Anda di halaman 1dari 31

REFERAT

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS


(CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE)

Pembimbing : dr. Sukaenah Shebubakar, Sp.P


Disusun oleh : Cintantya Prakasita - 03013046

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM RSUD BUDHI ASIH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Anatomi
• Saluran Pernapasan Bagian Atas (Upper Respiratory Airway)
Air
• conduction (penyalur udara), sebagai saluran yang meneruskan
udara meuju saluran napas bagian bawah untuk pertukaran gas.
• Protection (perlindungan), sebagai perlindung saluran napas
bagian bawah agar terhindar dari masuknya beda asing.
• Warming, filtrasi, dan humidifikasi yakni sebagai bagian yang
menghangatkan, menyaring, dan memberi kelembaban udara
yang diinspirasi.
• Saluran Pernapasan Bagian Bawah (Lower Respiratory Airway)
Saluran udara konduktif, sering disebut sebagai percabangan
trakheobronkhialis yang terdiri atas trakea, bronkus, dan
bronkhiolus.
• Saluran respiratoris terminal yang berfungsi sebagai penyalur
(konduksi) gas masuk dan keluar dari satuan respiratorius
terminal (saluran pernapasan yang paling ujung), yang
merupakan tempat pertukaran gas yang sesungguhnya.
DEFINISI

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD)

didefinisikan sebagai penyakit yang dapat dicegah dan diobati, dengan karakteristik
hambatan aliran udara yang menetap dan progresif yang disertai dengan peningkatan
respon inflamasi kronis pada saluran napas dan paru terhadap partikel berbahaya
Adanya eksaserbasi dan komorbiditas turut mempengaruhi keparahan penyakit pada
seorang individu

National College Of Chest Physicians

penyakit yang dapat dicegah, yang bersifat progresif, adanya hambatan aliran udara yang
irreversible yang dapat menimbulkan manifestasi sistemik sebagai respon terhadap rokok
atau gas berbahaya lainnya
EPIDEMIOLOGI

WHO (DUNIA)
2002 2012

penyebab utama 65 juta orang memiliki risiko untuk menderita Angka kematian
kematian nomor 5 PPOK dengan jumlah kematian yang akan >3 juta orang
meningkat lebih dari 30%

6% dari semua
kematian global
tahun itu

2030

Penyebab utama kematian nomor 3


EPIDEMIOLOGI

WHO (DUNIA)
2002 2012

penyebab utama 65 juta orang memiliki risiko untuk menderita Angka kematian
kematian nomor 5 PPOK dengan jumlah kematian yang akan >3 juta orang
meningkat lebih dari 30%

6% dari semua
kematian global
tahun itu

2030

Penyebab utama kematian nomor 3


ASIA TENGGARA 6,3%

peringkat ke-6 dari penyebab kematian


INDONESIA terbanyak di Indonesia

Riskesdas 2013

Prevalensi PPOK di Indonesia adalah 3,7% per mil.


Dengan daerah tertinggi :
1. Nusa Tenggara Timur (10,0%)
2. Sulawesi Tengah (8,0%)
Prevalensinya meningkat seiring
3. Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (6,7 %)
dengan pertambahan usia, laki-laki
4. Papua (5,4%)
> perempuan , pendidikan rendah.
5. Maluku Utara (5,2%)
Rokok polusi

Pertumbuhan
dan
Gender, Usia
perkembangan
paru

Genetik
Faktor infeksi
Risiko
KOMORBIDITAS

CVD

Osteoporosis

Anxietas

Depresi

Kanker paru

Infeksi

Sindrom metabolik
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIK

sesak napas yang batuk, dengan atau tanpa


kronis dan progresif produksi sputum

Modifikasi British Medical


Research Council (mMRC)

SKALA SESAK

0  Tidak ada sesak kecuali dengan aktivitas berat


1  Sesak mulai timbul bila berjalan cepat atau naik tangga 1 tingkat
2  Berjalan lebih lambat karena merasa sesak
3  Sesak timbul bila berjalan 100 m atau setelah beberapa menit
4  Sesak bila mandi atau berpakaian
Pemeriksaan fisik

inspeksi • Bentuk dada: barrel chest (dada seperti tong)


• Penampilan pink puffer dan blue bolater
• Terdapat purse lips breathing (seperti orang meniup)
• Terlihat penggunaan dan hipertrofi (pembesaran) otot bantu nafas
• Sela iga melebar
Palpasi • Fremitus melemah

Perkusi • Hipersonor pada keadaan emfisema


• Letak diafragma rendah
• Hepar terdorong ke bawah
Auskultasi • Suara nafas vesikuler melemah atau normal
• Ekspirasi memanjang
• Bunyi jantung menjauh
• Terdapat ronki dan atau mengi
Indikator utama untuk membuat diagnosis PPOK

1. Sesak napas
• Progresif dari waktu ke waktu
Pertimbangkan PPOK, dan lakukan
• Diperberat dengan aktivitas spirometri, jika ada dari indikator
• Persisten di bawah di temukan pada pasien
> 40 tahun. Kehadiran beberapa
2. Batuk kronis indikator utama memperbesar
• Intermiten atau unproductive kemungkinan diagnosis PPOK.
Spirometri diperlukan untuk
• Mengi yang sering kambuh menegakkan diagnosis PPOK
3. Produksi sputum yang kronis
4. Infeksi saluran napas bawah berulang
5. Riwayat faktor resiko
Genetik, abnormalitas kongenital, asap rokok, asap dari limbah
domestik atau bahan bakar, kondisi lingkungan pekerjaan
seperti debu, uap, bahan bakar, gas dan bahan kimia lainnya
6. Riwayat keluarga dengan PPOK dan/atau faktor pada masa
kecil
7. Berat badan pada saat lahir, infeksi pernapasan masa kecil,
dsb
GOLD 2017 Global Strategy for the Diagnosis, Management and Prevention of COPD. Available online at http://goldcopd.org/. Accessed 21stNovember
2016.
15
DERAJAT PPOK
DERAJAT KLINIS DERAJAT SPIROMETRI
SESAK
1 • Gejala batuk kronik dan produksi derajat 0-1 • FEV1/FVC < 70%
sputum jarang • FEV1 ≥ 80%
• sering tidak menyadari
2 • mulai dirasakan saat aktivitas 2 • FEV1/FVC < 70%
• kadang ditemukan gejala batuk dan • 50% < FEV1 < 80%
produksi sputum.
• Mulai periksa kesehatan
3 • Gejala sesak lebih berat, sering 3 dan 4 • FEV1/FVC < 70%;
• penurunan aktivitas  kualitas hidup • 30% < FEV1 < 50%
pasien.
4 • Gejala di atas + tanda-tanda gagal 4 • FEV1/FVC < 70%;
napas atau gagal jantung kanan dan • FEV1 < 30% atau <
ketergantungan oksigen 50%
• kualitas hidup pasien memburuk dan
jika eksaserbasi dapat mengancam
jiwa.
DIAGNOSIS BANDING
TATALAKSANA
Tatalaksana PPOK stabil

EDUKASI FARMAKOLOGI NON FARMAKOLOGI

 Berhenti merokok REGULER  Rehabilitasi


 Pengetahuan dasar Bronkodilator  Terapi oksigen
PPOK  Anti kolinergik  Vaksinasi *
 Obat-obatan   2 Agonis  Nutrisi
 Pencegahan  Xantin  Ventilasi non mekanik
perburukan penyakit  Kombinasi SABA +  Intervensi bedah
 Menghindari Antikolinergik
pencetus  Kombinasi LABA +
 Penyesuaian aktifitas Kortikosteroid
 Antioksidan

Dipertimbangkan mukolitik
Golongan obat Jenis obat

B2 agonis

Short acting Salbutamol


Fenoterol
terbutalin

Long acting Formoterol


salmeterol

antikolinergik Ipatroprium bromida

metilxatin Aminofilin
teofilin

kortikosteroid Budesonid
Flutikason
beklometason

Kortikosteroid sistemik Prednison


metilprednisolon
Penilaian risiko PPOK eksaserbasi
COPD ASSESSMENT TEST (CAT)
Skor CAT Level Gambaran Klinis
> 30 Tinggi sekali • Menghentikan aktivitas
• mandi  lama
• tidak dapat keluar rumah atau melakukan pekerjaan rumah. sering
tidak dapat bangun dari kursi atau tempat tidur merasa tidak
berguna.
20 -30 Tinggi • sesak napas  berjalan di sekitar rumah, berpakaian, berbicara.
• batuk  lemas dan mengganggu tidur

10-20 Sedang • batuk berdahak hampir di setiap hari


• eksaserbasi 1-2 kali dalam setahun
• sesak hampir setiap hari naik tangga
• bangun dengan dada yang berat atau mengi.
• Masih aktivitas  berhenti untuk istirahat.
< 10 Rendah • Hampir setiap hari baik,
• dapat berhenti melakukan beberapa aktivitas yang diinginkan. batuk
beberapi hari dalam seminggu
• Sesak ketika berolahraga dan membawa barang berat.
• Mereka mudah lelah.
PPOK Eksaserbasi
• Kejadian akut yang ditandai dengan perburukan
gejala pernafasan pasien yang di luar variasi
harian normal dan mengakibatkan adanya
perubahan pengobatan
• Tujuan tatalaksana eksaserbasi lainnya adalah
meminimalisir dampak dari eksaserbasi yang
sedang berlangsung.
Tindakan segera akan mempercepat
penyembuhan
Klasifikasi PPOK Eksaserbasi

1. Tidak ada gagal napas ;

RR 20-30 /MNT
tidak ada penggunaan otot bantu napas
tidak ada penurunan kesadaran
hipoksemia perbaikan dengan terapi oksigen
melalui masker ventury 28-35 %Fio2 CO2 tidak
meningkat

25
PPOK Eksaserbasi

2. Gagal napas akut tidak mengancam jiwa:

oRR >30 /mnt


oPenggunaan otot bantu napas
oTidak ada penurunanan kesadaran
oHipoksemia perbaikan dengan masker ventury
25-30 % Fio2 hypercarbia PCO2 meningkat
dibandingkan normal atau 50-60 mmHg

26
PPOK Eksaserbasi berat tidak mengancam jiwa

Periksa derajat kegawatan gejala,agda,dan foto thoraks


Berikan oksigen terapi pemeriksaan serial agda, dan oxymetri

Bronkodilator:
- Tingkatkandosis/frekuensi SABDs
- Kombinasi B2agonist dan anticholinergic
- Pertimbangkan penggunaan LABA bila pasien menjadi lebih stabil
- Gunakan spacer atau nebulizer
- Pertimbangkan kotikosetroid oral
- Antibotik

27
PPOK Eksaserbasi

3. Gagal napas akut mengancam jiwa:


oRR >30 /mnt
oPenggunaan otot bantu napas
oada penurunan kesadaran
oHipoksemia tidak perbaikan dengan suplemen oksigen
via masker ventury atau dengan FIO2> 40% Fio2
hypercarbia meningkat >60 mmHg ada asidosis ph<7,25

28
Penatalaksanaan Eksaserbasi

INDIKASI RAWAT DI RS
1. Gejala Berat dan tiba tiba perburukan dengan sesak
nafas dengan henti nafas, frekuensi nafas meningkat
, menurun nya saturasi oksigen, kebingungan

2. Gagal nafas akut


3. Adanya gejala baru (sianosis, edema perifer)
4. Gagal atau tidak respon pada pengobatan awal
eksaserbasi

5. Adanya komorbid yang serius (Gagal jantung,


terjadinya arrhytmias yang baru)
6. Ekasaserbasi yang sering
7.Usia lanjut
6. di rumah yang tidak ada yang menolong
© 2017 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
Referensi
• Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Pedoman Pengendalian Penyakit Paru
Obstruktif Kronik PPOK (PPOK), 2008
• Global Initiative for Chronic Obstructive Lung
Disease (GOLD). 2005. Pocket Guide to COPD
Diagnosis, Management, and Prevention,
dalam buku Ikawati, Zulies. Farmakoterapi
Penyakit Sistem Pernafasan. Yogya: Pustaka
Adipura, 2007
• WHO. 2006. COPD : Diagnosis and
Classification of severity, Available at URL :
http://www.who.int/entity/respiratory/copd/
3
• Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Pedoman Pengendalian Penyakit Paru
Obstruktif Kronik PPOK (PPOK), 2008

Anda mungkin juga menyukai