NIM: I1C016005
TUGAS FARMAKOLOGI
HALOPERIDOL
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat dengan tanda dan gejala yang beraneka
ragam, baik dalam derajat maupun jenisnya dan seringkali ditandai suatu perjalanan kronik
dan berulang. Obat-obat yang digunakan untuk mengobati skizofrenia disebut antipsikotik
karena mereka membantu mengendalikan halusinasi, waham, dan masalah- masalah pikiran
yang terkait dengan penyakit. Obat antipsikotik dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu
antipsikotik generasi pertama (APG I) atau antipsikotik tipikal dan antipsikotik generasi ke
dua (APG II) atau antipsikotik atipikal. ( Henlia, 2007).
APG I dapat dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis yang digunakan kurang
atau sama dengan 10 mg diantaranya adalah trifluoperazinem fluphenazine, haloperidol dan
pimozide. Sedangkan obat yang tersedia untuk golongan APG II adalah clozapine,
olanzapine, quetiapine, dan rispendon ( Luana, 2007).
HALOPERIDOL
Haloperidol merupakan obat yang paling utama pada penatalaksanaan semua tipe
skizofrenia (Tjay and Rahardja, 2007). Haloperidol bekerja dengan mengeblok reseptor
dopaminergik D1 dan D2 mesolimbik postsinaptik diotak; menekan pelepasan hormon
hipotalamus dan hipofiseal; dipercaya menekan aktivasi sistem retikular, yang
mempengaruhi metabolisme basal, temperatur tubuh, dan emesis (Fuller and Sajatoviv,
2002). Haloperidol mampu mengakibatkan terjadinya penurunan yang signifikan dalam
mengatasi agitasi, delusi, dan halusianasi pada pasien skizofrenia (Marder et al., 2003).
FARMAKODINAMIK
NIM: I1C016005
manik depresif dan skizofrenia. Efek fenotiazin piperazin dan butirofenon berbeda secara
kuantitatif karena butirofenon selain menghambat dopamin, juga meningkatkan turn over
ratenya.
Efek haloperidol terhadap sistem saraf otonom lebih kecil daripada efek antipsikotik
lain; walaupun demikian haloperidol dapat menyebabkan pandangan kabur (blurring of
vision). Obat ini menghambat aktivitas reseptor α adrenergik yang disebabkan oleh amin
simpatomimetik, tetapi hambatannya tidak sekuat hambatan CPZ.
Haloperidol menyebabkan hipotensi, tetapi tidak sesering dan sehebat akibat CPZ.
Haloperidol menyebabkan takikardia, aritmia ventrikel maupun perpanjangan interval QT.
klorpromazin atau haloperidol dapat menimbulkan potensiasi dengan obat yang
menyebabkan depresi.
EFEK ENDOKRIN
FARMAKOKINETIK
Haloperidol cepat diserap dengan saluran cerna. Kadar puncaknya dalam plama
tercapai dalam waktu 2-6 jam sejak menelan obat menetap sampai 72 jam dan masih dapat
ditemukan dalam plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam hati dan
kira-kira 1% dengan dosis yang diberikan diekskresi melalui empedu. Eksresi haloperidol
lambat melalui ginjal, kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 5 hari sesudah pemberian
dosis tunggal.
INTERAKSI OBAT
Nama : Via Aprilianti
NIM: I1C016005
NIM: I1C016005
Malignant Syndrome jarang terjadi tetapi mengancam jiwa, reaksi idiosinkratik pada
pengobatan neuroleptik. Neuroleptic Malignant Syndrome dikarakteristikkan dengan
demam, kekakuan otot, perubahan status mental, dan disfungsi autonomik (Benzer, 2010).
Haloperidol menimbulkan reaksi esktrapiramidal dengan insiden yang tinggi, terutama pada
pasien usia muda. Pengobatan dengan haloperidol harus dimulai dengan hati-hati. Dapat
terjadi depresi rever keadaan mania atau sebagai efek samping yang sebenarnya. Perubahan
hematologi ringan dan selintas dapat terjadi, tetapi hanya leukopenia dan agranulositosis
sering dilaporkan. Gangguan fungsi hepar dengan atau tanpa ikterus dilaporkan terjadi.
Haloperidol sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil sampai terdapat bukti bahwa
obat ini tidak menimbulkan efek teratogenik.
INDIKASI
Indikasi utama haloperidol ialah untuk psikosis. Selain itu juga merupakan obat
pilihan untuk mengobati sindrom Gilles de la Tourette suatu kelainan neurologik yang aneh
yang ditandai dengan kejang otot hebat, menyeringai (grimacin) dan explosive utterances of
foul expletives (koprolalia mengeluarkan kata-kata jorok). Selain itu dapat digunakan
mengatasi gejala mania pada gangguan bipolar.
SEDIAAN
Haloperidol tersedia dalam bentuk tablet 0,5 mg dan 1,5 mg. selain itu juga tersedia
dalam bentuk sirup 5mg/100 Ml dan ampul mg/Ml
NIM: I1C016005
(IAI, 2015)
DAFTAR PUSTAKA
Benzer, T., 2010. Neuroleptic Malignant Syndrome in Emergency Medicine [WWW
Document]. Online. URL http://emedicine.medscape.com/article/8160-
overview#shoeall
FKUI. 2012. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI
Fuller, A.M., Sajatoviv, M., 2002. Drug Information Handbook for Psikiatry. Lexy
Comp, Kanada.
Henlia. 2007. Gangguan Jiwa Mengancam Bangsa.
http://henlia.wordpress.com/2007/04/10/gangguan-jiwa-mengancam-bangsa
IAI. 2015. Informasi Spesialite Obat Indonesia. Jakarta: PT. ISFI Penerbitan
Ismail, M., Iqbal, Z., Khattak, M.B., Javaid, A., Khan, M.I., Khan, T.M., Asim, S.M.,
2012. Potential drug-drug interactions in psychiatric ward of a tertiary care hospital:
Prevalence, levels and association with risk factors. Trop. J. Pharm. Res.11, 289–
296.
Luana N. A,.2007. Skizofrenia dan Gangguan Psikotik lainnya, Simposium Sehari
Kesehatan Jiwa Dalam Rangka Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Hotel Red Top,
Jakarta
Marder, S.R., Glynn, S.M., Wirshing, W.C., Wirshing, D. a., Ross, D., Widmark, C.,
Mintz, J., Liberman, R.P., Blair, K.E.,2003. Maintenance treatment of schizophrenia
with benzodiazepine or haloperidol: 2-Year outcomes. Am. J.Psychiatry 160, 1405–
1412.
Medscape, 2016. Drug Interaction Checker [WWW Document]. Online. URL
http://reference.medscape.com/druginteractionchecker
Setiawati, A, Zunilda, S.B., Setiabudy, R., 2002. Pengantar farmakologi. Farmakol.
dan Ter. Jakarta Bagian Farmakol. Fak.Kedokt. Univ. Indones. 18–19.
Stockley, 2008. Stockley’s Drug Interaction, 8th Edition. Pharmaceutical Press.,
London.
Nama : Via Aprilianti
NIM: I1C016005
Tatro, 2001. Drug Interaction Fact 6 Edition and Comparison, 6th ed. a Wolte Kluwers,
St Louis.
Tjay, H.T., Rahardja, K., 2007. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek
Sampingnya. PT Elex Media Komputindo, Jakarta.