Anda di halaman 1dari 14

TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DAN

BERSIH PADA MASA KOLONIAL BELANDA DAN


JEPANG

Kelompok 2 :
Siti Rochmah P17333115408
Dinny Nur Arrifa H P17333115432
Rangga Pratama M P17333115437
TATA PEMERINTAHAN PADA
MASA KOLONIAL BELANDA
SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA PADA MASA
PENJAJAHAN KOLONIAL HINDIA BELANDA

 Menurut ketentuan dalam pasal 62 ayat 2 undang-undang Dasar


nedherland, pemerintahan umum di Hindia Belanda dilakukan oleh
gubernur jendral atas nama raja. Pemerintahan dilaksanakan sesuai
dengan Indese Staatsregeling dengan memperhatikan petunjuk-
petunjuk raja. Gubernur jendral diangkat dan di berhentikan oleh
raja, sedang kepada mentri mengurusi urusan daerah jajahan
(minister van kolonien).
 Sebelum tahun 1900 (sebelum sistem politik Etis) sistem
pemerintahan untuk daerah jajahan (Hindia Belanda) masih bersifat
sentralistis (Tidak ada partisipasi dari perangkat lokal segala sesuatu
diatur oleh pemerintah pusat)
 Namun, karena terdapat masukan dari berbagai pihak diusunglah
Undang-undang Desentralisasi pada tahun 1903 dimana dengan
Undang-undang tersebut dibentuklah Dewan Lokal yang memiliki
otonomi sehingga terjadi prinsip demokrasi. Dengan adanya dewan
lokal maka pemerintah lokal perlu dibentuk dan disesuaikan. Maka
terbentuklah: Provinsi, kabupaten, kotamadya, dan kecamatan serta
desa.
Struktur Birokrasi Kolonial setelah
desentralisasi
 Raja Belanda (pemerintahan tertinggi) dilaksanakan oleh Menteri Jajahan
 Gubernur Jenderal (penyelenggara pemerintahan umum)
 Dewan Rakyat (volsraad)
 Badan Perwakilan
 Dewan Hindia Badan Penasehat
 Departemen-Departemen
 Provinsi (Gubernur
 Karisidenan/afdeling (Residen) dibantu asisten residen + controleur
(pengawas)
 Kabupaten (bupati/regent) jabatan tertinggi, dibantu oleh seorang patih
 Kawedanan (wedana)/Distrik asisten wedana
 Kecamatan (camat)

Dalam struktur birokrasi Hindia Belanda berupaya melakukan


desentralisasi dan pembagian hak dan wewenang
kekuasaannya kepada pihak pribumi untuk mencapai prinsip
akuntabilitas dan prinsip demokrasi.
Sistem Hukum pada Masa
Kolonial Hindia Belanda
Di Hindia Belanda diterapkan 2 jenis hukum, yaitu:
 Hukum Pidana dan acara pidana
 Hukum Perdata dan acara perdata

Dalam sistem hukum yang diterapkan Hindia belanda


terdapat prinsip supremasi hukum yang diberlakukan
untuk masyarakat hindia belanda, etnis lain (Cina) dan
Pribumi.
Lanjutan..

 Hukum Pidana (Strafrecht)


 Seluruh penduduk Hindia Belanda mesti tunduk pada hukum
pidana seperti termuat dalam Kitab Undang-undang Hukum
Pidana (Wetboek van Strafrecht). Kitab Undang-undang
Hukum Pidana memuat semua fakta yang dapat dikenakan
pidana. Tindak Pidana mencakup kejahatan dan pelanggaran
Hukum Acara Pidana (Strafprocesrecht) mengatur :
 Tupoksi polisi dalam menyidik dan mengungkapkan
kejahatan
 Kepala hakim bertugas mengadili terdakwa
 Jalannya berlangsungnya acara pidana
 Keputusan pengadilan yang dilaksanankan
Lanjutan..

 Hukum Perdata
 Kitab Undang-undang Hukum Perdata memuat hukum
kekayaan, harta benda dan perjanjian. Pada masa
kolonial dibuat disebabkan karena kegiatan perdagangan
sebagian besar dilakukan dengan perantaraan orang-
orang Cina.
 Tujuan dibuat Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada
masa kolonial adalah untuk:
1. Mempermudah pembuatan kontrak
2. Menjamin kepastian hukum bagi perdagangan orang-
orang Belanda
3. Menundudukkan orang Cina terhadap hukum Eropa.
Lanjutan..

 Selain KUH Perdata terdapat pula Kitab Undang-undang Hukum Dagang


(yang dibuat khusus untuk orang-orang Cina)
 Untuk orang Indonesia awalnya berlaku Hukum Adat setempat tetapi
setelah terjadi kontak dengan Belanda melalui perkebunan-
perkebunan Belanda maka dibuat Kitab Undang-undang Hukum untuk
orang pribumi tanpa memperhatikan hukum adat yang berlaku di
masyarakat.
 Tujuan dibuat Undang-undang tersebut adalah:
1. Menundukkan orang-orang Indonesia kepada hukum Eropa.
2. Membuat kitab Undang-undang tersendiri untuk orang Indonesia.

Untuk selanjutnya ketika pemerintah kolonial Belanda membentuk kitab


undang-undang untuk orang Indonesia maka hukum adat selalu
menjadi bahan pertibangan dalam mengambil sebuah keputusan.
Sistem Peradilan pada masa
Kolonial Hindia Belanda
1. Pengadilan Pribumi
Pengadilan pribumi (landraad) terdapat di kota atau kota
yang agak besar, misalnya di ibu kota kabupaten.
2. Pengadilan untuk semua bangsa (Landgerecht)
Pengadilan ini dimaksudkan untuk menangani perkara
bangsa Eropa, pribumi maupun orang Timur Asing.

Sistem peradilan dengan tipe hukum Civil Law yaitu


sistem peradilan yang digunakan oleh pada masa
Belanda. Di mana lebih banyak hukum tertulis,
keputusan hakim tidak langsung menjadi UU, namun
memerlukan perundingan dan pembahasan yang
panjang terlebih dahulu.
TATA PEMERINTAHAN
PADA MASA JEPANG
Tata Pemerintahan Pada Masa
Jepang
Pada zaman Jepang kepentingan orang-orang asing
khususnya orang Eropa yang biasanya tinggal di kota
tidak diurus oleh pejabat pribumi. Orang-orang Eropa
tersebut membentuk Kotamadya di kota-kota besar atau
di kota yang umumnya memiliki perkebunan asing.
Sistem kota madya yang telah di buat oleh orang asing
tersebut diteruskan oleh orang Jepang, bahkan
Kotamadya yang ada tetap menjadi Si(Kotamadya), dan
dipimpin oleh seorang Si-Coo (Walikota). Terjadi
perubahan prinsipil pada pemerintahan kotamadya.
Awalnya pada masa pemerintahan Hindia Belanda
memiliki batas yang tegas anatara kepentingan yang
diurus oleh kabupaten dan mana yang diurus oleh
kotamadya.
SISTEM POLITIK DAN PEMERINTAHAN
Terdapat tiga sistem pemerintahan pada masa jepang di Indonesia, diantaranya :
a.) Pemerintahan Militer Angkatan Darat (Tentara Ke-25) untuk Sumatera, dengan pusatnya di Bukittinggi.
b.) Pemerintahan Militer Angkatan Darat (Tentara Ke-16) untuk Jawa dan Madura, dengan pusatnya di Jakarta.
c.) Pemerintahan Militer Angkatan Laut (Armada Selatan Ke-2) untuk Sulawesi, Kalimantan, dan Maluku, dengan
pusatnya di Makassar.

prinsip akuntanbilitas sangat diterapkan oleh pemerintah Jepang, karna pada setiap pemerintahan
tersebut terdapat panglima tentara yang mempunyai tugas masing-masing sesuai peraturan dan kebijakan
yang ada pada setiap wilayahnya, hal ini dimaksudkan untuk membentuk suatu pemerintahan militer
sehingga dalam menjalankan tugasnya, akan lebih terlihat letak permasalahan dan yang bertanggung jawab
atas sistem pemerintahan tersebut

prinsip biorokrasi diterapkan oleh pemerintah jepang pada saat penataan ulang Hal ini tampak dengan
dikeluarkannya Undang-Undang No. 27 tentang aturan pemerintahan daerah dan Undang-Undang No. 28
tentang aturan pemerintahan syú dan tókubetsu syi. Kedua undang-undang tersebut menunjukkan
dimulainya pemerintahan sipil Jepang di Pulau Jawa, Selain itu Pemerintah pendudukan Jepang kemudian
membentuk Badan Pertimbangan Pusat (Cuo Sangi In). Badan hal ini bertugas mengajukan usulan kepada
pemerintah serta menjawab pertanyaan pemerintah mengenai masalah-masalah politik dan memberi saran
tindakan-tindakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah militer Jepang di Indonesia.
KEBIJAKAN SOSIAL DAN EKONOMI
Prinsip profesionalitas pemerintahan jepang sangat terlihat dari bentuk tindakannya
dalam memperkuat kegiatan dalam bidang sosial dan ekonominya guna pertahanan perang,
jepang membentuk romusha untuk membantu dalam menjalankan visinya tersebut melalui
pembangunan sarana,yang kemudian menetapkan kebijakan-kebijakan diantaranya :

 Pengambilan Aset-Aset Pemerintah Hindia Belanda, aset pemerintah hindia-belanda


disita oleh pihak pemerintah jepang
 Kontrol terhadap Perkebunan dan Pertanian Rakyat, menggunakan sumber daya tanaman
tertentu saja yang diperhatikan untuk bahan bakar perang
 Kebijakan Moneter dan Perdagangan, menetapkan strategi agar perekonomian stabil
dengan menetapkan mata uang yang digunakan, agar setelah terjadinya perang, tidak ada
beban berlebih dalam perekonomian selanjutnya.
 Sistem Ekonomi Perang, yaitu menuntut setiap wilayahnya agar mandiri dalam hal
perekonomian

namun dalam hal kebijakan tersebut, prinsip demokrasi tidak diterapkan karena dalam
hal penjajahan, pemerintah jepang melakukan tindakan semena-mena terhadap
kepentingan bangsa indonesia, sehingga dalam pengambilan keputusan dalam penetapan
kebijakan, hanya untuk memperkuat sistem pertahanan perang yang dihadapi oleh
pemerintah Jepang .
DAFTAR REFERENSI

 Kantaprawira, Rusadi, 1999, Sistem Poloitik Indonesia:


Suatu Model Pengantar, Bandung, Sinar Baru Algensindo.
 Budiardjo Miriam, 2010, Dasar-Dasar Ilmu Politik,
Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.
 http://histoer.50webs.com/article%202.html
 http://hendrifisnaeni.blogspot.com/2008/08/budaya-
birokrasi-feodal-
indonesia.htmlhttp://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010
/05/pelaksanaan-otonomi-daerah-di-masa-orde-baru-2/
 http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai