NAMA KELOMPOK: AGUSTINA (16506357) FEREN NANDO (16506433) VIO APRIAN (16506557) BAB 2: SUBJEK DAN OBJEK HUKUM 1. SUBJEK HUKUM Subjek hukum adalah setiap makhluk yang berwenang untuk memiliki, memperoleh, dan menggunakan hak serta kewajiban dalam lalu lintas hukum. Subjek hukum terdiri atas dua yaitu: Manusia Badan Hukum MANUSIA Menurut hukum, setiap manusia pribadi dianggap cakap bertindak sebagai subjek hukum, kecuali oleh undang-undang dinyatakan tidak cakap. Oleh karena itu, dalam hukum dapat dibedakan dari segi perbuatan-perbuatan hukum, sebagai berikut: a. Cakap melakukan perbuatan hukum. Adalah orang dewasa menurut hukum dan berakal sehat. b. Tidak cakap melakukan perbuatan hukum. Berdasarkan pasal 1330 KUH Perdata tentang orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian adalah Orang-orang yang belum dewasa Orang yang ditaruh di bawah pengampuan, yang terjadi karena gangguan jiwa, pemabuk atau pemboros Orang wanita yang dalam perkawinan atau yang berstatus sebagai istri Badan Hukum Merupakan badan-badan atau perkumpulan yang dinamakan badan hukum, yang berarti orang yang diciptakan oleh hukum. Oleh karena itu, badan hukum sebagai subjek hukum dapat bertindak hukum seperti manusia. Suatu perkumpulan dapat dimintakan pengesahan sebagai badan hukum dengan cara: a. Didirikan dengan akta notaris b. Didaftarkan di kantor panitera pengadilan negeri setempat c. Dimintakan pengesahan anggaran dasar kepada Menteri Kehakiman dan HAM, sedangkan khusus untuk badan hukum dana pensiun, pengesahan anggaran dasar dilakukan oleh Menteri Keuangan. d. Diumumkan dalam Berita Negara Badan hukum dibedakan dalam dua bentuk sebagai berikut: 1. Badan Hukum Publik merupakan badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum publik, yang menyangkut kepentingan publik. 2. Badan Hukum Privat merupakan badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum sipil atau perdata yang menyangkut kepentingan pribadi orang di dalam badan hukum itu 2. Objek Hukum Menurut Pasal 499 KUH Perdata yang disebut “benda” adalah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dapat dikuasai sebagai hak milik, sehingga dapat disimpulkan benda adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek dari hak milik (eigendom). Menurut sistem hukum perdata yang diatur dalam KUH Perdata benda dapat dibedakan sebagai berikut. 1. Barang yang wujud dan barang yang tidak berwujud 2. Barang yang bergerak dan barang yang tidak bergerak 3. Barang yang dapat dipakai habis dan barang yang dipakai tidak habis 4. Barang-barang yang sudah ada dan barang-barang yang masih akan ada 5. Barang-barang uang dalam perdagangan dan barang-barang yang di luar perdagangan 6. Barang-barang yang dapat dibagi dan barang-barang yang tidak dapat dibagi Secara garis besar benda terbagi dalam dua sebagai berikut: 1. Benda yang bersifat kebendaan, yaitu suatu benda yang sifatnya dapat dilihat, diraba dan dirasakan dengan pancaindra terdiri dari benda berwujud serat benda tidak berwujud. 2. Benda yang bersifat tidak kebendaan, yaitu suatu benda yang hanya dirasakan oleh pancaindra saja, tidak dapat dilihat, dan kemudian dapat direalisasi menjadi satu kenyataan. Dalam hubungan benda dengan orang maka terhadap benda tersebut orang mempunyai hak kebendaan . Hak kebendaan adalah hak mutlak (hak absolut), sedangkan lawannya adalah hak yang nisbi atau hak relatif, yang kedua merupakan bagian dalam hak perdata. Oleh karena itu, hak perdata terdiri dari sebagai berikut. Hak Mutlak atau Hak Absolut, terdiri atas: 1. Hak kepribadian 2. Hak-hak yang terletak dalam hukum keluarga 3. Hak mutlak atas sesuatu benda Hak Nisbi atau hak relatif adalah semua hak yang timbul karena adanya hubungan perutangan, sedangkan perutangan timbul dari perjanjian, undang-undang. Hak kebendaan dalam KUH Perdata dapat dibedakan menjadi 2 kelompok . 1. Hak kebendaan yang sifatnya memberikan kenikmatan atas suatu benda. 2. Hak kebendaan yang sifatnya memberikan jaminan atas perlunasan hutang. Cara memperoleh hak milik atas suatu benda Berdasarkan Pasal 584 BW, hak milik atas suatu benda hanya dapat diperoleh dengan pemilikan karena 1. Pelekatan 2. Kadaluwarsa 3. Pewarisan 4. Penyerahan (lavering) berdasarkan suatu title pemindahan hak yang berasal dari seorang yang berhak memindahkan hak milik tersebut. Adapun macam-macam lavering adalah sebagai berikut a. Lavering atas benda bergerak b. Lavering atas benda tak bergerak c. Lavering atas benda tak berwujud 3. Hak Kebendaan Yang Bersifat Sebagai Pelunasan Hutang (Hak Jaminan) Hak jaminan merupakan hak yang melekat pada kreditor yang memberikan kewenangan kepadanya untuk melakukan eksekusi kepada benda yang dijadikan jaminan, apabila debitor melakukan wantsprestasi terhadap suatu prestasi (Perjanjian). Macam-macam jaminan terdiri sebagai berikut: a. Jaminan Umum Benda yang dapat dijadikan jaminan umum apabila telah memenuhi persyaratan yaitu: Benda tersebut bersifat ekonomis (dapat dinilai dengan uang) Benda tersebut dapat dipindahtangankan haknya kepada pihak lain. b. Jaminan Khusus Merupakan jaminan yang diberikan hak khusus kepada jaminan, misalnya: Gadai Hipotik Hak tanggungan Fidusia GADAI Diatur dalam Pasal 1150-1160 KUH Perdata, berdasarkan Pasal 1150 KUH Perdata, Gadai adalah hak yang diperoleh kreditor atas suatu barang bergerak yang diberikan kepadanya oleh debitor atau orang lain atas namanya untuk menjamin suatu hutang, yang memberikan kewenangan kepada kreditor untuk mendapat pelunasan dari barang tersebut lebih dahulu dari kreditur- kreditur lainnya, kecuali biaya-biaya untuk melelang barang tersebut, dan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memelihara benda itu biaya-biaya mana harus didahulukan. Sifat-sifat dari gadai: 1. Gadai adalah untuk benda bergerak 2. Gadai bersifat accesoir 3. Adanya sifat kebendaan 4. Syarat inbezitztelling 5. Hak untuk menjual atas kekuasaan sendiri 6. Hak preferensi, sesuai dengan Pasal 1130 jo Pasal 1150 KUH Perdata 7. Hak gadai tidak dapat dibagi-bagi Hak pemegang gadai 1. Pemegang gadai berhak untuk menjual benda yang digadaikan atas kekuasaan sendiri. 2. Pemegang gadai berhak untuk mendapatkan ganti rugi yang berupa biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan benda gadai 3. Pemegang gadai mempunyai hak untuk menahan benda gadai sampai ada pelunasan hutang dari debitur 4. Pemegang gadai mempunyai hak preferensi dari kreditur-kreditur yang lain 5. Hak untuk menjual benda gadai dengan perantara hakim 6. Atas izin hakim tetap menguasai benda gadai Kewajiban-kewajiban pemegang gadai 1. Pasal 1157 ayat 1 KUH Perdata, pemegang gadai bertanggung jawab atas hilangnya atau merosotnya harga barang yang digadaikan, jika itu semua terjadi atas kelalaiannya 2. Pasal 1156 KUH Perdata Ayat 2 KUH Perdata, kewajiban untuk memberitahukan pemberi gadai jika barang gadai dijual 3. Pasal 1159 ayat 1 KUH Perdata, bertanggung jawab terhadap hasil penjualan barang gadai 4. Kewajiban untuk mengembalikan benda gadai jika debitor melunasi hutangnya 5. Kewajiban untuk memelihara benda gadai Hapusnya gadai 1. Hapusnya perjanjian pokok 2. Karena musnahnya benda gadai 3. Karena pelaksanaan eksekusi 4. Karena pemegang saham telah melepaskan hak gadai secara sukarela 5. Karena pemegang gadai telah kehilangan kekuasaan atas benda gadai 6. Karena penyalahgunaan benda gadai HIPOTIK Di atur dalam Pasal 1162-1232 KUH Perdata. Hipotik berdasarkan Pasal 1162 KUH Perdata adalah suatu hak kebendaan atas benda tidak bergerak untuk mengambil penggantian daripadanya bagi perlunasan suatu perutangan. Sifat-sifat Hipotik 1. Bersifat accesoir 2. Mempunyai sifat zaaksgevolg (droit de suite) yaitu hak hipotik senantiasa mengikuti bendanya dalam tagihan tangan siapapun benda tersebut berada, diatur dalam Pasal 1163 ayat 2 KUH Perdata 3. Lebih didahulukan pemenuhannya dari piutang yang lain, berdasarkan Pasal 1133-1134 ayat 2 KUH Perdata 4. Objeknya benda-benda tetap HAK TANGGUNGAN Berdasarkan Pasal (1) UUHT, hak tanggungan merupakan hak jaminan atas tanah yang dibebankan pada hak atas tanah berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu untuk pelunasan utang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor- kreditor yang lain UUHT memberikan kedudukan kreditor tertentu yang kuat dengan ciri-ciri berikut: 1. Kreditor yang diutamakan terhadap kreditor lainnya 2. Hak tanggungan tetap mengikuti objeknya dalam tangan siapapun objek tersebut berada atau selama perjanjian pokok belum dilunasi 3. Memenuhi syarat spesialitas dan publisitas sehingga dapat mengikat pihak ketiga dan memberikan kepastian hukum kepada pihak-pihak yang berkepentingan 4. Mudah dan pasti pelaksanaan eksekusinya Benda yang akan dijadikan jaminan utang yang bersifat khusus dengan hak tanggungan, maka harus memenuhi syarat-syarat khusus berikut: 1. Benda tersebut dapat bersifat ekonomis 2. Benda tersebut dapat dipindahkan tangankan haknya kepada pihak lain 3. Tanah yang akan dijadikan jaminan ditunjuk oleh Undang-Undang 4. Tanah-tanah tersebut sudah terdaftar dalam daftar umum berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Adapun hak yang diberikan oleh kreditor berdasarkan pasal 20 UUHT adalah 1. Hak pemegang hak tanggungan pertama untuk menjual objek hak tanggungan sebagaimana dimaksud pasal 6, atau 2. Berdasarkan titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat hak tanggungan sebagaimana dalam Pasal 14 ayat 2, dan 3. Atas kesepakatan pemberi dan pemegang hak tanggungan dapat dilaksanakan dibawah tangan, untuk memperoleh harga yang tertinggi yang akan mengguntungkan semua pihak FIDUSIA Fidusia lazim dikenal dengan nama FEO (Fiduciare Eigendoms Overdracht), yang dasarnya merupakan suatu perjanjian accosor antara debitor dan kreditor yang isinya penyerahan hak milik secara kepercayaan atas benda bergerak milik debitor kepada kreditor, namun benda tersebut masih dikuasai oleh debitor sebagai peminjam pakai, sehingga yang diserahkan kepada kreditor adalah hak miliknya, penyerahan demikian dinamakan penyerahan secara constitutum possesorim artinya hak milik/bezit dari barang dimana barang tersebut tetap pada orang yang mengalihkan (pengalihan pura-pura) Pasal 1 Angka 1 Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia (UUJF) memberikan pengertian, fidusia merupakan pengalihan hak kepemilikan sesuatu atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa yang hak kepemilikannya dialihkan tetap penguasaan pemilik benda. Sedangkan pengertian Jaminan Fidusia diatur dalam Pasal 1 Angka 2 UUJF yaitu “Jaminan fidusia merupakan hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang hak tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai angunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada pemberi fidusia terhadap kreditor lainnya”. Berdasarkan kedua pasal tersebut maka terdapat perbedaan antara fidusia dengan jaminan fidusia, dimana fidusia merupakan suatu proses pengalihan hak kepemilikan, serta jaminan fidusia adalah jaminan yang diberikan dalam bentuk fidusia Adapun sifat daripada jaminan fidusia berdasarkan Pasal 4 UUJF bahwa jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari suatu perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi suatu prestasi untuk memberikan sesuatu atau tidak berbuat sesuatu, yang dapat dinilai dengan uang, sehingga akibat jaminan fidusia hapus demi hukum apabila perjanjian pokok yang dijamin dengan fidusia hapus. Bentuk perjanjian Fidusia Berdasarkan Pasal 5 ayat 1 UUJF, yang sekurang- kurangnya akta jaminan fidusia tersebut memuat: 1. Identitas pihak pemberi dan penerima fidusia 2. Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia 3. Uraian benda yang menjadi objek jaminan fidusia 4. Nilai penjaminan Pendaftaran fidusia Tujuan daripada pendaftaran adalah sebagai berikut: 1. Untuk melahirkan jaminan fidusia bagi penerima fidusia dan menjamin pihak yang mempunyai kepentingan atas benda yang dijaminkan 2. Untuk memberikan perlindungan hukum dan kepastian hukum kepada penerima dan pemberi fidusia serta pihak ketiga yang berkepentingan 3. Memberikan hak yang didahulukan 4. Memenuhi asas spesialitas dan publisitas 5. Memberi rasa aman kepada kreditur penerima jaminan fidusia dan pihak ketiga yang berkepentingan Eksekusi jaminan fidusia Eksekusi jaminan fidusia, diatur dalam Pasal 29 s/d 34 UUJF, di mana Pasal 39 UUJF dikatakan apabila debitor cidera janji, eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia dapat dilakukan dengan cara 1. Pelaksanaan title eksekutorial sebagaimana dimaksud dala Pasal 15 ayat 2 oleh kreditor 2. Penjualan benda menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan debitor sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan 3. Penjualan dibawah tangan –yang dilakukan berdasarkan kesepakatan debitor dan kreditor, jika dengan cara demikian dapat diperoleh hasil tertinggi yang menguntungkan para pihak Hapusnya Jaminan Fidusia Pasal 25 UUJF, jaminan fidusia hapus karena hal- hal berikut: 1. Hapusnya utang jaminan dengan fidusia 2. Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh debitur 3. Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia Jaminan Perseorangan Merupakan jaminan yang mempunyai sifat perorangan ialah jaminan yang lahir dari perjanjian prinsipnya hanya dapat dipertahankan terhadap orang-orang yang terikat dalam perjanjian. TERIMAKASIH