Anda di halaman 1dari 57

Dina Keumala Sari

Departemen Ilmu Gizi


FK UMI
Januari, 2015

GIZI DAN DIARE (1)


DIARE (UMUM)
Penyebab diare

 Makanan berbumbu.
 Minuman sari buah.
 Alergi terhadap makanan tertentu.
 Intoleransi laktosa (tubuh menolak makanan
atau minuman olahan susu).
 Obat-obatan yang mengganggu lambung
seperti aspirin, obat-obatan antisida, dan
antibiotik.
 Makanan atau minuman yang tercemar bakteri.
 Infeksi masih merupakan penyebab utama diare.
Pada penelitian yang dilakukan oleh IRSN dan
Litbangkes pada pasien anak di 6 Rumah Sakit di
Indonesia disebabkan terutama oleh Rotavirus
dan Adenovirus (70%) sedangkan infeksi karena
bakteri hanya 8,4%

 Kerusakan vili usus karena infeksi virus


(rotavirus) mengakibatkan berkurangnya
produksi enzim laktase sehingga
menyebabkan malabsorpsi laktosa.
 Diare karena keracunan makanan disebabkan
karena kontaminasi makanan oleh mikroba
misalnya: clostridium botulinum, Stap.
Aureus dll
 Penggunaan antibiotika selama 3 sampai 5
hari yang menyebabkan berkurangnya flora
normal usus sehingga ekosistem flora usus
didominasi oleh kuman patogen khususnya
clostridium difficile.
Gejala

 Buang air besar yang encer atau cair.


 Kram perut dan mual.
 Buang air besar lebih dari 3 kali selama 12
jam.
 Adanya darah dalam tinja.
 Muntah berulang kali, bisa menjadi gejala
diare berat.
 Dehidrasi dan hilangnya cairan tubuh.
 Jarang dan sedikit buang air kecil.
 Selalu merasa haus.
 Bibir kering, mata cekung, kulit tampak
pucat.
 Lemas.
 Kekenyalan tubuh hilang (misalnya bekas
cubitan tidak segera kembali normal).
Prinsip umum
Oralit dengan Osmolaritas Rendah
Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari
rumah dengan memberikan Oralit. Bila tidak tersedia,
berikan minuman lebih banyak cairan rumah tangga
yang mempunyai osmolaritas rendah yang dianjurkan
seperti air tajin, kuah sayur dan air matang.

 Macam cairan yang digunakan bergantung pada:


 Kebiasaan setempat dalam mengobati diare
 Tersedianya cairan sari makanan yang cocok
 Jangkauan pelayanan kesehatan
Zinc
 Di negara berkembang, umumnya anak sudah
mengalami defisiensi Zinc. Bila anak diare,
kehilangan Zinc bersama tinja, menyebabkan
defisiensi menjadi lebih berat.

 Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang


penting dalam tubuh. Lebih dari 300 macam
enzim dalam tubuh memerlukan zinc sebagai
kofaktornya, termasuk enzim superoksida
dismutase. Enzim ini berfungsi untuk
metabolisme radikal bebas superoksida
sehingga kadar radikal bebas ini dalam tubuh
berkurang.
 Pada proses inflamasi, kadar radikal bebas superoksida
meningkat, sehingga dapat merusak berbagai jenis
jaringan, termasuk jaringan epitel dalam usus.
 Zinc juga berefek dalam menghambat enzim iNOS
(inducible nitric oxide synthase), dimana ekspresi enzim
ini meningkat selama diare dan mengakibatkan
hipersekresi epitel usus.
 Zinc juga berperan dalam epiteliasisasi dinding usus
yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi
selama sebagian besar kejadian diare. Kerusakan
morfologi epitel usus antara lain terjadi pada diare
karena rotavirus yang merupakan penyebab terbesar
diare akut.
 Pemberian zinc selama diare terbukti
mampu mengurangi lama dan tingkat Gizi
buruk  diare, mengurangi frekuensi
buang air besar, mengurangi volume tinja,
serta menurunkan kekambuhan kejadian
diare pada 3 bulan berikutnya.
 Penelitian di Indonesia menunjukkan
bahwa zinc mempunyai efek protektif
terhadap diare dan menurunkan
kekambuhan diare sebanyak 11% dan
menurut hasil pilot studi menunjukkan
bahwa zinc mempunyai tingkat hasil guna
sebesar 67% (Hidayat, 1998, Soenarto,
2007). Berdasarkan bukti ini, semua anak
dengan diare harus diberi zinc segera saat
anak mengalami diare.
 Zinc diberikan pada setiap diare dengan dosis,
untuk anak berumur kurang dari 6 bulan
diberikan 10 mg ( ½ tablet) zinc per hari,
sedangkan untuk anak berumur lebih dari 6
bulan diberikan 1 tablet zinc 20 mg. Pemberian
zinc diteruskan sampai 10 hari, walaupun diare
sudah membaik. Hal ini dimaksudkan untuk
mencegah kejadian diare selanjutnya selama 3
bulan ke depan.

 Cara pemberian tablet zinc:


Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang,
atau ASI.
Pemberian ASI / makanan
 Pemberian makanan selama diare bertujuan
untuk memberikan gizi pada penderita terutama
pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta
mencegah berkurangnya berat badan. Anak
yang masih minum ASI harus lebih sering diberi
ASI. Anak yang minum susu formula diberikan
lebih sering dari biasanya. Anak usia 6 bulan atau
lebih termasuk bayi yang telah mendapat
makanan padat harus diberikan makanan yang
mudah dicerna sedikit demi sedikit tetapi sering.
Setelah diare berhenti, pemberian makanan
ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk
membantu pemulihan berat badan anak
 Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotik tidak boleh digunakan secara rutin
karena kecilnya kejadian diare yang
memerlukannya (8,4%). Antibiotik hanya
bermanfaat pada anak dengan diare berdarah
(sebagian besar karena shigellosis), suspek
kolera, dan infeksi-infeksi di luar saluran
pencernaan yang berat, seperti pneumonia.
Walaupun demikian, pemberian antibiotik yang
irrasional masih banyak ditemukan. Sebuah
studi melaporkan bahwa 85% anak yang
berkunjung ke Puskesmas di 5 propinsi di
Indonesia menerima antibiotik.
Kasus gizi buruk

 KEP (Gizi Buruk) yang telah terjadi diatasi


sesuai standar yang berlaku. Yang tak kalah
penting adalah mencegah terjadinya gizi
buruk, sehubungan dengan kehilangan
protein, penurunan nafsu makan dan
kemampuan makan penderita.
Secara umum acuan pemberian makanan :

 Beri makanan sedikit-sedikit tapi sering


dengan high density diet (TKTP)
 Anak dibujuk dan diberi perhatian khusus
agar makan dalam jumlah yang cukup.
 Pemberian makanan ekstra, minimal
sampai dua minggu setelah sakit.
 Biasanya nafsu makan sudah kembali 1-2
hari setelah pemberian antibiotika yang
tepat.
 DIARE BERGIZI BURUK PANJANGAN
(PROLONGED DIARRHEA)
 Diare bergizi buruk panjangan, yaitu diare yang
berlangsung lebih dari 7 hari dan kurang dari 14
hari. Penyebab diare bergizi buruk panjangan
berbeda dengan diare akut. Pada keadaan ini
kita tidak lagi memikirkan infeksi virus
melainkan infeksi bakteri, parasit, malabsorpsi,
dan beberapa penyebab lain dari diare persisten.
Tatalaksana sama dengan diare persisten
Tes kasus
17. Seorang ibu mempunyai bayi usia 8 bulan, BAB
4-5 x/hari dan sisa makanan yang belum tercerna
selama 2 minggu. Ibu bekerja memberi ASI 1x
sebelum dan 3-4 x setelah kerja. MPASI 3x bubur
susu, 1x sari jeruk peras. Ayah tidak bekerja dan
nenek membantu mengasuh bayi. Apa yang
mendasari BAB tsb?
A. bayi ditinggal kerja ibu
B. nenek membantu mengasuh
C. bubur susu 3x
D. sari jeruk 1x
E. Intoleransi laktosa
18. Seorang ibu, bayi perempuan 8 bulan, BAB ± 4 – 5
x/hari disertai sisa makanan yang belum tercerna
sempurna sejak 2 minggu terakhir. Ibu bekerja
sebagai guru & memberikan ASI 1x sebelum
berangkat kerja & sepulang kerja 3-4 x . Makanan
tambahan bubur susu 3x/hari & sari jeruk peras 1x
sehari. Ayah tidak bekerja, nenek bantu asuh bayi.
Anjuran terbaik?
A. Sementara ibu berhenti bekerja
B. Pemberian bubur susu dihentikan
C. Pemberian sari jeruk peras dihentikan
D. Diberikan imunisasi
E. Dikonsultasikan ke puskesmas
Pembahasan no 17:
D. Sari jeruk

Pembahasan no 18:
C. Sari jeruk dihentikan
TERIMAKASIH
GIZI DAN DIARE (2)
Topik

 Penyebab penurunan gizi pada kasus diare


 Pengaruh makanan selama dan sesudah diare
 Tatalaksana gizi pada kasus diare
 Tatalaksana diare pada anak gizi buruk
 Pemberian makan selama diare
Diare akut

 Buang air besar lembek/cair, lebihdari 3 kali


per hari selama kurang dari 14 hari
 Prinsip tatalaksana:
 Mencegah dehidrasi
 Mengatasi dehidrasi
 Memberi makan
 Mengatasi masalah lain (utamakan rehidrasi,
walau tidak ada obat efektif untuk diare)
Prinsip pemberian makanan
 Memberikan asupan nutrien yang adekuat
mencegah kekurangan berat badan
 Pemberian cairan oralit
 ASI tetap diberikan
 Susu formula
 Anak lebih dari 6 bulan pemberian makanan
padat harus diberikan porsi kecil sering
 Pemberian makanan ekstra harus dilanjutkan
selama 2 minggu untuk membantu pemulihan
berat badan
Makanan tambahan (ekstra)

 Bubur yang dicampur dengan kacang-


kacangan (selain kacang merah), sayur,
daging, ikan, tambahan: 1-2 sendokt teh
minyak sayur tiap porsi
 Sari buah yang tidak mengiritasi atau pisang
halus
 Makanan harus segar masak dan haluskan
atau tumbuk makanan dengan baik
 Bujuk anak makan (setidaknya 6x/hari)
Panduan pemberian oralit
tanpa dehidrasi
Dehidrasi ringan sedang
Dehidrasi
berat
Kurang energi protein (KEP)

 Terjadi pada diare lain seperti disentri


(shigella, shalmonella, E. coli)
 Kehilangan protein lebih besar
 Diare akibat disentri kasus campak cepat
menimbulkan KEP
 Derajat progresifitas KEP monitor berat
badan dan kadar albumin berkala
Hal perlu diperhatikan

 Telah terjadi atrofi mukosa usus dan pankreas


 Kekurangan makro-mikronutrien
 Hipoglikemia (glikogen kurang)
 Glukoneogenesis (tidak dipuasakan)
 Kalium rendah
 Hati-hati pemberian natrium (hipervolemia,
udem paru dan gagal jantung)
 Pertimbangkan rehidrasi parenteral lanjutan
Lingkaran setan pada KEP
Penanganan

 Kasus KEP ditangani dengan


penatalaksanaan anak gizi buruk
 High density
 Porsi kecil tapi sering
 Bujuk anak untuk makan
Tahap:
penyelamatan
penyesuaian
penyembuhan
pembinaan
10 langkah
Formula
Diare persisten

 Diare akut yang berlanjut lebih dari atau


sama dengan 14 hari
Penilaian status nutrisi

 Anamnesis asupan makan


 Antropometri
 Pemeriksaan klinis
 Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan radiologis (?)
Anamnesis asupan makan

 Riwayat makan terdahulu


 Asupan makan sekarang:
 Alur pemberian makanan : enteral dan parenteral
 Enteral : cair, saring, lunak, biasa?
 Kemampuan dalam menghabiskan makanan :
porsi kecil-sering
 ASI tetap diberikan jika menyusui, jika tidak
maka rendah laktosa
Makanan Biasa

 = makanan sehari-hari yang


beraneka ragam, bervariasi
bentuk, tekstur, dan aroma
normal.
  gizi seimbang dan AKG
 Tujuan: memberikan
makanan sesuai kebutuhan
gizi untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan
tubuh
Makanan Lunak

 = makanan yang memiliki


tekstur yang mudah dikunyah,
ditelan, dan dicerna

 Tujuan: memberikan makanan yang mudah ditelan sesuai


kebutuhan gizi dan keadaan penyakit
Makanan Saring
 = makanan semi padat yang mempunyai tekstur
lebih halus dari makanan lunak

 Tujuan: memberikan makanan dalam bentuk semi


padat sejumlah yang mendekati kebutuhan gizi
pasien untuk jangka waktu pendek sebagai proses
adaptasi terhadap bentuk makanan yang lebih
padat
Bentuk lain

 Lactose intolerance, alergi susu sapi/kedelai


 Elemental sintesis atau hidrolisat
Pelaksanaan
 Oral
 Suplementasi
 makanan  Parenteral
 Enteral
 Gaster
 Nasogastric tube
 Faringostomi
 Esofagostomi
 Gastrostomi (PEG; Bedah)
 Duodenum
 Nasosuodenal tube
 Extended gastrostomy
 Yeyunum
 Nasoyeyunom tube
 Extended gastrostomy
 Yeyunostomy (direct access; fine needle catheter)
Pemberian
 Bolus:
sejumlah diet cair diberikan dengan jumlah yang telah
ditentukan  perlahan-lahan dengan spuit (> 50 cc) 
waktu yang ditentukan. Jumlah tidak melebihi 30 cc/mnt

 Intermiten:
diet cair diberikan selama 24 jam dengan waktu istirahat tiap
2-3 jam

 Kontinu:
diet cair diberikan sampai 20 jam tanpa berhenti (pH<2,5)
Intoleransi  GRV / 4 jam
>200 cc selang nasoenteral
> 100 cc selang gastrostomia
Pemeriksaan antropometri

 Berat badan
 Panjang badan/tinggi badan
 IMT

Pemeriksaan klinis
 Pemeriksaan status hidrasi termasuk turgor
Pemeriksaan laboratorium

 Pemeriksaan gula feses


 Pemeriksaan pH feses
 Pemeriksaan mikroskopik feses butir lemak
 Stestokrit
 Lactose loading test
 Hydrogen breath test
 Withdrawal and challenging
Sumber kalori

 Karbohidrat: beras
 Protein: tempe, daging ayam, telur
 Lemak: minyak sayur
Larutan susu (70 kal/100 g)
Larutan rendah tepung bebas
laktosa
Terapi mikronutrien

 Pemberian lanjutan
 Minimal 2 kali AKG
 Asam folat, zinc, cuprum, magnesium,
vitamin A
Pemberian zinc
Indikasi :
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai