Anda di halaman 1dari 30

Shinta Riana S, SpA, MKes

1
Pendahuluan
 DEFINISI : penyakit infeksi sistemik akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi
 Ditandai oleh :
 Panas berkepanjangan
 Bakteremia
 Invasi dan multiplikasi di sel fagosit mononuklear dari
hati, limpa, kelenjar limfe usus, plak Peyer
 Terminologi lain : Demam paratifoid ATAU demam
enterik

2
Pendahuluan…
 Demam paratifoid : secara patologis dan klinis
sama, tetapi lebih ringan  disebabkan : S.
enteriditis
 S. enteriditis terdiri dari 3 serotipe : paratyphi A, B,
C
 Demam enterik : istilah untuk demam tifoid
maupun paratifoid

3
Epiemiologi

4
Epidemiologi
 Masih menjadi masalah kesehatan yg penting di
negara berkembang namun pemeriksaan diagnostik
yg adekuat belum selalu tersedia
 Memiliki spektrum klinis yang luas
 Insiden : 99% kasus diderita anak umur 3-19 tahun 
meningkat setelah umur 5 tahun
 Penularan :
 Sebagian besar secara fekal-oral dari makanan yg
tercemar
 Transplasental
 Diekskresikan lewat sekret saluran napas, urin, dan
tinja

5
Etiologi
Salmonella typhi :
 Bakteri gram negatif
 Tidak berkapsul, mempunyai flagel
 Tidak membentuk spora fakultatif anaerob
 Mempunyai antigen :
 Antigen somatik (O), merupakan oligosakarida
 Flagelar antigen (H), terdiri atas protein
 Envelope antigen (K), terdiri atas polisakarida
 Makromolekul lipopolisakarida kompleks membentuk
lapis luar dinding sel endotoksin
 Mempunyai plasmid faktor-R  berhubungan dgn
resistensi thd antibiotik

6
7
Patogenesis
Di usus halus
S. typhi masuk (ileum & Mencapai
bersama jejenum) folikel limfe
makanan/minuman menembus (plaq Peyeri)
dinding usus

Ikut aliran Masuk jaringan Masuk sirkulasi


kelenjar limfe RES di hati dan sistemik ke organ
mesenterika limpa  lain (intra &
multiplikasi ekstra intestin

BAKTEREMIA PRIMER BAKTEREMIA SEKUNDER

8
Patogenesis...
 Masa inkubasi : masuknya kuman ke usus sampai
multiplikasi di RES
 Tempat yg disukai S. typhi : hati, limpa, sumsum tulang,
kandung empedu, dan plaq Peyeri di ileum terminal
 S. typhi menghasilkan endodoksin  stimulasi makrofag
memproduksi sitokin dll  nekrosis sel, demam, depresi
sumsum tulang, kelainan darah, stimulasi sistem
imunologik
 Demam tifoid : respon imun seluler maupun humoral

9
Manifestasi klinis
 Masa inkubasi rata2 : 10-14 hari
 Gejala klinis sangat bervariasi  pada anak < 5 thn
gejala klinis tdk khas
 Step ladder temperature chart : demam naik secara
bertahap tiap hari  titik tertinggi pd akhir mgg I 
menetap tinggi  mgg IV turun perlahan
 Tipe demam yg khas kadang tdk muncul akibat
pemberian antibiotik
 Demam lebih tinggi pada sore dan malam hari
 Gejala sistemik : nyeri kepala, malaise, mialgia,
radang tenggorok, batuk kering

10
11
Manifestasi klinis...
 Gejala gastrointestinal bervariasi : anoreksia,
nausea, vomitus, obstipasi, diare, lidah kotor dgn
tepi dan ujung kemerahan
 Rose spot : ruam makulopapular diameter 2-4 mm,
berwarna merah di abdomen, thorax, ekstremitas
punggung  jarang ditemukan pada anak
Indonesia. Ditemukan pd org kulit putih
 Pemeriksaan abdomen : nyeri perut, distended,
hepatomegali, splenomegali
 Bradikardi relatif jarang dijumpai pada anak

12
13
Typhoid fever (%) Paratyphoid A & B
KCH 2002 (n=32) (%)

Fever 89-100 100% 92-100


Headache 43-90 32% 60-100
Nausea 23-36 33-58
Vomiting 24-35 3.1% 22-45
Abdominal pain 8-52
29-92
Distension 21.8%
Diarrhoea 30-57 25% 17-68
Constipation 10-79 9.3% 2-29
Cough 11-36 8.4% 10-68
14
Diagnosis
 Gejala klinis :
 Demam : khas step ladder fever
 Gejala gangguan gastrointestinal
 Pemeriksaan fisik : umum dan abdomen
 Mungkin disertai perubahan atau ggn kesadaran
 Pemeriksaan penunjang :
Gambaran darah tepi
 Anemia normositik normokromik  akibat perdarahan
usus atau supresi sumsum tulang
 Leukopenia
 Leukositosis  bila terjadi abses piogenik
 Trombositopenia

15
Diagnosis...
 Uji serologis WIDAL : memeriksa kadar antibodi
aglutinasi thd antigen O (somatik), H (flagella) :
 Antibodi O muncul pd hari ke- 6-8 sakit, dan
antibodi H muncul pd hr ke 10-12 sakit
 Titer O sekali periksa > 1/200, atau
 Titer O sepasang terjadi kenaikan 4 kali
diagnosis ditegakkan
 Diagnosis pasti : isolasi S.typhi dari darah kultur
darah (2 mgg pertama sakit)

16
Diagnosis...
 Aglutinin H (+) : pasca imunisasi atau infeksi lampau
 Aglutinin Vi (+) : deteksi carrier S. typhi
 Tubex : deteksi antibodi IgM antigen spesifik O9
lipopolisakarita S.typhi
 Typhidot : deteksi IgM terhadap S.typhi
 Metode ELISA (enzyme-linked immunosorbent
assay): pemeriksaan antigen IgM dan IgG spesifik
S.typhi  sensitivitas dan spesifisitas 100%
 Pada daerah endemi  IgM bertahan 3 bulan, IgG
bertahan 6 bulan

17
Diagnosis banding
 Stadium awal demam tifoid : influenza, infeksi virus
dengue, infeksi saluran kemih, infeksi tuberkulosis
 Demam tifoid yang berat : leukemia, sepsis, limfoma

18
Tatalaksana
Gejala demam tifoid pada anak secara umum
lebih ringan drpd org dewasa :
 90% tanpa komplikasi
 Tidak perlu dirawat
 Terapi antibiotik oral
 Istirahat di rumah
Suportif-simtomatik :
 Tirah baring
 Antipiretik
 Rehidrasi oral maupun parenteral
 Nutrisi yang adekuat

19
Tatalaksana...
 Masalah pengobatan tifoid : resistensi thd beberapa
AB yg sering digunakan  multiple drugs resistance
(MDR)
 Tahun 1970 : resistensi thd kloramfenikol
 Saat ini terjadi resistensi thd ampisilin, amoksisilin,
trimetroprim-sulfametoksazol, florokuinolon
 Rekomendasi WHO : pemberian antibiotik untuk
tifoid tanpa komplikasi dan tifoid berat atau dengan
komplikasi

20
Terapi tifoid tanpa komplikasi
TERAPI OPTIMAL TERAPI ALTERNATIF
Kepekaan AB Dosis Lama AB Dosis Lama
harian (hari) harian (hari)
(mg/kgBB) (mg/kgBB)

Sensitif Florokuino 15 5-7 Kloramfenikol 50-75 14-21


lon Amoksisilin 75-100 14
TMP-SMX 8-40 14

MDR Florokuino 15 5-7 Azithromisin 8-10 7


lon Sefiksim 15-20 7-14
Sefiksim 15-20 7-14

Resisten Azithromis 8-10 7 Sefiksim 20 7-14


kuinolon in
seftriaksin 75 10-14

21
Terapi tifoid dengan komplikasi
TERAPI OPTIMAL TERAPI ALTERNATIF
Kepekaan AB Dosis harian Lama AB Dosis Lama
(mg/kgBB) (hari) harian (hari)
(mg/kgBB)
Sensitif Florokuino 15 10-14 Kloramfenikol 100 14-21
lon Amoksisilin 10 14
TMP-SMX 8-10 14
MDR Florokuino 15 10-14 Seftriakson 60 10-14
lon Sefotaksim 80
Resisten Seftriakson 60 10-14 Florokuinolon 20 7-14
kuinolon Sefotaksim 80

22
Terapi tifoid...
 Kloramfenikol masih merupakan obat pilihan
utama tifoid pada anak di negara berkembang
meskipun WHO memasukkan obat ini sebagai
obat alternatif  kelebihan : efikasi baik (demam
turun 4-5 hr), mudah didapat, murah
 Efek samping/kekurangan kloramfenikol :
 Anemia aplastik
 Grey baby sindrome
 Tingginya relaps
 Tidak dapat digunakan untuk pasien carrier

23
Terapi carrier tifoid
 Ampisilin atau amoksisilin : 40 mg/kgBB dibagi 3
dosis perhari dikombinasikan dengan
probenesid 30 mg/kgBB dibagi 3 dosis atau
TMP-SMX 4-20 mg/kgBB dibagi 2 dosis  4-6
mgg  kesembuhan 80%

24
Terapi deksametason untuk tifoid dgn
komplikasi SSP (ensefalopati tifoid)
 Harus segera diberikan
 Dosis inisial 3 mg/kgBB dgn infus selama 30
menit  selanjutnya 1 mg/kg tiap 6 jam
selama 2 hari
 Dapat menurunkan mortalitas sebanyak 80-
90% pd pasien yg berisiko tinggi

25
Komplikasi
Komplikasi muncul pada 10-15% kasus yang
menderita > 2mgg
1. Perforasi usus (10%) dan perdarahan usus (1-10%) 
mgg III demam
2. Komplikasi neuro psikiatri : ggn kesadaran, disorientasi,
delirium, stupor, koma  ensefalopati tifoid (10-40%)
 prognosis buruk
3. Komplikasi neurologis lainnya : trombosis serebral,
afasia, ataksia, tuli, neuritis perifer, Guillain-Barre
Syndrome
4. Hepatitis tifosa asimtomatik, kholesistitis akut
5. Miokarditis

26
Komplikasi...
6. Sistitis, pielonefritis, glomerulonefritis  prognosis
buruk

 Relaps : pada 5-10% kasus  demam timbul


kembali seminggu setelah antibiotik dihentikan
 Gejala lebih ringan

27
Prognosis
 Prognosis dipengaruhi oleh tatalaksana dan pemberian
antibiotik yang tepat, sistem imun penderita dan derajat
patogenitas bakteri
 Tifoid tanpa komplikasi pada umumnya prognosisnya
baik
 Tifoid dengan komplikasi perforasi, ensefalopati tifoid,
dan glomerulonefritis prognosisnya buruk
 Tatalaksana yang cepat dan tepat memperkecil
terjadinya komplikasi

28
Pencegahan
 Menjaga higiene dan kebersihan makanan
 Memanaskan makanan sampai suhu 57oC selama
beberapa menit  mematikan kuman
 Vaksin tifoid :
1. Vaksin yang berisi S.typhi yg dilemahkan (Ty-21a) 
peroral 3 kali dgn interval selang sehari, anak > 2thn,
perlindungan 6 thn
2. Vaksin yg berisi komponen Vi S.typhi  suntikan IM.
60-70% perlindungan sampai 3 thn

29
TERIMA KASIH

30

Anda mungkin juga menyukai