Anda di halaman 1dari 10

Konsep Dasar Perawat

Diposkan oleh Rizki Kurniadi

Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti

merawat atau memelihara. Tylor C Lillis C Lemone (1989) menjelaskan pengertian dasar

seorang perawat yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu

dan melindungi seseorang karena sakit, luka dan proses penuaan (Depkes RI, 2002).

Menurut UU RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan, mendefinisikan perawat yaitu

mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan

berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan perawatan

Sedangkan menurut International Council of Nurses (1965), perawat adalah seseorang

yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan, berwenang dinegara bersangkutan untuk

memberi pelayanan dan bertanggung jawab dalam peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit serta pelayanan terhadap pasien.

Perawat Profesional adalah Perawat yang bertanggungjawab dan berwewenang

memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga

kesehatan lain sesuai dengan kewenangannya. (Depkes RI, 2002).

Peran perawat adalah cara untuk menyatakan aktifitas perawat dalam praktik,

dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh

pemerintah untuk menjalankan tugas .

Sedangkan peran perawat meliputi : pemberi Asuhan Keperawatan, praktek Keperawatan

atau pelaksana, pendidikan klien, pengelola serta kegiatan penelitian dibidang Keperawatan.
Peran ini di kenal dengan Care Giver, peran Perawat dalam memberikan Asuhan

Keparawatan secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai Individu, Keluarga

dan Masyarakat, dengan metode pendekatan pemecahan masalah yang disebut proses

keperawatan. Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai comforter, protector,

advocate, communicator serta rehabilitator

Sebagai pendidik Perawat berperan dalam medidik individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat serta tenaga kesehatan yang berada dibawah

tanggungjawabnya. Peran ini berupa penyuluhan kepada klien, maupun bentuk desimilasi

ilmu kepada peserta didik keperawatan.

Dalam hal ini Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam

mengelola pelayanan maupun pendidikan Keperawatan sesuai dengan Manajemen

Keperawatan dalam kerangka paradigma Keperawatan. Sebagai pengelola Perawat dalam

memantau dan menjamin kualitas asuhan atau pelayanan Keperawatan serta mengorganisasi

dan mengendalikan sistem pelayanan Keperawatan, karena pengetahuan pemahaman

Perawat yang kurang sehingga pelaksana Perawat pengelola belum maksimal, mayoritas

posisi, lingkup kewenangan dan tanggungjawab Perawat hampir tidak berpengaruh dalam

perencanaan dan pengambilan keputusan.

Sebagai peneliti dibidang Keperawatan, Perawat diharapkan mampu mengidentifikasi

masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metode penelitian serta memanfaatkan hasil

penelitian untuk meningkatkan mutu asuhan atau pelayanan dan pendidikan Keperawatan.

Penelitian di dalam bidang Keperawatan berperan dalam mengurangi kesenjangan

penguasaan tehnologi di bidang kesehatan, karena temuan penelitian lebih memungkinkan


terjadinya transformasi ilmu pengetahuan dan Tehnologi, selain itu penting dalam

memperkokoh upaya menetapkan dan memajukan profesi Keperawatan. (Asdi, 2008)

3. Fungsi Perawat.

Fungsi Perawat dalam melakukan pengkajian pada Individu sehat maupun sakit

dimana segala aktifitas yang di lakukan berguna untuk pemulihan kesehatan berdasarkan

pengetahuan yang di miliki, aktifitas ini di lakukan dengan berbagai cara untuk

mengembalikan kemandirian pasien secepat mungkin dalam bentuk Proses Keperawatan

yang terdiri dari tahap Pengkajian, Identifikasi masalah (Diagnosa Keperawatan),

Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi (Asdi, 2008)

a. Fungsi Independen

Merupakan fungsi mandiri dan tidak tergantung pada orang lain, dimana perawat dalam

melaksanakan tugasnya dilakukan secara sendiri dengan keputusan sendiri dalam melakukan

untuk memenuhi KDM.

b. Fungsi Dependen

Merupakan fungsi perawat dalam melaksanakan kegiatannya atas pesan atau instruksi

dari perawat lain sebagai tindakan pelimpahan tugas yang diberikan. Biasanya dilakukan oleh

perawat spesialis kepada perawat umum atau dari perawat primer kepada perawat pelaksana.

c. Fungsi Interdependen

Fungsi ini dilakukan dalam kelompok tim yang bersifat saling ketergantungan diantara

tim satu dengan yang lainnya. Dapat terjadi apabila bentuk pelayanan membutuhkan

kerjasama tim dalam pemberian pelayanan. Keadaan ini tidak bisa diatasi oleh tim perawat

saja melainkan juga dari dokter ataupun lainnya.

Referensi :
Depkes RI (2002). Perawat Profesional.http://www.freetechebooks.com. Diakses 21 April
2011.

Tidak ada komentar: Hari Kamis, Mei 31, 2012


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Link ke posting ini

Konsep Dasar NGT

Diposkan oleh Rizki Kurniadi

1. Pengertian NGT

NGT atau Naso Gastrik atau NG tube adalah suatu selang yang dimasukan melalui

hidung sampai kelambung, sering digunakan untuk memberikan nutrisi dan obat-obatan

kepada seseorang yang tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan cair dan obat-obatan

secara oral. juga dapat digunakan untuk mengeluarkan isi lambung dengan cara di sedot.

NGT sering digunakan untuk menghisap lambung juga digunakan untuk memasukan

obat-obatan dan makanan. NGT ini hanya digunakan dalam waktu yang singkat (Metheny

dan Titler.2001)

Memasang NGT adalah melakukan pemasangan selang (Tube) dari rongga hidung kedalam

lambung /gaster (Asmadi, 2008)

Nasogastric terdiri dari dua kata, dari bahasa yunani. Naso adalah suatu kata yang

berhubungan dengan hidung dan berasal dari bahasa latin “nasus” untuk hidung atau

moncong hidung. Gastric berasal dari bahasa yunani “Gaster” yang artinya the paunch (perut

gendut) atau yang berhubungan dengan perut. Istilah “nasogastric” bukan istilah kuno

melainkan sudah disebut pada tahun 1942 (Metheny dan titler, 2001).

Pada bayi baru lahir selang lambung dapat dipasang melalui suatu lubang hidung atau

dimulut. Pasang selang melalui hidung jika bayi bernafas secara teratur dengan menggunakan

selang terkecil yang tersedia. Pasang selang melalui mulut jika selang dibutuhkan untuk

drainase lambung untuk pemberian makan bayi yang mengalami kesulitan bernafas, jika

hanya tersedia selang yang ukurannya relatif besar.


2. Tujuan Pemasangan NGT

a. Memasukan makanan cair atau obat-obatan cair

b. Mengeluarkan cairan atau isi lambung dan gas yang terdapat pada lambung

c. Mengirigasi karena pendarahan untuk keracunan dalam lambung

d. Mencegah dan mengurangi nausea dan vomiting setelah pembedahan atau

trauma

e. Mengambil spesimen pada lambung untuk pemeriksaan diagnostic

(Asmadi, 2008)

3. Indikasi Pemasangan NGT

a. Tidak sadar

b. Pasien dengan masalah saluran pencernaan atas misalnya stenosis esofagus tumor mulut atau

faring esofagus

c. Pasien yang tidak dapat makan melalui mulut

d. Pasien ileus atau peritonitis, trauma abdomen untuk dikompresi

e. Pasien perdarahan lambung atau bilas lambung

(Asmadi, 2008)

4. Cara pemasangan

a. Untuk Dewasa

1). Persiapan alat :

a). NGT dengan nomor tertentu sesuai dengan usia pasien

b). Jelly yang larut dalam air

c). Tongue spatel

d). Sarung tangan

e). Spuit ukuran 50-100cc


f). Stetoskop

g). Handuk

h). Tisu

i). Bengkok

2) Prosedur :

a). Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuan

b). Dekatkan alat-alat ke pasien

c). Cuci tangan

d). Atur posisi pasien dalam posisi high fowler

e). Pasang handuk pada dada pasien dan tisu

f). Cek kondisi lubang hidung pasien, perhatikan adanya sumbatan

g). Kenakan sarung tangan

h). Untuk menentukan insersi NGT, instruksikan pasien untuk rileks dan bernafas secara normal

dengan menutup salah satu lubang hidung. kemudian ulangi pada lubang hidung lainnya.

i). Ukur panjang tube yang akan dimasukan dengan menggunakan metode

a. Metode tradisional:

Ukur jarak dari puncak lubang hidung ke daun telinga dan ke prosessus xipoideus di sternum.

b. Metode Hanson:

Mula-mula tandai 50cm pada tube, kemudian lakukan pengukuran dengan metode tradisional.

Selang yang akan dimasukkan pertengahan antara 50cm dengan tanda tradisional.

j). Beri tanda pada panjang selang yang sudah di ukur dengan plester

k). Olesi jelly pada NGT sepanjang 10-20cm

l). Informasikan kepada pasien bahwa selang dimasukan dan instrusikan pasien untuk mengatur

posisi kepala ekstensi


m). Bila selang sudah melewati nasofaring (kira-kira 3-4 cm), instruksikan pasien untuk menekuk

leher dan menelan

n). Jika sudah selesai memasang NGT periksa letak selang dengan cara : pasang spuit yang telah

ditarik pendorongnya pada 10-20 ml udara, pada ujung NGT. Letakkan steteskop pada daerah

gaster, kemudian suntikan spuit tersebut. Jika pada auskultasi terdengar suara hentakan udara,

berarti selang NGT masuk kedalam lambung. Aspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi

lambung dengan menggunakan spuit. Masukan ujung bagian luar selang NGT kedalam

mangkok yang berisi air. Jika ada gelembung udara, berarti masuk kedalam paru-paru, jika

tidak ada gelembung udara, berarti masuk kedalam lambung.

o). Fiksasi selang NGT dengan plester dan hindari penekanan pada hidung

p). Tutup ujung luar NGT

q). Evaluasi pasien setelah terpasang NGT

r). Rapikan alat-alat

s). Cuci tangan

t). Dokumentasikan hasil tindakan ini pada catatan perawatan.

(Asmadi, 2008)

b. Pemasangan NGT pada Bayi Baru Lahir

1) Peralatan:

a). Sarung tangan periksa yang bersih

b). Selang atau kateter plastik yang bersih yang sesuai berat badan bayi. Jika berat badan bayi

kurang dari 2 kg gunakan selang 5-F, jika berat badan bayi 2kg atau lebih gunakan selang 8-F

c). Pena atau pita pengukur yang fleksibel

d). Spuit 3 sampai 5ml untuk aspirasi

e). Kertas lakmus biru atau stetoskop

f). Spuit steril atau yang didisenfeksi tingkat tinggi atau corong yang sesuai utuk penampung ASI
g). Pengikat atau berperekat

h). Tingtur benzoin

2) Prosedur:

a). Kumpulkan peralatan yang dibutuhkan

b). Cuci tangan dan pasang sarung tangan yang bersih

c). Ukur panjang selang yang di butuhkan : pegang selang sehingga menyerupai jalur yang akan

di lewati saat dipasang yaitu dari mulut atau lubang hidung ke ujung bawah cuping telinga

dan kemudian kelambung tepat dibawah batas iga dan pasang tanda pada selang dengan pena

atau potongan pengikat. Sebagai aternatif ukur jarak dengan menggunakan pita ukur yang

fleksibel dan tandai jarak pada selang dengan pena atau potongan pengikat

d). Fleksikan sedikit leher bayi dan dengan lembut, masukkan selang melalui mulut atau melalui

satu lubang hidung sampai jarak yang dibutuhkan. Jika menggunakan jalur nasal: jika kateter

nasal dipasang untuk memberikan oksigen, masukan selang lambung melalui lubang hidung

yang sama, jika memungkinkan. Jika selang tidak mudah masuk kedalam lubang hidung coba

lubang hidung lainnya. Jika selang masih tidak mudah masuk kedalam lubang hidung

gunakan jalur oral.

e). Fiksasi selang dengan pengikat berperekat. Jika tingtur benzoin tersedia, oleskan kulit terlebih

dahulu sebelum memasang pengikat berperekat. Jika selang nasogastrik digunakan, hindari

menarik selang yang tegang pada lubang hidung karena ini dapat mencederai kulit

(IDAI, 2000)

5. Komplikasi Pemasangan NGT

a. Komplikasi mekanis

1) Agar sonde tidak tersumbat, perawat atau pasien harus membersihkan sonde dengan

menyemprotkan air atau teh sedikitnya tiap 24 jam


2) Agar sonde tidak mengalami dislokasi, sonde harus dilekatkan dengan sempurna di sayap

hidung dengan plester yang baik tampa menimbulkan rasa sakit. Posisi kepala harus lebih

tinggi dari atas tempat tidur.

a. Komplikasi pulmonal : aspirasi

1) Kecepatan aliran nutrisi enteral tidak boleh terlalu tinggi

2) Letak sonde mulai hidung sampai kelambung harus sempurna. Untuk mengontrol letak sonde

tepat dilambung, kita menggunakan stetoskop guna auskultasi lambung sambil menyemprot

udara melalui sonde.

b. Komplikasi yang disebabkan oleh tiadak sempurnanya kedudukan sonde

1) Sebelum sonde dimasukan, harus diukur dahulu secara individual pada setiap pasien. Panjang

sonde yang diperlukan, dari permukaan lubang hidung sampai keujung distal sternum.

3) Sonde harus diberi tanda setinggi permukaan lubang hidung

4) Sonde harus diletakkan dengan sempurna di sayap hidung dengan plester yang baik tampa

menimbulkan rasa sakit

5) Perawat dengan pasien setiap kali mengontrol letaknya tanda disonde, apakah masih tetap

atau tidak berubah

c. Komplikasi yang disebabkan oleh zat nutrisi antara lain. Komplikasi yang terjadi di usus

adalah

1) Diare

2) Perut terasa penuh

3) enteral

Perencanaan keperawatan dari komplikasi yang terjadi di usus, pemberian nutrisi enteral

harus dilakukan secara bertahap

(Asmadi, 2008)

DAFTAR PUSTAKA
Mami Kusuma Wardani (2011). Kepatuha Perawat Memasang
NGT.http://www.digilib.stikesmuhgombong.ac.id. Diakses 18 Januari 20121.

IDAI (2000). Buku Saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Bidan, dan Perawat
di Rumah Sakit. Maternal Neonatal Health, Jakarta.

Asdi (2008). Tujuan Kepustakaan Kemitraan Gizi dan Perawat. Blogdrive.com/archive/1.html.


Diakses 4 Desember 2008

Asmadi (2008).Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar


Klien.Salemba Medika , Jakarta

Anda mungkin juga menyukai