Anda di halaman 1dari 28

Metode menaksir

kebutuhan protein
Metode Metode
Keseimbangan
Faktorial
nitrogen

Metode
Estimasi dari
konsumsi protein
Metode
Faktorial

Cara factorial (factorial method) untuk memperoleh angka


kebutuhan protein :

R =(U b + F b S + G) x 1,1
Keterangan :
R = kebutuhan nitrogen per kg berat badan sehari
Ub= Kehilangan nitrogen basal melalui air seni per kg berat badan
sehari
Fb = Kehilangan nitrogen basal melalui kotoran per kg sehari
S = Kehilangan nitrogen melalui kulit per kg berat badan sehari
G = Kebutuhan nitrogen untuk pertumbuhan per kg sehari
1,1 = tambahan 10 % untuk safety margin
1. Kehilangan nitrogen basal melalui air seni:
• Kehilangan nitrogen lewat air seni terdapat lebih rendah pada wanita
dibandingkan laki-laki.
• Angka kehilangan nitrogen air seni sebesar 46 mg nitrogen per kg
berat bdan terhadap orang dewasa laki-laki.

2. Kehilangan nitrogen basal melalui feses: para ahli FAO


menganjurkan angka 20 mg per kg berat badan untuk kehilangan
nitrogen melalui feses.

3. Kehilangan nitrogen basal melalui kulit: Kehilangan nitrogen lewat


kulit dalam praktik dapat diabaikan namun kemudian dilaporkan
bahwa kehilangan tersebut sebesar 5 mg per kg berat badan pada
orang dewasa laki-laki dan pada wanita mencapai 3,6 mg per kg berat
badan
Metode
Keseimbangan
Nitrogen

Proses pengendapan protein dapat dilakukan dengan menggunakan amonium


sulfat berkonsentrasi tinggi atau larutan jenuh. Beberapa protein berbeda
kelarutannya dalam konsentrasi garam yang berbeda. Cara ini digunakan
terutama bila diinginkan satu macam protein saja, sedangkan protein lain tidak
diperlukan. Selain dengan garam, proses pengendapan protein dapat dilakukan
dengan menyesuaikan pH titik isolistrik protein yang diinginkan. Pada titik
isolistrik kelarutan protein berkurang hingga minimum dan protein yang
diinginkan akan mengendap, sedangkan protein lain yang tidak diinginkan
tetap dalam larutan. Penggunaan pelarut organik untuk mengendapkan
protein juga dapat dilakukan, namun untuk menghindari terjadinya denaturasi
proses pengendapan dengan cara ini harus dilakukan pada suhu yang rendah
(Poedjiadi, 1994)
Rumus:
Jml N yang diekskresikan : Jml konsumsi
makanan
Metode Metode estimasi dari N/P yang
Estimasi dari dikosumsi (dari ASI/makanan)
konsumsi protein
untuk mempertahankan kesehatan
tubuh.
Tabel Kecukupan Protein Berdasrkan Model
Estimasi dari Data Keseimbangan Nitrogen Tubuh
Evaluasi nilai
gizi protein
In vitro In vivo

teoritis
Nilai biologis suatu protein dibatasi oleh proporsi relative asam
teoritis amino esensial yang terkandung di dalamnya

Faktor yang menentukan nilai gizi protein:


1. Daya cerna / Nilai cerna
2. Kandungan asam amino esensialnya

Skor Asam Amino


membandingkan kandungan AA antara bahan uji dengan protein patokan ( AA yang
paling defisian)

• Skor Asam Amino = mg AA per gram protein uji x 100


mg AA yang sama per gram protein patokan

PDCAAS (Protein Digestibility Corrected AminoAcid Score )


Peringkat kualitas protein ditentukan dengan cara membandingkan profil asam
amino protein dari makanan tertentu terhadap standar profil asam amino

• PDCAAS = Skor AAE terendah x DC prot sejati


In vivo

Pengukuran daya cerna protein ini dapat menggunakan tikus, karena


diasumsikan bahwa tikus putih memiliki kesamaan fisiologis dengan
manusia. ransum sumber protein yang dapat diberikan kepada tikus
adalah rebon, tempe, casein, dan ransum non protein. Terdapat lima
macam “Basic Stock” tikus putih (Albino Normay rat, Rattus Norvegicus)
yang dapat digunakan sebagai hewan percobaan Evaluasi Nilai Gizi
Protein yaitu Long evans, Osborne Mendel, Shermen, Sprague Dewley
dan Wistar. Beberapa sifat karakteristik tikus percobaan yaitu:
1. Noctural, berarti aktif pada malam hari, tidur pada siang hari
2. Tidak mempunyai kantung empedu ( gall bladder )
3. Tidak dapat mengeluarkan isi perutnya ( muntah )
4. Tidak pernah berhenti tumbuh, walaupun kecepatannya menurun
setelah berumur 100 hari
In vivo  Perhitungan
PER

Protein efficiency ratio (PER) pada dasarnya menghitung efisiensi


suatu protein pangan untuk digunakan dalam sintesis tubuh. PER
merupakan perbandingan antara pertambahan berat badan dengan
jumlah protein yang dikonsumsi. Harga PER sangat dipengaruhi oleh
kadar protein dalam diet dan komponen lain dalam bahan makanan
seperti vitamin.
Metode PER memiliki kekurangan karena mengasumsikan bahwa
seluruh protein yang dikonsumsi digunakan untuk pertumbuhan,
sedangkan protein pada tubuh manusia digunakan untuk fungsi
pemeliharaan. Oleh karena itu digunakan parameter NPR .
In vivo  Perhitungan
PER

Contoh kasus: pengujian 28 hari dengan kasein ANRC ( Animal Nutrition Research Council )
sebagai protein reverensi. Berat tikus dan konsumsi ransum harus diukur secara berkala ( umumnya
berat badan tikus tiap 2 hari, sedangkan konsumsi ransum diukur tiap hari ). Tikus harus diberi kandang
masing – masing ( 1 ekor dalam 1 kandang ) dan diberi ransum serta air minum ad libitum yang berarti
tikus – tikus tersebut diberi keleluasaan kapan saja mereka mau makan dan minum serta jumlahnya
tidak dibatasi.Penghitungan PER dilakukan dengan Rumus:
Pertambahan jumlah BB / jumlah protein yang di konsumsi
Jika,
 PER ≥ 2,5 tandanya protein yang efisien untuk pertumbuhan.
Contoh : telur, susu, daging
 PER 0,5 - <2,5, cocok untuk mensupport kehidupan, tapi bukan untuk pertuPmbuhan.
Contoh : kacang-kacangan, serealia, kedelai
 Nilai 2,5 adalah PER protein standar yaitu kasein
In vivo
 Penentuan BV, DC, dan NPU

1. BV
Nilaibiologikmerupakanjumlah nitrogen yang
ditahantubuhgunapertumbuhandanpemeliharaantubuh yang berasaldarijumlah
nitrogen yang diabsorbsi. Bila protein
dapatdicernasecarasempurnamakanilaibiologiksamadengan NPU, sedangkanbila
protein yang dicernakurangbaikmakanilaibiologiklebihbesardari NPU.

Nitrogen ditahan
𝑁𝐵 =
Nitrogen diabsorpsi
N makanan − (N urin − N feses)
𝑁𝐵 =
N makanan − N feses
In vivo
 Penentuan BV, DC, dan NPU

2. DC
N metabolik dan N endogen diukur pada hewan yang diberi ransum bebas protein. Dari
data tersebut dapat dihitung daya cerna sejati ( True Digestibility, D) dengan rumus :
N konsumsi – (N feses-N metabolik) / N Konsumsi
Dan untuk menghitung Digestibility Apparent dapat dihitung dengan menggunakan rumus ;
N konsumsi –N feses / N konsumsi

3. NPU
Oleh karena NPU sama dengan N yang tertinggal dalam tubuh / N yang dikonsumsi,
sedangkan BV – N yang tertinggal dalam tubuh / N yang diabsorbsi dan D = N yang
diabsorbsi / N yang dikonsumsi, maka NPU = BV x D, dan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
N konsumsi – ( N feses – N metabolik ) – ( N urine – N endogen ) / N konsumsi
Menggunakan hewan coba dan manusia (biologis)

In vivo  NPR (Protein Efficiency Ration)


NPR (Net Protein Ratio)
Tujuan : Untuk memecahkan masalah-masalah teoritis yang terdapat pada PER
Pelaksanaan NPR sama dengan PER dalam hal ransum dan tikus. Bedanya adalah
pada NPR ditambahkan 1 grup tikus yang diberi ransum non-protein dan
percobaan hanya dilakukan selama 10 hari. Cara :

Pelaksanaan NPR sama dengan PER dalam hal ransum dan


tikus. Bedanya adalah pada NPR ditambahkan 1 grup tikus
yang diberi ransum non-protein dan percobaan hanya
dilakukan selama 10 hari.

Hitung NPR dengan rumus :


NPR =

Penurunan berat dihitung sebagai angka rata-rata penurunan berat badan dari grup tikus yang menerima
ransum non-protein. NPR dihitung untuk tiap-tiap ekor tikus dan nilai rata-ratanya dihitung untuk tiap grup.
Nilai NPR rata-rata tersebut dinyatakan sebagai persentase dari nilai NPR kasein sebagai grup kontrol
Penentuan Aktivitas Antitripsin dan
In vitro Antikimotripsin

 Antitripsin: senyawa yang mempunyai kemampuan untuk


menghambat aktivitas enzim proteolitik, tersedia dalam
serealia dan kacang-kacangan
 Penghambatan enzim proteolitik oleh antitripsin ini terjadi
karena pembentukan ikatan kompleks antara enzim
proteolitik dan senyawa antitripsin
 Penurunan jumlah tripsin sebagai akibat adanya reaksi
dengan antitripsin ini akan merangsang aktivitas pankreas
untuk memproduksi enzim dalam jumlah lebih banyak,
sebagai manifestasinya maka akan terjadi pembesaran
pankreas (hipertrofi pankreas)
Penentuan Aktivitas hemaglutini
In vitro

Hemaglutinin (fitohemaglutin; lektin)


merupakan glikoprotein yang juga terdapat
dalam biji2an (serealia) dan kacang-
kacangan.
Hemaglutinin menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan yang berkaitan dengan beberapa
kemampuan hemaglutinin menurunkan
kemampuan sel untuk menyerap zat-zat gizi
dari saluran pencernaan
In vitro Penentuan Daya Cerna Protein

 Daya cerna protein merupakan kemampuan suatu protein


untuk menjadi asam amino dengan bantuan enzim-enzim
pencernaan (protease). Protein yang mudah dicerna
menunjukkan bahwa jumlah asam amino yang dapat
diserap dan digunakan oleh tubuh tinggi.
 Beberapa enzim protease yang digunakan yakni pepsin,
pankreatin, tripsin, kimotripsin, peptidasae, atau
campuran dari beberapa enzim tersebut.
 Daya cerna protein dapat ditentukan berdasarkan prinsip
absorbansi. Absorbansi berbanding lurus dengan jumlah
asam amino dan peptida dalam larutan.
 Cara uji: metode Kjeldahl, metode dumas termodifikasi,
metode UV visible
Menghitung kecukupan
protein
Individu Keluarga
Kecukupan Kebutuhan
individu
Protein Bayi

AKP = (berat bayi sehat) x


(kecukupan protein bayi menurut
kelompok umur)
Kecukupan Kebutuhan Protein
individu
Anak – anak ( 1 – 9 Tahun)

AKP = (Berat Badan) x (PST) x (M)


M = faktor Koreksi Mutu protein yang
dikonsumsi
M = 100/SSA x 100/CC
SSA : Skor Asam Amino
CC : Mutu Cerna
Kecukupan Kebutuhan Protein Remaja
individu
( 10 – 19 Tahun)

AKP = (Berat Badan) x (PST) x (M)


M = faktor Koreksi Mutu protein yang
dikonsumsi
M = 100/SSA x 100/CC
SSA : Skor Asam Amino
CC : Mutu Cerna
* Dibedakan Atas Jenis Kelamin dan
umur
Kecukupan Kebutuhan Protein
individu
Dewasa

AKP = (Berat Badan) x (PST) x (M)


M = faktor Koreksi Mutu protein yang
dikonsumsi
M = 100/SSA x 100/CC
SSA : Skor Asam Amino
CC : Mutu Cerna
* Dibedakan Atas Jenis Kelamin dan
umur
Kecukupan Kebutuhan Protein
Individu
wanita Hamil

AKP = {(0,75) x (B) + PH } x (M)


B : Berat Badan Sehat Sebelum Hamil
PH : Tambahan Protein Bagi Wanita Hamil
M = faktor Koreksi Mutu protein yang dikonsumsi
M = 100/SSA x 100/CC
SSA : Skor Asam Amino
CC : Mutu Cerna
* Dibedakan Atas Jenis Kelamin
keluarga

AKPK =  AKPli / n
 i : individu (anggota keluarga)
ke – i yang makan dalam satu
keluarga
 AKPli : angka kecukupan protein
individu

Anda mungkin juga menyukai