Anda di halaman 1dari 9

Kelompok 1

PPn BM
&
• Dwi Rahmayani
• Ferry Bea Materai
• Hadi Rakhmad
• Leli Liana
• Rada Yulanda
• Rica Junita
• Rio Junaidi
• Wan Dinda Aprilita
Leroy
Beaulieu

P.J.A.
Menururt
Undang-Undang Adriani
Nomor 28 Tahun
2007 tentang
Menurut
Perpajakan Para Ahli
Kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang
Prof. Dr. H.
bersifat memaksa berdasarkan Undang- Rochmat
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan Soemitro SH
secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya Ray M.
kemakmuran rakyat. Sommerfeld,
Herschel M.
Anderson, dan
Horace R. Brock
Latar Belakang Pemungutan PPn BM
a. PPN berdampak regresif
b. Konsumsi BKP yang tergolong mewah bersifat
kontraproduktif
c. Produsen kecil dan tradisional menghadapi saingan berat
dari komoditi impor
d. Tuntutan peningkatan penerimaan negara dari tahun ke
tahun.

Dasar Hukum Karakteristik PPn BM


Dasar hukum pengenaan Pajak Penjualan atas Barang Mewah a. PPnBM merupakan pungutan tambahan disamping PPN
adalah Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang Perubahan b. Pengenaan terhadap PPnBM ini hanya satu kali yaitu
Kedua atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak pada saat penyerahan BKP yang tergolong mewah oleh
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Pengusaha Kena Pajak (PKP) Pabrikan.
Barang Mewah. c. PPnBM tidak dapat dikreditkan, sehingga diperlakukan
Terhadap penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) disamping sebagai biaya.
dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana telah disebut d. Dalam hal BKP Mewah diekspor, PPnBM yang dibayar
dalam Pasal 4 Undang-undang PPN dan PPnBM dikenakan juga pada saat perolehannya dapat diminta kembali atau
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). PAJAK direstitusi.
PERTAMBAHAN
NILAI ATAS
BARANG MEWAH
(PPn BM)
Pengertian Pajak Pertambahan Nilai Atas
Barang Mewah (PPn BM)
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) adalah
Dasar Pertimbangan Pengenaan PPn BM
pungutan resmi tambahan selain PPN atas : penyerahan BKP a. Perlu adanya keseimbangan pembebanan pajak antara
yang tergolong mewah yang dilakukan oleh BKP yang konsumen yang berpenghasilan rendah dengan
menghasilkan BKP tersebut di dalam Daerah Pabean atau atas konsumen yang berpenghasilan tinggi.
impor BKP yang tergolong mewah. b. Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas BKB yang
tergolong mewah.
c. Perlu adanya perlindungan terhadap konsumen kecil
tradisional.
d. Perlu untuk mengamankan penerimaan Negara.
Subjek Pajak Pertambahan Nilai Atas
Barang Mewah (PPn BM)
a. Pengusaha kena pajak (PKP) yang
menghasilkan BKP yang tergolong mewah.
b. Pengusaha yang mengimpor barang yang
tergolong mewah (importir).

Tarif Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang


Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Atas Mewah (PPn BM)
Barang Mewah (PPn BM) Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah dapat
a. Penyerahan BKB yang tergolong mewah yang dilakukan oleh ditetepkan dalam beberapa pengelompokan tarif, yaitu
pengusaha yang menghasilkan BKB yang tergolong mewah tarif terendah sebesar 10% dan paling tinggi 75%.
tersebut di dalam daerah dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
b. Impor BKB yang tergolong mewah oleh siapapun
Pengecualian Pengenaan Pajak Pertambahan
PAJAK
PERTAMBAHAN Nilai Atas Barang Mewah (PPn BM) atas
NILAI ATAS Kendaraan Bermotor
BARANG MEWAH a. Kendaraan bermotor yang digunakan untuk kendaraan
Batasan Suatu Barang Tergolong BKP Mewah (PPn BM) ambulan, kendaraan jenazah, kendaraan pamadam
a. Bahwa barang tersebut bukan merupakan barang kebakaran, kendaraan tahanan, kendaraan angkutan
kebutuhan pokok. umum;
b. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentu. b. Kendaraan yang digunakan untuk tujuan Protokoler
c. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh Kenegaraan; dan
masyarakat tertentu. c. Kendaraan bermotor angkutan orang untuk 10
d. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat (sepuluh) orang atau lebih termasuk pengemudi
berpenghasilan tinggi. dengan bahan bakar nyala kompresi (diesel atau semi
e. Barang tersebut dikonsumsikan untuk menunjukkan status. diesel) dengan semua kapasitas isi silinder sebagaimana
dimaksud dalam kendaraan bermotor kelompok 1
huruf “a” (10%) yang digunakan untuk kendaraan dinas
TNI atau Polri
Saat Terutangnya Pajak Pertambahan Nilai Atas
Barang Mewah (PPn BM)
a. Saat terutangnya PPn BM atas impor BKP yaitu saat barang Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang
masuk pabean sesuai ketentuan UU Kepabean.
Pemungutannya yaitu bersamaan dengan pemungutann Bea Mewah (PPn BM)
masuk. Kendaraan Brmotor bentuk CBU, PPn BM dipungut
oleh Ditjen Bea dan Cukai. PPnBM Terutang = Tarif PPnBM x Dasar Pengenaan Pajak
b. Atas penyerahan Kendaraan Bermotor
- Hasil rakitan eks CKD;
- Kendaraan Bermotor yang telah diubah

PAJAK
PERTAMBAHAN
NILAI ATAS
Impor yang Tidak Dikenakan Pajak BARANG MEWAH Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah
(PPn BM) (PPn BM) Bukan Kredit Pajak
Pertambahan Nilai Atas Barang Mewah
Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang sudah dibayar
(PPn BM) pada waktu perolehan atau impor Barang Kena Pajak
a. Kendaraan Bermotor roda dua yang isi silindernya sampai yang Tergolong Mewah, tidak dapat dekreditkan dengan
dengan 250 cc, dan; Pajak Pertambahan Nilai maupun Pajak Penjualan Atas
b. Kendaraan sasis. Barang Mewah yang dipungut berdasarkan undang-
c. Terhadap kendaraan bermotor jenis angkutan orang dan undang PPN dan PPnBM.
Van yang diubah dari kendaraan sasis dikenakan PPn BM
sesuai ketentuan.
Pengertian Dasar
Bea Hukum
Materai
a. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985
tentang Bea Meterai
Bea Meterai merupakan pajak yang dikenakan
b. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000
terhadap dokumen yang menurut Undang-undang
tentang Perubahan Tarif Bea Meterai dan
Bea Meterai menjadi objek Bea Meterai. Atas
Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal
setiap dokumen yang menjadi objek Bea Meterai
Yang Dikenakan Bea Meterai.
harus sudah dibubuhi benda meterai atau
pelunasan Bea Meterai dengan menggunakan cara
lain sebelum dokumen itu digunakan. Objek Bea
Materai

a. Surat perjanjian dan surat-surat lainnya


b. Akta-akta Notaris termasuk salinannya
c. Akta-akta yang dibuat Pejabat Pembuat Akta
Tanah termasuka rangkap-rangkapnya
d. Surat yang memuat jumlah uang yaitu :
e. Surat berharga seperti wesel, promes, aksep dan
cek
f. Dokumen yang akan digunakan sebagai alat
pembuktian di muka pengadilan
Bukan Pelunasan
Objek/Tidak Bea
a. Pelunasan Bea Meterai dengan Menggunakan
Dikenakan Meterai Meterai Tempel
Bea Meterai b. Pelunasan Bea Meterai dengan Menggunakan
a. Segala bentuk ijasah Kertas Meterai
a. Tanda terima gaji c. Pelunasan dengan membubuhkan tanda Bea
Meterai Lunas dengan Mesin Teraan
b. Kuitansi untuk semua jenis pajak d. Pelunasan dengan membubuhkan tanda Bea
c. Surat gadai yang diberikan oleh Meterai Lunas dengan Sistem Komputerisasi
perusahaan umum pegadaian. e. Pelunasan Bea Meterai Dengan Teknologi
d. Tanda pembagian keuntungan atau bunga Percetakan

Saat Dan Pihak


Yang Terutang
Bea Meterai
Saat terutang :
a. Dokumen yang dibuat oleh satu pihak, pada saat dokumen
diserahkan
b. Dokumen yang dibuat oleh lebih dari satu pihak, pada saat
selesainya dokumen dibuat.
c. Dokumen yang dibuat di luar negeri, pada saat digunakan di
Indonesia.

Pihak yang terutang :


a. Bea Meterai terutang oleh pihak yang menerima atau pihak yang
mendapat manfaat dari dokumen, kecuali pihak-pihak yang
bersangkutan menentukan lain
Ketentuan
Pidana
a. Barang siapa meniru atau memalsukan meterai tempel
kertas meterai atau meniru dan memalsukan tanda tangan
yang perlu untuk mensahkan meterai.
b. Barang siapa dengan sengaja menyimpan dengan maksud
untuk diedarkan atau memasukkan ke negara Indonesia
meterai palsu, yang dipalsukan atau yang dibuat dengan
melawan hak.
c. Barang siapa menyimpan bahan-bahan atau perkakas-
perkakas yang diketahuinya digunakan untuk melakukan
salah satu kejahatan untuk meniru dan memalsukan benda
meterai.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai