Anda di halaman 1dari 46

KEGAWATAN & ASKEP

LUKA BAKAR

Disampaikan Oleh:
Ns. Tiurmaida Simandalahi, M.Kep
CAPAIAN MATA KULIAH
Setelah selesai mengikuti materi ini, peserta mampu Menguasai
penatalaksanaan luka bakar pada korban gawat darurat:

1. Dapat menjelaskan jenis-jenis luka bakar.


2. Dapat menjelaskan tingkatan derajat & luas permukaan luka
bakar.
3. Dapat menjelaskan tindakan definitif pada korban luka bakar
4. Dapat menjelaskan cara-cara perawatan luka bakar pada
korban gawat darurat.
5. Dapat menangani prioritas penatalaksanaan pada korban luka
bakar (Primary survey dan Secondary survey) pada kasus.
PENDAHULUAN
• Kulit merupakan barier antara dunia luar
dengan organ yang dibungkus kulit.
• Luka bakar masih merupakan masalah yg
besar dan serius.
• Pertolongan yang tepat dan baik sangat
membantu.
• Memelihara kebersihan dan sterilitas selama
pertolongan.
ANATOMI DAN FISIOLOGI
ANATOMI DAN FISIOLOGI
• Akibat pertama luka bakar adalah syok
• Peningkatan permiabilitas
• Bila luka bakar lebih dari 20 % akan terjadi
syok hipovolemik.
• Terjadi kerusakan mukosa jalan nafas.
DEFENISI
Luka bakar adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api,
air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi
(Moenajat, 2001).
ETIOLOGI

1. Luka Bakar Suhu 3. Luka Bakar Bahan


Panas(Thermal Burn) Kimia (hemical Burn).
a. Gas
b. Cairan 4. Luka Bakar Sengatan
c. Api
Listrik (Electrical
Burn).
2. Luka Bakar Suhu
Dingin (Frost Bite) 5. Luka Bakar Radiasi
(Radiasi Injury).
PATOFISIOLOGI
• Pembuluh darah yg terpajan suhu tinggi
rusak & permeabilitas↑  sel darah rusak 
anemia
• Permeabilitas↑  edema  bula yang
mengandung banyak elektrolit  volume
cairan intravaskuler ↓
• Kerusakan kulit akibat luka bakar  cairan ↓
akibat penguapan yang berlebihan,
masuknya cairan ke bullae yang terbentuk
pada luka bakar derajat II, dan pengeluaran
cairan dari keropeng luka bakar derajat III.
DERAJAT LUKA BAKAR
• Derajat I
(Superficial Partial Thickness)
– Mengenai epidermis
– Kulit kering, hangat
& eritema
– Kulit pucat jika di
tekan
– Nyeri
– Tidak ada bula
– Dapat sembuh
spontan dlm 3 – 7 hr
– Nyeri berkurang dg
pendingin
• Derajat II (Partial Thickness)
– Mengenai epidermis &
sebagian dermis
– Terdapat Eksudasi cairan
– Ada bullae, reaksi
inflamasi
– Edema
– Dasar luka berwarna
merah/pucat
– Nyeri, sensitif thdp udara
– Penyembuhan luka:
• Superficial partial
Thickness: Mengenai
epidermis dan sebagian
dermis. Penyembuhan:
14 – 21
• Deep partial Thickness:
Mengenai hampir
seluruh dermis.
Penyembuhan : 21 – 28
• Derajat III (Full Thickness)
– Kerusakan mengenai seluruh
dermis dan lapisan yg lebih
dalam.
– Tidak ada bullae.
– Warna kulit bervariasi (mulai
keabuan sampai hitam).
– Permukaan luka kering dg
tekstur kasar/ keras
– edema
– Tidak nyeri
– Tdk mungkin tjd penyembuhan
luka spontan
– Memerlukan skin graft
– Tjd hipertropik & kontraktur.
LUAS LUKA BAKAR

Beberapa metode untuk menentukan


luas luka bakar:

1. Metode Telapak Tangan (Palmar Method)


Luas telapak tangan = 1% luas permukaan
tubuh.
2. Rumus 9 (Rule of Nines)
untuk orang dewasa

• Sistem ini menggunakan presentase


kelipatan sembilan terhadap luas
permukaan tubuh:
• Kepala dan leher = 9%
• Lengan ki 9%, lengan ka 9%= 18%
• Badan depan (dada+abdomen)18%,
badan belakang 18% = 36%
• Tungkai masing-masing 18%= 36%
• Genetalia/perineum = 1%
Total : 100%
RULE OF NINE UNTUK ANAK

• Kepala : Depan 9 %, belakang 9 %.


• Lengan: Kiri : 9 %, Kanan : 9 %
• Badan depan (dada+abdomen): 18 %
• Badan belakan : 13 %
• Kaki
• Kanan:14 %
• Kiri: 14 %
• Bokong
• Kiri: 2,5 %
• Kanan: 2.5 %
3. Metode Lund &
Browder
Persentase luas luka
bakar berdasarkan
bagian anatomik tubuh,
khususnya kepala &
tungkai akan berubah
menurut pertumbuhan
LOKASI USIA (TAHUN)
0-1 1-4 5-9 10-15 DEWASA
KEPALA 19 17 13 10 7
LEHER 2 2 2 2 2
DADA & PERUT 13 13 13 13 13
PUNGGUNG 13 13 13 13 13
PANTAT KIRI 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
PANTAT KANAN 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
KELAMIN 1 1 1 1 1
LENGAN ATAS KA. 4 4 4 4 4
LENGAN ATAS KI. 4 4 4 4 4
LENGAN BAWAH KA 3 3 3 3 3
LENGAN BAWAH KI. 3 3 3 3 3
TANGAN KA 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
TANGAN KI 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
PAHA KA. 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
PAHA KI. 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
TUNGKAI BAWAH KA 5 5 5,5 6 7
TUNGKAI BAWAH KI 5 5 5,5 6 7
KAKI KANAN 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
KAKI KIRI 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
KRITERIA BERAT RINGANNYA
LUKA BAKAR
RINGAN SEDANG BERAT
Luka bakar Luka bakar Luka bakar derajat II > 20
derajat II < 15 derajat II 15 – 25 % % untuk usia < 10 tahun
%. pada dewasa. atau > 50 tahun.
Luka bakar Luka bakar Luka bakar derajat II > 25
% untuk orang dewasa.
derajat II < 10 % derajat II 10 – 20 %
pada anak dan pada anak < 10 Derajat III > 10 %.
usia lanjut. tahun atau dewasa Luka bakar mengenai
> 40 tahun muka, telinga, tangan, kaki,
Luka bakar <2 dan perineum.
% pada segala Luka bakar Luka bakar dengan cedera
usia (tidak derajat III < 10 % jalan nafas (cedera
mengenai inhalasi), listrik, trauma
muka, tangan, lainnya ==> tidak perlu
kaki, dan hitung luas luka bakar.
perineum Pasien-pasien dengan
resiko tinggi.
Berat Ringannya Luka Bakar
Tergantung pada:
1) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada
permukaan tubuh.
2) Kedalaman luka bakar.
3) Anatomi lokasi luka bakar.
4) Umur klien.
5) Riwayat pengobatan yang lalu.
6) Trauma yang menyertai atau bersamaan.
Fase Luka Bakar
1. Fase Akut (Fase Syok)
Penderita mengalami gangguan:
– Airway (jalan nafas)
– Brething (mekanisme bernafas),
– Circulation (sirkulasi)
Obstruksi saluran pernafasan akibat cedera
inhalasi dlm 48-72 jam pasca trauma 
penyebab kematian utama
Gangguan keseimbangan cairan elektrolit
Syok hipovolemia
2. Fase Sub Akut

Setelah fase syok teratasi.


 Terjadi kerusakan atau kehilangan jaringan akibat
kontak dg sumber panas
Luka yang terjadi menyebabkan:
1. Proses inflamasi dan infeksi.
2. Problem penutupan luka dengan titik
perhatian pada yg tidak berbaju epitel
luas dan atau pada struktur atau organ
– organ fungsional.
3. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase Lanjut
• Terbentuk jaringan parut
• Terjadi pemulihan fungsi organ-organ
fungsional
• Masalah yang muncul pada fase ini:
– parut yang hipertropik
– Keloid
– gangguan pigmentasi
– Deformitas
– kontraktur.
Indikasi Rawat Inap Luka Bakar

1. Luka bakar grade II:


– Dewasa > 20%
– Anak/orang tua > 15%
2. Luka bakar grade III.
3. Luka bakar dengan komplikasi:
jantung, otak dll.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 LED  mengkaji hemokonsentrasi
 Elektrolit serum  mendeteksi keseimbangan cairan &
biokimia, terutama mendeteksi pe> kalium dlm 24 jam
pertama  jika terjadi, bisa henti jantung.
 AGD, & Rontgen thorax  mengkaji fungsi pulmonal 
terutama pasien cedera inhalasi.
 BUN & kreatinin  mengkaji fungsi ginjal.
 Urinalisis  melihat mioglobin & hemokromogen, menandakan
kerusakan otot pd luka bakar ketebalan penuh luas.
 Bronkoskopi  memastikan cedera inhalasi
 Koagulasi  u memeriksa faktor-faktor pembekuan yg dapat
menurun pd luka bakar masif.
 Kadar karbon monoksida serum  meningkat pd pasien
cedera inhalasi.
Penatalaksanaan
A. Fase Darurat/ Resusitasi
A. Resusitasi A, B, C.
B. oksigen, Infus, kateter, CVP,, Laboratorium, kultur luka.
C. Resusitasi Cairan ==> gunakan rumus!
D. Monitor urine dan CVP.
E. Topikal dan tutup luka
 Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang jaringan
nekrotik.
 Tulle.
 Silver sulfa diazin tebal.
 Tutup kassa tebal.
 Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
F.Obat - obatan:
– Antibiotika: tidak diberikan bila pasien datang
< 6 jam sejak kejadian.
– Berikan antibiotik sesuai pola kuman hasil dr
kultur.
– Analgetik : kuat (morfin, petidine).
– Antasida : kalau perlu.
B. Fase Akut / intermediet
 Dilakukan setelah fase darurat/ resusitasi:
Cegah Infeksi
Perawatan Luka Umum: pembersihan luka
& Debridement
Pengolesan antibiotik topikal
Pembalutan
Pencangkokan kulit (Skin graft)
Terapi topikal: Antimikroba, antibiotik
Penatalaksanaan Nyeri
Dukungan Nutrisi
TATALAKSANA RESUSITASI

RESUSITASI JALAN NAFAS:


– Intubasi
– Krikotiroidotomi (terlalu agresif dan menimbulkan
morbiditas lebih besar dibanding intubasi)
– Pemberian oksigen 100%
– Perawatan jalan nafas
– Penghisapan sekret (secara berkala)
– Pemberian terapi inhalasi
– Bilasan bronkoalveolar
– Perawatan rehabilitatif untuk respirasi
– Eskarotomi pada dinding toraks  memperbaiki
kompliansi paru
RESUSITASI CAIRAN
Rumus Baxter
24 jam I ==> (% luka bakar x BB x 4 cc RL)
½ cairannya  habis 8 jam pertama
½ berikutnya habis 16 jam berikutnya
24 jam II ==> hanya cairan tanpa elektrolit
Ex: Dewasa : 2.000 cc D5% per 24 jam
Cukupnya asupan cairan dapat dilihat dari urine output :
50 cc -100 cc/jam, atau menggunakan ukuran: 1,5 cc /
KgBB / jam.
Contoh Kasus:

Tn. David, 40 tahun, mengalami luka bakar


dengan luas 20%. dari hasil penimbangan
BB: 50 kg. Berapakah cairan yg harus
diberikan untuk mengganti cairan yg hilang?
Jawab:
Resusitasi cairan:
 50kg x 20 x 4 cc/ 24 jam = 4000 cc/ 24 jam
 1/2 cairan (2000 cc atau 4 kolf nya) ==>
habis 8 jam pertama.
 1/2 cairan yg sisa (2000 cc atau 4 kolf nya)
==> habis 16 jam berikutnya.
Rumus Broke
24 jam I (% x BB x 1 ½ cc RL)
= 200 cc
(% x BB x ½ cc plasma) Gluosa 5%

½  8 jam I Urine output:

½ 16 jam berikut 30-50 cc/jam


PENATALAKSANAAN UMUM LUKA BAKAR

PRE HOSPITAL (TEMPAT KEJADIAN):


 Siram dg air dalam jumlah banyak.
 Gulingkan penderita di tempat aman - di selimut basah.
 Lepaskan pakaian - benda2 yg menyimpan panas.
 Tutup luka dengan kain / kassa bersih.

Evaluasi pertama:
 Airway - Breathing - Sirkulasi
 Pemeriksaan - menentukan luas dan derajat luka bakar.
IN HOSPITAL (IGD)

 Gunakan sarung tangan steril.


 Bebaskan pakaian yg terbakar.
 Pemeriksaan seluruh badan - ada cedera lain?
 Jaga jalan nafas tetap bersih - ETT bila perlu.
 Berikan oksigen dg NRM bila perlu.
 Pasang IV line dan pemberian cairan infus.
 Pasang Foley Cateter - catat jumlah urin / jam.
 Pasang Nasogatrik Tube.
 Bisa diberikan morfin melalui IV, dan jangan scra IM.
 Timbang BB.
 Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan.
 Pencucian luka di kamar operasi dalam keadaan
pembiusan umum.
Terapi Pembedahan Pada Luka Bakar

• Eksisi Dini
→ Tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan
debris (debridement) yang dilakukan dalam
waktu < 7 hari pasca cedera termis. Untuk
mengatasi kasus luka bakar derajat II dalam dan
derajat III. Tindakan ini diikuti tindakan
hemostasis dan juga “skin grafting” (dianjurkan
“split thickness skin grafting”).
Skin Grafting
• Tujuan dari metode ini:
– Menghentikan evaporate heat loss
– Mengupayakan agar proses penyembuhan
terjadi sesuai dengan waktu
– Melindungi jaringan yang terbuka
• Teknik mendapatkan kulit pasien secara
autograft dapat dilakukan secara split
thickness skin graft atau full thickness
skin graft
• Untuk memaksimalkan penggunaan kulit donor,
kulit donor tersebut dapat direnggangkan dan
dibuat lubang – lubang pada kulit donor (seperti
jaring-jaring dengan perbandingan tertentu, sekitar
1 : 1 sampai 1 : 6) dengan mesin.  mess grafting.
• Ketebalan dari kulit donor tergantung dari lokasi
luka yang akan dilakukan grafting, usia pasien,
keparahan luka dan telah dilakukannya
pengambilan kulit donor sebelumnya.
• Pengambilan kulit donor ini dapat dilakukan
dengan mesin ‘dermatome’ ataupun dengan
manual dengan pisau Humbly atau Goulian.
• Beberapa faktor yang mempengaruhi
keberhasilan penyatuan kulit donor
dengan jaringan yang mau dilakukan
grafting adalah:
– Kulit donor setipis mungkin
– Pastikan kontak antara kulit donor dengan
bed (jaringan yang dilakukan grafting), hal ini
dapat dilakukan dengan cara :
• Cegah gerakan geser, baik dengan pembalut
elastik (balut tekan)
• Drainase yang baik
• Gunakan kasa adsorben
PROGNOSIS
• Prognosis dan penanganan luka bakar
tergantung:
– Dalam dan luasnya permukaan luka bakar
– Penanganan sejak awal hingga
penyembuhan
– Letak daerah yang terbakar
– Usia dan keadaan kesehatan penderita
– Penyulit juga mempengaruhi progonosis
pasien. Penyulit yang timbul pada luka
bakar: gagal ginjal akut, edema paru,
SIRS, infeksi dan sepsis, serta parut
hipertrofik dan kontraktur.
Sistemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS),
Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS),
dan Sepsis
LUKA BAKAR KIMIA
• Alkalis/ Basa
– Hidroksida, soda kaustik, kalium amoniak,
litium, barium, kalsium.
• Acids / Asam
– Asam hidroklorat, asam aksalat, asam sulfat.
• Organic Compounds
– Fenol, Creosote, Petroleum.
Luka Bakar Kimia

1. Zat yg bersifat basa lebih berbahaya dibandingkan zat


bersifat asam.
2. Semakin asam/ basa makin berbahaya.
3. Bila menemukan penderita masih keadaan terkena zat
kimia lakukan:
– Selalu proteksi diri
– Bila zat kimia bersifat cair ==> guyur dg air
mengalir.
– Jangan membawa langsung penderita ke RS
sebelum membersihkan zat kimia.
– Bila zat kimia berbentuk bubuk, sapu dulu hingga
tipis ==> lalu siram air.
4. Luka karena zat kimia perlakukan sebagai luka bakar.
LUKA BAKAR LISTRIK
Cukup sering ditemukan, yg harus di perhatikan:
1. Yang menyebabkan kematian adalah lewat arus
(ampere) bukan voltase.
2. Penolong datang & penderita masih dlm terkena
arus listrik. Maka matikan listrik dari sumbernya
dahulu.
– Bila tidak mungkin, lepaskan dari perantara kayu
kering, baju kering (bahan non konduksi)
– Bila aliran listrik sudah mati, tapi tidak yakin dapat
dicoba dengan meraba/ menempelkan punggung
tangan.
3. Gangguan irama jantung selalu ada, sekecil apapun
arus listriknya, monitoring EKG penting!
4. Lakukan RJP kecuali bila ada tanda-tanda kematian
DIAGNOSA KEPERAWATAN
YG MUNGKIN MUNCUL
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d obstruksi
trakeabronkhial, oedema mukosa, dll.
2. Kerusakan pertukaran gas b/d cedera inhalasi, sindrom
kompartemen thorakal sekunder.
3. Defisit Volume Cairan b/d kehilangan cairan aktif,
kegagalan mekanisme pengaturan.
4. Kerusakan Integritas Kulit b/d faktor eksternal: zat kimia,
radiasi, hipertermia, hipotermia, faktor mekanik.
5. Nyeri b/d kerusakan kulit/ jaringan, pembentukan
oedema,
6. Resti infeksi b/d pertahanan primer tidak adekuat, respon
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai