Anda di halaman 1dari 41

Om swastyastu

Kelompok 5
• NI KETUT OVENTASI
(P07120016044)
• Ni PUTU FITRIANI LESTARI
(P07120016047)
• NI KADEK ULAN JULITA SUTRIMARTINI
(P07120016049)
• NLP AYU PUSPITA WANGI
(P07120016064)
• NI PUTU DEWI ARTHAESKI
(P07120016070)
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN
HIPERTERMIA
Pengertian Hipertermi
Menurut SDKI

Peningakatan suhu tubuh meningkat diatas


rentang normal tubuh.
(Wong,2003)

Suatu keadaan dimana suhu tubuh melebihi titik tetap (sel


point) lebih dari 37o C), yang biasanya diakibatkan oleh
kondisi tubuh atau eksternal yang menciptakan lebih
banyak panas daripada yang dapat dikeluarkan oleh tubuh
(Potter & Perry,2006).

Peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan


ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas
ataupun mengurangi produksi panas
Menurut Wong (2008)

DEMAM INTERMITEN,

REMITEN

KAMBUHAN

KONSTAN.
(Sari Pediatri,2008).

Hipertermi disebabkan karena berbagai faktor. Jika tidak di manajemen dengan


baik, hipertermi dapat menjadi hipertermi berkepanjangan. Hipertermi
berkepanjangan merupakan suatu kondisi suhu tubuh lebih dari 38ᵒC yang
menetap selama lebih dari delapan hari dengan penyebab yang sudah atau belum
diketahui. Tiga penyebab terbanyak demam pada anak yaitu penyakit infeksi
(60%-70%), penyakit kolagen-vaskular, dan keganasan. Walaupun infeksi virus
sangat jarang menjadi penyebab demam berkepanjangan, tetapi 20% penyebab
adalah infeksi virus
(Alves & Almeida, 2008, dalam Setiawati, 2009).

Dampak yang ditimbulkan hipertermia dapat berupa


penguapan cairan tubuh yang berlebihan sehingga terjadi
kekurangan cairan dan kejang
• Hipertermi berat (suhu lebih dari 410C) dapat juga menyebabkan
hipotensi,kegagalan organ multipel, koagulopati, dan kerusakan otak yang
irreversibel.
• Hipertermia menyebabkan peningkatan metabolisme selular dan konsumsi
oksigen.
ETIOLOGI

INFEKSI VIRUS YANG INFEKSI PARASIT


PADA UMUMNYA YANG PADA
MENURUT MENIMBULKAN
GRANETO (2010) : DEMAM ANTARA UMUMNYA
LAIN VIRAL MENIMBULKAN
DEMAM AKIBAT PNEUMONIA, DEMAM ANTARA
INFEKSI BISA INFLUENZA, DEMAM LAIN MALARIA,
DISEBABKAN BERDARAH DENGUE, TOKSOPLASMOSI
OLEH INFEKSI DEMAM
CHIKUNGUNYA, DAN S, DAN
BAKTERI, VIRUS, VIRUS-VIRUS UMUM HELMINTIASIS
JAMUR, ATAUPUN SEPERTI H1N1 (DAVIS, (JENSON &
PARASIT. 2011). BALTIMORE, 2007).
• Detak jantung dan pernapasan meningkat untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi tubuh. Metabolisme ini menggunakan energi
yang menghasilkan panas tambahan.Jika klien tersebut menderita
masalah jantung atau pernapasan, maka demam menjadi berat.
Demam dalam jangka panjang akan menghabiskan simpanan
energi klien dan membuatnya lemah. Metabolisme yang
meningkat membutuhkan oksigen tambahan.Jika tubuh tidak
dapat memenuhi kebutuhan oksigen tambahan, maka terjadi
hipoksia selular.Hipoksia miokardial menimbulkan angina (nyeri
dada) dan hipoksia serebral menimbulkan cemas
Demam akibat faktor non infeksi dapat disebabkan
oleh beberapa hal antara lain :

FAKTOR PENYAKIT
KEGANASAN
LINGKUNGAN AUTOIMUN

PEMBERIAN PEMAKAIAN
IMUNISASI OBAT
PADA ANAK ANTIBIOTIK
Patofisiologi
Anamnesa Riwayat Infeksi Sistem
Tubuh
• PENGKAJIAN ADALAH TAHAP YANG
SISTEMATIS DAN BERKESINAMBUNGAN
DALAM PENGUMPULAN DATA TENTANG
INDIVIDU, KELUARGA DAN KELOMPOK
UNTUK MENGGALI PERMASALAHAN KLIEN.(
CARPENITO ,2007 )
1. Biodata

2. Status kesehatan :
• Keluhan utama
• Riwayat penyakit sekarang
• Riwayat kesehatan lalu.
• Riwayat penyakit keluarga

3. Pola Kebutuhan Dasar (Data bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


4. Pemeriksaan fisik :
• Hitung TTV ketika panas terus menerus dan sesuai istruksi
• Inspeksi dan palpasi kulit, cek turgor (dingin, kering, kemerahan, hangat, turgor
menurun)
• Tanda-tanda dehidrasi
• Perubahan tingkah laku : bingung, disorientasi, gelisah, disertai dengan sakit kepala,
nyeri otot, nousea, photopobia, lemah, letih, dll.

5. Pemeriksaan Penunjang
a) Hematologi (darah lengkap)
b) Urin lengkap
c) Widal
d) Tubex TF
e) SGOT ,SGPT
• DIAGNOSA KEPERAWATAN MERUPAKAN
KEPUTUSAN KLINIK TENTANG RESPON
INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT
TENTANG MASALAH KESEHATAN
AKTUAL ATAU POTENSIAL,
Masalah Perawatan pada Pasien dengan
Hipertermi

Hipertermi b.d proses


penyakit ( mis infeksi Hipertermi b.d. dehidrasi
dan kanker)
INTERVENSI
(CARPENITO ,2007 )
TAHAP PERENCANAAN MEMBERI KESEMPATAN KEPADA
PERAWAT UNTUK MERUMUSKAN RENCANA TINDAKAN
KEPERAWATAN GUNA MENGATASI MASALAH YANG DIALAMI
KLIEN. PERENCANAAN INI MERUPAKAN SUATU PETUNJUK
TERTULIS YANG MENGGAMBARKAN SECARA TEPAT
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN YANG DILAKUKAN
TERHADAP KLIEN SESUAI DENGAN KEBUTUHANNYA
BERDASARKAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN.
Intervensi keperawatan
• D:\materi kuliah\semester 5\KMB II\Intervensi
Keperawatan.docx
• IMPLEMENTASI KEPERAWATAN ADALAH
SERANGKAIAN KEGIATAN YANG DILAKUKAN OLEH
PERAWAT UNTUK MEMBANTU KLIEN DARI MASALAH
STATUS KESEHATAN YANG DIHADAPI KESTATUS
KESEHATAN YANG BAIK YANG MENGGAMBARKAN
KRITERIA HASIL YANG DIHARAPKAN (CARPENITO
,2007 )
• EVALUASI ADALAH TINDAKAN UNTUK
MELENGKAPI PROSES KEPERAWATAN YANG
MENANDAKAN SEBERAPA JAUH DIAGNOSA
KEPERAWATAN,RENCANA TINDAKAN,DAN
PELAKSANAANYA YANG SUDAH BEHASIL DI
CAPAI
Jenis-jenis Evaluasi
• Fokus pada evaluasi proses (formatif) adalah aktivitas dari
proses keperawatan dan hasil kualitas pelayanan asuhan
keperawatan

Evaluasi formatif • Evaluasi dilaksanakan segera setelah perencanaan


keperawatan diimplementasikan

• Focus evaluasi hasil (sumatif) adalah


perubahan perilaku atau status kesehatan
klien pada akhir asuhan keperawatan
Evaluasi sumatif • Sistem penuliasan pada tahap evaluasi ini
menggunakan sistem SOAP
• S (subjective)
Adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah tindakan
diberikan.

• O (objective)
Adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian, pengukuran
yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.

• A (analisis)
Adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective dengan tujuan dan
kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi
sebahagian, atau tidak teratasi.

• P (planning)
Adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa.
Tindakan Keperawatan Pada
Hipertermi
1. Sponging atau Tepid Bath
Tepid water sponge adalah tindakan dapat dilakukan
dengan meletakkan anak pada bak mandi yang berisiair
hangat atau dengan mengusap dan melap seluruh bagian
tubuh dengan air hangat (Sharber, 1997).
Kompres tepid sponge adalah teknik kompres hangat yang
menggabungkan teknik kompres blok pada pembuluh darah
supervisial dengan teknik seka (Alves, 2008).
Kompres tepid sponge bekerja dengan cara vasodiltasi
(melebarnya) pembuluh darah perifer diseluruh tubuh sehingga
evaporasi panas dari kulit ke lingkungan sekitar akan lebih cepat,
dibandingkan hasil yang diberikan oleh kompres hangat yang hanya
mengandalkan reaksi dari stimulasi hipotalamus.
Tehnik Penurunan panas Tepid water sponge
(TWS)
• Berikan pakaian yang tipis dan lengan pendek agar tidak
terhambat proses pelepasan panasnya melalaui evaporasi.
• TWS dapat diberikan kepada anak yang suhu tubuhnya >= 380C
• Kontraindikasi TWS diberikan kepada bayi baru lahir karena
sistem regulasi pengaturan panas tubuhnya belum mature.
• Alat dan bahan: baskom, handuk, termometer, air hangat kuku,
kain bedong.
Prosedur Tindakan
• Kaji suhu
• Waktu dilakukannya TWS adalah 1 jam setelah diberikan obat antipiretik (saat
efek obatnya maksimal)
• Ukur kehangatan air, jika suhu ruangan antara 24-26 0C, maka air yang
disiapkan hangatnya sekitar 270C
• Mulai seka dari kepala, tangan, badan, kaki, diakhiri punggung
• Teknik ini dapat pula dilakukan dengan meletakkan anak di dalam bak mandi
dengan air hangat apabila memungkinkan.
Tujuan Penggunaan Tepid Water Sponge
Tujuan dari penggunaan tepid water sponge ini untuk menurunkan suhu
tubuh secara terkontrol (Johnson, Temple, & Carr,2005).
2. Kompres Dingin
Kompres dingin adalah suatu metode dalam penggunaan suhu rendah setempat
yang dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis.
Tujuan Kompres Dingin
• Kompres dingin pada bagian tubuh akan menyerap
panas dari area tersebut dan menurunkan suhu tubuh
• Mencegah peradangan meluas
• Mengurangi kongesti
• Mengurangi perdarahan setempat
• Mengurangi rasa sakit pada daerah setempat
Kontraindikasi pemberian kompres dingin

• Gangguan sirkulasi.
• Alergi atau hipersensitivitas terhadap dingin.
Suhu yang Direkomendasikan untuk Kompres
Derajat Panas
Panas dan Dingin
Suhu Bentuk dan Kegunaan

Sangat dingin Di bawah 15° C Kantong es

Dingin 15- 18° C Kemasan pendingin

Sejuk 18- 27° C Kompres dingin

Hangat kuku 27- 37° C Mandi spons- alkohol

Hangat 37- 40° C Mandi dengan air hangat

Panas 40- 60° C Berendam dalam air panas, irigasi, kompres panas

Sangat panas Di atas 60° C Kantong air untuk orang dewasa


Terapi Farmakologis pada Pasien Hipertermi

• Antipiretik adalah obat penurun demam. Obat nonsteroid seperti


asetaminofen, salisilat, indometasin, dan ketorolac menurunkan demam
dengan meningkatkan kehilangan panas.
Evaluasi Kebutuhan
Keseimbangan Suhu
Tubuh
Evaluasi tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan
keperawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan, yaitu :
• Mampu menunjukkan penurunan suhu tubuh ke batas normal (36,5-37,4)
• Akral pasien tidak teraba hangat/ panas
• Pasien tampak tidak lemas
• Mukosa bibir lembab
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH
ANY
QUESTIONS?

Anda mungkin juga menyukai