Anda di halaman 1dari 29

Tonsilitis

Anggota kelompok
• Fitriani
• Aziva Angreni
• Fitria Ananda Putri
• Novita Sri Rahayu
• Indah Sari Rahayu
• Sri Ratna Dewi
• Cindy Teguh Kersana
• Fitriatul Aini
• Luthvi
Defenisi tonsilitis
1. Tonsilitis adalah suatu
penyakit yang dapat sembuh
sendiri berlangsung sekitar
lima hari dengan disertai
disfagia dan demam
(Megantara, Imam, 2006).
2. Tonsilitis akut adalah radang
akut yang disebabkan oleh
kuman streptococcus beta
hemolyticus, streptococcus
viridons dan streptococcus
pygenes, dapat juga
disebabkan oleh virus
(Mansjoer, A. 2000).
Anatomi dan fisiologi
Tonsil terbentuk oval dengan panjang 2-5 cm,
masing-masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus
yang meluas ke dalam yang meluas ke jaringan
tonsil. Tonsil tidak mengisi seluruh fosa
tonsilaris, daerah kosong di atasnya dikenal
sebagai fosa supratonsilaris. Bagian luar tonsil
terikat longgar pada muskulus konstriktor faring
superior, sehingga tertekan setiap kali makan.
Tonsil berfungsi 
mencegah agar infeksi tidak
menyebar ke seluruh tubuh
dengan cara menahan
kuman memasuki tubuh
melalui mulut, hidung, dan
kerongkongan, oleh karena
itu tidak jarang tonsil
mengalami peradangan.
Peradangan pada tonsil
disebut dengan tonsilitis,
penyakit ini merupakan
salah satu gangguan Telinga
Hidung & Tenggorokan
(THT).
Macam-macam tonsilitis

• Tonsilitis Akut :
viral & bakterial
• Tonsilitis Kronik
• Tonsilitis
Membranosa :
difteri & septik
Etiologi
penyebabnya  infeksi bakteri
streptococcus atau infeksi virus. Tonsil bisa
dikalahkan oleh bakteri maupun virus,
sehingga membengkak dan meradang,
menyebabkan tonsillitis. Biasanya kuman
streptococcus beta hemolyticus,
streptococcus viridans dan streptococcus
pyogenes yang menjadi penyebab
terbanyak dapat juga disebabkan oleh
virus. Faktor predisposisi adanya
rangsangan kronik (rokok, makanan),
pengaruh cuaca, pengobatan radang akut
yang tidak adekuat dan higiene, mulut
yang buruk. Infeksi ini menular melalui
kontak dari sekret hidung dan ludah
(droplet infections). Tonsilitis bakterialis
supuralis akut paling sering disebabkan
oleh streptokokus beta hemolitikus grup A.
Patofisiologi
• Menurut Iskandar N (1993), kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel
terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses
ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang
disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan
epitel yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut
tonsillitis lakunaris, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka
terjadi tonsillitis lakonaris.
• Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu
(Pseudomembran), sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses
radang berulang maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis.
Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan limfoid diganti jaringan
parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara kelompok
melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga
menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengkapan dengan jaringan
sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran
kelenjar limfe submandibula.
WOC

• woc tonsil.docx
Manifestasi klinis

Demam Disfagia
 Tidak enak badan  Mual
 Sakit kepala  Otalgia
 Muntah  Suara serak
 Tidak nafsu makan  Tonsil membengkak
 Nyeri abdomen  Hipertermia
 Pucat  Sakit telinga
 Letargi  Sakit pada otot dan sendi
Komplikasi
Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999),
yaitu :
1. Abses pertonsil: Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar
anterior dan palatum mole, abses ini terjadi beberapa hari setelah
infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A.
2. Otitis media akut: Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah
melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat mengakibatkan otitis
media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga.
3. Mastoiditis akut: Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh
menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel mastoid.
4. Laringitis
5. Sinusitis
6. Rhinitis
Pencegahan dan pengobatan

• cara pencegahan yang utama adalah selalu mencuci


tangan sesering mungkin guna mencegah penyebab
mikroorganisme itu dapat menimbulkan tonsilitis.
• Bila penyakit yang diderita si penderita sudah tidak
mungkin lagi disembuhkan dengan obat biasa, maka
yang bersangkutan perlu mengalami tindakan
pengobatan tindakan operasi yang kadang-kadang
perlu dilakukan. Namun tindakan operasi seperti ini
tidak selalu harus dilakukan. Tindakan operasi
tersebut dilakukan, bila kondisi sudah memang sudah
mendesak.
perawatan dan pengobatan sebagai salah satu upaya mencegah amandel atau
tonsil membesar dan timbulnya kembali amandel pasca operasi yang mungkin
pernah dilakukan sebelumnya, diantaranya :
1. Banyak mengkonsumsi air putih atau mineral.
Tubuh membutuhkan cairan dan minral dari air putih minimal 8-10 gelas air
perhari atau lebih disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi kesehatan.
2. Jangan minum air dingin, es krim, jenis makanan dan minuman yang
mengandung bahan kimia seperti pemanis buatan, pewarna buatan dsb.
3. Jangan mengkonsumsi secara berlebihan pada jenis makanan yang diolah
dengan menggunakan banyak minyak, seperti gorengan.
4. Mengkonsumsi buah dan sayur.
Utamakan konsumsi buah dalam bentuk sari buah atau buah yang sudah di
blender agar memudahkan masuk ke dalam tenggorokan serta
mempermudah komponen organ pencernaan untuk mengurai makanan.
5. Istirahat yang cukup.
6. Berkumur dengan menggunakan air putih hangat yang dicampur dengan
sedikit garam minimal 3-4 kali dalam sehari
7. Mengkompres leher dengan handuk atau kain yang sudah direndam
dengan air hangat setiap hari.
8. Diberikan terapi obat antibiotik dengan menggunakan resep dokter apabila
terjadi infeksi bakteri dan sebagai pencegahan dari infeksi.
penatalaksanaan medis

Menurut Firman S, (2006):


1. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral
(melalui mulut) selama 10 hari, jika mengalami kesulitan
menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
2. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
a. Tonsilitis terjadi sebanyak 7 kali atau lebih / tahun
b. Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam
kurun waktu 2 tahun.
c. Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam
kurun waktu 3 tahun.
d. Tonsilitis tidak memberikan respon terhadap pemberian
antibiotik.
Menurut Mansjoer, (1999):
1. Penatalaksanaan tonsilitis akut
a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur
atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau
klindomisin.
b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid
untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.
c. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi
kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.
d. Pemberian antipiretik.

2. Penatalaksanaan tonsilitis kronik


a. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi
konservatif tidak berhasil.
Tonsilektomi menurut Firman S (2006):
1. Perawatan Prabedah: Diberikan sedasi dan premedikasi, selain itu pasien juga
harus dipuasakan, membebaskan anak dari infeksi pernapasan bagian atas.
2. Teknik Pembedahan: Anestesi umum selalu diberikan sebelum pembedahan,
pasien diposisikan terlentang dengan kepala sedikit direndahkan dan leher dalam
keadaan ekstensi mulut ditahan terbuka dengan suatu penutup dan lidah didorong
keluar dari jalan. Penyedotan harus dapat diperoleh untuk mencegah inflamasi dari
darah. Tonsil diangkat dengan diseksi / quillotine. Metode apapun yang digunakan
penting untuk mengangkat tonsil secara lengkap. Perdarahan dikendalikan dengan
menginsersi suatu pak kasa ke dalam ruang post nasal yang harus diangkat setelah
pembedahan. Perdarahan yang berlanjut dapat ditangani dengan mengadakan ligasi
pembuluh darah pada dasar tonsil.
3. Perawatan Paska-bedah
a. Berbaring ke samping sampai bangun kemudian posisi mid fowler.
b. Memantau tanda-tanda perdarahan
1) Menelan berulang
2) Muntah darah segar
3) Peningkatan denyut nadi pada saat tidur
c. Diet
Pemeriksaan penunjang

• Pemeriksaan Penunjang menurut Firman S


(2006) yaitu :
• Tes Laboratorium
• Pemeriksaan penunjang
ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS
PADA ANAK
kasus
Anak laki-laki usia 6 tahun, berat badan 15 kg, tinggi
badan 120.
Tanda-tanda vital :
respirasi = 24 x/menit
Denyut jantung = 76 x/menit
Tekanan darah =110/60mmHg
Suhunya = 40̊ C
Anak mengeluh sakit pada leher dan sakit pada saat
menelan. Ibu mengatakan anak sudah demam sejak 3
hari, dan tidurnya terganggu
pengkajian
tanggal pengkajian : 26 Agustus 2013
diagnosa medis :tonsilitis
data klien
data anak
nama :An.x
umur :6 tahun
jenis kelamin :laki-laki
status :pelajar
pekerjaan :-
tekanan darah :110/60mmHg
denyut nadi :76x/menit
respiratory rate:24x/menit
suhu :40̊C
berat badan :15 kg
tinggi badan :120 cm
tanggal MRS :23 Agustus 2013
data orang tua
nama ayah :Tn.Y
nama ibu :Ny.Z
pekerjaan ayah :swasta
pekerjaan ibu :IRT
alamat orang tua :Jl. Limau manis, Kec.Pauh
– Riwayat kesehatan
• Keluhan utama
• An.X masuk rumah sakit pada tanggal 23Agustus 2013 dengan keluhan demam, sakit pada leher, sakit pada
saat menelan dan tidurnya terganggu.

• Riwayat kehamilan dan kelahiran
• Prenatal :normal
• Intranatal :normal
• Postnatal :normal

• Riwayat kesehatan dahulu
• Penyakit yang diderita sebelumnya :demam, sakit pada leher
• Pernah dirawat di RS :tidak
• Obat-obatan yang pernah digunakan :tidak
• Alergi :tidak
• Kecelakaan :tidak
• Riwayat imunisasi :lengkap

• Riwayat kesehatan saat ini
• Sebelum masuk RS ibu mengeluh bahwa An.X mengalami demam, sakit pada leher, sakit saat menelan, dan
tidur terganggu.
• Riwayat kesehatan keluarga
• Keluarga tidak ada mengidap penyakit tonsilitis.
– Pemeriksaan fisik
• Keadaan umum :terlihat menggigil
• TB/BB :120cm/20kg
• Kepala
• Rambut :hitam
• Mata
• Sclera :normal
• Konjungtiva :anemis
• Pupil :+/+
• Telinga :simetris
• Hidung :simetris
• Mulut :bibir kering dan lidah kotor
• Perut :normal
• Punggung :normal
• Ekstermitas :kekuatan otot 2
• Kulit :normal

– Pemeriksaan psikologikal
• An.X terlihat lemah sehingga sulit untuk berkomunikasi dengan keluarganya

– Pemeriksaan penunjang
• Tes laboratorium : bakteri grupA(+)
• Leukosit :14.000mm³(9000-12.000 mm³)
Pemeriksaan tumbuh kembang
Pertumbuhan fisik anak
-berat badan:15 kg
-panjang badan lahir:47cm
Usia mulai timbul gigi 10 bulan jumlah gigi 20 buah
Perkembangan anak
Hasil dari anamnase dengan ibu, klien mulai berguling dada usia 7 bulan, duduk pada
usia 8 bulan, merangkak, pada usia 10 setengah bulan, berdiri pada usia 12 bulan,
mulai berjalan pada usia 14 bulan, dan mulai berbicara pada usia 16 bulan.
Pemberian ASI
Anak pertama kali diberi ASI sejak 2 hari dan cara pemberiannya anak dibaringkan.
Lamanya pemberian tidak menentu. ASI diberikan sampai usia 2 tahun.
Pemberian makanan tambahan
Pertamakali diberikan tambahan pada usia 5 bulan. Makanan tambahan berupa nasi
yang dihaluskan. Lama pemberian 7 bulan.
Diagnosa Keperawatan
• \tonsilitis pada anak\Diagnosa .docx
• Kenapa tdk dimasukkan diagnosa nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh ? (tika)
• Bagaimana respon tubuh jika mengkonsumsi
air dingin ? (atul)
• Mengapa diagnosa gangguan pernapasan
tidak diangkat ?(syerli)
• Hipetermi
- Pantau suhu dengan mengompres
- Anjurkan banyak minum air putih
- Letakkan diruangan yang biasa yang ada ventilasi
udaranya, jangan pengap
- Anjurkan tidak menggunakan pakaian yang tebal
• Syarat diagnosa ditegakkan adalah 3 DO dan 3 DS
PF pada anak
• Dekati anak
• Inspeksi, lihat dari pernapasan hidung &
mulut(ada secret atau tidak), ada/tidaknya
retraksi dinding dada
• Minimalkan kontak dengan anak
• Palpasi *1. pegang didepan torak dgn 2
tangan ada cedera atau tidak 2.punggung
belakang dgn bilangan.
• Perkusi (jangan ketuk kuat)
• Auskultasi *normal : suara nafas vesikular

Anda mungkin juga menyukai