Anda di halaman 1dari 30

Malaria dan Hemolitik

bayi
NS.HARDIYANTO.M.KEP
Malaria

 Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang
menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam
darah. (Ilmu Penyakit Dalam, 2009)
 Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata
lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa
dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang. (panas dingin
menggigil) serta demam berkepanjangan.
 Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari genus
Plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (gigitan)
nyamuk Anopheles spp. (www.depkes.go.id)
Etiologi

 Menurut Harijanto (2000) ada empat jenis plasmodium yang dapat menyebabkan infeksi yaitu,
a. Plasmodium vivax, merupakan infeksi yang paling sering dan menyebabkan malaria tertiana/
vivaks (demam pada tiap hari ke tiga).
b. Plasmodium falciparum, memberikan banyak komplikasi dan mempunyai perlangsungan
yang cukup ganas, mudah resisten dengan pengobatan dan menyebabkan malaria tropika/
falsiparum (demam tiap 24-48 jam).
c. Plasmodium malariae, jarang ditemukan dan menyebabkan malaria quartana/malariae
(demam tiap hari empat).
d. Plasmodium ovale, dijumpai pada daerah Afrika dan Pasifik Barat, diIndonesia dijumpai di
Nusa Tenggara dan Irian, memberikan infeksi yang paling ringan dan dapat sembuh spontan
tanpa pengobatan, menyebabkan malaria ovale.

Masa inkubasi malaria bervariasi tergantung pada daya tahan tubuh dan spesies
plasmodiumnya. Masa inkubasi Plasmodium vivax 14-17 hari, Plasmodium ovale 11-16 hari,
Plasmodium malariae 12-14 hari dan Plasmodium falciparum 10-12 hari (Mansjoer, 2001).
 Menurut Harijanto (2000) malaria pada manusia hanya dapat ditularkan
oleh nyamuk betina Anopheles. Lebih dari 400 spesies Anopheles di dunia,
hanya sekitar 67 yang terbukti mengandung sporozoit dan dapat
menularkan malaria. Di Indonesia telah ditemukan 24 spesies Anopheles
yang menjadi vektor malaria.
 Sarang nyamuk Anopheles bervariasi, ada yang di air tawar, air payau
dan ada pula yang bersarang pada genangan air pada cabang-cabang
pohon yang besar (Slamet, 2002, hal 103).
 Karakteristik nyamuk Anopeles adalah sebagai berikut :
a. Hidup di daerah tropic dan sub tropic, ditemukan hidup di dataran rendah
b. Menggigit antara waktu senja (malam hari) dan subuh hari
c. Biasanya tinggal di dalam rumah, di luar rumah, dan senang mengigit manusia (menghisap
darah)
d. Jarak terbangnya tidak lebih dari 2-3 km
e. Pada saat menggigit bagian belakangnya mengarah ke atas dengan sudut 48 derajat
f. Daur hidupnya memerlukan waktu ± 1 minggu .
g. Lebih senang hidup di daerah rawa
Manfestasi

 Tanda dan gejala yang di temukan pada klien dngan malaria secara
umum menurut Mansjoer (1999) antara lain sebagai berikut :

a. Demam
Demam periodik yang berkaitan dengan saat pecahnya skizon matang
(sporolasi). Pada Malaria Tertiana (P.Vivax dan P. Ovale), pematangan
skizon tiap 48 jam maka periodisitas demamnya setiap hari ke-3,
sedangkan Malaria Kuartana (P. Malariae) pematangannya tiap 72 jam
dan periodisitas demamnya tiap 4 hari. Tiap serangan di tandai dengan
beberapa serangan demam periodik.
Trias Malaria

 Gejala umum (gejala klasik) yaitu terjadinya “Trias Malaria” (malaria proxysm) secara berurutan :
1) Periode dingin.
Mulai menggigil, kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan selimut atau
sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk,
pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam
diikuti dengan meningkatnya temperatur.
2) Periode panas.
Muka merah, kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai 40oC atau
lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-muntah, dapat terjadi syok
(tekanan darah turun), kesadaran delirium sampai terjadi kejang (anak). Periode ini lebih lama
dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan keadaan berkeringat.
3) Periode berkeringat.
Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai basah, temperatur
turun, penderita merasa capai dan sering tertidur. Bila penderita bangun akan merasa sehat
dan dapat melakukan pekerjaan biasa.
 b. Splenomegali
Splenomegali adalah pembesaran limpa yang merupakan gejala khas
Malaria Kronik. Limpa mengalami kongesti, menghitam dan menjadi keras
karena timbunan pigmen eritrosit parasit dan jaringan ikat bertambah
(Corwin , 2000, hal. 571).
 Pembesaran limpa terjadi pada beberapa infeksi ketika membesar sekitar
3 kali lipat. Lien dapat teraba di bawah arkus costa kiri, lekukan pada
batas anterior. Pada batasan anteriornya merupakan gambaran pada
palpasi yang membedakan jika lien membesar lebih lanjut. Lien akan
terdorong ke bawah ke kanan, mendekat umbilicus dan fossa iliaca
dekstra.
 c. Anemia
Derajat anemia tergantung pada spesies penyebab, yang paling berat adalah anemia
karena Falcifarum. Anemia di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan Eritrosit
normal tidak dapat hidup lama (reduced survival time). Gangguan pembentukan eritrosit
karena depresi eritropoesis dalam sumsum tulang (Mansjoer. dkk, Hal. 411).

d. Ikterus
Ikterus adalah diskolorasi kuning pada kulit dan skIera mata akibat kelebihan bilirubin dalam
darah. Bilirubin adalah produk penguraian sel darah merah. Terdapat tiga jenis ikterus antara
lain :
1) Ikterus hemolitik
Disebabkan oleh lisisnya (penguraian) sel darah merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat
terjadi pada destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat mengkonjugasikan
semua bilirubin yang di hasilkan
Pemeriksaan Klinis

 a. Pemeriksaan mikroskopis malaria


Diagnosis malaria sebagai mana penyakit pada umumnya didasarkan pada
manifestasi klinis (termasuk anamnesis), uji imunoserologis dan ditemukannya parasit
(plasmodium) di dalam penderita.
 Uji imunoserologis yang dirancang dengan bermacam-macam target dianjurkan
sebagai pelengkap pemeriksaan mikroskopis dalam menunjang diagnosis malaria
atau ditujukan untuk survey epidemiologi di mana pemeriksaan mikrokopis tidak
dapat dilakukan.
 Diagnosis definitif demam malaria ditegakan dengan ditemukanya parasit
plasmodium dalam darah penderita. Pemeriksaan mikrokropis satu kali yang memberi
hasil negatif tidak menyingkirkan diagnosis deman malaria. Untuk itu diperlukan
pemeriksaan serial dengan interval antara pemeriksaan satu hari.
 Pemeriksaan mikroskropis membutuhkan syarat-syarat tertentu agar mempunyai nilai
diagnostik yang tinggi (sensitivitas dan spesifisitas mencapai 100%).
1) Waktu pengambilan sampel harus tepat yaitu pada akhir periode
demam memasuki periode berkeringat. Pada periode ini jumlah trophozoite dalam
sirkulasi dalam mencapai maksimal dan cukup matur sehingga memudahkan identifikasi
spesies parasit.
2) Volume yang diambil sebagai sampel cukup, yaitu darah kapiler (finger prick) dengan
volume 3,0-4,0 mikro liter untuk sediaan tebal dan 1,0-1,5 mikro liter untuk sedian tipis.
3) Kualitas perparat harus baik untuk menjamin identifikasi spesies plasmodium yang
tepat.
4) Identifikasi spesies plasmodium
5) Identifikasi morfologi sangat penting untuk menentukan spesies plasmodium dan
selanjutnya digunakan sebagai dasar pemilihan obat.
 Pemeriksaan imunoserologis
Pemeriksaan imunoserologis didesain baik untuk mendeteksi antibodi spesifik terhadap
paraasit plasmodium maupun antigen spesifik plasmodium atau eritrosit yang terinfeksi
plasmodium teknik ini terus dikembangkan terutama menggunakan teknik radioimmunoassay
dan enzim immunoassay.

Pemeriksan Biomolekuler
Pemeriksaan biomolekuler digunakan untuk mendeteksi DNA spesifik parasit/ plasmodium
dalam darah penderita malaria.tes ini menggunakan DNA lengkap yaitu dengan melisiskan
eritrosit penderita malaria untuk mendapatkan ekstrak DNA.
 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan khusus pada kasus- kasus malaria dapat diberikan tergantung dari
jenis plasmodium, menurut Tjay & Rahardja (2002) antara lain sebagai berikut:

a. Malaria Tersiana/ Kuartana


Biasanya di tanggulangi dengan kloroquin namun jika resisten perlu di tambahkan
mefloquin single dose 500 mg p.c (atau kinin 3 dd 600 mg selama 4-7 hari). Terapi ini
disusul dengan pemberian primaquin 15 mg /hari selama 14 hari)
 b. Malaria Ovale
Berikan kinin dan doksisklin (hari pertama 200 mg, lalu 1 dd 100 mg selama 6 hari). Atau
mefloquin (2 dosis dari masing-masing 15 dan 10 mg/ kg dengan interval 4-6 jam).
Pirimethamin-sulfadoksin (dosis tunggal dari 3 tablet ) yang biasanya di kombinasikan
dengan kinin (3 dd 600 mg selama 3 hari).

c. Malaria Falcifarum
Kombinasi sulfadoksin 1000 mg dan pirimetamin 25 mg per tablet dalam dosis tunggal
sebanyak 2-3 tablet. Kina 3 x 650 mg selama 7 hari. Antibiotik seperti tetrasiklin 4 x 250 mg/
hari selama 7-10 hari dan aminosiklin 2 x 100 mg/ hari selama 7 hari
 Komplikasi
Menurut Gandahusa, Ilahude dan Pribadi (2000) beberapa komplikasi
yang dapat terjadi pada penyakit malaria adalah :
 Malaria otak
Malaria otak merupakan penyulit yang menyebabkan kematian tertinggi
(80%) bila dibandingkan dengan penyakit malaria lainnya. Gejala klinisnya
dimulai secara lambat atau setelah gejala permulaan. Sakit kepala dan
rasa ngantuk disusul dengan gangguan kesadaran, kelainan saraf dan
kejang-kejang bersifat fokal atau menyeluruh.
 Anemia berat
Komplikasi ini ditandai dengan menurunnya hematokrit secara mendadak
(<> 3 mg/ dl. Seringkali penyulit ini disertai edema paru. Angka kematian
mencapai 50%. Gangguan ginjal diduga disebabkan adanya Anoksia,
penurunan aliran darah keginjal, yang dikarenakan sumbatan kapiler,
sebagai akibatnya terjadi penurunan filtrasi pada glomerulus.

Edema paru
Komplikasi ini biasanya terjadi pada wanita hamil dan setelah melahirkan.
Frekuensi pernapasan meningkat. Merupakan komplikasi yang berat yang
menyebabkan kematian. Biasanya disebabkan oleh kelebihan cairan dan
Adult Respiratory Distress Syndrome (ARDS).
Diagnosa Keperawatan

 Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda dan gejala
yang timbul dapat diuraikan seperti dibawah ini (Doengoes, Moorhouse dan Geissler,
1999):
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
makanan yang tidak sdekuat ; anorexia; mual/muntah
b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan penurunan sistem kekebalan
tubuh; prosedur tindakan invasif
c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme, dehidrasi, efek langsung
sirkulasi kuman pada hipotalamus.
d. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
di perlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrient dalam tubuh.
e. Kurang pengetahuan, mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/ mengingat kesalahan interprestasi
informasi, keterbatasan kognitif.
 Resiko Syok Hipovolemik b.d mual muntah
 Resiko jatuh/cidera b.d kelemahan, kurang eritrosit/O2
Penyakit Hemolitik Bayi Baru Lahir

 Adalah suatu penyakit yang terjadi ketika golongan darah ibu tidak
cocok dengan golongan darah bayi. Pada dasarnya, sel darah merah
janin mengandung antigen yang tidak dimiliki sang ibu.
 Ketika sel darah merah janin melewati plasenta dan masuk ke aliran
darah sang ibu, mereka dianggap berbahaya dan hal ini memicu tubuh
sang ibu untuk menghasilkan antibodi. Antibodi tersebut pada akhirnya
menemukan jalan menuju aliran darah janin dan menghancurkan sel
darah merah janin.
Penyebab Penyakit Hemolitik Bayi
Baru Lahir

 Perbedaan faktor Rhesus (Rh) – Agar lebih dimengerti, faktor Rhesus adalah jenis protein
pada permukaan sel darah merah. Apabila protein tersebut ada pada sel darah merah
janin, berarti Anda adalah Rh positif. Bila sebaliknya, maka Anda adalah Rh negatif.
 Seorang ibu hamil biasanya diperiksa untuk menentukan faktor Rh-nya. HDN akan terjadi
ketika ibu dengan Rh negatif memiliki bayi dengan Rh positif. Tubuh sang ibu akan
menganggap sel darah merah bayi sebagai sesuatu yang asing karena mereka
berbeda. Antibodi untuk melawan “ancaman” ini akan dihasilkan.
 Kehamilan pertama dengan kondisi ini tidak akan bermasalah, karena pada saat itu
antibodi dihasilkan tetapi tidak diaktifkan. Sang ibu, pada masa itu, hanya sensitif
dengan Rh. Tetapi, antibodi akan diaktifkan pada saat kehamilan kedua, apabila
bayinya memiliki Rh positif. Sudah pasti antibodi sang ibu akan menemukan jalan
melewati plasenta dan menyerang sel darah merah sang bayi.
 Perbedaan ABO – Orang memiliki golongan darah yang berbeda (A, B, AB, dan O), dan
sistem imun akan aktif ketika salah satu golongan darah bercampur dengan golongan
lainnya. Umumnya, orang yang bergolongan darah O dapat mendonorkan darahnya ke
orang yang bergolongan darah lain. Tetapi, hanya orang yang bergolongan darah O
saja yang dapat mendonorkan darahnya ke golongan darah O lainnya.
 Hal ini sama seperti ibu bergolongan darah O yang dapat menyebabkan HDN, apabila
bayinya bergolongan darah A atau B. Akan tetapi, tidak seperti kasus perbedaan Rh,
HDN karena perbedaan ABO juga mungkin dapat terjadi saat kehamilan pertama. Hal itu
terjadi karena antibodi anti-A dan anti-B telah ada dan diaktifkan saat seseorang mulai
hidup, sebab antigen seperti A dan B ada pada makanan dan bakteri.
Gejala

 HDN didiagnosa setelah gejala utama ditemukan saat kehamilan dan


setelah kelahiran. Gejala dapat berbeda-beda pada tiap anak, tetapi
berikut ini adalah yang paling umum:
 Selama kehamilan
 Saat di periksa melalui proses amniosentesis, cairan amnion (ketuban)
berwarna kuning dan mengandung bilirubin (cairan yang dibuat oleh
hati).
 Saat melalui USG, hati, limpa, atau jantung janin terlihat membesar. USG
juga dapat menunjukkan cairan yang terkumpul pada daerah perut,
paru-paru, atau kulit kepala bayi.
 Setelah kelahiran
 Bayi terlihat pucat dan mengalami anemia
 Penyakit kuning dapat muncul karena cairan amnion yang berwarna
kuning
 Pembesaran hati dan limpa
 Edema parah (pembengkakan di bawah kulit)
Jenis Pengobatan

 Standar pengobatan untuk HDN tidak hanya melibatkan bayi, tetapi juga sang ibu.
Terutama ketika HDN didiagnosa selama kehamilan. Sang ibu maupun bayi harus
dipantau dan diselamatkan dengan melakukan tindakan seperti berikut:
 Selama kehamilan
 Ketika sang ibu diperiksa memiliki Rh negatif dan sang bayi memiliki Rh positif, sang ibu
harus diperiksa melalui tes Coombs secara tidak langsung untuk melihat apakah ia telah
“menjadi sensitif” – apabila tubuh ibu telah memproduksi antibodi yang melawan antigen
Rh positif. Apabila antibodi belum dihasilkan, sang ibu akan disuntikkan dengan Rh imun
globulin, yang mencegah tubuh menghasilkan antibodi yang dapat membunuh sel darah
merah janin selama kehamilan.
 Bila janin terkena HDN, akan dilakukan transfusi darah intrauterin sel darah merah, melalui
rahim ibu dan masuk ke rongga perut janin. Tindakan ini dapat dilakukan berulang kali
seperlunya.
 Apabila kondisi bayi memburuk, kelahiran sebelum waktunya mungkin diharuskan.
 Setelah kelahiran
 Apabila bayi mengalami anemia parah (karena banyak kehilangan sel darah
merah), transfusi darah mungkin dilakukan selama yang dibutuhkan.
 Cairan intravena (infus) juga dapat diresepkan untuk melawan tekanan darah
rendah.
 Alat bantu pernapasan dapat disediakan bila bayi kesulitan bernapas.
 Jika kadar bilirubin tinggi, transfusi ganti darah akan dilakukan. Transfusi ini
memerlukan pemberian darah yang berbeda dan untuk mendapatkan sejumlah
darah. Ini juga dapat menambah jumlah darah merah bayi.
 Imunoglobin intravena dapat diberikan kepada bayi untuk menguatkan sistem
imun, mengurangi kehancuran sel darah merah dan menurunkan kadar bilirubin
pada bayi.

Anda mungkin juga menyukai