Triana Putri/20090310133
Konsulen : dr.Agus Sunaryo, Sp.PD
Laporan kasus
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. D
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Salatiga
Tanggal Masuk : 28 januari 2015
Bangsal : FLAMBOYAN
B. Anamnesis
Keluhan Utama: batuk berdahak disertai darah
Leher : Pembesaran lnn (-), pembesaran kel. Tiroid (-), massa (-).
Thorax
I : simetris (+), ketinggalan gerak (-), retraksi (-), massa (-).
P : massa (-), nyeri tekan (-/-)
P : sonor (+/+)
A: bunyi napas vesikuler (+/+) meningkat , rhonki (+/+), wheezing (-
/-), suara jantung S1 S2 reguler, bising (-)
Abdomen
I : simetris (+), distensi (-), massa (-)
A: bising usus (+) kesan normal
P: timpani pada keempat kuadran, pekak hepar (+), nyeri ketok ginjal
(-).
P: supel, nyeri tekan (-) , massa intraabdominal (-), tidak ada
massa hepar , turgor kulit melambat (-)
Extremitas
Al 12,01
Ae 5,15
Hb 10,9
Ht 36,2
At 442
Bronkhopneumonia kronis
Pneumonia
ISPA
Diagnosis Kerja
Tuberculosis paru
Terapi
Tuberkulosis primer
Tuberkulosis postprimer
Inhalasi basil TB Alveolus Fagositosis oleh makrofag
Destruksi makrofag
Kalsifikasi
Pecah
Patogenesis tuberkulosis
Tuberkulosis primer
Kuman TB kontak dengan makrofag :
1. Kuman mati
2. Berkembang biak dlm alveoli ke organ tubuh
paru membentuk sarang TB kecil / efek
primer Kel get bening (limfangitis lokal /
regional) Kompleks primer
- Sembuh
- Sembuh dengan cacat (fibrotik, kalsifikasi)
- Komplikasi penyebaran (limfogen,
bronkogen, hematogen, tertelan TB usus
Tuberkulosis pascaprimer
Kuman TB (dormant) sarang dini
Teresorbsi sembuh tanpa cacat
Meluas perkejuan
Perkejuan :
Aktif
Sembuh menjadi padat / membungkus diri
tuberkuloma
Komplikasi : - jamur
- batuk darah
GEJALA TB PARU
1. Gejala utama (sering ditemukan)
Batuk ≥ 3 minggu
2. Gejala tambahan
- Dahak campur darah
- Batuk darah
- Sesak napas
- Nyeri dada
- Badan lemah, nafsu makan turun,
BB turun, malaise, keringat malam, demam
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan bakteriologis : (sputum BTA positif )
- Kultur : BTA positif kultur positif
BTA negatif kultur negatif
Pemeriksaan radiologis
Aktif
Tidak aktif
Pemeriksan darah : LED, limfositosis
Histopatologis (diagnostik) granuloma, perkejuan
Uji tuberkulin : ???
Serologis : (PAP, Bactec, PCR)
Diagnosis TB
Pemeriksaan fisik
• Tergantung dari luas & keluhan.
• Pada awal penyakit t.a.k.
• Umumnya : kelainan di apeks
• Dapat ditemukan a.l. : suara napas
bronkial, amforik, suara napas melemah,
ronki basah, tanda2 penarikan paru,
diafragma & mediastinum
Diagnosis TB
Ditemukan BTA mikroskopik (+) paling sedikit 2
dari 3 pemeriksaan (SPS)
Bila hanya 1 X positif, maka dilakukan
foto toraks :
* jika mendukung TB
* tak mendukung ulang pem dahak SPS
Bila memungkinkan pemeriksaan lain: misal
biakan/ resistensi
Diagnosis TB
Destroyed Lung:
- Berdasarkan foto toraks sulit dinilai
keaktifannya
- Perlu pemeriksaan bakteriologik dan serial
foto toraks
Diagnosis TB
Luas lesi pada foto toraks
1. Lesi minimal : mengenai sebgn atau ke-2
paru dgn luas tak lebih dari vol paru yg
terletak di atas Chondrosternal junction
dari iga ke-2 dan pros. spinosus Th IV
atau korpus vertb Th V (sela iga II) dan
tidak ada kavitas
TB milier
Diabetes melitus
Kehamilan dan menyusui
Gagal ginjal
HIV/AIDS
Pleuritis eksudativa TB (efusi pleura TB)
Gangguan fungsi hati
PENGOBATAN TB PARU DLM
KEADAAN KHUSUS
1. Wanita hamil semua aman kecuali amino-
glikosida misal: streptomisin
2. Wanita menyusui semua aman
Pengobatan pencegahan INH untuk bayi
3. Wanita pengguna kontrasepsi
Rifampisin berinteraksi dengan hormonal
kontrasepsi menurunkan efektivitas
kontrasepsi
4. Penderita infeksi HIV/AIDS
Sama seperti penderita TB lainnya kecuali
thiacetazon
5. Penderita TB dengan DM
- Rifampisin mengurangi efektivitas sulfonil
urea, sehingga dosis perlu di kan
6. Penderita TB dengan gangguan ginjal
- OAT yang aman 2 RHZ/6 HR
- E dan S dapat diberikan dengan dosis
sesuai faal ginjal di bawah pengawasan
7. Penderita TB yg memerlukan kortikosteroid
- Meningitis TB
- TB millier dgn tanda gagal napas /
meningitis
- Pleuritis eksudativa (efusi pleura)
- Perikarditis TB
8. Penderita TB dengan kelainan hati kronik
- Bilirubin > 2 atau SGOT / SGPT > 3 kali
pemberian OAT dihentikan
- Peningkatan SGOT/SGPT < 3 kali, pemberian
OAT diteruskan dengan pengawasan ketat
- Anjuran : 2 RHES/6RH atau 2 HES/10HE
- Hepatitis akut S dan E maksimal 3 bulan
hepatitis sembuh tambahkan R dan H
Hepatitis imbas obat OAT (drug induce
hepatitis) kelainan hati OK obat
hepatotoksik
Penatalaksanaan
1. Bila klinis + (ikterik, mual, muntah) OAT stop
2. Bila klinis – (laboratorium ada kelainan )
- Bilirubin > 2 X OAT stop
- SGOT / SGPT > 5 X OAT stop
- SGOT / SGPT > 3 X gejala + OAT stop
- SGOT/ SGPT > 3 X gejala - OAT
teruskan tapi perlu pengawasan
INDIKASI PEMBEDAHAN
Indikasi mutlak
- Telah diobati OAT adekuat BTA tetap (+),
misal TB paru kasus gagal, kronik, MDR
- Batuk darah masif tak dpt diatasi
- Empiema dgn fistula bronkopleura
konservatif gagal
Indikasi relatif
- Batuk darah berulang BTA (–)
- Kerusakan satu paru/ lobus dgn keluhan
- Sisa kavitas yg menetap
EVALUASI PENGOBATAN
Batuk darah
Bronkiektasis
Empiema
Pneumotoraks
TB ekstra pulmoner
Sindroma obstruksi pasca TB (SOPT)
Luluh paru (destroyed lobe / lung)
Dosis OAT
Dosis OAT Berat
> 60 kg 40-60 kg < 40 kg Intermitent
Komitmen politis
Diagnosis benar dengan mikroskopis
Penyediaan dan distribusi obat cukup
Pengawasan menelan obat
Pencatatan dan pelaporan yang baik
TB Resisten Obat: Definisi
Mono-resistant: Resisten terhadap satu obat
Poly-resistant: Resisten terhadap lebih dari satu
obat, tapi tidak terhadap kombinasi isoniazid dan
rifampisin
Multidrug-resistant (MDR): Resisten terhadap
paling sedikit isoniazid dan rifampisin
Extensively drug-resistant (XDR): MDR ditambah
resistensi terhadap fluoroquinolon dan paling
tidak 1 dari 3 obat suntik (amikasin, kanamisin,
kapreomisin)
Total DR: Resisten dengan seluruh OAT
Menduga MDR-TB Secara Klinis
Mengenali faktor-faktor risiko:
Riwayat pengobatan (faktor utama)
Riwayat tidak patuh (non-adherence) atau putus
berobat (default)
Penduduk dari daerah endemis MDR
Pajanan dgn kasus atau orang yg diduga
menderita MDR-TB (TB yg “tidak bisa sembuh”
atau yang memerlukan pengobatan berulang)
Infeksi HIV (di daerah-2 tertentu)
Menduga MDR-TB Secara Klinis
Pengenalan kegagalan obat secara dini:
Batuk seharusnya membaik dalam waktu dua
minggu pertama setelah pengobatan
Tanda-2 kegagalan: sputum tidak konversi, batuk
masih ada atau berulang, demam masih
berlanjut, keringat malam hari dan tidak ada
kenaikan berat badan
Kriteria suspeks
1. Gagal Kategori 2
4. Gagal kategori 1
6. Kambuh
7. Pasien yang datang kembali dengan BTA positif setelah DO kategori 1 atau 2
Aditama, Tjandra Yoga, 1990. Tuberkulosis Diagnosis, Terapi dan Masalahnya. Jakarta: Y-P IDI.
Zeind, C., Gourley, G., & Corbett, C. (1996). Tuberculosis. Dalam Z. CS, G. GK, C. CE, & H. ET
(Penyunt.), Textbook of Therapeutics, Drug and Disease Management (hal. 1283-1297). Maryland
USA: Williams & Wilkins Publishers.
Tierney, L. M., McPhee, S. J., & Papadakis, M. A. (2002). Diagnosis dan Terapi Kedokteran Ilmu
Penyakit Dalam (Vol. 1). (A. Ghofir, Penerj.) Jakarta: Salemba Medika.
Depkes. (2006). Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia , Edisi 2.
Erah, P. O., & Ojieabu, W. A. (2009). Success of the Control of Tuberculosis in Nigeria: A Review.
International Journal of Health Research , hal 4-8.
Icksan, A. G., & Luhur, R. (2008). Radiologi Toraks Tuberculosis Paru. (A. Pradana, Penyunt.)
Jakarta, Indonesia: CV. Sagung Seto.
Nasution, E. J. (2008). Profil Penderita Tuberkulosis Paru Dengan Diabetes Mellitus Dihubungkan
Dengan Kadar Gula Darah Puasa. FK USU .
Price, S. A., & Wilson, L. M. (1995). Patofisiologi - Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (4 ed., Vol.
2). Jakarta: ECG.
Rasad, S. (2009). Radiologi Diagnostiki. Dalam FKUI, Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit.
Yunus, F. (1993). Diagnostik TB Paru. Dalam Y. F, M. Rasmin, H. Achmad, M. A, & S. Boedi
(Penyunt.), Pulmonologi Klinik (hal. 43-50). Jakarta: Bagian Pulmonologi FKUI.
Zeind, C., Gourley, G., & Corbett, C. (1996). Tuberculosis. Dalam Z. CS, G. GK, C. CE, & H. ET
(Penyunt.), Textbook of Therapeutics, Drug and Disease Management (hal. 1283-1297). Maryland
USA: Williams & Wilkins Publishers.