Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut pasal 25 ayat 1, setiap orang berhak atas derajat hidup yang
memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya termasuk
hak atas pangan, pakaian, perumahan dan perawatan kesehatan serta pelayanan
sosial yang diperlukan dan berhak atas jaminan pada saat menganggur,
menderita sakit, cacat, menjadi janda/duda, mencapai usia lanjut atau keadaan
lainnya yang mengakibatkan kekurangan nafkah, yang berada di luar
kekuasaannya.
Untuk mewujudkan komitmen tersebut, pemerintah bertanggung jawab
atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) bagi kesehatan perorangan. Usaha tersebut diselenggarakan
dalam beberapa bentuk jaminan sosial di bidang kesehatan, diantaranya adalah
melalui PT Askes (Persero) dan PT Jamsostek (Persero) yang melayani antara
lain pegawai negeri sipil, penerima pensiun, veteran, dan pegawai swasta.
Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu, pemerintah memberikan jaminan
melalui skema Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan Jaminan
Kesehatan Daerah (Jamkesda). Namun demikian, skema-skema tersebut masih
terfragmentasi, terbagi-bagi. Sehingga, biaya kesehatan dan mutu pelayanan
menjadi sulit terkendali.
Mendukung pelaksanaan tersebut Kementerian Kesehatan memberikan
prioritas kepada jaminan kesehatan dalam reformasi kesehatan. Kementerian
Kesehatan tengah mengupayakan suatu regulasi berupa Peraturan Menteri,
yang akan menjadi payung hukum untuk mengatur antara lain pelayanan
kesehatan rujukan tingkat lanjutan. Peraturan Menteri juga akan mengatur jenis
dan plafon harga alat bantu kesehatan dan pelayanan obat dan bahan medis
habis pakai untuk Peserta Jaminan Kesehatan Nasional.

1
1.2 Rumusan Masalah
1) Apakah yang dimaksud dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)?
2) Bagaimana prinsip dan tujuan dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)?
3) Apa sajakah manfaat dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)?
4) Siapa sajakah penerima manfaat dari Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)?
5) Siapa sajakah peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)?
6) Bagaimana hak dan kewajiban dari peserta Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)?
7) Bagaimana pendaftaran dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)?
8) Bagaimana masa berlaku kepesertaan dari Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN)?
9) Bagaimana pembiayaan dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)?
10) Bagaimana besaran iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)?
11) Bagaimana cara pembayaran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)?
12) Bagaimana pelayanan yang diperoleh dari peserta Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN)?

1.3 Tujuan Penulisan


1) Untuk mengetahui pengertian dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
2) Untuk mengetahui prinsip dan tujuan dari Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN).
3) Untuk mengetahui manfaat dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
4) Untuk mengetahui penerima manfaat dari Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN).
5) Untuk mengetahui peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
6) Untuk mengetahui hak dan kewajiban dari peserta Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN).
7) Untuk mengetahui pendaftaran dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
8) Untuk mengetahui masa berlaku kepesertaan dari Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN).
9) Untuk mengetahui pembiayaan dari Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

2
10) Untuk mengetahui besaran iuran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
11) Untuk mengetahui cara pembayaran Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
12) Untuk mengetahui pelayanan yang diperoleh dari peserta Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN).

1.4 Manfaat Penulisan


1) Bagi penulis, tulisan ini dapat dijadikan sebagai pedoman awal serta
menambah wawasan penulis mengenai konsep proses penuaan secara
psikologis dan secara metabolisme.
2) Bagi pembaca, tulisan ini dapat memberikan informasi kepada semua
pembaca mengenai konsep proses penuaan secara psikologis dan secara
metabolisme dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk
memperdalam materi pengetahuan yang berkaitan tentang konsep proses
penuaan secara psikologis dan secara metabolisme.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Jaminan Kesehatan Nasional


Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia
merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Sistem Jaminan
Sosial Nasional ini diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan
Sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang No.40
Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Tujuannya adalah agar
semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi,sehingga mereka
dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak (Kemenkes-
RI, 2014).
Di dalam Naskah Akademik UU SJSN tahun 2004 disebutkan bahwa
Program Jaminan Kesehatan Nasional, disingkat Program JKN, adalah suatu
program pemerintah dan masyarakat dengan tujuan memberikan kepastian
jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk
Indonesia dapat hidup sehat, produktif, dan sejahtera.

2.2 Prinsip dan Tujuan Jaminan Kesehatan Nasional


Prinisip, tujuan dan mekanisme penyelenggaraan JKN diatur dalam:
a. UU No. 40 Tahun 2004 Bab V dan Bab VI.
b. UU No. 24 Tahun 2011 Pasal 9-18.
c. Peraturan Pemerintah No. 101 Tahun 2012.
d. Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013.
e. Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013.
JKN diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan
prinsip ekuitas. Prinsip asuransi sosial meliputi:
a. Kegotongroyongan antara peserta kaya dan miskin, yang sehat dan sakit,
yang tua dan muda, serta yang beresiko tinggi dan rendah;
b. Kepesertaan bersifat wajib dan tidak selektif

4
c. Iuran berdasarkan persentase upah/penghasilan untuk pekerja yang
menerima upah atau suatu jumlah nominal tertentu untuk pekerja yang
tidak menerima upah
d. Dikelola dengan prisip nirlaba, artinya pengelolaan dana digunakan
sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta dan setiap surplus akan
disimpan sebagai dana cadangan dan untuk peningkatan manfaat dan
kualitas layanan.
Prinsip ekuitas, yaitu kesamaan dalam memperoleh pelayanan sesuai dengan
kebutuhan medis yang tidak terkait dengan besaran iuran yang telah dibayarkan.
Prinsip ini diwujudkan dengan pembayaran iuran sebesar persentase tertentu dari
upah bagi yang memiliki penghasilan dan pemerintah membayarkan iuran bagi
mereka yang tidak mampu. Kepesertaan wajib berlaku pula bagi pekerja asing
yang bekerja sekurangkurangnya 6 (enam) bulan di Indonesia.
Selain prinsip diatas, Jaminan Kesehatan Nasional juga memiliki tujuan,
yaitu untuk menjamin agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan
kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.

2.3 Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional


Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat
medis berupa pelayanan kesehatan dan manfaat non medis meliputi akomodasi
dan ambulans. Manfaat Akomodasi berupa layanan rawat inap yang dibagi
dalam tiga kelas yang diseuaikan dengan kriteria peserta dan besarnya iuran.
Ambulans hanya diberikan untuk pasien rujukan dari fasilitas kesehatan dengan
kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.Pelayanan kesehatan
diberikan pada tingkat pertama dan bila diperlukan dapat dilakukan rujukan pada
fasilitas kesehatan tingkat lanjut. Jenis-jenis pelayanan kesehatan yang dijamin
dan tidak dijamin oleh Jaminan Kesehatan nasional antara lain dijelaskan dalam
Perpres No.111 tahun 2014 adalah sebagai berikut:
1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama, meliputi pelayanan kesehatan non
spesialistik yang mencakup:
a. Administrasi pelayanan
b. Pelayanan promotif dan preventif

5
c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
f. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis
g. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama
h. Rawat inap tingkat pertama sesuai dengan indikasi medis.
2. Pelayanan kesehatan rujukan tingkat lanjutan,meliputi pelayanan
kesehatan yang mencakup:
a. Administrasi pelayanan
b. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter
spesialis
c. Subspesialis
d. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah sesuai
dengan indikasi medis
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
f. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi
medis
g. Rehabilitasi medis
h. Pelayanan darah.
i. Pelayanan kedokteran forensik klinik
j. Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal di fasilitas
kesehatan
k. Perawatan inap non intensif
l. Perawatan inap di ruang intensif.
3. Pelayanan kesehatan yang tidak dijamin meliputi:
a. Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur
sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku
b. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang
tidak bekerja sama dengan BPJS kesehatan, kecuali dalam keadaan
darurat

6
c. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan
kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan
kerja atau hubungan kerja
d. Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan
kecelakaan lalu lintas yang bersifat wajib sampai nilai yang
ditanggungoleh program jaminan kecelakaan lalu lintas
e. Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri
f. Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik
g. Pelayanan untuk mengatasi infertilitas
h. Pelayanan meratakan gigi (ortodonsi)
i. Gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat dan/atau
alkohol
j. Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau
akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;
k. Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk
akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif
berdasarkan penilaian teknologi kesehatan (health technology
assessment)
l. Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai
percobaan (eksperimen)
m. Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu
n. Perbekalan kesehatan rumah tangga
o. Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat,
kejadian luar biasa/wabah
p. Biaya pelayanan kesehatan pada kejadian tak diharapkan yang
dapat dicegah (preventableadverse events)
q. Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan manfaat
jaminan kesehatan yang diberikan.

7
2.4 Penerima Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional
1. Keluarga Pekerja Penerima Upah
Penerima manfaat JKN bagi Pekerja Penerima upah adalah anggota keluarga
yang meliputi istri/suami yang sah, anak kandung, anak tiri dari perkawinan
yang sah, dan anak angkat yang sah, sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang.
Anak kandung, anak tiri dari perkawinan yang sah, dan anak angkat yang sah
dengan kriteria:
a. Tidak atau belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan
sendiri.
b. Belum berusia 21 (dua puluh satu) tahun atau
c. Belum berusia 25 (dua puluh lima) tahun
d. Masih melanjutkan pendidikan formal.
Peserta yang Bukan PBI Jaminan Kesehatan dapat mengikutsertakan anggota
keluarga yang lain. Anggota keluarga yang lain meliputi anak ke 4 (empat)
dan seterusnya, ayah, ibu, dan mertua dengan membayar iuran tambahan.
2. Pekerja Bukan Penerima Upah Dan Penerima Bantuan Iuran JKN
Penerima manfaat JKN bagi pekerja bukan penerima upah dan penerima
bantuan iuran JKN adalah anggota keluarga yang didaftarkan dan dibayar
iurannya. Ketentuan ini karena iuran JKN bagi kelompok pekerja tersebut
dihitung per individu.
3. Penjaminan Terhadap Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir yang otomatis dijamin adalah:
a. Bayi baru lahir dari peserta yang menerima bantuan iuran JKN
(PBIJKN).Fasilitas kesehatan mencatat dan melaporkan bayi tersebut
kepada BPJS Kesehatan untuk kepentingan rekonsiliasi data PBI-JKN.
b. Bayi anak pertama hingga ketiga dari peserta JKN yang bekerja dengan
menerima upah.
Otomatis dijamin hingga hari ketujuh pasca kelahiran dan untuk penjaminan
selanjutnya orang tua bayi harus mendaftarkannya kepada BPJS Kesehatan,
adalah:
a. Bayi baru lahir dari peserta JKN yang bekerja tidak menerima upah
b. Bayi baru lahir dari peserta JKN yang bukan pekerja

8
c. Anak pertama hingga ketiga dari peserta JKN yang bekerja tidak
menerima upah.

2.5 Peserta Jaminan Kesehatan Nasional


Ketentuan mengenai Peserta dan Penerima Manfaat JKN diatur dalam:
1) UU No. 40 Tahun 2011 Pasal 20;
2) Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 Pasal 2,3;
3) Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013 Pasal 4, 5;
4) Surat Edaran Menteri Kesehatan No. 31 Tahun 2014.
a. Peserta
Peserta adalah setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar
oleh pemerintah. Peserta JKN terbagi dalam dua golongan utama, yaitu
Penerima Bantuan Iuran JKN dan Bukan Penerima Bantuan Iuran JKN.20
1. Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan Nasional (PBI-JKN)
Adalah fakir miskin dan orang tidak mampu yang termasuk dalam daftar
penerima bantuan iuran JKN. Merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 101
Tahun 2011, fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai
sumber pencaharian atau memiliki sumber pencaharian namun tidak
mampu memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak bagi dirinya dan
keluarganya. Sedangkan orang tidak mampu adalah orang yang memiliki
sumber mata pencaharian, gaji, atau upah dan hanya mampu memenuhi
kebutuhan hidup dasar yang layak, namun tidak mampu membayar iuran
JKN.
2. Bukan PBI-JKN
Peserta JKN yang tergolong Bukan PBI Jaminan Kesehatan adalah
penduduk yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu, yang
terdiri atas:
1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Anggota TNI.
c. Anggota Polri
d. Pejabat Negara

9
e. Pegawai Pemerintah non Pegawai Negeri
f. Pegawai swasta
g. Pekerja yang tidak disampai dengan huruf f yang menerima
upah.
2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya
a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri
b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima
upah.
3) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya
a. Investor
b. Pemberi Kerja
c. Penerima pensiun;
i. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak
pensiun
ii. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti
dengan hak pensiun
iii. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun
iv. penerima pensiun selain di atas pensiun
TNI/POLRI/PNS
v. janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima
pensiun
c. Veteran
d. Perintis Kemerdekaan
e. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau
Perintis Kemerdekaan’
f. Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan
huruf e yang mampu membayar iuran.
Pekerja sebagaimana dimaksud di atas termasuk warga negara asing
yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan. Jaminan
Kesehatan bagi pekerja warga negara Indonesia yang bekerja di luar
negeri diatur dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
tersendiri.

10
2.6 Hak dan Kewajiban Peserta Jaminan Kesehatan Nasional
Hak dan kewajiban peserta dalam menjamin terselenggaranya Jaminan
Kesehatan yang mencakup seluruh penduduk Indonesia dijelaskan dalam
Peraturan BPJS No. 1 tahun 2014 adalah sebagai berikut :
1. Hak peserta
a. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh
pelayanan kesehatan dan sebagai identitas peserta
b. Mendapatkan nomor virtual account yang digunakan untuk
pembayaran iuran
c. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta
prosedur pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
d. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dan memilih fasilitas kesehatan
mana yang dikehendaki
e. Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau
tertulis ke Kantor BPJS Kesehatan.
2. Kewajiban peserta
a. Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang
besarannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku
b. Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan,
perceraian, kematian, kelahiran, pindah alamat atau pindah fasilitas
kesehatan tingkat pertama
c. Menjaga kartu peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh
orang yang tidak berhak
d. Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan.

2.7 Pendaftaran Jaminan Kesehatan Nasional


Pendaftaran kepesertaan JKN adalah kewajiban Peserta dan Pemberi Kerja.
Khusus bagi orang miskin dan tidak mampu, Pemerintah berkewajiban
mendaftarkan mereka dan menyubsidi iuran, serta membayarkan iuran JKN
kepada BPJS Kesehatan.

11
1. Ketentuan umum
UU BPJS mengatur pendaftaran peserta sebagai berikut:
a. Pemberi kerja secara bertahap wajib mendaftarkan dirinya dan
pekerjanya sebagai peserta kepada BPJS sesuai dengan program
jaminan sosial yang diikuti, serta wajib memberikan data dirinya dan
pekerjanya secara lengkap dan benar kepada BPJS.
b. Setiap orang yang memenuhi persyaratan kepesertaan dalam Program
Jaminan Sosial wajib mendaftarkan dirinya dan anggota keluarganya
sebagai peserta kepada BPJS.
c. Pemerintah mendaftarkan penerima bantuan iuran dan anggota
keluarganya sebagai Peserta kepada BPJS.
d. Pemberi Kerja wajib memberi data dirinya dan data Pekerjanya
berikut anggota keluarganya secara lengkap dan benar kepada BPJS.
e. Setiap orang wajib memberikan data mengenai dirinya dan anggota
keluarganya secara lengkap dan benar kepada BPJS.
f. Penerima bantuan iuran wajib memberikan data mengenai dirinya dan
anggota keluarganya secara lengkap dan benar kepada pemerintah
untuk disampaikan kepada BPJS.
2. Prosedur Pendaftaran
Prosedur pendaftaran peserta JKN pada awal bulan januari 2014 terdiri
atas pendaftaran otomatis, pendaftaran ulang, dan pendaftaran peserta
baru.
a. Pendaftaran otomatis (dengan sendirinya menjadi peserta)
Kepesertaan program jaminan kesehatan/pelayanan kesehatan
berpindah dengan sendirinya tanpa perlu mendaftar ulang ke BPJS
kesehatan, bagi:
 Peserta askes sosial (PNS), pensiunan PNS, pensiunan
tni/polri, perintis kemerdekaan, anggota legium veteran,
beserta keluarganya. Kartu askes sosial tetap berlaku untuk
pelayanan kesehatan sepanjang BPJS kesehatan belum
menerbitkan kartu JKN.

12
 Anggota polri dan prajurit tni beserta keluarganya. Kartu tanda
anggota polri atau nomor registrasi pokok TNI berlaku sebagai
kartu peserta jkn sepanjang BPJS kesehatan belum
menerbitkan kartu JKN.
 Peserta program jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas).
Kartu jamkesmas tetap berlaku untuk pelayanan kesehatan
sepanjang BPJS kesehatan belum menerbitkan kartu jkn.
b. Pendaftaran ulang dan perubahan kepesertaan
Kepesertaan program jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK)
Jamsostek berpindah dengan sendirinya menjadi kepesertaan JKN
disertai persyaratan wajib daftar ulang kepada BPJS kesehatan.
Kartu JPK Jamsostek tetap berlaku untuk pelayanan kesehatan
sepanjang peserta membayar iuran dan BPJS kesehatan belum
menerbitkan kartu JKN. Perusahaan mendaftarkan ulang pekerja dan
perusahaannya kepada BPJS kesehatan dengan mengisi formulir
pendaftaran perusahaan dan formulir data pekerja, serta membayar
iuran.
c. Pendaftaran peserta baru
Perusahaan atau penduduk yang belum mengikuti program jaminan
kesehatan, diwajibkan untuk segera mendaftar ke kantor BPJS
kesehatan terdekat dengan melengkapi administrasi pendaftaran.
Dokumen pendukung untuk pendaftaran perusahaan dan pekerjanya:
 Mengisi formulir pendaftaran
 Mengisi data calon peserta
 NPWP perusahaan
 Surat izin usaha perdagangan perusahaan
 Foto kopi KTP pekerja
 Foto kopi kartu keluarga pekerja
 Pas foto 3x4 berwarna 2 lembar (masing-masing peserta)
Dokumen pendukung untuk pendaftaran perorangan, adalah:
 Mengisi formulir pendaftaran
 Foto kopi ktp

13
 Foto kopi kartu keluarga
 Pas foto 3x4 berwarna 2 lembar (masing-masing peserta)

2.8 Masa Berlaku Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional


a. Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional berlaku selama yang
bersangkutan membayar iuran sesuai dengan kelompok peserta.
b. Status kepesertaan akan hilang bila peserta tidak membayar iuran atau
meninggal dunia.

2.9 Pembiayaan Jaminan Kesehatan Nasional


1. Iuran
Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara
teratur oleh peserta, pemberi kerja, dan/atau pemerintah untuk program
Jaminan Kesehatan (Perpres No. 12 tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan).
2. Pembayar Iuran
a. Bagi Peserta PBI, iuran dibayar oleh Pemerintah.
b. Bagi peserta PBI yang didaftarkan Pemerintah Daerah, iuran dibayar
Pemerintah Daerah.
c. Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah, Iurannya dibayar oleh pemberi
kerja dan pekerja.
d. Bagi peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja
iuran dibayar oleh peserta yang bersangkutan.
e. Bagi anggota keluarga peserta, iuran dibayar oleh peserta
f. Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui
Peraturan Presiden dan ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan
perkembangan sosial, ekonomi, dan kebutuhan dasar hidup yang
layak (Perpres No. 111 tahun 2013).
3. Pembayaran Iuran
Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan
berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu
jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan PBI). Setiap Pemberi

14
Kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran peserta
yang menjadi tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran tersebut setiap
bulan kepada BPJS Kesehatan secara berkala (paling lambat tanggal 10
setiap bulan). Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka
iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran
iuran JKN dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua persen)
perbulan dari total iuran yang tertunggak dan dibayar oleh Pemberi Kerja.
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja
wajib membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling
lambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan kepada BPJS Kesehatan.
Pembayaran iuran JKN dapat dilakukan diawal.
BPJS Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran JKN
sesuai dengan Gaji atau Upah Peserta. Dalam hal terjadi kelebihan atau
kekurangan pembayaran iuran, BPJS Kesehatan memberitahukan secara
tertulis kepada Pemberi Kerja dan/atau Peserta paling lambat 14 (empat
belas) hari kerja sejak diterimanya iuran. Kelebihan atau kekurangan
pembayaran iuran diperhitungkan dengan pembayaran iuran berikutnya
(Perpres No. 111 tahun 2013).

2.10 Besaran Iuran Jaminan Kesehatan Nasional


1. Iuran Peserta PBI
Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta PBI Jaminan Kesehatan serta
penduduk yang didaftarkan oleh Pemerintah Daerah sebesar Rp 19.225,00
(sembilan belas ribu dua ratus dua puluh lima rupiah) per orang per bulan.
2. Iuran Peserta Bukan PBI
a. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang
terdiri atas Pegawai Negeri Sipil, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat
Negara, dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri sebesar 5%
(lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan.
b. Iuran sebagaimana dimaksud pada poin 1 (satu) dibayar dengan
ketentuan sebagai berikut:
 3% (tiga persen) dibayar oleh Pemberi Kerja; dan

15
 2% (dua persen) dibayar oleh Peserta.
3. Kewajiban Pemberi Kerja dalam membayar iuran sebagaimana dimaksud di
atas, dilaksanakan oleh:
a. Pemerintah untuk Iuran Jaminan Kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil
Pusat, Anggota TNI, Anggota Polri, Pejabat Negara, dan Pegawai
Pemerintah Non Pegawai Negeri Pusat
b. Pemerintah Daerah untuk Iuran Jaminan Kesehatan bagi Pegawai
Negeri Sipil Daerah dan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri
Daerah.
4. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Penerima Upah selain Peserta
sebagaimana dimaksud di atas yang dibayarkan mulai tanggal 1 Januari
2014 sampai dengan 30 Juni 2015 sebesar 4,5% (empat koma lima persen)
dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan:
a. 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja
b. 0,5% (nol koma lima persen) dibayar oleh Peserta.
5. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta sebagaimana dimaksud di atas yang
dibayarkan mulai tanggal 1 Juli 2015 sebesar 5% (lima persen) dari Gaji
atau Upah per bulan dengan ketentuan:
a. 4% (empat persen) dibayar oleh Pemberi Kerja
b. 1% (satu persen) dibayar oleh Peserta.
6. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan
Peserta bukan Pekerja serta keluarga peserta.
a. Sebesar Rp 25.500 (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per orang per
bulan dengan Manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas III.
b. Sebesar Rp 42.500 (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) per orang
per bulan dengan Manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas II.
c. Sebesar Rp 59.500 (lima puluh sembilan ribulima ratus rupiah) per
orang per bulan dengan Manfaat pelayanan di ruang perawatan Kelas I.
7. Iuran Jaminan Kesehatan bagi penerima pensiun ditetapkan sebsar 5% (lima
persen) dari besaran pensiun pokok dan tunjangan keluarga yang diterima
perbulan dengan ketentuan:
a. 3% (tiga persen) dibayar oleh Pemerintah

16
b. 2% (dua persen) dibayar oleh penerima pensiun
8. Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis Kemerdekaan, dan janda,
duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis Kemerdekaan,
iurannya ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari 45% (empat puluh lima
persen) gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a dengan masa
kerja 14 (empat belas) tahun per bulan, dibayar oleh Pemerintah.
9. Besaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi anggota keluarga PesertaPenerima
Upah ditetapkan sebesar 1% (satu persen) dari Gaji atau Upah Peserta
Pekerja Penerima Upah per orang per bulan (Perpres No. 111 tahun 2013).

2.11 Cara Pembayaran Jaminan Kesehatan Nasional


Fasilitas kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas kesehatan tingkat pertama dengan
Kapitasi. Untuk Fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan, BPJS Kesehatan
membayar dengan sistem paket Indonesia Case Base Groups (INA-
CBGs).Kondisi geografis Indonesia menyebabkan tidak semua fasilitas
kesehatan dapat dijangkau dengan mudah. Maka, jika di suatu daerah tidak
memungkinkan pembayaran berdasarkan Kapitasi, BPJS Kesehatan diberi
wewenang untuk melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang lebih
berhasil guna.
Semua fasilitas kesehatan meskipun tidak menjalin kerja sama dengan
BPJS Kesehatan wajib melayani pasien dalam keadaan gawat darurat, setelah
keadaan gawat daruratnya teratasi dan pasien dapat dipindahkan, maka
fasilitas kesehatan tersebut wajib merujuk ke fasilitas kesehatan yang
bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan akan membayar kepada fasilitas kesehatan yang tidak
menjalin kerjasama setelah memberikan pelayanan gawat darurat setara
dengan tarif yang berlaku di wilayah tersebut (Kemenkes-RI, 2014).

17
2.12 Pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional
a. Jenis Pelayanan
Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta JKN, yaitu
berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan
ambulans (manfaat non medis). Ambulans hanya diberikan untuk pasien
rujukan dari fasilitas kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan
oleh BPJS Kesehatan. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan
promotif, preventif, luratif dan rehabilitatif termasuk pelayan obat dan
bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan
(Peraturan BPJS No. 1 tahun 2014).
b. Prosedur Pelayanan
Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus
memperoleh pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat
pertama. Bila Peserta memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan,
maka hal itu harus dilakukan melalui rujukan oleh fasilitas kesehatan
tingkat pertama, kecuali dalam keadaan kegawatdaruratan medis.

18
.BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Jaminan Kesehatan Nasional merupakan suatu program yang
diselenggarakan oleh pemerintah dengan tujuan memberikan kepastian jaminan
kesehatan yang menyeluruh bagi setiap rakyat Indonesia agar penduduk
Indonesia dapat hidup sehat, produktif dan sejartera. Prinsip-prinsip yang
digunakan pada pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional ini diantaranya, yaitu
prinsip asuransi sosial yang isinya kegotongroyongan antara peserta kaya dan
miskin, kepesertaan bersifat wajib dan tidak selektif, iuran berdasarkan
presentase upah/penghasilan, dikelola dengan prinsip nirlaba, kemudian prinsip
yang kedua yaitu prinsip ekuatis yang artinya kesamaan dalam memperoleh
pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis yang tidak terkait dengan besaran
iuran yang telah dibayarkan.
Adapun penerima manfaat Jaminan Kesehatan Nasional ini, yaitu keluarga
pekerja penerima upah, pekerja bukan penerima upah dan penerima bantuan
iuran JKN, penjaminan terhadap bayi baru lahir. Peserta dari Jaminan Kesehatan
Nasional ini diantaranya, yaitu Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
Nasional (PBI-JKN) atau fakir miskin dan orang tidak mampu, Bukan PBI-JKN
diantaranya yaitu pekerja penerima upah dan anggota keluarganya seperti
anggota TNI dan pejabat negara, pekerja bukan penerima upah dan anggota
keluarganya seperti pekerja di luar hubungan kerja atau pekerja mandiri, bukan
pekerja dan anggota keluarganya seperti investor dan pemberi kerja.
Prosedur untuk pendaftaran Jaminan Kesehatan Nasional terdiri dari
beberapa tahapan, diantaranya pendaftaran otomatis (dengan sendirinya menjadi
peserta), yaitu Kepesertaan program jaminan kesehatan/pelayanan kesehatan
berpindah dengan sendirinya tanpa perlu mendaftar ulang ke BPJS kesehatan,
tahap yang kedua adalah Pendaftaran ulang dan perubahan kepesertaan, yaitu
Kepesertaan program jaminan pemeliharaan kesehatan (JPK) Jamsostek
berpindah dengan sendirinya menjadi kepesertaan JKN disertai persyaratan
wajib daftar ulang kepada BPJS kesehatan dan tahap yang terakhir yaitu

19
Pendaftaran peserta baru.Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional berlaku
selama yang bersangkutan membayar iuran sesuai dengan kelompok peserta dan
status kepesertaan akan hilang bila peserta tidak membayar iuran atau meninggal
dunia.

3.2 Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini dapat
menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok bahasan
makalah ini bagi para pembacanya dan khususnya bagi mahasiswa yang telah
menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua.

20

Anda mungkin juga menyukai