Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KASUS

GENERAL ANASTESI PADA PASIEN TONSILECTOMY

OLEH:
HUDSON GERSON
WORABAI, S.Ked
0100840154
Pembimbing
Dr. ALBINUS COBIS, Sp.An
PENDAHULUAN

• Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mendasari berbagai


tindakan meliputi pemberian anestesi, penjagaan keselamatan penderita
yang mengalami pembedahan, pemberian bantuan hidup dasar, pengobatan
intensif pasien gawat, terapi inhalasi dan penanggulangan nyeri menahun

• Pada prinsipnya dalam penatalaksanaan anestesi pada suatu operasi


terdapat beberapa tahap yang harus dilaksanakan yaitu pra anestesi yang
terdiri dari persiapan mental dan fisik pasien, perencanaan anestesi,
menentukan prognosis dan persiapan pada pada hari operasi

• Sedangkan tahap penatalaksanaan anestesi terdiri dari premedikasi, masa


anestesi dan pemeliharaan, tahap pemulihan serta perawatan pasca anestesi
PENDAHULUAN

• Tonsilitis kronis merupakan peradangan kronik pada tonsil yang biasanya


merupakan kelanjutan dari infeksi akut berulang atau infeksi subklinis dari
tonsil

• Mengingat dampak yang ditimbulkan maka tonsilitis kronis hipertrofi yang


telah menyebabkan sumbatan jalan napas harus segera ditindak lanjuti
dengan pendekatan operatif tonsilektomi

• Tonsilektomi yang didefinisikan sebagai metode pengangkatan tonsil


berasal dari bahasa latin tonsilia yang mempunyai arti tiang tempat
menggantungkan sepatu serta dari bahasa yunani ectomy yang berarti eksisi
PENDAHULUAN

• tonsilektomi merupakan tindakan bedah yang dilakukan dengan anestesi


umum maupun lokal,

• komplikasi yang ditimbulkannya merupakan gabungan komplikasi


tindakan bedah dan anestesi

• Komplikasi terkait anestesi terjadi pada 1:10.000 pasien yang menjalani


tonsilektomi

• Komplikasi ini terkait dengan keadaan status kesehatan pasien yang dapat
ditemukan berupa laringospasme, gelisah pasca operasi, mual / muntah
TINJAUAN PUSTAKA

• Anatomi dan Fisiologi saluran nafas bagian atas

Anatomi Saluran Nafas Bagian Atas Sistem Respirasi


Definisi Tonsilitis Kronik

• Tonsilitis kronis adalah peradangan kronis tonsila palatina lebih dari 3


bulan setelah serangan akut yang terjadi berulang-ulang atau infeksi
subklinis

• tonsilitis kronik menyebabkan tonsil dapat menjadi fokal infeksi bagi


organ-organ lain seperti sendi, ginjal, jantung dan lain-lain

• Tonsilitis terlihat membesar disertai dengan hiperemi ringan yang


mengenai pilar anterior dan apabila tonsil ditekan keluar detritus
Etiologi
• Tonsilitis kronik yang terjadi pada anak mungkin disebabkan oleh
karena sering menderita infeksi saluran napas atas (ISPA) atau
tonsilitis akut yang tidak diobati dengan tepat atau dibiarkan saja

• Tonsilitis kronik disebabkan oleh bakteri yang sama terdapat pada


tonsilitis akut, dan yang paling sering adalah bakteri gram positif

• Staphylococcus alfa merupakan penyebab tersering diikuti


Staphylococcus aureus, Streptococcus beta hemolyticus group A
Faktor Predisposisi

• Rangsangan kronis (rokok, makanan)


• Hygiene mulut yang buruk
• Pengaruh cuaca (udara dingin, lembab, suhu yang berubah-
ubah)
• Alergi (iritasi kronis dari alergen)
• Keadaan umum ( kurang gizi, kelelahan fisik)
• Pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat
Patofisiologi
• Fungsi tonsil adalah sebagai pertahanan terhadap masuknya kuman ke
tubuh kita baik melalui hidung atau mulut. Kuman yang masuk disitu akan
dihancurkan oleh makrofag yang merupakan sel-sel polimorfonuklear

• Jika tonsil berulang kali terkena infeksi akibat dari penjagaan hygiene
mulut yang tidak memadai serta adanya faktor-faktor lain

• maka pada suatu waktu tonsil tidak bisa membunuh semua kuman
kumannya, akibatnya kuman yang yang bersarang di tonsil akan
menimbulkan peradangan tonsil yang kronik.pada keadaan inilah fungsi
pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi sarang infeksi atau fokal
infeks
• Proses peradangan dimulai pada satu atau lebih kripte tonsil

• Karena proses radang berulang, maka epitel mukosa dan


jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan
jaringan limfoid akan diganti oleh jaringan parut

• Jaringan ini akan mengerut sehingga kripta akan melebar.

• Secara klinis kripte ini akan diisi oleh detritus

• Proses ini meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya


timbul perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsilaris
Manifestasi klinis

Gejala tonsilits kronis dibagi menjadi


gejala lokal, yang bervariasi dari rasa tidak enak di tenggorok, sakit
tenggorok, sulit sampai sakit menelan

gejala sistemis, berupa rasa tidak enak badan atau malaise, nyeri kepala,
demam subfebris, nyeri otot dan persendian

gejala klinis tonsil dengan debris di kriptenya (tonsilitis folikularis kronis),


udem atau hipertrofi tonsil (tonsilitis parenkimatosa kronis), tonsil fibrotik
dan kecil (tonsilitis fibrotik kronis), plika tonsilaris anterior hiperemis dan
pembengkakan kelenjar limfe regional
Terapi
Medikamentosa
» Terapi tonsilitis kronis dapat diatasi dengan menjaga higiene mulut yang
baik, obat kumur, dan obat

1. Pengobatan tonsilitis kronis dengan menggunakan antibiotik oral perlu


diberikan selama sekurangnya 10 hari.

Operatif
» Tonsilektomi merupakan prosedur yang paling sering dilakukan dalam
sejarah operasi

» Indikasi tonsilektomi dulu dan sekarang tidak berbeda, namun terdapat


perbedaan prioritas relatif dalam menentukan indikasi tonsilektomi pada
saat ini

» utama adalah obstruksi saluran nafas dan hipertrofi tonsil


Anestesi Umum

• Anestesi umum adalah tindakan menghilangkan rasa nyeri/sakit secara


sentral disertai hilangnya kesadaran dan dapat pulih kembali (reversibel).

• Komponen trias anestesi yang ideal terdiri dari analgesia, hipnotik, dan
relaksasi otot

• Obat anestesi yang masuk ke pembuluh darah atau sirkulasi kemudian


menyebar ke jaringan

• Yang pertama terpengaruh oleh obat anestesi ialah jaringan kaya akan
pembuluh darah seperti otak, sehingga kesadaran menurun atau hilang,
hilangnya rasa sakit, dan sebagainya

• Agar anestesi umum dapat berjalan dengan sebaik mungkin, pertimbangan


utamanya adalah memilih anestetika ideal
• Pemilihan ini didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu keadaan
penderita, sifat anestetika, jenis operasi yang dilakukan, dan peralatan serta
obat yang tersedia.

• Sifat anestetika yang ideal antara lain mudah didapat, murah, tidak
menimbulkan efek samping terhadap organ vital seperti saluran pernapasan
atau jantung, tidak mudah terbakar, stabil, cepat dieliminasi, menghasilkan
relaksasi otot yang cukup baik, kesadaran cepat kembali, tanpa efek yang
tidak diinginkan

• Obat anestesi umum yang ideal mempunyai sifat-sifat antara lain pada
dosis yang aman mempunyai daya analgesik relaksasi otot yang cukup,
cara pemberian mudah, mulai kerja obat yang cepat dan tidak mempunyai
efek samping yang merugikan
Macam-macam Teknik Anestesi

Open drop method

Semi open drop method

Semi closed method

Closed method

Dalam memberikan obat-obatan pada penderita yang akan


menjalani operasi maka perlu diperhatikan tujuannya yaitu
sebagai premedikasi, induksi, maintenance, dan lain-lain.
Persiapan Pra Anestesi

• Pasien yang akan menjalani anestesi dan pembedahan ( elektif/darurat ) harus


dipersiapkan dengan baik

• Kunjungan pra anestesi pada bedah elektif dilakukan 1-2 hari sebelumnya, dan
pada bedah darurat sesingkat mungkin.

• Kunjungan pra anestesi pada pasien yang akan menjalani operasi dan
pembedahan baik elektif dan darurat mutlak harus dilakukan untuk
keberhasilan tindakan tersebut. Adapun tujuan kunjungan pra anestesi adalah :

– Mempersiapkan mental dan fisik secara optimal.


– Merencanakan dan memilih teknik serta obat-obat anestesi yang sesuai
dengan fisik dan kehendak pasien.
– Menentukan status fisik dengan klasifikasi ASA (American Society
Anesthesiology):
Pemeriksaan praoperasi anestesi

• Anamnesis
• Pemeriksaan Fisik
• Pemeriksaan laboratorium dan penunjang lain
– Darah lengkap CT/BT, SGOT/SGPT
– Urine : protein, sedimen, reduksi
– Foto rongten ( thoraks )
– EKG
Premedikasi Anestesi

• Premedikasi anestesi adalah pemberian obat sebelum anestesi. Adapun


tujuan dari premedikasi antara lain
memberikan rasa nyaman bagi pasien, misal : diazepam.
menghilangkan rasa khawatir, misal : diazepam
membuat amnesia, misal : diazepam, midazolam
memberikan analgesia, misal : fentanyl, pethidin
mencegah muntah, misal : droperidol, ondansentron
memperlancar induksi, misal : pethidin
mengurangi jumlah obat-obat anesthesia, misal pethidin
menekan reflek-reflek yang tidak diinginkan, misal : tracurium, sulfas
atropin.
mengurangi sekresi kelenjar saluran nafas, misal : sulfas atropin dan hiosin.
• Obat Premedikasi
• Pada kasus ini digunakan obat premedikasi
• Fentanil
• Fentanil merupakan salah satu preparat golongan analgesik opioid dan
termasuk dalam opioid potensi tinggi dengan dosis 100-150 mcg/kgBB

• Bahkan sekarang ini telah ditemukan remifentanil, suatu opioid yang paten
dan sangat cepat onsetnya, telah digunakan untuk meminimalkan depresi
pernapasan residual.
Induksi

• Induksi merupakan saat dimasukkannya zat anestesi sampai tercapainya


stadium pembedahan yang selanjutnya diteruskan dengan tahap
pemeliharaan anestesi untuk mempertahankan atau memperdalam stadium
anestesi setelah induksi

• Pada kasus ini digunakan obat induksi Propofol

• Propofol (2,6-diisoprophylphenol) adalah campuran 1% obat dalam air dan


emulsi yang berisi 10% soya bean oil, 1,2% phosphatide telur dan 2,25%
glyserol. Dosis yang dianjurkan 2,5 mg/kgBB untuk induksi tanpa
premedikasi

• memiliki kecepatan onset yang sama dengan barbiturat intravena lainnya,


namun pemulihannya lebih cepat dan pasien dapat diambulasi lebih cepat
setelah anestesi umum
Pemeliharaan

• Nitrous Oksida (N2O)


• Merupakan gas yang tidak berwarna, berbau manis dan tidak
iritatif, tidak berasa, lebih berat dari udara, tidak mudah
terbakar/meledak, dan tidak bereaksi dengan soda lime absorber
(pengikat CO2

• Gas ini tidak mempunyai sifat merelaksasi otot, oleh karena itu
pada operasi abdomen dan ortopedi perlu tambahan dengan zat
relaksasi otot.

• Penggunaan biasanya dipakai perbandingan atau kombinasi dengan


oksigen

• Penggunaan dalam anestesi umumnya dipakai dalam kombinasi


N2O : O2 adalah sebagai berikut 60% : 40% ; 70% : 30% atau 50% :
50%
Obat Pelumpuh Otot

• Obat golongan ini menghambat transmisi neuromuscular


sehingga menimbulkan kelumpuhan pada otot rangka

• obat ini dibagi menjadi 2 golongan yaitu obat penghambat


secara depolarisasi resisten, misalnya suksinil kolin, dan obat
penghambat kompetitif atau nondepolarisasi, misal kurarin

• Dalam anestesi umum, obat ini memudahkan dan mengurangi


cedera tindakan laringoskopi dan intubasi trakea, serta
memberi relaksasi otot yang dibutuhkan dalam pembedahan
dan ventilasi kendali
• Obat pelumpuh otot yang digunakan dalam kasus ini adalah

• Atracurium besilat (tracrium)

• Merupakan obat pelumpuh otot non depolarisasi

• Beberapa keunggulan atrakurium dibandingkan dengan obat terdahulu antara lain adalah

• Metabolisme terjadi dalam darah (plasma) terutama melalui suatu reaksi kimia unik yang
disebut reaksi kimia hoffman. Reaksi ini tidak bergantung pada fungsi hati dan ginjal.

• Tidak mempunyai efek akumulasi pada pemberian berulang.

• Tidak menyebabkan perubahan fungsi kardiovaskuler yang bermakna

• Kemasan dibuat dalam 1 ampul berisi 5 ml yang mengandung 50 mg atracurium besilat

Dosis intubasi : 0,5 – 0,6 mg/kgBB/iv


Dosis relaksasi otot : 0,5 – 0,6 mg/kgBB/iv
Dosis pemeliharaan : 0,1 – 0,2 mg/kgBB/ iv
Intubasi Endotrakeal
• Suatu tindakan memasukkan pipa khusus ke dalam trakea, sehingga jalan
nafas bebas hambatan dan nafas mudah dikendalikan. Intubasi trakea
bertujuan untuk

› Mempermudah pemberian anestesi.


› Mempertahankan jalan nafas agar tetap bebas.
› Mencegah kemungkinan aspirasi lambung.
› Mempermudah penghisapan sekret trakheo bronkial.
› Pemakaian ventilasi yang lama.
› Mengatasi obstruksi laring akut.
Terapi Cairan
• Prinsip dasar terapi cairan adalah cairan yang
diberikan harus mendekati jumlah dan komposisi
cairan yang hilang. Terapi cairan perioperatif
bertujuan untuk

⁺ Memenuhi kebutuhan cairan, elektrolit dan darah


yang hilang selama operasi.
⁺ Mengatasi syok dan kelainan yang ditimbulkan
karena terapi yang diberikan
Pemulihan

• Pasca anestesi dilakukan pemulihan dan perawatan pasca


operasi dan anestesi yang biasanya dilakukan di ruang pulih
sadar atau recovery room yaitu ruangan untuk observasi pasien
pasca atau anestesi

• Untuk memindahkan pasien dari ruang pulih sadar ke ruang


perawatan perlu dilakukan skoring tentang kondisi pasien
setelah anestesi dan pembedahan

• Beberapa cara skoring yang biasa dipakai untuk anestesi


umum yaitu cara Aldrete dan Steward, dimana cara Steward
mula-mula diterapkan untuk pasien anak-anak, tetapi sekarang
sangat luas pemakaiannya, termasuk untuk orang dewasa.
Sedangkan untuk regional anestesi digunakan skor Bromage
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

• Nama : An. HW
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Usia : 14 tahun
• Berat Badan : 41 kg
• Agama : Kristen Protestan
• Alamat : Netar Sentani
• No. RM : 459269
• Diagnosis : Tonsilitis Kronik
ANAMNESIS

• Keluhan utama : Nyeri Tenggorokan


• Riwayat penyakit sekarang :
• Pada anamnesis didapatkan pasien mengeluh nyeri telan sejak 3 hari. Nyeri telan
dirasakan saat makan, minum ataupun menelan ludah. Menurut orangtuanya, keluhan
nyeri telan dirasakan setelah beberapa hari sebelumnya sempat mengalami demam dan
pilek hilang timbul. Saat ini pasien tidak mengeluhkan pilek, hidung tersumbat, nyeri di
kedua telinga, kurang pendengaran. 3 bulan sebelum masuk rumah sakit (SMRS) pasien
periksa di PKM dengan keluhan yang sama dan dikatakan mengalami radang /amandel.
Dalam 1 bulan terakhir kambuh 2 kali. Bila kambuh pasien merasakan nyeri
tenggorokan, susah menelan, disertai demam dan batuk pilek. Keluhan terasa setelah
mengkonsumsi minuman dingin, jajan sembrangan dan makan makanan berminyak. Saat
ini pasien tidak mengalami batuk dan pilek. Pasien juga tidak mengeluhkan demam.

• Riwayat penyakit dahulu :


• Riwayat asma disangkal
• Riwayat alergi makanan dan obat disangkal

• Riwayat penyAkit keluarga :


• Riwayat asma, alergi dan riwayat penyakit yang sama dengan pasien disangkal.
PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada 05 Februari 2018

• GCS : E4V5M6 = 15
• Vital Sign : Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Suhu : 36,8C
Pernafasan : 18 x/menit
• Status Generalis :
Mulut : terdapat tonsil membesar (+), hiperemis, detritus(+)
Pemeriksaan Thorax
Jantung
Paru
Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan Ekstremitas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pemeriksaan 04-02-2018 Nilai normal
Darah Lengkap
Hemoglobin 11,6 11,5-15,5 g/dL
Leukosit 6.90 4800-10800/L
Hematokrit 33,4 35-45%
Eritrosit 4,27x106 4,0-4,2x106/
Trombosit 442000 150000-450000/L
MCV 77,1 80,0-99,0 fl
MCH 27,2 27,0-31,0 pg
MCHC 34,9 33,0-37,0 %
RDW 14.5 11,5-14,5 %
MPV 7.4 7,2-14,1 fl
CT 2.00 1-3 menit
BT 2.00 1-6 menit
Gol. Darah A
Kimia Klinik
SGOT 17 < 31 U/L
SGPT 8 < 32 U/L
Ureum 16,9 10-50 mg/dL
Creatinin 0,63 0,60-0,90 mg/dL
GDS 79 ≤ 200 mg/dL
Seroimmunologi
HbsAg Negatif Negatif
Status Anastesi

• PS.ASA :I
• Hari/tanggal : 06/02/2018
• Ahli Anastesiologi : dr. MS. Sp.An. KIC
• Ahli Bedah : dr. J, Sp.THT -KL
• Diagnosa Pra Bedah : Tonsilitis Kronik
• Diagnosa pasca Bedah : Tonsilitis Kronik
• Makan terakhir : 6 jam yang lalu
• TB : 150
• BB : 41 kg
• TTV :
TD : 120/80 mmHg
N : 82x/m
RR :18
Suhu : 36,8
SpO2 : 100% Airway bebas, thoraks simetris ikut gerak napas,
RR : 18
• B1 : Jalan Nafas - Pernapasan
Airway bebas
RR : 18 x/m
Mallampati : II
Suara napas vesikuler : +/+
Ronkhi :-/-
Wheezing : -/-
• B2 : Sirkulasi
Perfusi : hangat, kering, merah, Nadi :80x/m
COR : S1-S2 : Reguler, Murmur (-), Extrasystole (-)
• B3 : Kesadaran Compos mentis
Riwayat pingsan tidak ada
Pupil : isokhor
• B4 : Urogenitalia
Tidak terpasang kateter
Ureum : 16,6
Creatinin : 0,63
• B5 : Gastro intestinal
Perut datar, supel, bising usus (+), hepar dan lien tidak teraba

• B6 : Bone & Musculoskeletal
Edema (-), Deformitas (-), Fraktur
• Jenis Pembedahan : Tonsilectomy
• Indikasi operasi : obstruksi jalan nafas, Disfagia
• Lama Operasi : 12 :15 WIT – 13:25 WIT
• Jenis Anastesi : General Anastesi
• Teknik Anastesi : Inhalasi Semi Closed dengan
intubasi Endotraceal Tube no. 5,0
mm
• Pernafasan : kontrol respirasi
• Posisi : Supine
• Infus : RL
• Penyulit selama pembedahan :-
• Keadaan akhir pembedahan : Baik
• Tanda vital pada akhir pembedahan : TD : 110/70 N : 84x/m R: 21x/m
• Premedikasi : Midozolam 5 mg
Sulfas Atropin 0,25 mg
Fentanyl 50 mg

• Medikasi : Atracurium 10 mg
Pethidin 80 mg
Propofol 80 mg
Ketorolac 30 mg
• Maintanance : O2, Sevoflurane 1 MAC = 2
Observasi Durante Operasi
140

120

100

80

60

40 Sistol Diastol

Nadi
20

0
12:15 12:20 12:25 12:30 12:35 12:40 12:45 12:50 12:55 13:00 13:05 13:10 13:15 13:20 13:25
Terapi Cairan
Waktu Input Output

Pre operasi RL: 500 cc Tidak terpasang DC

Durante operasi RL : 1000 cc Tidak terpasang DC

Perdarahan : ± 50 cc

Total 1500 cc 50 cc
Post Operasi
• Stabilisasi Pasien
• Pasien distabilkan di RR. Untuk menentukan kapan
pasien dapat dipindahkan ke ruang perawatan,
digunakan Skor Aldrete. Pada pasien didapatkan:
Aktivitas : dapat mengangkat 4 ekstremitas secara
sadar (skor 2)
Respirasi : dapat bernapas dalam dan batuk (skor 2)
Sirkulasi : tekanan darah ± 20 mmHg dari tekanan
darah pre-anestesi (skor 2)
Kesadaran : compos mentis (skor 2)
Saturasi oksigen : warna kulit kemerahan (skor 2)
Skor Aldrete 10, pasien dipindahkan ke ruangan Bedah
Pembahasan
• Seorang An. berusia 14 tahun dengan diagnose Tonsilitis
Kronis, dari anamnesis, pemeriksaan fisik didapatkan pada
Mulut tonsil terlihat membesar, Hiperemis dan adanya Detritus
dan pemeriksaam penunjang, pasien ini tergolong dalam PS
ASA 1, yakni penderita sehat secara fisik maupun mental (dari
hasil laboratorium didapatkan Hb: 11,6 g/dL),

• Hal ini sesuai dengan Teori PS ASA 1 adalah Pasien normal


sehat, kelainan bedah terlokalisir, tanpa kelainan faal,
biokimiawi, dan psikiatris
• Pada kasus ini dilakukan evaluasi, penilaian status
dan status generalis dengan pemeriksaan fisik dan
penunjang (pemeriksaan laboratorium) untuk
mengoreksi kemungkinan adanya gangguan
fungsi organ yang mengancam serta
mempersiapkan darah untuk transfusi demi
mengantisipasi adanya perdarahan pada pasien.
Selain itu, pasien dipuasakan sejak pukul 24.00
WIT sebelum dilakukan operasi.

• ini sesuai dengan teori sebab Puasa paling tidak 6


jam untuk mengosongkan lambung, sehingga
bahaya muntah dan aspirasi dapat dihindarkan.
• Pada pre operasi, tidak didapati adanya tanda-tanda dehidrasi
pada pasien, hal ini dikarenakan pada saat puasa pasien
terpasang infus RL. Pasien pada kasus ini pasien diberikan
obat-obat premedikasi di karenakan pasien tampak
gelisah.

• Hal ini sesuai dengan teori karena pasien dengan gelisah


sebelum di lakukan pembedahan harus di berikan obat
premedikasi biar pasien bisa lebih tenang dalam pembedahan

• Jenis anestesi yang dipilih adalah general anestesi karena pada


kasus ini diperlukan hilangnya kesadaran, rasa sakit, amnesia
dan mencegah resiko aspirasi dengan menggunakan
premedikasi Midozolam, sulfas atropin dan fentanyl.

• Teknik anestesinya semi closed inhalasi dengan pemasangan


endotrakheal tube ukuran 5.0 mm, Selama operasi dipasang
ET teknik cepat. Hal ini sesuai dengan teori.
• Untuk mempertahankan kestabilan hemodinamik pada pasien
diberikan midozolam 5mg, sulfas atropin 0,25 mg I.V, Untuk
mengurangi rasa sakit pra bedah dan pasca bedah maka diberikan
fentanyl 50 mcg I.V.

• Digunakan Propofol 80 mg I.V. (dosis induksi 2-2,5mg/kgBB)


karena memiliki efek induksi yang cepat, dengan distribusi dan
eliminasi yang cepat. Selain itu juga

• propofol dapat menghambat transmisi neuron yang hancur oleh


GABA. Obat anestesi ini mempunyai efek kerjanya yang cepat dan
dapat dicapai dalam waktu 30 detik.

• Pemberian Atracurium 10 mg I.V. sebagai pelemas otot untuk


mempermudah pemasangan Endotracheal Tube.

• Maintenance Dipakai O2 dengan perbandingan 2L/2L, serta


Sevofluran 1 vol %.
Terapi Cairan Perhitungan kebutuhan cairan pada kasus ini adalah ( Berat Badan 41 kg )

Waktu Input Output


Pre operasi RL: 500 cc Tidak terpasang DC

Durante operasi RL : 1000 cc Tidak terpasang DC

Perdarahan : ± 50 cc
Total 1500 cc 50 cc

Pre Operatif
Kebutuhan : BB 41 Kg
Maintenance dan replacement (puasa ± 6 jam)
1-2 cc/KgBB/jam = 41-82 cc/jam = 246 – 492 cc/6 jam
Aktual cairan yang diberikan : RL 500 cc

Durante Operatif (lama operasi = 1 jam 10 menit)


Kebutuhan :
Replacement :
EBV = 41-70cc/KgBB = 2870 cc
EBL = 50/2870 x 100% cc = 0,174 %
Dapat diganti dengan cairan kristaloid 1 s/d 2 x EBL = 1 s/d 2 x 500 = 500 cc s/d 1000 cc
atau
Aktual yang diberikan : RL = 1000cc
• Pre operasi pada pasien ini diberikan cairan kristaloid berupa RL sebanyak
500cc dengan tujuan sebagai pengganti cairan selama pasien puasa dan juga
untuk mencegah pasien Hipotensi dan bradikardi, pada pasien kebutuhan
cairan maintenance antara 246cc-492cc/6jam. Di mana pada pasien ini tidak
terpasang kateter.

• Sedangkan pada durante operasi pada pasien diberikan terapi cairan kristaloid
sebanyak 1000cc dengan menggunakan cairan RL pada pasien kebutuhan
cairan sebanyak 500 cc – 1000 cc, pada pasien ini diberikan sudah diberikan
cairan RL sebanyak 1000cc sudah terpenuhi dimana terjadi perdarahan sekitar
±50cc.

• Berdasarkan teori perdarahan 10% dari perkiraan volume darah tidak perlu
diberikan transfusi darah, apalagi Hb yang masih dalam batas toleransi (Hb =
11,0 g/dL).
KESIMPULAN
• Pemeriksaan pra anestesi memegang peranan penting pada setiap operasi
yang melibatkan anestesi. Pemeriksaan yang teliti memungkinkan kita
mengetahui kondisi pasien dan memperkirakan masalah yang mungkin
timbul sehingga dapat mengantisipasinya.

• Pada kasus ini disajikan kasus penatalaksanaan General Anastesi pada


operasi tonsilektomi pada penderita perempuan, usia 14 tahun, status fisik
ASA I, dengan diagnosis tonsilitis kronik yang dilakukan teknik anestesi
semi closed dengan ET no.5,0 respirasi kontrol.

• Untuk mencapai hasil maksimal dari anestesi seharusnya permasalahan


yang ada diantisipasi terlebih dahulu sehingga kemungkinan timbulnya
komplikasi anestesi dapat ditekan seminimal mungkin.

• Dalam kasus ini selama operasi berlangsung tidak ada hambatan yang
berarti baik dari segi anestesi maupun dari tindakan operasinya. Selama di
ruang pemulihan juga tidak terjadi hal yang memerlukan penanganan
serius.

• Secara umum pelaksanaan operasi dan penanganan anestesi berlangsung


dengan baik
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai