Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEBIDANAN

( Prinsip Managemen Kebidanan Dalam Asuhan Kebidanan)

KELOMPOK 21

NI KADEK YUSNIA : 17340101.P


NURLAENASRI : 17340113.P
TRI HARTATI : 17340143.P
MANAJEMEN KEBIDANAN

Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis. Oleh
karena itu manajemen kebidanan merupakan alur pikir bagi seorang bidan dalam
memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung
jawabnya. Manajemen kebidanan mempunyai peran penting dalam menunjang
kerja seorang bidan agar bidan dapat melakukan pelayanan dengan baik kepada
kliennya.

Prinsip prinsip manajemen kebidanan :


• Efesiensi
• Efektivitas
• Rasional dalam mengambil keputusan
Prinsip-prinsip manajemen kebidanan dalam memberikan asuhan
kebidanan:
 Minimalkan rasa tidak nyaman baik fisik maupun emosi
 Jaga privacy klien
 Adaptasikan pola pendekatan ke klien dengan tepat
 Beri kesempatan kepad klien untuk mendapatkan dukungan
 Saling bertukar informasi
 Beri kesempatan klien untuk bertanya
 Dukung hak klien untuk membuat dan bertanggung jawab terhadap setiap keputusan
mengenai perawatan
 Komunikasikan dengan tim kesehatan lain
 Terima tanggung jawab dalam membuat keputusan dan konsekuensinya
 Kembangkan lingkungan yang saling menghargai di setiap interaksi profesional.
PENERAPAN MANAGEMENT KEBIDANAN DALAM ASUHAN KEBIDANAN PADA
KASUS KOMPLIKASI DAN KEDARURATAN KEBIDANAN.

TUJUH LANGKAH MANAJEMEN KEBIDANAN MENURUT HELEN


VARNEY
1. Langkah I : Mengumpulkan Data
2. Langkah II : Mengintreprestasikan Data
3. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis/masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya.
4. Langkah IV : Menetapkan kebutuhan akan tindakan-segera
5. Langkah V : Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan
rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-
langkah sebelumnya.
6. Langkah VI : Melaksanakan langsung asuhan secara efisien dan aman
7. Langkah VII : Evaluasi
PENATALAKSANAAN PADA KASUS
Langkah I : Mengumpulkan data diperoleh dari anamnesis kemudian dilakukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan
kepada dokter, bidan akan melakukan upaya konsultasi. Tahap ini merupakan langkah awal
yang akan menentukan langkah berikutnya sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus
yang dihadapi akan menentukan benar tidaknya proses interpretasi pada tahap selanjutnya
Langkah II : Pada langkah kedua dilakukan identitas terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar tersebut
kemudian di interpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosis dan masalah yang
spesifik.
Langkah III : Pada langkah ketiga kita mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial
berdasarkan diagnosis/maslah yang sudah diidentifikasi.Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan.Bidan diharapkan dapat waspada
dan bersiap-siap mencegah diagnosis/ masalah potensial ini menjadi kenyataan.Langkah
ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
Langkah IV : Menetapkan kebutuhan akan tindakan-segera, konsultasi, kolaborasi, dengan tenaga
kesehatn lain, serta rujukan berdasarkan kondisi klien. Bidan mengidentifikasi perlunya
bidan atau dokter melakukan konsultasi atau penanganan segera bersama anggota tim
kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien.
Lanjutan......
Langkah V : Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi segala hal yang sudah teridentifiksasi
dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang terkait, tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi untuk klien tersebut.
Langkah VI : Pada langkah ke enam, rencana asuhan menyeluruh dilakukan dengan efisien dan aman.
Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya.
Langkah VII : Pada langkah terakhir, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan. Ini meliputi
evaluasi pemenuhan kebutuhan akan bantuan : apakah benar-benar telah
terpenuhi sebagaimana diidentifikasi di dalam diagnosis dan masalah.

Mengingat bahwa proses manajemen asuhan merupakan suatu


kegiatan yang bersinambungan, maka bidan perlu mengulangi
kembali setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen
untuk mengidentifikasi mengapa rencana asuhan tidak berjalan
efektif serta pada rencana asuhan tersebut.
The development of quality indicators for the prevention and management of
postpartum haemorrhage in primary midwifery care in the Netherlands

Abstract
 Background: At present, there are no guidelines on prevention and management of postpartum
haemorrhage in primary midwifery care in the Netherlands. The first step towards implementing
guidelines is the development of a set of quality indicators for prevention and management of
postpartum haemorrhage for primary midwifery supervised (home) birth in the Netherlands. Methods: A
RAND modified Delphi procedure was applied.
 This method consists of five steps: (1) composing an expert panel (2) literature research and collection
of possible quality indicators, (3) digital questionnaire, (4) consensus meeting and (5) critical evaluation.
A multidisciplinary expert panel consisting of five midwives, seven obstetricians and an ambulance
paramedic was assembled after applying pre-specified criteria concerning expertise in various domains
relating to primary midwifery care, secondary obstetric care, emergency transportation, maternal
morbidity or mortality audit, quality indicator development or clinical guidelines development and
representatives of professional organisations. Results: After literature review, 79 recommendations were
selected for assessment by the expert panel. After a digital questionnaire to the expert panel seven
indicators were added, resulting in 86 possible indicators. After excluding 41 indicators that panel
members unanimously found invalid, 45 possible indicators were assessed at the consensus meeting.
 During critical evaluation 18 potential indicators were found to be overlapping and two were discarded
due to lack of measurability. Conclusions: A set of 25 quality indicators was considered valid for testing
in practice.
 Keywords: Quality indicators, Postpartum haemorrhage, Midwifery, Delphi technique, Home birth, The
Netherlands
Pengembangan indikator kualitas untuk pencegahan dan pengelolaan
perdarahan postpartum dalam perawatan kebidanan primer di Belanda
Abstrak
Latar Belakang: saat ini, tidak ada pedoman tentang pencegahan dan pengelolaan perdarahan postpartum
dalam perawatan kebidanan primer di Belanda. Langkah pertama menuju menerapkan pedoman adalah
pengembangan dari serangkaian indikator kualitas untuk pencegahan dan pengelolaan perdarahan postpartum
untuk kebidanan primer diawasi (rumah) lahir di Belanda. Metode: Sebuah RAND dimodifikasi prosedur Delphi
diterapkan.
Metode ini terdiri dari lima langkah: (1) menyusun sebuah panel (2) penelitian kepustakaan panel ahli dan
koleksi indikator mungkin kualitas, (3) kuesioner digital, (4) rapat konsensus dan (5) evaluasi kritis. Sebuah
panel ahli multidisiplin yang terdiri dari lima bidan, tujuh dokter kandungan dan paramedis ambulans dirakit
setelah menerapkan kriteria pra-ditentukan mengenai keahlian dalam berbagai domain yang berkaitan dengan
perawatan primer kebidanan, perawatan kebidanan sekunder, transportasi darurat, morbiditas ibu atau audit
kematian, pengembangan indikator kualitas atau pengembangan pedoman klinis dan perwakilan dari
organisasi profesi.
Hasil: terdapat 25 indikator kualitas dianggap valid untuk pengujian dalam praktek. 25 indikator kualitas
untuk pencegahan dan ment mengelola- PPH dalam perawatan kebidanan primer di Belanda dikembangkan.
indikator kualitas yang dapat berfungsi sebagai alat penilaian untuk pencegahan dan ment mengelola- PPH
dalam perawatan primer.

Anda mungkin juga menyukai