Anda di halaman 1dari 27

KEPERAWATAN POST OPERATIF

OLEH :
TINGKAT 3.2
KELOMPOK 7

I DEWA GEDE FATHU RAMA P07120016041


I MADE AMBARA PUTRA P07120016043
NI KETUT DINI WULANDARI P07120016053
I KETUT SUWIYANTO P07120016066
PUTU MILA RAHARDIPTHASARI P07120016071

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2018

i
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas asung kerta wara nugraha-Nyalah penulisan
MakalahKeperawatan Post Operatifini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.Makalah ini berisikan penjelasan tentang keperawatan post operatif
berhubungan dengan tugas yang telah diberikan pada mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II (KMB II).
Makalah ini disusun bukan semata-mata karena petunjuk untuk
mendapatkan nilai, namun dilatarbelakangi pula untuk memperluas wawasan
khususnya tentang keperawatan post operatif yang sangat penting untuk
mahasiswa khususnya juga sebagai calon perawat. Untuk itu penulis berusaha
menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah ini tentunya masih jauh
dari kesempurnaan, sehingga sangat diharapkan kritik dan saran yang objektif
yang bersifat membangun guna tercapainya kesempurnaan yang diinginkan.
Penulis sepenuhnya menyadari tanpa bantuan dan kerjasama dari pihak
yang terkait, MakalahKeperawatan Post Operatifini tidak akan sesuai dengan
harapan. Untuk itu pada kesempatan yang baik ini tidak lupa disampaikan terima
kasih dan penghargaan kepada Bapak I Wayan Surasta, S.Kp., M.Fis selaku
dosen mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II (KMB II) yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan tuntunan dalam pembuatan
makalah ini.

Om Santhi, Santhi, Santhi Om

Denpasar, Oktober 2018

Penulis
Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 1
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Perawatan Post Operatif ....................................................................... 3
2.2 Tindakan Keperawatan Post Operatif .................................................. 5
2.3 Evaluasi Asuhan Keperawatan Perioperatif ......................................... 16

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan .............................................................................................. 23
3.2 Saran ..................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari keperawatan
perioperatif. Selama periode ini proses keperawatan diarahkan pada
menstabilkan kondisi klien pada keadaan equlibrium fisiologis klien,
menghilangkan nyeridan pencegahan komplikasi. Pengkajian yang cermat
dan intervensi segera membantu klien kembali pada fungsi optimalnya
dengan cepat, aman dan nyaman.
Upaya yang dapat dilakukan diarahkan untuk mengantisipasi dan
mencegah masalah yang mungkin muncul. Pengkajian dan penanganan yang
cepat dan akurat sangat dibutuhkan untuk mencegah komplikasi yang
memperlama perawatan di rumah sakit atau membahayakan diri
klien.Memperhatikan hal ini, asuhan keperawatan post operatif sama
pentingnyadengan prosedur pembedahan itu sendiri.

1.2Rumusan masalah
1)Apakah yang dimaksud dengan keperawatan post operatif ?
2)Apa sajakah tindakan keperawatan post operatif ?

1.3Tujuan penulisan
1) Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan keperawatan post
operatif.
2) Untuk mengetahui tindakan yang terdapat pada keperawatan post
operatif.

1
1.4Manfaat penulisan
1) Bagi penulis, tulisan ini dapat dijadikan sebagai pedoman awal serta
menambah wawasan penulis mengenai konsep tindakan keperawatan
post operatif.
2) Bagi pembaca, tulisan ini dapat memberikan informasi kepada semua
pembaca mengenai konsep tindakan keperawatan post operatif
khususnya untuk tindakan keperawatan post operatif yang dapat
dijadikan sebagai bahan acuan untuk memperdalam materi
pengetahuan yang berkaitan tentang konsep tindakan keperawatan post
operatif.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perawatan Post Operatif


Dimulai dari pemindahan klien dari ruangan bedah ke unit pasca-operasi
hingga berakhir saat klien pulang adalah tahap pasca operasi, dimana dalam
tahap ini pemulihan fungsi klien seoptimal mungkin dan secepat mungkin
adalah hal yang harus dilakukan oleh perawat( Baradero et al,2008) sejalan
dengan pendapat dari Wibowo (2011) yang menyatakan perawatan pasca
operasi adalah masa setelah selesai dilakukan pembedahan dan dipindahkan
ke ruang pemulihan sampai evaluasi selanjutnya. Terdapat beberapa tahapan
keperawatan pascaoperasi menurut Maid et al (2011) yakni:

2.1.1 Memindahkan klien dari kamar operasi ke ruang pemulihan


(Recovery Room)
Terdapat banyak hal yang menjadikan pertimbangan dalam pemindahan
klien dari ruang operasi ke unit perawatan pasca operasi atau disebut sebagai
ruangan pemulihan atau recovery room (PARR) beberapa diantaranya adalah
letak insisi dimana banyak luka yang ditutup dengan tegangan yang cukup
tinggi dan setiap upaya dilakukan untuk mencegah regangan sutura lebih
lanjut, perubahan vascular, dan pemajanan, jadi dalam memindahkan klien
harus dilakukan secara perlahan dan secara cermat. Selama perjalanan
transportasi tersebut klien diselimuti dan diberikan pengikatan diatas lutut dan
siku serta side-rail harus dipasang untuk mencegah terjadi resiko injuri, untuk
mempertahankan keamanan dan kenyamanan klien. Selang dan peralatan
drainase harus ditangani dengan cermat agar dapat berfungsi dengan optimal.
Proses transportasi ini merupakan tanggung jawab perawat sirkuler dan
perawat anastesia dengan koordinasi dari dokter anastesi yang bertanggung
jawab.

3
2.1.2 Perawatan Pasca Operasi di Ruang Pemulihan
Setelah memasuki ruang pemulihan klien dirawat sementara di ruangan
tersebut hingga kondisi klien stabil dan memenuhi syarat dipindahkan ke ruang
perawatan yakni: tekanan darah stabil, fungsi penapasan adekuat dengan saturasi
oksigen minimal 95%, tingkat kesadaran baik, warna kulit normal, bergerak
secara spontan maupun sesuai perintah, tak jarang didalam ruang pemulihan ini
klien mengalami komplikasi dari operasi yang dilakukan, maka dari itu ada
beberapa alat monitoring yang disediakan untuk memberikan penilaian terhadap
kondisi klien diantaranya, alat bantu pernafasan, alat untuk memantau status
hemodinamika, seperti apparatus tekanan darah, peralatan parenteral, plasma
ekspander, set intravena, set pembuka jahitan, defibrilator, kateter vena,
torniquet. Bahan-bahan balutan bedah, narkotika dan medikasi
kegawatdaruratan, set kateterisasi dan peralatan drainase.Beberapa petunjuk
tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis antara lain: TD:
tekanan sistolik < 90–100 mmHg atau > 150 - 160 mmHg, diastolik < 50 mmHg
atau > dari 90 mmHg; heart rate (HR) : < 60 x /menit atau > 10 x/menit; suhu:
suhu > 38,3 oC atau kurang < 35 oC; meningkatnya kegelisahan klien dan klien
tidak BAK lebih dari 8 jam pasca-operasi (Gruendemann & Billie, 2005).Dalam
ruangan pemulihan suhu ruangan harus berkisar antara 20 sampai dengan 22,2 ̊
C dan harus memiliki ventilasi yang baik.

2.1.3 Transportasi Klien ke Ruang Perawatan (Bangsal)


Transportasi klien bertujuan untuk mentransfer klien menuju ruang rawat
dengan mempertahankan kondisi tetap stabil namun tetap waspadai terjadinya
henti nafas, vomitus, dan aspirasi selama transportasi.

2.1.4 Perawatan di Ruang Perawatan (Bangsal)


Ketika klien sudah mencapai bangsal, maka hal yang harus perawatlakukan, yaitu
(Majid et al, 2011):
1. Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum klien, drainage, tube/selang,
dan komplikasi.
2. Manajemen luka

4
Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak
mengalami perdarahan abnormal.
3. Mobilisasi dini
Mobilisasi dini yang dapat dilakukan meliputi ROM (range of motion), nafas
dalam dan juga batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali
fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan sekret dan lendir.
4. Rehabilitasi
Rehabilitasi diperlukan oleh klien untuk memulihkan kondisi klien kembali.
Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan
untuk memaksimalkan kondisi klien seperti sedia kala.
5. Discharge planning
Merencanakan kepulangan klien dan memberikan informasi kepada klien
dan keluarganya tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan
sehubungan dengan kondisi atau penyakitnya pasca-operasi.

2.2 Tindakan Keperawatan Pasca Operasi


2.2.1 Menyiapkan TT Aether Bed
Tempat tidur pascaoperasi (aether bed) merupakan tempat tidur yang
disiapkan untuk klien pascaoperasi yang mendapat norkase (obat bius). Hal ini
bertujuan untuk mempermudah mengangkat klien dan mencegah komplikasi
pasca operasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan TT Aether
Bed adalah Alat tenun harus selalu bersih, buli-buli panas jangan sampai bocor
(periksa dulu sebelum dipakai) dan tutupnya jangan sampai lepas atau kurang
kencang.Hal yang perlu disiapkan adalah :
1. Tambahan satu selimut tebal pada alat tenun untuk tempat tidur
terbuka.
2. Dua buah buli-buli panas atau warm water zack (WWZ) dengan
suhu air 40-43°C.
3. Perlak dan handuk dalam satu gulungan, dengan handuk di bagian
dalam.
4. Termometer air (jika ada).

5
Prosedur pelaksanaan:
1. Cuci tangan.
2. Pada tempat tidur terbuka, angkat bantal dan bentangkan
gulungan perlak seta handuk pada bagian kepala.
3. Pasang selimut tambahan hingga menutup seluruh permukaan
tempat tidur.
4. Letakkan buli-buli panas di atas seprei dan selimut bagian kaki,
arahkan mulut buli-buli ke pinggir tempat tidur.
5. Angkat buli-buli panas sebelum klien dibaringkan setelah kembali
dari kamar bedah.
6. Lipat pinggir selimut tambahan bersama-sama selimut dari atas
tempat tidur pada salah satu sisi tempat masuknya klien sampai
batas pinggir kasur, lalu lipat sampai sisi yang lain.
7. Cuci tangan
2.2.2 Anamnesa dan Observasi Sirkulasi
Salah satu tindakan keperawatan yang wajib dilakukan pada klien pasca
operasi untuk mencegah komplikasi dan sebagai parameter untuk perawatan
selanjutnya dengan mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital meliputi
suhu, denyut nadi, pernapasan dan tekanan darah.
A. Pengukuransuhu
Nilai hasil pengukuran suhu merupakan indikator untuk menilai
indikator pembentukan dan pengelauaran panas. Kondisi ini dapat
dilihat pada peningkatan metabolisme dan kontraksi otot.
Pengukuran suhu dapat dilakukan secara oral, rektal dan aksila
dengan tujuan untuk mengetahui rentang suhu tubuh.
Alat dan bahan
1. Termometer
2. Tiga buah botol
- Botol pertama berisi larutan sabun
- Botol kedua berisi larutan desinfektan
- Botol ketiga berisi air bersih
3. Bengkok

6
4. Kertas/ Tisu
5. Buku catatan suhu
6. Handscoon (sarung tangan)
Prosedur kerja
Pengukuran suhu aksila
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Gunakan sarung tangan
4. Atur posisi klien
5. Tentukan letak aksila dan bersihkan daerah aksila dengan
menggunakan tisu.
6. Turunkan termometer raksa dibawah suhu 34° -35°C
7. Letakkan termometer pada daerah aksila dan lengan klien fleksi
di atas dada
8. setelah 3 – 10 menit termometer di angkat dan dibaca hasilnya
9. Catat hasil
10. Bersihkan thermometer dengan kertas tissue
11. Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih dan
keringkan
12. Cuci tangan setelah prosedur di lakukan

B. Pemeriksaan pernapasan
Nilai Pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui fungsi sistem pernapasan yang terdiri dari
mempertahankan pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam paru
dan pengaturan keseimbangan asam basa dengan tujuan untuk
mengetahui frekuensi, irama,kedalaman pernapasan, dan menilai
kemampuan fungsi pernapasan. Biasanya prosedur pemeriksaan
pernapasan dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan tanda vital
lainnya.

7
Alat dan bahan :
1. Arloji ( jam ) atau stop-watch
2. Buku catatan
3. Pena
Prosedur kerja
1. Jelaskan prosedur kerja pada klien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi klien senyaman mungkin (tidur maupun duduk)
4. Hitung frekuensi dan irama pernapasan
5. Catat hasil
6. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

C. Pemeriksaan tekanan darah


Nilai tekanan darah merupakan indikator untuk menilai sistem
kardiovaskular bersamaan dengan pemeriksaan nadi. Pemeriksaan
tekanan darah dapat diukur dengan dua metode, yaitu metode
langsung dan tidak langsung. Metode langsung, yaitu metode yang
menggunakan kanula atau jarum yang dimasukkan ke dalam
pembuluh darah yang dihubungkan dengan manometer. Metode ini
merupakan cara yang paling tepat untuk menetukan tekanan darah,
tetapi memerlukan persyaratan dan keahlian khusus. Metode tak
langsung, yaitu metode yang menggunakan spigmomanometer.
Pengukuran tak langsung ini menggunakan 2 cara , yaitu palpasi dan
auskultasi.
Alat dan bahan
1. Spigmomanometer (tensimeter) yang terdiri dari :
- Manometer air raksa + klep penutup dan pembuka
- Manset udara
- Selang karet
- Pompa udara dari karet sekrup pembuka dan penutup
2. Stetoskop
3. Buku catatan tanda vital

8
4. Pena
Prosedur kerja
Cara palpasi
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi klien
4. Letakkan lengan yang hendak di ukur pada posisi terlentang
5. Lengan baju di buka
6. Pasang manset pada lengan kanan / kiri atas sekitar 3cm di atas
fossa cubiti ( jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar )
7. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra / sinistra
8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis
tidak meraba
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20mmHg lebih tinggi
dari titik radialis tidak teraba
10. Letakkan diafragma stetoskop diatas nadi brakhialis dan
kompreskan balon udara manset secara perlahan dan
berkesinambungan dengan memutar skrup pada pompa udara
berlawanan arah jarum jam
11. Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba
kembali. Nilai ini menunjukkan tekanan sistolik secara palpasi
12. Catat hasil
13. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

Cara auskultasi
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi klien
4. Letakkan lengan yang hendak di ukur dalam posisi terlentang
5. Buka lengan baju
6. Pasang manset pada lengan kanan / kiri atas sekitar 3cm di atas
fossa cubiti ( jangan terlalu ketat maupun terlalu longgar )

9
7. Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra / sinistra
8. Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis
tidak teraba
9. Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg dari titik
radialis tidak teraba
10. Letakkan diafragma stetoskop di atas arteri brakhialis dan
dengarkan
11. Kempeskan balon udara manset secara perlahan dan
berkesinambungan dengan memutar skrup pada pompa udara
berlawanan arah jarum jam
12. Catat tinggi air raksa manometer saat pertamadan terakhir kali
terdengar kembali denyut
13. Catat tinggi air raksa pada manometer
14. Catat hasilnya pada catatan klien
15. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

2.2.3 Mengobservasi Perdarahan


Mengobservasi perdarahan adalah salah satu tindakan keperawatan yang tidak
boleh dilewati pada klien pasca operasi. Tindakan ini dilakukan untuk
mencegah syok. Mengobservasi pendarahan dengan memastikan ada atau
tidaknya tanda-tanda perdarahan tersebut.
Alat dan bahan:
1. Spigmomanometer
2. Stetoskop
3. Kassa steril
Prosedur pelaksanaan :
1. Menjaga privacy klien
2. Inspeksi daerah luka atau daerah yang dilakukan pembedahan.
3. Kaji luas dan dalamnya pembedahan.
4. Berikan klien posisi terlentang dengan posisi tungkai kaki
membentuk sudut 20 derajat dari tempat tidur sementara lutut
harus di jaga tetap lurus.

10
5. Periksa tekanan darah klien secara berkala untuk mengantisipasi
(tergantung kondisi klien, klien yang tidak sadar diperiksa setiap
30menit, sedangkan klien sadar setiap 60 menit)
6. Jika perdarahan terjadi, kassa steril dan balutan yang kuat
dipasangkan dan tempat perdarahan ditinggikan pada posisi
ketinggian jantung.
7. Pergantian cairan koloid disesuaikan dengan kondisi klien dan
instruksi dokter.
8. Perawat melakukan kebersihan tangan sesuai prosedur
9. Perawat melakukan dokumentasi pelaksanaan tindakan di dalam
catatan terintegrasi

2.2.4 Pemeriksaan Kesadaran


Gangguan kesadaran merupakan gangguan fungsi otak yang berjenjang dari
suatu keadaan alert sampai suatu keadaan yang tidak ada respon neurologis
(coma). Untuk mengobjektifkan data tentang kesadaran dimulai dengan
memeriksa mata, motorik, dan verbal menurut glasgow coma scale (GCS).
Pemeriksaan kesadaran bertujuan untuk mendapatkan data objektif tentang
kesadaran dan menegakan diagnosa.
Alat dan bahan :
1. Blanko / form observasi GCS.
Prosedur pelaksanaan :
1. Mengatur posisi klien : supinasi
2. Menempatkan diri disebelah kanan klien, bila mungkin
3. Memeriksa reflek membuka mata dengan benar
4. Memeriksa reflek verbal dengan benar
5. Memeriksa reflek motorik dengan benar
6. Menilai hasil pemeriksaan

11
Mata Membuka Spontan 4
Perintah 3
Nyeri 2
Tidak ada respon 1
Respon motorik Terhadap perintah Menurut 6
terbaik Terhadap nyeri Melokalisasi 5
Fleksi menarik 4
Fleksi abnormal 3
Ekstensi 2
Tidak merespon 1
Respon verbal terbaik Orientasi dan berbicara 5
Disorientasi dan berbicara 4
Kata kata tidak sesuai 3
Suara tidak bermakna 2
Tidak ada respon 1
Jumlah 3-15

2.2.5 Mengobservasi Bising Usus


Mengobservasi bising usus adalah salah satu tindakan keperawatan yang
harus dilakukan oleh perawat pada klien pasca operasi terutama klien yg
mengalami insisi pada bagian perut dengan tujuan untuk mengetahui adanya
obstruksi atau hipoperistaltik.
Alat dan bahan:
1.Arloji
2.Stetoskop
3.Buku catatan
Prosedur pelaksanaan:
1. Menjaga privasi klien
2. Atur posisi klien terlentang
3. Membuka baju klien secara perlahan pada daerah perut
4. Letakkan sisi diafragma stetoskop di atas kuadran kanan bawah
pada area sekum. Berikan tekanan yang sangat ringan. Minta klien

12
agar tidak berbicara. Mungkin diperlukan 5 menit secara terus
menerus untuk mendengar sebelum pemeriksaan menentukkan
tidak adanya bising usus.
5. Dengarkan bising usus dan perhatikan frekuensi dan karakternya.
6. Jika bising usus tidak mudah terdengar, lanjutkan pemeriksaan
sistematis, dengarkan setiap kuadran abdomen.
7. Catat bising usus apakah terdengar normal, tidak ada, hiperaktif
atau hipoaktif.

2.2.6 Membimbing Nafas Dalam


Latihan nafas dalam adalah suatu cara yang dilakukan melatih pernafasan
untuk menggunakan otot-otot pernafasan dengan baik. Merupakan metode
efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada klien yang mengalami nyeri kronis
maupun nyeri akut. Rileks sempurna yang dapat mengurangi ketegangan otot,
rasa jenuh, kecemasan sehingga mencegah menghebatnya stimulasi nyeri.
Ada tiga hal yang utama dalam teknik relaksasi :
1. Posisikan klien dengan tepat
2. Pikiran beristirahat
3. Lingkungan yang tenang
Prosedur pelaksanaan
1. Atur posisi klien agar rileks tanpa beban fisik
2. Instruksikan klien untuk tarik nafas dalam sehingga rongga paru berisi
udara
3. Intruksikan klien secara perlahan dan menghembuskan udara
membiarkannya keluar dari setiap bagian anggota tubuh, pada waktu
bersamaan minta klien untuk memusatkan perhatian betapa nikmatnya
rasanya
4. Instruksikan klien untuk bernafas dengan irama normal beberapa saat
(1-2 menit)
5. Instruksikan klien untuk bernafas dalam, kemudian menghembuskan
secara perlahan dan merasakan saat ini udara mengalir dari tangan,

13
kaki, menuju keparu-paru kemudian udara dan rasakan udara mengalir
keseluruh tubuh
6. Minta klien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan tangan, udara
yang mengalir dan merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan dan
kai dan rasakan kehangatannya
7. Instruksikan klien untuk mengulangi teknik-teknik ini apabila rasa
nyeri kembali lagi
8. Setelah klien merasakan ketenangan, minta klien untuk melakukan
secara mandiri

2.2.7 Membimbing Batuk Efektif


Latihan mengeluarkan sekret yang terakumulasi dan mengganggu di saluran
nafas dengan cara dibatukkan dengan tujuan membebaskan jalan nafas dari
akumulasi sekret, mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik
laboratorium, mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret.
Alat dan bahan:
1. Kertas tissue
2. Bengkok
3. Perlak/alas
4. Sputum pot berisi desinfektan
5. Air minum hangat
Prosedur pelaksanaan :
1. Menjaga privacy klien
2. Mempersiapkan klien
3. Meminta klien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di
abdomen
4. Melatih klien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam melalui
hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
5. Meminta klien merasakan mengembangnya abdomen (cegah
lengkung pada punggung)
6. Meminta klien menahan nafas hingga 3 hitungan

14
7. Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat
mulut, bibir seperti meniup)
8. Meminta klien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi
dari otot
9. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan klien bila duduk
atau di dekat mulut bila tidur miring)
10. Meminta klien untuk melakukan nafas dalam 2 kali , yang ke-3:
inspirasi, tahan nafas dan batukkan dengan kuat
11. Menampung lendir dalam sputum pot
12. Merapikan klien

2.2.8 Melatih Ambulasi


Membantuklien untuk berjalan atau turun dari tempat tidur agar menggerak-
gerakkan anggota tubuh sejak dini. Melatih ambulasi akan membantu
mempercepat pemulihan klien.
Alat dan bahan:
1. Alas kaki klien
2. Alat bantu jalan (kruk, kursi roda, walker, dll)
3. Sarung tangan (kalau diperlukan)
Prosedur pelaksanaan:
1. Perawat memperkenalkan diri kepada klien dan keluarga serta
menjelaskan mengenai prosedur yang akan dilakukan
2. Perawat meminta persetujuan tindakan secara lisan kepada
klien/keluarganya
3. Perawat menjaga privacy klien dengan cara memasang tirai
(sampiran)
4. Perawat membantu klien untuk menggeser kaki ke samping tempat
tidur
5. Perawat meminta klien untuk duduk disamping tempat tidur dan
meminta klien untuk menggerakkan kakinya
6. Perawat membantu klien untuk menggunakan alas kaki

15
7. Perawat membantu klien turun dari tempat tidur/berdiri dengan
kedua tangan klien memegang pundak kiri dan kanan perawat
kemudian berdiri untuk keseimbangan
8. Perawat memegang klien dari samping tempat tidur menuju kursi
dengan cara : perawat dan klien berjalan berdampingan (tangan klien
merangkul pundak perawat dan tangan perawat memegang pinggang
klien)
9. Perawat mendudukkan klien di atas kursi
10. Perawat melihat respon klien apabila ditemukan kelelahan klien
dianjurkan istirahat sebentar sebelum dilanjutkan untuk kembali ke
tempat tidur
11. Perawat merapikan alat yang telah diberikan dan membuang sampah
sesuai dengan prosedur
12. Perawat menjelaskan kepada klien/keluarga bahwa tindakan selesai
dilakukan
13. Perawat melepas APD sesuai dengan prosedur
14. Perawat melakukan kebersihan tangan sesuai prosedur
15. Perawat melakukan dokumentasi pelaksanaan tindakan di dalam
catatan terintegrasi.

2.3 Evaluasi Asuhan Keperawatan Perioperatif


A. PRABEDAH
1) Pengkajian Keperawatan
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam tahap prabedah adalah pengetahuan
tentang persiapan pembedahan dan pengalaman masa lalu, kesiapan
psikologis, pengobatan yang memengaruhi kerja obat dan anestesi, seperti anti
biotika yang berpontensi dalam istirahat otot, antikoagulan yang dapat
meningkatkan perdarahan, antihipertensi yang mempengaruhi anestesi yang
dapat menyebabkan hipotensi, diuretika yang berpengaruh pada ketidak
seimbanganpotasium, dan lain-lain. Selain itu terdapat juga pengkajian
terhadap riwayat alergi obat atau lainnya, status nutrisi, ada atau tidaknya alat
protesa seperti gigi palsu dan sebagainya.

16
Pemeriksaan lainnya yang dianjurkan sebelum pelaksanaan bedah adalah
radiografi thoraks, kapasitas vital, fungsi paru, dan analisis gas darah pada
pemautan sistem respirasi, kemudian pemeriksaan elektroradiogram, darah,
leukosit, eritrosit, hematokrit, elektrolit, pemeriksaan air kencing, albumin,
blood urea nitrogen (BUN), kreatin, dan lain-lain untuk menentukan gangguan
sistem renal dan pemeriksaan kadar gula darah atau lainnya untuk mendeteksi
gangguan metabolisme.

2) Diagnosa Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan prabedah adalah :
- Cemas berhubungan dengan ancaman terhadap kematian.
- Takut berhubungan dengan dampak dari tindakan pembedahan atau
anestesi.
- Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan kurangnya pengetahuan atau
menurunnya nutrisi.
- Risiko terjadinya cedera berhubungan dengan defisit pengindraan.

3) Perencanaan Keperawatan
Tujuan :
- Memperlihatkan tanda-tanda tidak ada kecemasan.
- Memperhatikan tanda-tanda tidak ada ketakutan.
- Risiko infeksi dan cedera tidak terjadi.
Rencana Tindakan :
a. Untuk mengatasi adanya rasa cemas dan takut, dapat dilakukan persiapan
psikologis pada klien melalui pendidikan kesehatan penjelasan tentang
peristiwa yang mungkin akan terjadi, dan seterusnya.
b. Untuk mengatasi masalah risiko infeksi atau cidera lainnya dapat
dilakukan dengan persiapan prabedah seperti diet, persiapan perut, kulit,
persiapan bernafas dan latihan batuk, persiapan latihan kaki, latihan
mobilitas, dan latihan lain-lain.

17
4) Pelaksanaan (Tindakan) Keperawatan
a. Pemberian Pendidikan Kesehatan Prabedah
Pemberian pendidikan kesehatan yang perlu dijelaskan adalah berbagai
informasi mengenai tindakan pembedahan, diantaranya jenis pemeriksaan
yang dilakukan sebelum bedah, alat-alat khusus yang diperlukan, pengiriman
kekamar bedah, ruang pemulihan, dan kemungkinan pengobatan setelah
operasi.
a) Persiapan Diet
Klien yang akan dibedah memerlukan persiapan khusus dalam hal
pengaturan diet. Klien boleh menerima makanan biasa sehari sebelum
bedah, tetapi 8 jam sebelum bedah tidak diperbolehkan makan,
sedangkan cairan tidak diperbolehkan 4 jam sebelum bedah, sebab
makanan atau cairan dalam lambung dapat menyebabkan terjadinya
aspirasi.
b) Persiapan Kulit
Persiapan ini dilakukan dengan cara membebaskan daerah yang akan
dibedah dari mikroorganisme dengan cara menyiram kulit
menggunakan sabun heksaklorofin (hexacholophene) atau sejenisnya
sesuai dengan jenis pembedahan. Bila pada kulit terdapat rambut,
maka harus dicukur.
c) Latihan Bernafas dan Latihan Batuk
Cara latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
pengembangan paru sedangkan batuk dapat menjadi kontraindikasi
pada bedah intrakranial, mata, telinga, hidung, dan tenggorokan karena
dapat meningkatkan tekanan, merusak jaringan, dan melepaskan
jahitan. Pernafasan yang dianjurkan adalah pernafasan diagfragma,
dengan cara seperti dibawah ini :
- Atur posisi tidur semi fowler, lutut dilipat untuk thorak.
- Tempatkan tangan di atas perut.
- Tarik napas perlahan-lahan melalui hidung, biarkan dada
mengembang.
- Tahan napas selama 3 detik.

18
- Keluarkan napas dengan mulut yang dimoncongkan.
- Tarik napas dan keluarkan kembali, lakukan hal yang sama hingga
3 kali, setelah napas terakhir, batukkan untuk mengeluarkan lendir.
- Istirahat.
d) Latihan Kaki
Latihan ini dapat dilakukan untuk mencegah dan latihan dampak
tromboplebitis. Latihan kaki yang dianjurkan antara lain latihan
memompa otot , latihan quadrisep, dan latihan mengencangkan glutea.
Latihan otot dapat dilakukan dengan mengontraksikan otot betis dan
paha, kemudian istirahatkan otot kaki, dan ulangi hingga 10 kali.
Latihan quadrisep dapat dilakukan dengan cara membengkokkan lutut
kaki rata pada tempat tidur, kemudian luruskan kaki pada tempat tidur,
dan ulangi hingga 5 kali. Latihan mengencangkan glutea dapat
dilakukan dengan cara menekan otot pantat, kemudian coba gerakan
kaki ke tepi tempat tidur, lalu istirahat dan ulangi sebanyak 5 kali.
e) Latihan Mobilitas
Latihan mobilitas dilakukan untuk mencegah komplikasi sirkulasi,
mencegah dekubitus, merangsang peristaltik serta mengurangi adanya
nyeri. Untuk melakukan latihan mobilitas, klien harus mampu
menggunakan alat ditempat tidur, seperti menggunakan penghalang
agar bisa memutar badan, melatih duduk di sisi tempat tidur atau
dengan cara menggeser klien ke sisi tempat tiduratau dengan cara
menggeser klien ke sisi tempat tidur, melatih duduk diawali tidur
fowler, kemudian duduk tegak dengan kaki menggantung di sisi
tempat tidur.
f) Pencegah Cedera
Untuk mengatasi risiko terjadi cedera, tindakan yang perlu dilakukan
sebelum pelaksanaan bedah adalah :
- Cek identitas klien
- Lepaskan perhiasan klien yang dapat mengganggu, misalnya
cincin, gelang dan lain-lain.
- Bersihkan cat kuku untuk memudahkan penilaian sirkulasi

19
- Lepaskan lensa kontak
- Lepaskan protesa
- Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika klien tidak dapat
mendengar
- Anjurkan klien untuk mengosongkan kandung kencing
- Gunakan kaos kaki antiemboli bila klien berisiko mengalami
tromboplebitis

5) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah prabedah secara umum dapat dinilai dari adanya
kemampuan dalam memahami masalah atau kemungkinan yang terjadi pada
intra dan pasca bedah. Tidak ada kecemasan, ketakutan, serta, tidak
ditemukannya risiko komplikasi pada infeksi atau cidera lainnya.

B. PASCABEDAH
1) Pengkajian Keperawatan
Beberapa hal yang perlu dikaji setelah tindakan pembedahan (pascabedah) di
antaranya adalah status kesadaran, kualitas jalan napas, sirkulasi, dan
perubahan tanda vital yang lain, keseimbangan elektrolit, kardiovaskular,
lokasi daerah pembedahan dan sekitarnya, serta alat yang digunakan dalam
pembedahan.

2) Diagnosis Keperawatan
Hal yang perlu diperhatikan dalam diagnosis keperawatan pascabedah adalah :
- Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat luka
pembedahan.
- Pola napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi sebagai
dampak anestesi.
- Risiko terjadi retensi urine berhubungan dengan dampak anastesi.
- Perubahan kebutuhan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan
penurunan nafsu makan.
- Konstipasi berhubungan dengan dampak anastesi.

20
- Risiko cedera berhubungan dengan adanya kelemahan.
- Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan ketahanan yang
menurun.
- Cemas berhubungan dengan ancaman perubahan status kesehatan.

3) Perencanaan dan Pelaksanaan Keperawatan


Tujuan :
- Meningkatkan proses penyembuhan luka.
- Mempertahankan respirasi yang sempurna.
- Mempertahankan sirkulasi.
- Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.
- Mempertahankan eliminasi.
- Mempertahankan aktivitas.
- Mengurangi kecemasan.
Rencana Tindakan :
a) Meningkatkan proses penyembuhan luka untuk mengurangi rasa nyeri
yang dapat dilakukan dengan cara merawat luka dan memperbaiki asupan
makanan yang tinggi protein dan vitamin C. Protein dan vitamin C dapat
membantu pembentukan kolagen, dan mempertahankan integritas dinding
kapiler.
b) Mempertahankan respirasi yang sempurna dengan cara latihan napas,
yakni tarik napas yang dalam dengan mulut terbuka, tahan selama 3 detik,
kemudian hembuskan. Atau, dapat pula dilakukan dengan cara menarik
napas melalui hidung dengan menggunakan diafragma, kemudian
keluarkan napas perlahan-lahan melalui mulut yang dikuncupkan.
c) Mempertahankan sirkulasi, dengan cara menggunakan stocking pada klien
yang berisiko tromboplebitis atau klien dilatih agar tidak duduk terlalu
lama dan harus meninggikan kaki pada tempat duduk guna memperlancar
vena balik.
d) Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan cara
memberikan cairan sesuai dengan kebutuhan klien dan monitor asupan dan
output serta mempertahankan nutrisi yang cukup.

21
e) Mempertahankan eliminasi dengan cara mempertahankan asupan dan
output serta mencegah terjadinya retensi urine.
f) Mempertahankan aktivitas dengan cara latihan memperkuat otot sebelum
ambulatori.
g) Mengurangi kecemasan dengan cara melakukan komunikasi secara
terapeutik.

4) Evaluasi Keperawatan
Untuk mengevaluasi berhasilnya intervensi keperawatan, perlu
dibandingkan antara perilaku klien dan hasil yang diharapkan (Baradero
et al,2008). Intervensi keperawatan dikatakan berhasil apabila klien dapat:
a. Mempertahankan jalan nafas yang paten, dan auskultasi paru
yang tidak menunjukkan rales
b. Bisa batuk secara efektif
c. Mempertahankan frekuensi nadi dan tekanan darah pada tahap pra-
operasi
d. Orientasi yang baik terhadap waktu, orang, tempat dan bisa
menggerakkan semua ekstermitas
e. Memiliki haluaran urin lebih dari 30 ml/jam dan tidak ada edema
f. Mengungkapkan bahwa nyeri dapat ditoleransi, ekspansi wajah
relaks, dan tidak ada nyeri
g. Suhu tubuh dalam batas normal
h. Memiliki kulit utuh, tanpa lecet, kemerahan
i. Tidak ada mual-muntah, dapat minum sedikit-sedikit tanpa muntah
j. Menunjukkan tanda penyembuhan luka tanpa infeksi.

22
BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Perawatan pasca operasi merupakan masa setelah selesai dilakukan
pembedahan dan dipindahkan ke ruang pemulihan sampai evaluasi
selanjutnya. Terdapat beberapa tahapan keperawatan pasca operasi yakni
memindahkan klien dari kamar operasi ke ruang pemulihan (Recovery
Room), perawatan pasca-operasi di ruang pemulihan, transportasi klien ke
ruang rawat (bangsal), dan perawatan di ruang rawat (bangsal). tindakan
keperawatan pasca operasi yaitu menyiapkan TT aether bed, anamnesa dan
observasi sirkulasi, periksa kesadaran klien, membimbing nafas dalam,
membimbing batuk efektif, mengobservasi bising usus, melatih ambulansi,
dan mengobservasi perdarahan.

3.2. Saran
Demikian makalah yang telah kami susun, semoga dengan makalah ini
dapat menambah pengetahuan serta lebih bisa memahami tentang pokok
bahasan makalah ini bagi para pembacanya dan khususnya bagi mahasiswa
yang telah menyusun makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua.

23
DAFTAR PUSTAKA

Alimul Hidayat, Aziz.2004.Buku Saku Praktikum Kebutuhan Dasar Manusia.


Jakarta : EGC

Baradero, M., Wilfrid Dayrit, Yakobus Siswadi., 2008. Klien Gangguan


Kardiovaskular. Jakarta : EGC Available :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/31673/Reference.p
df;jsessionid=800F5820C986A95F3919F2E5E4D9A99A?sequence=2
Pada tanggal 28 September 2018

Mary Baradero, et al. 2008.Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: EGC Available :


https://books.google.co.id/books?id=i9mAClWMwKIC&printsec=frontco
ver&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false
Pada tanggal 28 September 2018

Poltekkes Denpasar.2006. Buku Standar Prosedur Operasional. Denpasar:


Poltekkes Denpasar

Wibowo S, Kanadihardja W, Sjamsuhidajat R, Syukur A (2010). Saluran empedu


dan hati. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC. Hal 663-705
Available:https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jikmu/article/.../7440/698
4 Pada tanggal 27 September 2018

24

Anda mungkin juga menyukai