Anda di halaman 1dari 20

Melly Kartika Sari

(20152320155)
Sistem Imun
 Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit
terutama infeksi.
 sistem imun adalah sel, molekul dan jaringan yang
berperan dalam resistensi terhadap infeksi.
 Reaksi yang dikoordinasi sistem imun tersebut
terhadap mikroba disebut respons imun.
 Sistem imun diperlukan tubuh untuk
mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya
yang ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan
hidup (Bratawidjaja dan Rengganis, 2009)
Lanjutan….
 Sistem imun berdasarkan fungsinya terdiri
dari 2 tipe, yaitu :
 respon imun alamiah atau non-spesifik
(innate immunity), dan
 respon imun adaptif atau spesifik
(acquired immunity).
Sistem Imun Nonspesifik
Sistem imun non-spesifik merupakan
pertahanan tubuh terdepan dalam
menghadapi serangan berbagai
mikroorganisme, karena dapat
memberikan respon langsung terhadap
antigen. Sistem tersebut disebut non-
spesifik karena tidak ditujukan terhadap
mikroorganisme tertentu. (Bratawidjaja
dan Rengganis, 2009).
 Komponen-kompenen sistem imun non-
spesifik terdiri atas:
a. Pertahanan fisik/mekanik
b. Pertahanan biokimiawi
c. Pertahanan humoral
d. Pertahanan selular (Baratawidjaya dan
Rengganis, 2009
A. Pertahanan fisik/mekanik

Dalam sistem pertahanan fisik atau


mekanik ini kulit, selaput lendir, silia
saluran napas, batuk dan bersin akan
mencegah masuknya berbagai kuman
patogen ke dalam tubuh.
Kulit yang rusak misalnya oleh luka bakar
dan selaput lendir yang rusak oleh asap
rokok akan meninggikan risiko infeksi
(Baratawidjaja
dan Rengganis, 2009)
B. Pertahanan Biokimiawi

 Pertahanan biokimiawi adalah seperti asam


hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik
dalam usus, serta lisozim dalam keringat, air mata,
dan air susu (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).
 Lisozim dalam keringat, ludah, air mata dan air
susu ibu, melindungi tubuh terhadap berbagai
kuman postif-Gram oleh karena dapat
menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding
bakteri.
 Air susu ibu juga mengandung laktooksidase dan
asam neuraminik yang mempunyai sifat
antibakterial terhafap E.koli dan stafilokokus
(Baratawidjaja dan Rengganis, 2010)
C. Pertahanan Humoral
 Komplemen
 Sistem yang terdiri dari sejumlah protein yang
berperan dalam pertahanan pejamu
 Diproduksi oleh hepatosit dan monosit
 Rusak oleh pemanasan 560C selama 30 menit
 Berupa molekul dari sistem imun nonspesifik
dalam keadaan tidak aktif  perlu aktivasi
 Interferon
 Interferon adalah sitokin berupa glikoprotein
yang diproduksi makrofag yang diaktifkan, sel
NK dan berbagai sel tubuh yang mengandung
nukleus dan dilepas sebagai respons terhadap
infeksi virus.
 mempunya sifat antivirus dan dapat
menginduksi sel-sel sekitar sel yang terinfeksi
 IFN juga adapat mengaktifkan sel NK
 C-Reactive Protein
 CRP merupakan salah satu protein fase akut, termasuk
golongan protein yang kadarnya dalam darah meningkat pada
infeksi akut sebagai respons imunitas non-spesifik.
 CRP mengikat berbagai mikroorganisme yang membentuk
kompleks
 dengan bantuan Ca++ dapat mengikat berbagai molekul
antara lain fosforilkolin
 Peningkatan sintesis CRP akan meningkatkam viskositas
plasma
 Adanya CRP yang tetap tinggi menunjukan infeksi yang
 persisten
 Fagosit
 Sel utama yang berperan dalam
pertahanan nons-pesifik adalah sel
mononuklear (monosit dan makrofag)
serta sel polimorfonuklear atau granulosit
 Sel-sel ini berperan sebagai sel yang
menangkap antigen, mengolah dan
selanjutnya mempresentasikannya kepada
sel T
D. Pertahanan Seluler
 fagositosis yaitu suatu upaya multiphase
yang memerlukan langkah-langkah sebagai
berikut:
 pengenalan (recognition) dari benda yang
akan dicerna  gerakan ke arah obyek
(kemotaksis)  perlekatan  penelanan
(ingestion) intraseluler oleh mekanisme
mikroba-mikroba
 Makrofag
 Monosit ditemukan dalam sirkulasi, tetapi
dalam jumlah yang lebih sedikit dibanding
neutrofil.
 Makrofag dapat hidup lama, mempunyai
beberapa granul dan melepas berbagai
bahan, antara lain lisozim, komplemen,
interferon dan sitokin
 Sel NK (Natural Killer)
 Jumlah sel NK sekitar 5-15% dari limfosit
dalam sirkulasi dan 45% dari limfosit
dalam jaringan
 Ciri-cirinya yaitu memiliki banyak sekali
sitoplasma (limfosit T dan B hanya sedikit),
granul sitoplasma azurofilik, pseudopodia
dan nukleus eksentris
Inflamasi
 Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap
sel yang rusak, respon ini ditandai dengan
adanya kemerahan, nyeri, panas, bengkak.
 Tujuan : untuk membatasi invasi oleh
mikroba agar tidak menyebar lebih luas lagi,
serta memperbaiki jaringan atau sel yang
telah rusak oleh mikroba
 Vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan
permeabilitas vaskular terjadi pada setiap
inflamsi akut
Terima Kasih….

Anda mungkin juga menyukai