Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA LANSIA DENGAN


GANGGUAN KOGNITIF
( DEMENSIA )

OLEH:
YUSMAINI

PROGRAM KHUSUS B
STIKES INDONESIA
2017
PENDAHULUAN
. Menurut data Asia Pasifik tahun 2006, jumlah orang yang
menderita demensia di wilayah Asia Pasifik pada 2025 diperkirakan
meningkat lebih daridua kali lipat dan peningkatan ini akan lebih
cepat dibandingkan dengan yangterjadi di negara-negara barat.
Sementara di dunia, pada tahun 2040 jumlahpenderita demensia
diperkirakan menjadi sekitar 80 juta orang. (Demensia dikawasan
asia pasifik, 2006).
Gejala awal gangguan ini adalah lupa akan peristiwa yang baru
saja terjadi, tetapi bisa juga bermula sebagai depresi,
ketakutan, kecemasan,penurunan emosi atau perubahan
kepribadian lainnya. Terjadi perubahan ringandalam pola berbicara,
penderita menggunakan kata-kata yang lebih
sederhana,menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak
mampu menemukan kata-katayang tepat.
PENGERTIAN
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori
yang dapat mempengaruhi aktifitas sehari-hari. Penderita demensia
seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada
tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu
(disruptive) ataupun tidak menganggu (non-disruptive) (Volicer, L.,
Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan
bahwa demensia bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan
kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau kondisi
tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.

Demensia tipe alzhimer adalah proses degenerative yang terjadi


pertama-tama pada sel yang terletak pada dasar otak depan yang
mengirim informasi ke korteks serebral dan hipokampus. Sel yang
terpengaruh pertama kali kehilangan kemampuannya untuk
mengeluarkan asetilkolin lalu terjadi degenerasi. Jika degenerasi ini
mulai berlangsung, dewasa ini tidak ada tindakan yang dapat
dilakukan untuk menghidupkan kembali sel-sel atau
menggantikannya.(Kushariyadi, 2010)
ETIOLOGI
Beberapa factor lain yang menyebabkan alzeimer :
Faktor genetic
Faktor infeksi
Faktor lingkungan
Faktor imunologis
Faktor trauma
Faktor neurotransmitter
PATOFISIOLOGI
Terdapat beberapa perubahan khas biokimia dan neuropatologi yang dijumpai
pada penyakit Alzheimer, antara lain: serabut neuron yang kusut (masa kusut
neuron yang tidak berfungsi) dan plak seni atau neuritis (deposit protein beta-
amiloid, bagian dari suatu protein besar, protein prukesor amiloid (APP).
Kerusakan neuron tersebut terjadi secara primer pada korteks serebri dan
mengakibatkan rusaknya ukuran otak. Secara maskroskopik, perubahan otak
pada Alzheimer melibatkan kerusakan berat neuron korteks dan
hippocampus, serta penimbunan amiloid dalam pembuluh darah intracranial.

Dalam SSP, protein tau sebagian besar sebagai penghambat pembentuk


structural yang terikat dan menstabilkan mikrotubulus dan merupakan
komponen penting dari sitokleton sel neuron. Pada neuron AD terjadi
fosforilasi abnormal dari protein tau, secara kimia menyebabkan perubahan
pada tau sehingga tidak dapat terikat pada mikrotubulus secara bersama –
sama
APP terbagi menjadi fragmen – fragmen oleh protease, salah satunya A-beta,
fragmen lengket yang berkembang menjadi gumpalan yang bisa larut.
Gumpalan tersebut akhirnya bercampur dengan sel – sel glia yang akhirnya
membentuk fibril – fibril plak yang membeku, padat, matang, tidak dapat larut,
dan diyakini beracun bagi neuron yang utuh. Kemungkinan lain adalah A-beta
menghasilkan radikal bebas sehingga menggagu hubungan intraseluler dan
menurunkan respon pembuluh darah sehingga mengakibatkan makin
rentannya neuron terhadap stressor.
MANIFESTASI KLINIS

Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :


Stadium I
Berlangsung 2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan
gejala gangguan memori, berhitung dan aktifitas spontan
menurun. “Fungsi memori yang terganggu adalah memori
baru atau lupa hal baru yang dialami
Stadium II
Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium
demensia. Gejalanya antara lain: Disorientasi, gangguan bahasa
(afasia), Penderita mudah bingung, penurunan fungsi memori
lebih berat sehingga penderita tak dapat melakukan kegiatan
sampai selesai, tidak mengenal anggota keluarganya tidak ingat
sudah melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi,
dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah
tersesat di lingkungannya, depresi berat prevalensinya 15-20%,”
Stadium III
Stadium ini dicapai setelah penyakit berlangsung 6-12 tahun.Gejala
klinisnya antara lain: Penderita menjadi vegetatif, tidak bergerak dan
membisu, daya intelektual serta memori memburuk sehingga tidak
mengenal keluarganya sendiri, tidak bisa mengendalikan buang air
besar/ kecil, kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan orang lain,
kematian terjadi akibat infeksi atau trauma.
Secara umum tanda dan gejala demensia adalah sbb:
Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, “lupa”
menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan,
tahun, tempat penderita demensia berada
Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar,
menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata
atau cerita yang sama berkali-kali
Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah
drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain,
rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak
mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul.
Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah
PENATALAKSANAAN
Pendekatan pengobatan umum pada pasien demensia adalah untuk
memberikan perawatan medis suportif, bantuan emosional untuk pasien
dan keluarganya, dan pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik,
termasuk gejala perilaku yang mengganggu. Pemeliharaan kesehatan
fisik pasien, lingkungan yang mendukung, dan pengobatan farmakologis
simptomatik diindikasikan dalam pengobatan sebagian besar jenis
demensia. Pengobatan simptomatik termasuk pemeliharaan diet gizi,
latihan yang tepat, terapi rekreasi dan aktivitas, perhatian terhadap
masalah visual dan audiotoris, dan pengobatan masalah medis yang
menyertai, seperti infeksi saluran kemih, ulkus dekubitus, dan disfungsi
kardiopulmonal.
PENGOBATAN
Cholinergic-enhancing agents

Untuk terapi demensia jenis Alzheimer, telah banyak dilakukan


penelitian. Pemberian cholinergic-enhancing agents menunjukkan hasil yang
lumayan pada beberapa penderita; namun demikian secara keseluruhan tidak
menunjukkan keberhasilan sama sekali. Hal ini disebabkan oleh kenyataan
bahwa demensia alzheimerntidak semata-mata disebabkan oleh defisiensi
kolinergik; demensia ini juga disebabkan oleh defisiensi neurotransmitter
lainnya

Cholinedan lecithin
Defisit asetilkolin di korteks dan hipokampus pada demensia Alzheimer dan
hipotesis tentang sebab dan hubungannya dengan memori mendorong peneliti untuk
mengarahkan perhatiannya pada neurotransmitter.

Neuropeptide, vasopressin dan ACTH


Pemberian neuropetida, vasopressin dan ACTH perlu memperoleh perhatian.
Neuropeptida dapat memperbaiki daya ingat semantik yang berkaitan dengan
informasi dan kata-kata. Pada lansia tanpa gangguan psiko-organik, pemberian
ACTH dapat memperbaiki daya konsentrasi dan memperbaiki keadaan umum.
Nootropic agents
Dari golongan nootropic substances ada dua jenis obat yang sering digunakan
dalam terapi demensia, ialahnicer goline dan co-dergocrine mesylate.
Keduanya berpengaruh terhadap katekolamin. Co-dergocrine mesylate
memperbaiki perfusi serebral dengan cara mengurangi tahanan vaskular dan
meningkatkan konsumsi oksigen otak

Dihydropyridine
Pada lansia dengan perubahan mikrovaskular dan neuronal, L-type calcium
channels menunjukkan pengaruh yang kuat. Lipophilic dihydropyridine
bermanfaat untuk mengatasi kerusakan susunan saraf pusat pada lansia.
Nimodipin bermanfaat untuk mengembalikan fungsi kognitif yang menurun
pada lansia dan demensia jenis Alzheimer.
PENCEGAHAN DAN
PERAWATAN DEMENSIA
•Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan
zat adiktif yang berlebihan
•Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap
hari.
•Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
•Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
•Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki
persamaan minat atau hobi
•Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.
•Jagalah pikiran anda agar tetap aktif. Kegiatan merangsang mental dapat
meningkatkan kemampuan anda untuk menangani dan mengkompensasi perubahan
yang berhubungan dengan demensia. Ini mencakup teka teki dan permainan
kata,belajar bahasa,bermain alat music,membaca,menulis,atau menggambar. Tidak
hanya kegiatan ini yang membantu menunda terjadinya demensia,tetapi juga
membantu menurunkan efek. Semakin sering melakukan aktivitas maka semakin
menguntungkan.
•Turunkan kadar homosistein. Penelitian awal menunjukkan bahwa tiga
dosis tinggi vitamin B-asam folat-B6 dan B12 membantu menurunkan
kadar homosistein dan berguna untuk memperlambat perkembangan
penyakit Alzheimer.
•Turunkan kadar kolesterol. Endapan yang terjadi dalam otak orang-orang
dengan kolesterol tinggi merupakan salah satu penyebab demesia
vaskuler.
•Pertahankan pola makan sehat. Diet yang sehat adalah penting karena
menurut penelitian bahwa makanan seperti buah-buahan,sayuran dan
omega 3 dan asam lemak. Biasanya ditemukan pada ikan dan kacang-
kacangan tertentu dapat memiliki efek perlindungan dan menurunkan
resiko terkena demensia.
•Dapatkan vaksinasi. Mereka yang menerima vaksinasi untuk
influenza,tetanus,difteri dan polio tampaknya secara signifikan
mengurangi resiko demensia karena memiliki efek perlindungan terhadap
berkembangnya demensia.
ASKEP
1. PENGKAJIAN

* AKTIVITAS ISTIRAHAT
* SIRKULASI
* INTEGRITAS EGO
* ELIMINASI
* MAKAN / CAIRAN
* HEYGIENE
* Neurosensori
* Kenyamanan
* Interaksi Sosial
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis (degenerasi


neuron ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau memori, hilang
konsentrsi, tidak mampu menginterpretasikan stimulasi dan menilai realitas
dengan akurat.

2. Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan persepsi,


transmisi atau integrasi sensori (penyakit neurologis, tidak mampu
berkomunikasi, gangguan tidur, nyeri) ditandai dengan cemas, apatis, gelisah,
halusinasi.

3. Sindrom stress relokasi berhubungan dengan perubahan dalam aktivitas


kehidupan sehari-hari ditandai dengan kebingungan, keprihatinan, gelisah,
tampak cemas, mudah tersinggung, tingkah laku defensive, kekacauan mental,
tingkah laku curiga, dan tingkah laku agresif.

4. Perubahan pola tidur berhubungan dengan perubahan pada sensori ditandai


dengan keluhan verbal tentang kesulitan tidur, terus-menerus terjaga, tidak
mampu menentukan kebutuhan/ waktu tidur.
5. Kurang perawatan diri berhubungan dengan penurunan kognitif, frustasi
atas kehilangan kemandiriannya ditandai dengan penurunan kemampuan
melakukan perawatan diri.

6. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan pemecahan masalah


tidak adekuat ditandai dengan cepat marah, curiga, mudah tersinggung.

7. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi


ditandai dengan disorientasi tempat, orang dan waktu.

8. Risiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan mudah lupa, kemunduran hobi, perubahan sensori.

9. Risiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan,


kelemahan, otot tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.
SELAMAT
BELAJAR &
SEMOGA SUKSES
DALAM MENGIKUTI
PERSENTASE
OLEH YUSMAINI

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai