Anda di halaman 1dari 18

DERMATITIS KONTAK AKIBAT KERJA

- MUTIARA AZZAHRA

DISUSUN OLEH:
- MARNI ROSALINA S - RISKA RUSWANTI
- SALVIA MEIRANI
- I. GEDE PUTU ARSA - PUJI LESTARI

PEMBIMBING:
dr. Ridwan Harrianto, MHSc, Sp.OK
PENDAHULUAN
PKAK
(Penyakit Kulit
Akibat Kerja)

Penyakit Akibat
DERMATITIS
Kerja (PAK) KONTAK

Penyakit yang didapatka


nkarena pekerjaan ataupu
n
lingkungan disekitar
tempat bekerja.
27%
dari semua
penyakit akibat
kerja
DEFINISI

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis)


sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen dan
endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik dan keluhan gatal.

Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh


bahan atau substansi yang menempel pada kulit.
Epidemiologi

DKAK
97%
DKA
33,7%
DKI
66,3%
Keterangan:
- DKAK : Dermatitis kontak akibat kerja
- DKI : Dermatitis kontak iritan
- DKA : Dermatitis kontak alergi
DKI DKA
(dermatitis kontak (dermatitis kontak
iritan) alergi)

Jenis Merupakan reaksi Merupakan dermatitis


Dermatitis peradangan lokal non
imunologik pada kulit
yang dikarenakan
reaksi hipersensitivitas
yang disebabkan oleh tipe lambat dari kontak
kontak dengan faktor terhadap bahan-bahan
eksogen maupun kimia dengan kulit
endogen. sehingga mengaktivasi
reaksi alergi pada kulit
.
Etiologi

DKI
DKA Bahan Iritan

Alergen = kontaktan = sensitizer Faktor eksogen:


- Iritan Kulit
- Sifat Iritan yang melekat
- Paparan iritan
Formaldehida - Iritan fisik dan faktor lingkungan
Faktor endogen:
- Usia
- Seks
- Situs anatomi
Pekerja metal, penata rambut,
- Penyakit kulit yang sudah ada
pencuci, dll
sebelumnya (ex. atopi)
Etiologi
I : Pembersih & pelarut,
semen basah, resin,
fiberglass I : Kondisi basah, sampo,
dan solusio pengeriting
A: kromat dalam semen,
sepatu kulit dan pengawet A: Bahan nikel dari gunting
kayu, karet di sarung tangan dan jepit, sarung tangan
dan peralatan, resin epoksi karet, formaldehid pada
dalam cat dan perekat, nikel Sampo dan produk rambut
Pertanian dari alat, formaldehida dari lainnya
Juru Penjaga
resin dan pembersih logam
masak Rumah

I : Sabun, deterjen, I : Kondisi basah, sabun, I : Kondisi basah, pembersih,


deterjen, bumbu-bumbu, Penata desinfektan, pembersih lantai
pestisida, desinfektan, Bangunan
Sayur, jus buah, bawang Rambut dan iritan mekanis dari sapu
petrolatum, dan pupuk.
merah dan bawang putih,
A: Karet pada sarung tepung serta adonan. A: Sarung tangan karet,
tangan, selang, pestisi pengharum, dan bahan
da, dan bahan A: Sarung tangan karet, pengawet pada produk
pengawet perisa, minyak essensial, pembersih
pengawet makanan, dan
beberapa bumbu
Etiologi
I : Kondisi basah, sabun,
deterjen, desinfektan, dan
I : Solvent, tinta, sabun dan
ethylene oxide
pembersih yang bersifat
abrasif
A: Karet pada sarung tangan
dan tabung, bahan pengawet
A: Karet pada sarung tangan,
, antimikroba, methyacrylate,
epoxy resin, Phenylenediamin
pengharum, triclosan,
dan colophony dalam tinta,
glutaraldehyde, chloroxylenol
bahan kimia fotografi, tinta
dan benzalkonium chloride
Ahli Mesin cetak (bahan baku dalam 1%
disinfektan dalam pencuci Pekerja Pekerja
petrolatum)
tangan kantor tekstil

I : Sabun, deterjen, I : Kondisi basah, pemutih I : Asam, basa, fiberglass,


Pekerja dan iritan mekanis pada Tukang deterjen, dan iritan mekanis
desinfektan, dan lempengan medis cetak
logam penggunaan kertas secara saat terpapar kain berulang
berulang
A: Logam, karet pada sarung A: Karet dalam tekstil karet,
tangan, anti karat pada MWF, A: Sarung tangan karet, resin epoksi sebagai perekat,
bahan pengawet pada MWF, formaldehida, dan bahan pewarna, formaldehida
dan pengharum pada minyak kimia fotografi dalam kain selesai, nikel
bor dalam alat, bahan baku
tekstil
Patogenesis
DKI DKA
Mekanisme terkait DKI 1. Fase sensitisasi
• Hilangannya jaringan
lemak dan substasi
yang menahan air
• Kerusakan membrane
sel
• Denaturasi keratin
epidermis 2. Fase elisitasi
• Efek langsung sitotoksik
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan Fisik Penunjang

Durasi/onset/perkembangan, Tempat munculnya lesi, • Uji Tempel / Patch Test


gejala, pekerjaa, APD, pekerja morfologi • Provocative Use Test
lain, riwatat medis, riwayat • Uji Photopatch
Keluarga atopi, psoariasis,
peny. Kulit kronis
Perbedaan Klinis
DKI DKA
- Sensitisasi eksposur
- Eksposur pertama (iritan kuat)
- 24-72 jam/dini(5 Jam)/lambat (7 hari)
- Menit – jam
setelah eksposur
- “Decrescendo Phenomenon”
- “Crescendo Phenomenon”
- Akut: eritema & edema, kadang
vesikel/bula, eksudasi, & pustul. - Akut: edema, eritema & vesikel
Nekrosis & ulserasi (bahan korosif) - Subakut: papul basah bersisik
- Subakut/kronis: hiperkeratosis, - Kronis: likenifikasi/fisura
fisura, melepuh - “Spreading phenomenon”
- Terbatas pada area kontak

Rasa terbakar dan nyeri (pruritus mungkin a


Pruritus merupakan gejala utama
da).
Kriteria diagnosis DKI
Mayor Minor
Subjektif Subjektif

- Onset simptom biasanya dalam menit hingga - Onset dermatitis dalam 2 minggu setelah terpajan
beberapa jam setelah terpajan
- Banyak orang yang di lingkungan yang sama
- Nyeri, panas, kesemutan mengalami gejala yang sama

Objektif Objektif

- Makula eritem, hiperkeratosis, atau adanya fisura - bentuk simkumskrip yang tajam pada permukaan
kulit
- Gambaran mengkilat, kering atau melepuh pada
kulit - terdapat pengaruh gravitasi seperti efek dripping
(tetesan)
- Proses penyembuhan dimulai segera pada bagian
yang tereksposur terhadap agen - tedensi dermatitis untuk menyebar berkurang

- Patch test negatif - perubahan morfologi menunjukkan sedikit perbeda


ankonsentrasi atau waktu kontak menghasilkan
perbedaan besar dalam kerusakan kulit.
Perbedaan DKA dan DKI
DKA DKI
Tidak terbatas Terbatas bagian
Lesi kulit bagian kontak kontak
Gejala Gatal Seperti terbakar
Terjadi pada beberapa Terjadi pada sebagian
Epidemiologi orang dengan kontak besar orang dengan
kontak
Histologi Spongiosis & eksositosis Nekrosis epidermis
Patch test + -
Immunologi kulit Terdapat sel T Tidak ada sel T
Immunologi darah Terdapat sel T spesifik Tidak ada sel T spesifik
Temuan Objektif

DKA akut DKA kronis

DKI akut DKI Kronis


Diagnosis Banding

Dermatitis atopi Lichen planus Tinea corporis

Dermatitis seboroik Psoriasis


Tatalaksana

Topikal KS fototerapi Corneotherapy

- Aluminium sulfat topikal, Untuk mengurangi - UVA Terapi dengan konsep


kalsium asetat vesike reaksi peradangan - UVB fisiologis
akut dan erupsi yang
basah.
- Emolien
PENCEGAHAN
Pencegahan Primer
Untuk mengurangi kejadian dermatitis
kontak okupasi

Pencegahan Sekunder • Astrigent, kortikosteroid topikal,


Untuk mencegah dermatitis kronis dan antihistamin
intensifikasi kondisi • Debridemen
• Krim pelembab (DKA kronis)
Pencegahan Tersier
Untuk meminimalkan kecacatan • Diagnosis
• Uji tempel
• Skrining

• Engineering control
• Personal protection
• Personal hygiene
• Work practice
• Health promotion
• Motivation
• Administrative control
• Regulation
Thank You
Any question?

Anda mungkin juga menyukai