Kelebihan :
a. Sangat efektif, penghantaran konduksi menjangkau seluruh
permukaan instrumen, bahkan untuk instrumen yang tidak dapat
dibongkar pasang.
b. Bersikap protektif atas benda tajam.
c. Tidak meninggalkan sisa kimia.
d. Mengurangi masalah ‘paket basah’ di iklim lembab (Tietjen, 2004).
PANAS BASAH
Prinsip kerja autoklaf adalah proses pemanasan yang memenfaatkan
suhu diatas 121˚ C dengan tekanan 1 atm (Schmdit, 1994).
Autoklaf adalah suatu bejana yang dapat ditutup, yang diisi dengan uap
panas dengan tekanan tinggi (Oswari,2000).
Ada tiga waktu yang dapat digunakan dalam proses sterilisasi dengan
panas basah :
1. Sterilisasi dengan panas basah pada suhu 134-137ºC dengan
waktu minimum 3 menit dan tekanan 2,25 bar.
2. Sterilisasi pada suhu 126-129ºC selama 10 menit dan tekanan 1,50
bar.
3. Sterilisasi pada suhu 121-124ºC selama 15 menit dan tekanan 1,15
bar (Lawrence, 2003).
AUTOKLAF
Panas ini mendenaturasikan atau mengkoagulasikan
protein pada organisme hidup dan dengan demikian
mematikannya.
Dibandingkan dengan panas lembab, panas kering
kurang efisien dan membutuhkan suhu lebih tinggi serta
waktu lebih lama untuk sterilisasi (Hadioetomo, 1985).
Kelebihan:
a. Dapat mensterilkan alat dan bahan hingga tidak ada organisme yang hidup lagi.
b. Memerlukan waktu yang singkat untuk sterilisasi.
c. Menggunakan suhu dan tekanan tinggi sehingga memberikan kekuatan yang
lebih besar untuk membunuh sel dibandingkan dengan udara panas biasa.
d. Dapat membunuh semua bentuk organisme vegetatif (Permatasari, 2013).
Kekurangan :
a. Harus menggunakan air mendidih karena uapnya memenuhi kompartemen
autoklaf dan terdesak keluar dari klep pengaman.
b. Membutuhkan sumber panas yang terus menerus.
c. Membutuhkan peralatan yang butuh perawatan terus menerus (Fardiaz, 1992).
DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, S., 1992, Mikrobiologi Pangan I, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Hadioetomo, R.S., 1985, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Teknik dan Prosedur Dasar
Laboratorium,Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Hani, Ahmad Ruslan dan Handoko Riwidiko, 2007, Fisika Kesehatan, Mitra Cendikia Press,
Yogyakarta.
Lawrence ,J., May, D, 2003, Infection Control in the Community Churchill Livingstone
Guidance for Clinical Healthcare Workers: Protection Against Infection with Blood Borne
Viruses, Expert Advisory Group on AIDS and the Advisory Group on Hepatitis,
Department of Health, London.
Oswari, E, 2000, Bedah dan Perawatannya Edisi 3, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Permatasari, T., Sumarlan, S. dan Susilo, B., 2013, Uji Pembuatan Marning Jagung dengan
Menggunakan Autoclave, Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem 1 (1): 69-75
Schmidt, K, 1994, Mikrobiologi Umum Edisi 6, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Suriawiria, U.,1985, Pengantar Mikrobiologi Umum, Angkasa, Jakarta.
Tietjen, Linda, Debora Bossemeyer dan Noel Mc Intosh, 2004, Panduan Pencegahan Infeksi
untuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawihardjo, Jakarta.