkan iritasi kulit

Anda mungkin juga menyukai