Anda di halaman 1dari 40

KARYA TULIS ILMIAH

BANGUNAN MASA DEPAN INDONESIA


YANG BERSINERGI DENGAN
LINGKUNGAN

Dea Yunita Sari 131111002


Deasy Monica Parhastuti 131111003
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Identifikasi masalah

• Apa definisi lingkungan dan bangunan.


• Bagaimana hubungan antara bangunan dan
lingkungan.
• Apa saja permasalahan dalam bangunan
terhadap lingkungan saat ini.
• Bagaimana cara menyelesaikan permasalahan
yang ada saat ini.
• Bagaimana bangunan yang ramah lingkungan.
Tujuan

• Mengetahui definisi lingkungan dan bangunan.


• Mengetahui hubungan antara bangunan dan
lingkungan.
• Dapat menjelaskan berbagai permasalahan
dalam hal bangunan terhadap lingkungan yang
terjadi saat ini.
• Mengetahui cara menyelesaikan permasalahan
tentang bangunan yang tidak ramah lingkungan.
– Metoda & teknik pengumpulan data
• Untuk memperoleh informasi teraktual mengenai
bangunan ramah lingkungan, maka pengumpulan
data yang kami lakukan dengan cara studi pustaka
ataupun mengambil informasi dari media
internet.

– Lokasi & waktu pegumpulan data


• Waktu pencarian data dilakukan sejak tanggal 28
April 2014 dan pengolahan dilakukan sejak
tanggal 1 Mei 2014. Lokasi pengumpulan data di
Kota Bandung.
BAB II
LANDASAN TEORI
Definisi Lingkungan

• Definisi lingkungan hidup dalam Undang-Undang No.23 Tahun


1997 adalah:
Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk manusia dan perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.
• Populasi Manusia
Overpopulasi adalah suatu kondisi dimana besarnya populasi manusia
lebih besar dari kapasitas lingkungan. Meningkatnya jumlah penduduk
dunia dengan sendirinya menyebabkan meningkatnya pula kebutuhan
pangan, sandang serta papan. Kebutuhan papan atau tempat tinggal
mengakibatkan semakin banyak lahan yang dialhifungsikan, yang
semula hutan dan tanah pertanian diubah menjadi hunian tempat
tinggal. Perubahan fungsi lahan dapat menimbulkan masalah.
• Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam yang tersedia merupakan salah satu modal
pembangunan. Oleh sebab itu pemanfaatannya harus diperhatikan
keberlanjutannya dan tidak merusaknya. Tetapi dalam kenyataannya
sering terjadi eksploitasi sumberdaya alam oleh manusia.
• Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Pencemaran udara bukanlah hal yang baru. Sejak awal masa
industrialisasi, pencemaran lingkungan udaha oleh manusia meningkat
sangat tajam, sehingga sistem pembersihan udara secara alami tidak
berfungsi lagi dengan baik. Di samping itu pencemaran udara juga
menimbulkan efek samping seperti lubang ozon dan pemanasan
global.
Definisi bangunan

• Suatu benda dapat dikatakan sebagai bangunan bila


benda tersebut merupakan hasil karya orang dengan
tujuan untuk kepentingan tertentu dari seseorang atau
lebih dan benda tersebut tidak dapat dipindahkan kecuali
dengan cara dibongkar. Bangunan mempunyai beberapa
fungsi bagi kehidupan manusia, terutama sebagai tempat
berlindung dari cuaca, keamanan, tempat tinggal, privasi,
tempat menyimpan barang, dan tempat bekerja. Suatu
bangunan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia
khususnya sebagai sarana pemberi rasa aman dan
nyaman.
Klasifikasi bangunan

• Bangunan gedung adalah bangunan yang di


dirikan dan atau diletakkan dalam
suatu lingkungan sebagian atau seluruhnya
pada, di atas, atau di dalam tanah dan atau
perairan secara tetap yang berfungsi sebagai
tempat manusia melakukan kegiatannya
(kepmen no.10/KPTS/2000).
Berdasarkan kepmen no.10/KPTS/2000, maka bangunan dibagi
menjadi beberapa kelas sebagai berikut :

• Kelas 1 : Bangunan Hunian Biasa, adalah satu atau lebih bangunan yang
merupakan:
• Kelas 1A : bangunan hunian tunggal
• Kelas 1B : Rumah asrama/kost, rumah tamu, hotel, atau sejenis-nya
• Kelas 2 : Bangunan hunian yang terdiri atas 2 atau lebih unit hunian yang masing-
masing merupakan tempat tinggal terpisah.
• Kelas 3 : Bangunan hunian di luar bangunan kelas 1 atau 2, yang umum digunakan
sebagai tempat tinggal lama atau sementara oleh sejumlah orang yang tidak
berhubungan
• Kelas 4 : Bangunan Hunian Campuran
• Kelas 5 : Bangunan kantor
• Kelas 6 : Bangunan Perdagangan
• Kelas 7 : Bangunan Penyimpanan/Gudang
• Kelas 8 : Bangunan Laboratorium/Industri/Pabrik
• Kelas 9 : Bangunan Umum
• Kelas 10 : adalah bangunan atau struktur yang bukan hunian
Korelasi antara Bangunan dan
Lingkungan
• Konstruksi berpengaruh secara signifikan
terhadap lingkungan. Sektor konstruksi
merupakan penyumbang pertumbuhan
ekonomi suatu negara, namun dampak yang
ditimbulkan akibat kegiatan konstruksi
terhadap lingkungan sangat besar.
• Kontribusi sektor konstruksi terhadap kerusakan
alam disebabkan oleh:
– Pengambilan material
– Proses pengolahan material
– Distribusi material dari sumber ke pemakai
– Proses konstruksi
– Pengambilan lahan untuk bangunan
– Konsumsi energi saat bangunan dioperasikan
• Menurunnya kualitas lingkungan serta kerusakan
lingkungan sedikit banyak disebabkan oleh
limbah pembangunan
Konstruksi indonesia ramah lingkungan

• Bangunan dapat di katergorikan sebagai


bangunan ramah lingkungan apabila
memenuhi kriteria antara lain (Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup no.8 tahun
2010 BAB II Pasal 4.)
Agenda konstruksi Indonesia 2030

1. Dalam kurun waktu tahun 2011 s/d 2017, disebut


dengan agenda jangka pendek, berisi agenda yang
harus segera dilakukan untuk penciptaan kondisi
lingkungan
2. Dalam kurun waktu tahun 2011 s/d 2024 disebut
dengan agenda jangka menengah, berisi agenda yang
bertujuan untuk melaksanakan implementasi
konstruksi berkelanjutan termasuk dampaknya.
3. Dalam kurun waktu tahun 2011 s/d 2030 disebut
dengan agenda jangka panjang berisi agenda yang
bertujuan menciptakan paradigma baru dalam
impelementasi kontruksi berkelanjutan.
Sebagai upaya dalam mencapai kontruksi berkelanjutan, di
Indonesia perlu di lakukan tindakan tindakan seperti yang di muat
dalam agenda konstruksi Indonesia 2030, yaitu:

• Penggunaan atau pemanfaatan kembali bangunan bangunan yang


telah ada
• Perancangan kontruksi yang bertujuan untuk mengurangi limbah
yang ditimbulkannya
• Penerapan kontruksi ramping (lean construction)
• Pelaksanaan kontruksi dengan meminimalkan konsumsi energy
• Penggunaan bangunan dengan meminimalkan konsumsi energy
• Pengurangan polusi
• Mempertimbangkan aspek lingkungan pada tahap pengadaan
material sampai dengan tahap konstruksi
• Penggunaan air secara bijaksana
• Mempertimbangkan dampak proses konstruksi terhadap
masyarakat sekitar proyek
• Menetapkan target pencapaian konstruksi berkelanjutan sebagai
salah satu aspek dalam pengingkatan kinerja
BAB III
PEMBAHASAN
Permasalahan bangunan saat ini

• Konsep perancangan bangunan di Indonesia yang mengadopsi


negara beriklim subtropis
• Orientasi bangunan
• Penggunaan material kaca yang berlebihan
• Pengerasan jalan di sekitar bangunan
• Sistem drainase yang belum maksimal

• Penggunaan energi yang tidak efektif


Solusi untuk permasalahan

• Pemilihan, Penggunaan dan Pengolahan Tapak

• Dalam membangun bangunan tempat tinggal baru lokasi


sebaiknya dekat dengan pusat transportasi masal. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan warga berpergian ke
tempat lain dengan menggunakan kendaraan umum
sehingga mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
• Dalam aspek penggunaan dan pengolahan tapak sebaiknya
bangunan dibangun tanpa banyak harus memodifikasi
tapak atau permukaan tanah. Perkerasan permukaan tanah
harus mempertimbangkan penyerapan air hujan. Material
berpori, coneblock, grassblock merupakan material yang
direkomendasikan.
Kenyamanan Sirkulasi Udara, Cahaya dan Visual

• Mengenai sirkulasi udara dan cahaya, kita dapat


memanfaatkan kondisi iklim di Indonesia yang sangat
mendukung untuk penggunaan energi alami, sehingga
kita dapat menekan penggunaan energi listrik. Sebagai
gambarannya kita tidak perlu menyalakan lampu
ataupun AC di siang hari, karena kebutuhan
pencahayaan dan penghawaan telah dipenuhi oleh
energi alam. Hal ini didukung oleh penempatan pintu
dan jendela maupun lubang angin yang ditentukan
melalui analisa tapak, supaya rumah tersebut
mendapat sumber pencahayaan dan penghawaan
alami yang optimal
Konservasi Air

– Perumahan/permukiman
• Kawasan permukiman atau perumahan perlu
dirancang untuk mampu mengonservasi air, baik
air tanah maupun air hujan kawasan permukiman
atau perumahan dapat dilengkapi dengan danau-
danau kecil sebagai tempat penampungan air.
Penempatan kolam sedemikian rupa di tempat
yang paling rendah di kawasan perumahan dapat
digunakan sebagai penampungan air hujan dan
mencegah genangan atau banjir
Bangunan yang memiliki lahan sempit

• Pembangunan sarana perumahan dan


infrastruktur adalah suatu kebutuhan, namun
dewasa ini lahan di negara ini semakin sempit.
Untuk itu dibuatlah bangunan yang dibangun
secara vertikal. Contohnya apartemen. Namun,
dengan minimnya lahan, kita tidak mungkin
membuat danau kecil untuk penampungan air
hujan dan mencegah terjadinya banjir. Untuk
meresapkan air hujan sedekat mungkin dari
lokasi turunnya pada berbagai kondisi lahan
secara ekonomis, efektif, dan aman, hadirlah
drainase vertikal KONATA.
Suatu inovasi sistem resapan air hujan yang mampu
mencegah banjir sekaligus mengisi kembali air tanah.
Keistimewaan dari drainase vertical KONATA adalah
menambah cadangan air tanah secara cepat,
mencegah intrusi air laut, mencegah terjadinya erosi
dan kerusakan infrastruktur dan berdaya guna sangat
lama.
Penghematan energi bangunan

• Menimalkan perolehan dari panas matahari


Untuk meminimalkan panas yang diterima bangunan dari matahari
perlu dilakukan sejumlah langkah.
Pertama, menghalangi jatuhnya radiasi matahari langsung pada
dinding transparan bangunan.
Kedua, menguragi transimisi panas dari dinding dinding massive yang
terkena radiasi matahari. Dengan melakukan penyelesaian
rancangan sebagai berikut:
– Membuat dinding lapis (berongga) yang diberi ventilasi pada
rongganya
– Menempatkan ruang-ruang servis (tangga, toilet, gudang, dsb) pada
sisi sisi jatuhnya radiasi matahari langsung (sisi timur dan barat)
– Memberi ventilasi pada ruang antara atap dan langit langit (pada
bangunan rendah) agar tidak terjadi akumulasi panas pada ruang
tersebut
• Orientasi bangunan utara selatan (Memanjang
timur barat)
Di kawasan sekitar equator sisi barat-timur
mendapatkan panas yang lebih tinggi
dibandingkan sisi utara-selatan. Untuk itu di
daerah selatan equator sisi selatan bangunan
tidak akan mendapatkan cahaya langsung
matahari antara bulan april hingga September.
Sementara sisi utara bangunan tidak akan
mendapatkan cahaya langsung antara bulan
oktober hingga maret.
• Organisasi ruang
• Dalam pengorganisasian ruang di bangunan
rumah, ruang ruang yang digunakan untuk
aktivitas penting atau utama di letakkan di
tengah, kemudian di apit oleh ruang ruang yang
berfungsi sebagai penunjang atau servis di sisi
timur atau barat. Hindarkan penempatan ruang
ruang utama, seperti ruang tidur, ruang keluarga,
dan lainnya pada sisi barat, kecuali jika ada
pembayangan dari bangunan lain atau pohon
besar pada sisi tersebut. Dinding ruang di bagian
barat akan mendapatkan radiasi matahari siang
dan sore yang sangat tinggi, dan membuat ruang
di dalamnya panas.
• Memaksimalkan pelepasan panas bangunan
• Untuk mengurangi pemanasan bangunan,
panas matahari yang masuk kedalam
bangunan harus dibuang. Hal ini dapat di
lakukan dengan pemecahan rancangan
arsitektur yang memungkinkan terjdinya aliran
udara silang secara maksium di dalam
bangunan. Aliran udara sangat berpengaruh
dalam menciptakan “efek dingin” pada tubuh
manusia sehingga sangat mrmbsntu
prncapaian kenyamanan suhu
• Meminimalkan radiasi panas dari plafon (untuk lantai
teratas)
Usahakan agar ruang di bawah atap di berikan jalusi
semaksimal mungkin. Hal ini dimaksudkan agar udara
panas yang terperangkap di bawah penutup atap
(karena radiasi matahari) dapat dibuang atau dialirkan
keluar sehingga panas tersebut tidak merambatkan
memanaskan ruang di bawahnya. Diusahakan
ketinggian plafon dari lantai tidak kurang dari 3 m.
plafon lantai atas menerima panas dari atap dan udara
dalam ruang atap. Plafon merupakan benda dengan
suhu lebih tinggi dari suhu ruang di bawahnya. Untuk
itu plafon perlu dijauhkan dari kepala manusia. Agar
kenyamanan termal leebih mungkin di capai
• Hindari radiasi matahari memasuki bangunan atau
bidang kaca
Ketika sinar matahari secara langsung menembus bidang
kaca, radiasi (dalam bentuk gelombang pendek) yang di
pancarkan akan memanaskan (menaikkan suhu) benda
benda seperti halnya lantai, meja, kursi, manusia dalam
bangunan tersebut, selain memanaskan kaca itu
sendiri. Akibat pemanasan tersebut, benda-benda
memancarkan kembali panasnya udara ke
sekelilingnya, dalam bentuk radiasi gelombang panjang

Karena secara umum bahan kaca tidak dapat meneruskan


gelombang panjang, panas yang di pancarkan benda
benda tersebut akhirnya terperangkap dalam
bangunan. Hal ini mengakibatkan kenaikan suhu ruang
bangunan.
• Manfaat radiasi matahari tidak langsung untuk
penerangan ruang
Untuk penerangan ruang, perlu diusahakan
mengambil cahaya langit, bukan cahaya
langsung matahari. Cahaya langit adalah
cahaya yang dihasilkan dari cahaya difuse
matahari. Cahaya ini tidak memberikan efek
pemanasan terhadap ruang yang diterangi.
• Optimalkan ventilasi silang (untuk bangunan non ac)
Jika ruang tidak menggunakan ac, usahakan agar terjadi
aliran udara yang menerus (ventilasi silang) di dalam
rumah atau bangunan, terutama bagi ruang ruang yang
dirasa panas. Hindari menutup seluruh lahan dengan
bangunan, atau dengan kata lain tidak ada ruang
terbuka di dua sisi bangunan yang berlawanan. Jika hal
ini terjadi aliran udara menerus tidak dimungkinkan.
Aliran udara penting untuk menciptakan efek dingin
bagi tubuh manusia. Ciptakan ruang-ruang terbuka di
sekitar bangunan jika lahan memungkinkan agar terjadi
aliran udara silang dengan baik.
• Hindari pemanasan permukaan sekitar bangunan
Untuk menghindari pemanasan udara di sekitar
bangunan, penggunaan material keras (beton,
aspal) sebagai penutup permukaan halaman,
taman, atau parkir yang tidak terlindung, perlu di
minimalkan. Material keras yang terkena radiasi
secara langsung akan menaikkan suhu udara di
sekitar rumah atau bangunan dan akhirnya
membuat ruangan di dalam panas.
Tri Harso dalam Lippsmeier (2013:228) “suhu diatas
permukaan rumput pendek dapat mencapai 4o C
lebih rendah dari suhu diatas permukaan beton
dan 5o C lebih rendah seandainya rumput
tersebut terlindung dari sinar matahari”
• Penghijauan atap
• Penghijauan atap (green roof) merupakan salah
satu cara untuk mengurangi pemanasan
bangunan dan pemanasan kawasan. Penghijauan
atap atau sering di sebut atap bervegetasi atau
atap-ekologis merupakan penghijauan diatas
permukaan atap datar yang sudah di beri lapisan
water-profing. Penghijauan atap dapat berupa
taman atap yang digunakan sebagai aktivitas
manusia atau sekedar penghijauan yang diisi oleh
tanaman-tanaman jenis tertentu yang umumnya
tahan terhadap lingkungan kering sehingga tidak
banyak memerlukan air.
Warna dan tekstur dinding luar bangunan
Warna terang cenderung memantulkan panas sementara
warna gelap menyerap lebih banyak panas. Agar radiasi
matahari tidak memberikan tambahan panas kepada
bangunan, dinding luar dan atap bangunan di daerah
beriklim panas atau tropis perlu berwarna terang.
Sementara untuk wilayah beriklim dingin dengan suhu rata-
rata rendah, warna dinding dan atap bangunan sebaiknya
gelap. Hal ini dimaksudkan agar lebih banyak radiasi
matahari yang dapat diserap bangunan sehingga bangunan
menjadi lebih hangat.
Tekstur material permukaan luar bangunan juga berpengaruh
terhadap penyerapan radiasi matahari. Tekstur kasar
menyerap lebih banyak panas dibanding tekstur halus.
Fenomena ini perlu dipahami untuk mengantisipasi iklim
setempat secara benar
Gambaran bangunan ramah lingkungan yang
bersinergi dengan lingkungan
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan

• Bangunan ramah lingkungan merupakan suatu rancangan kawasan dan


bangunan yang mempertimbangkan kondisi fisik lingkungan setempat,
dan menjawab permasalahan iklim tropis. Rancangan arsitektur kawasan
dan bangunan harus mempertimbangkan faktor lokasi, iklim, konservasi
air hujan dan air tanah, meminimalkan limbah, penghijauan kawasan, dan
lainnya yang sesuai dengan kaidah-kaidah perancangan arsitektur ramah
lingkungan.

• Kemudian, penghematan energi merupakan bagian penting dalam konsep


perancangan bangunan ramah lingkungan. Penghematan energi dapat
menyisakan sumber energi bagi generasi mendatang serta meminimalkan
emisi CO2 sebagai penyebab utama pemanasan bumi dan perubahan iklim
global.

• Apabila kedua hal ini dapat bersinergi dengan baik, tidak dapat dipungkiri
lagi jika pembangunan di Indonesia mengikuti peraturan menteri negara
lingkungan hidup no.8 tahun 2010 maka agenda konstruksi 2030 dapat
terlaksana
Saran

• Dalam menciptakan bangunan ramah lingkungan


yang bersinergi dengan lingkungan yang terdapat
pada agenda konstruksi 2030 dan dalam hal
pembangunannya mengikuti peraturan menteri
negara lingkungan hidup no.8 tahun diharapkan
semua pihak dapat saling berkerja sama. Mulai
dari pemilik bangunan, perencana dan pelaksana.

Anda mungkin juga menyukai