Oleh :
Dera Seta Saputri
2013730024
Dokter Pembimbing:
dr. Kotë Noordhianta, Sp.THT-KL, M.Kes
Kriteria Eksklusi:
Subjek penelitian yang tidak lengkap
mengisi kuesioner
METODE PENELITIAN
Terdapat 87 subjek penelitian yang mendapat
tindakan operatif pada nasal
25 subjek
35 subjek 27 subjek penelitian nasal
penelitian penelitian stenosis yang
CRSwNP CRSsNP disebabkan oleh
5 subjek penelitian 4 subjek penelitian septum3deviasi
subjek penelitian
dikeluarkan (tidak dikeluarkan (tidak dikeluarkan (tidak
lengkap mengisi lengkap mengisi lengkap mengisi
kuesioner) kuesioner) kuesioner)
30 subjek 23 subjek 22 subjek
penelitian penelitian penelitian
CRSwNP CRSwNP CRSwNP
METODE PENELITIAN
Teknik Lund Mackay CT score,
Pengumpulan VAS score, dan SNOT-
Data 20 score
dan/ atau
Gambaran CT Scan :
• Perubahan mukosa di kompleks osteomeatal dan/atau sinus
Derajat Keparahan Penyakit Rinosinusitis
Penyakit ini dapat dibagi menjadi ringan, sedang dan berat berdasarkan VAS
(Visual Analogue Scale) :
• Ringan = 0-3
• Sedang = 4-7
• Berat = 8-10
Nilai VAS > 5 mempengaruhi kualitas hidup pasien
• Rinosinusitis kronis eksaserbasi akut harus diberikan pengobatan seperti pengobatan rinosinusitis akut
RINITIS ALERGI
Epidemiologi Sinusitis
Insiden kasus sinusitis di Amerika Serikat menunjukan 1 dari 7 orang dewasa
terkena sinusitis dengan lebih dari 30 juta penderita didiagnosa setiap tahunnya.
Pada tahun 2009 Global Reseacrh In Allergy menyebutkan insidens sinusitis di
Amerika pada tahun 1997 yaitu sekitar 14,7% atau 31 juta kasus per tahun.
Etiologi Sinusitis
• ISPA akibat virus
• Rinitis alergi
• Polip hidung
• Septum deviasi atau hipertrofi konka
• Hipertrofi adenoid
Klasifikasi Sinusitis
a. Konsensus internasional tahun 1995 membagi rinosinusitis hanya akut dengan batas
sampai 8 minggu dan kronik lebih dari 8 minggu.
b. Konsensus tahun 2004 membagi menjadi akut dengan batas sampai 4 minggu, sub
akut antara 4 minggu sampai 3 bulan, dan kronik jika lebih dari 3 bulan.
Mikrobiologi
• Menurut berbagai penelitian, bakteri utama yang ditemukan pada sinusitis akut
adalah Streptococcus pneumonia (30-50%), Haemophylus influenzae (20-40%), dan
Moraxella catarrhalis (4%). Pada anak, M. catarrhalis paling sering ditemukan (20%).
• Pada sinusitis kronik, faktor predisposisi lebih berperan, tetapi umumnya bakteri
yang ada lebih condong ke arah bakteri gram negatif dan anaerob (Haemophylus
influenzae).
Gejala Sinusitis Akut
• Hidung tersumbat disertai nyeri/rasa tekanan pada muka dan sekret
purulen, yang seringkali turun ke tenggorok (post nasal drip). Dapat
disertai gejala sistemik seperti demam dan lesu.
• Keluhan nyeri atau rasa tekanan di daerah sinus yang terkena merupakan
ciri khas sinusitis akut, serta kadang-kadang nyeri juga terasa di tempat
lain (referred pain).
• Nyeri pipi menandakan sinusitis maksila, nyeri alih ke gigi dan telinga
kadang-kadang sinusitis maksilaris.
• Nyeri di antara atau di belakang orbita sinusitis etmoid.
• Nyeri di dahi atau seluruh kepala sinusitis frontal.
• Nyeri dirasakan di verteks, oksipital, belakang orbita, dan daerah mastoid
sinusitis sfenoid.
Gejala Sinusitis Kronik
• Keluhan sinusitis kronik tidak khas sehingga sulit didiagnosis.
• Kadang-kadang hanya 1 atau 2 gejala, diantara : sakit kepala kronik, post
nasal drip, batuk kronik, gangguan telinga akibat sumbatan kronik muara
tuba eustachius, gangguan ke paru seperti bronkhitis (sino-bronkhitis),
bronkhiektasis, dan yang penting adalah serangan asma yang meningkat
dan sulit diobati.
Diagnosis Sinusitis
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
• Pemeriksaan fisik dengan rhinoskopi anterior, dan posterior, pemeriksaan
naso-endoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan
dini.
• Tanda khas ialah adanya pus di meatus medius (pada sinusitis maksila,
ethmoid anterior, dan frontal) atau di meatus superior (pada sinusitis
ethmoidalis posterior dan sfenoid). Pada rinosinusitis akut, mukosa
edema dan hiperemis. Pada anak sering ada pembengkakan dan
kemerahan pada kantus medius.
Diagnosis Sinusitis
• Pemeriksaan Radiologik Sinus Paranasal
a. Posisi Waters untuk melihat adanya kelainan di sinus maksila, frontal
dan etmoid.
b. Posisi posterior anterior untuk menilai sinus frontal.
c. Posisi lateral untuk menilai sinus frontal, sphenoid dan etmoid.
d. Gambaran sinusitis akan terlihat perselubungan, air-fluid level, atau
penebalan mukosa.
• Pemeriksaan CT-Scan
Potongan CT Scan yang rutin dipakai adalah koronal dan aksial. Indikasi
utama CT Scan hidung dan sinus paranasal adalah sinusitis kronik, trauma
(fraktur frontobasal), dan tumor.
Penatalaksanaan Sinusitis
• Tujuan terapi sinusitis ialah mempercepat penyembuhan, mencegah
komplikasi, dan mencegah perubahan menjadi kronis. Prinsip pengobatan
ialah membuka sumbatan di kompleks osteo-meatal, sehingga drainase dan
ventilasi sinus-sinus pulih secara alami.
• Antibiotik yang dipilih adalah golongan penisilin seperti amoksisilin. Jika,
diperkirakan kuman telah resisten atau memproduksi beta-laktamase, maka
dapat diberikan amoksisilin-klavulanat atau jenis sefalosporin generasi ke-2.
Pada sinusitis antibiotik diberikan selama 10-14 hari walaupun gejala klinik
sudah menghilang. Pada sinusitis kronik diberikan antibiotik yang sesuai
untuk kuman gram negatif dan anaerob.
• Dekongestan oral dan topikal
• Analgetik, mukolitik, steroid oral/topikal, pencucian rongga hidung dengan
NaCl atau diatermi bila diperlukan
Penatalaksanaan Sinusitis