Anda di halaman 1dari 11

NAMA KELOMPOK :

 Fahmi Trilesmana (13)


 Ilham Fadlan (18)
Meyga Fernanda Abdull (21) kelompok 4
Tia Hasta Rini (37) (x3)
Yonda Larasati (39)
Dalam kamus bahasa Indonesia “tawuran”dapat diartikan
sebagai perkelahian yang meliputi banyak orang. Sedangkan “pelajar”
adalah seorang manusia yang belajar. Sehingga pengertian tawuran
pelajar perkelahian yang dilakukan oleh sekelompok orang yang
mana perkelahian tersebut dilakukan oleh orang yang sedang belajar .
Kekerasan sudah dianggap sebagai pemecah masalah yang
sangat efektif yang dilakukan oleh para remaja. Hal ini seolah menjadi
bukti nyata bahwa seorang yang terpelajar pun leluasa melakukan hal-
hal yang bersifat anarkis, premanis, dan rimbanis. Tentu saja perilaku
buruk ini tidak hanya merugikan orang yang terlibat dalam perkelahian
atau tawuran itu sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang tidak
terlibat secara langsung .
Secara psikologis, perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja
digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile
deliquency). Kenakalan remaja, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan
ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik :
1)Delikuensi situasional : perkelahian terjadi karena adanya situasi yang
“mengharuskan” mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul
akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat.
2) Delikuensi sistematik : para remaja yang terlibat perkelahian itu berada
di dalam suatu organisasi tertentu atau geng. Di sini ada aturan, norma dan
kebiasaan tertentu yang harus diikuti angotanya, termasuk berkelahi.
Sebagai anggota, tumbuh kebanggaan apabila dapat melakukan apa yang
diharapkan oleh kelompoknya .
1)Faktor Keluarga
Keluarga adalah tempat dimana pendidikan pertama dari orangtua diterapkan. Jika
seorang anak terbiasa melihat kekerasan yang dilakukan didalam keluarganya
maka setelah ia tumbuh menjadi remaja maka ia akan terbiasa melakukan
kekerasan karena inilah kebiasaan yang datang dari keluarganya
2)Faktor Sekolah
Sekolah tidak hanya untuk menjadikan para siswa pandai secara akademik namun
juga pandai secara akhlaknya . Sekolah merupakan wadah untuk para siswa
mengembangkan diri menjadi lebih baik. Namun sekolah juga bisa menjadi wadah
untuk siswa menjadi tidak baik, hal ini dikarenakan hilangnya kualitas pengajaran
yang bermutu.
3)Faktor Lingkungan
Lingkungan rumah dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi perilaku remaja.
Seorang remaja yang tinggal dilingkungan rumah yang tidak baik akan menjadikan
remaja tersebut ikut menjadi tidak baik. Kekerasan yang sering remaja lihat akan
membentuk pola kekerasan dipikiran para remaja. Hal ini membuat remaja
bereaksi anarkis.
Contoh-contoh tawuran yang terjadi dipelajar
Akibat tawuran pelajar

Kematian pelajar adalah salah satu akibat tawuran


a)Kerugian fisik, pelajar yang ikut tawuran kemungkinan akan menjadi
korban. Baik itu cedera ringan, cedera berat, bahkan sampai kematian .
b)Masyarakat sekitar juga dirugikan. Contohnya : rusaknya rumah warga
apabila pelajar yang tawuran itu melempari batu dan mengenai rumah
warga .
c)Terganggunya dan menurunnya proses belajar mengajar .
d)Hilangnya perasaan peka, toleransi, tenggang rasa, & saling menghargai .
a)Memberikan pendidikan moral untuk para pelajar
b)Menghadirkan seorang figur yang baik untuk dicontoh oleh para
pelajar. Seperti hadirnya seorang guru, orangtua, dan teman sebaya
yang dapat mengarahkan para pelajar untuk selalu bersikap baik
c)Memberikan perhatian yang lebih untuk para remaja yang
sejatinya sedang mencari jati diri
d)Memfasilitasi para pelajar untuk baik dilingkungan rumah atau
dilingkungan sekolah untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat diwaktu luangnya. Contohnya : membentuk ikatan
remaja masjid atau karangtaruna dan membuat acara-acara yang
bermanfaat, mewajibkan setiap siswa mengikuti organisasi atau
ekstrakulikuler disekolahnya
Faktor yang menyebabkan tawuran remaja tidak lah hanya datang
dari individu siswa itu sendiri. Melainkan juga terjadi karena faktor-faktor
lain yang datang dari luar individu, diantaranya faktor keluarga, faktor
sekolah, dan faktor lingkungan. Para pelajar yang umumnya masih berusia
remaja memiliki kencenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan
yang mana kemungkinan dapat merugikan dirinya sendiri dan orang lain,
maka inilah peran orangtua dituntut untuk dapat mengarahkan dan
mengingatkan anaknya jika sang anak tiba-tiba melakukan kesalahan.
Keteladanan seorang guru juga tidak dapat dilepaskan. Guru sebagai
pendidik bisa dijadikan instruktur dalam pendidikan kepribadian para
siswa agar menjadi insan yang lebih baik.Begitupun dalam mencari teman
sepermainan. Sang anak haruslah diberikan pengarahan dari orang dewasa
agar mampu memilih teman yang baik. Masyarakat sekitar pun harus bisa
membantu para remaja dalam mengembangkan potensinya dengan cara
mengakui keberadaanya.

Anda mungkin juga menyukai