Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN CEDERA KEPALA

SUSILAWATI, M.Kep
DEFINISI
• Trauma atau cedera kepala (Brain Injury) adalah salah satu
bentuk trauma yang dapat mengubah kemampuan otak
dalam menghasilkan keseimbangan fisik, intelektual,
emosional, sosial dan pekerjaan atau dapat dikatakan
sebagai bagian dari gangguan traumatik yang dapat
menimbulkan perubahan – perubahan fungsi otak (Black,
2005)
• Brain Injury Assosiation of America (2009)
Cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala,
bukan bersifat kongenital ataupun degeneratif, tetapi
disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar,
yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang
mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan
fungsi fisik.
• Menurut, Brunner dan Suddarth, (2001) cedera kepala ada 2
macam yaitu:
a. Cedera kepala terbuka
• Pecahnya tengkorak atau luka penetrasi
• Besarnya cedera kepala pada tipe ini ditentukan oleh massa dan
bentuk dari benturan,
• kerusakan otak juga dapat terjadi jika tulang tengkorak menusuk
dan masuk kedalam jaringan otak
• cedera kepala terbuka memungkinkan kuman pathogen memiliki
akses langsung ke otak
b. Cedera kepala tertutup
Benturan kranial pada jaringan otak didalam tengkorak ialah
goncangan yang mendadak. Dampaknya mirip dengan sesuatu yang
bergerak cepat, kemudian serentak berhenti dan bila ada cairan akan
tumpah. Cedera kepala tertutup meliputi: kombusio gagar otak,
kontusio memar, dan laserasi.
Mekanisme cedera kepala
A. Kompresi :
dibentur oleh benda yang
bergerak (kepala tergencet).
B. Akselerasi
Terjadi jika benda yang sedang
bergerak membentur kepala
yang diam.
C. Deselerasi
Terjadi jika kepala membentur
objek yang diam
GCS
• Glasgow Coma Scale (GCS) digunakan untuk menilai
secara kuantitatif kelainan neurologis dan dipakai secara
umum dalam deskripsi beratnya penderita cedera kepala
GCS
Respon Motorik Respon Verbal

• Mengikuti perintah 6 • Orientasi baik 5


• Mampu melokalisasi nyeri 5 • Kebingungan 4
• Reaksi menghindari nyeri 4 • Hanya ada kata kata tapi tidak
• Fleksi abnormal 3 berbentuk kalimat 3
• Ekstensi abnormal 2 • Hanya asal bersuara atau berupa
• Tidak ada respon 1 erangan 2
• Tidak ada respon 1
Mekanisme timbulnya lesi
1. Getaran otak.
Trauma pada kepala menyebabkan seluruh tengkorak
beserta isinya bergetar. Kerusakan yang terjadi
tergantung pada besarnya getaran.
2. Deformasi tengkorak.
Tulang yang menggepeng ini akan membentur jaringan
dibawahnya dan menimbulkan kerusakan pada otak.
Pada sisi seberangnya, tengkorak bergerak menjauh
dari jaringan otak dibawahnya sehingga timbul ruangan
vakum yang dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh
darah
3. Pergeseran otak.
otak bergeser mengikuti arah gaya benturan disebut
juga gerakan translasional. Geseran ini dapat
menimbulkan lesi bila permukaan dalam tengkorak kasar
seperti yang terdapat di dasar tengkorak.
4. Rotasi otak
otak mengalami rotasi sentrifugal yang mengakibatkan
benturan otak pada tabula interna tengkorak jaringan
otak di daerah ini mengalami regangan yang
mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah dan
serat-serat saraf
KLASIFIKASI
A. Berdasarkan mekanisme
Tertutup
Biasanya dihubungkan dengan kecelakaan kendaraan,
jatuh dan pukulan
1. Kecepatan tinggi berhubungan dengan kecelakaan
mobil-Motor.
2. Kecepatan rendah, biasanya disebabkan jatuh dari
ketinggian atau dipukul dengan benda tumpul.
Penetrans
Luka tembak dan luka tusuk
KLASIFIKASI
Berdasarkan beratnya
• Cedera kepala ringan (GCS 13-15)
• Cedera kepala sedang (GCS 9-12)
• Cedera kepala berat (GCS < 9)
Cedera Kepala ringan
– Periode hilangnya kesadaran
– Hilangnya memori kejadian secara tiba–tiba sebelum
atau setelah kejadian.
– Gangguan mental saat terjadi kecelakaan
– Defisit neurologis fokal
– GCS >12
– CT Scan normal
– Lesi non operatif
– LOS < 48 jam
Penataklaksanaan

• Kesadaran disorientasi, atau not obey command,


tanpa defisit neurologi fokal: Peratan luka, Ro
kepala
• CT scan: bila dicurigai adanya lucid interval
(hematom intrakranial), follow up kesadaran
semakin menurun, timbul lateralisasi
• Observasi: keadaran (GCS), tanda vital,pupil,
gejala fokal serebral
Cedera Kepala Sedang
• GCS = 9 – 12
• Kriteria cedera kepala sedang :
• Kehilangan kesadaran dan atau amnesia
lebih dari
• 30 menit tetapi kurang dari 24 jam.
• Dapat mengalami fraktur tengkorak.
Penataklaksanaan
1. Periksa dan atasi ggn jalan nafas, pernafasan,
sirkulasi
2. Pemeriksaan keadaran, pupil,tanda fokal
serebral, dan cedera organlain
3. Fiksasi leher dan patah tulang ekstremitas jika ada.
4. Ro kepala, bila perlu bagian tubuh yang lain
5. CT scan bila dicurigai hematomintrakranial
6. Observasi tanda vital, kesadaran, pupil, defisit fokal
serebral
Cedera Kepala Berat
• GCS = 3 – 8
• Kehilangan kesadaran dan atau terjadi
amnesia
• lebih dari 24 jam.
• Juga meliputi kontusio serebral, laserasi,
atau hematoma intrakranial.
Penataklaksanaan

1. Biasanya disertai cederamultipel,


2. Disampingkelainan serebral juga ada kelainan
sistemik
1. Resusitasi jantung paru (airway, breathing,
circulation/ABC). PasienCK berat sering dalam
keadaan hipotensi, hipoksia, hiperkapnea akibat
ggn pulmoner.
KLASIFIKASI
Berdasarkan morfologinya
 Epidural hematom:
Terdapat pengumpulan darah diantara tulang tengkorak
dan duramater akibat pecahnya arteri meningeal media
yang terdapat di duramater, pembuluh darah ini tidak
dapat menutup sendiri karena itu sangat berbahaya.
Dapat terjadi dalam beberapa jam sampai 1 – 2 hari.
Lokasi yang paling sering yaitu dilobus temporalis dan
parietalis.
 Tanda dan gejala:
penurunan tingkat kesadaran, nyeri kepala, muntah,
hemiparesa. Dilatasi pupil ipsilateral, pernapasan dalam
dan cepat kemudian dangkal, irreguler, penurunan nadi,
peningkatan suhu
 Subdural hematoma
Terkumpulnya darah antara duramater dan jaringan
otak, dapat terjadi akut dan kronik. Terjadi akibat
pecahnya pembuluh darah vena/jembatan vena yang
biasanya terdapat diantara duramater, perdarahan
lambat dan sedikit. Periode akut terjadi dalam 48 jam – 2
hari atau 2 minggu dan kronik dapat terjadi dalam 2
minggu atau beberapa bulan.
 Tanda dan gejala:
Nyeri kepala, bingung, mengantuk, menarik diri, berfikir
lambat, kejang
 Perdarahan intraserebral
Perdarahan di jaringan otak karena pecahnya pembuluh
darah arteri, kapiler, vena.
 Tanda dan gejala:
Nyeri kepala, penurunan kesadaran, komplikasi
pernapasan, hemiplegi kontralateral, dilatasi pupil,
perubahan tanda-tanda vital.
 Perdarahan subarachnoid:
Perdarahan didalam rongga subarachnoid akibat
robeknya pembuluh darah dan permukaan otak, hampir
selalu ada pada cedera kepala yang hebat.
 Tanda dan gejala:
Nyeri kepala, penurunan kesadaran, hemiparese,
dilatasi pupil ipsilateral dan kaku kuduk.
PenatalaksanaanKonservatif
a.Bedresttotal
b.ObservasiTTV & Status Neurologis
c.Pemberianobat-obatan
-Dexamethason/kalmethason
-Terapihiperventilasi(Intubasi)
-Anti-odema(Manitol, Glukosa40%, gliserol)
-Antibiotika
d. Intake Makanan& Cairan
-2500-3000 TKTP
-Dextrosa5% , RL
KOMPLIKASI
1.Hemoragi
2.Hernia Otak
3.Kegagalan pernafasan
4.Paralisis
5.Peningkatan TIK
Pemeriksaan Diagnostik:
• CT Scan: tanpa/dengan kontras) mengidentifikasi
adanya hemoragik, menentukan ukuran ventrikuler,
pergeseran jaringan otak.
• Angiografi serebral: menunjukkan kelainan sirkulasi
serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat edema,
perdarahan, trauma.
• X-Ray: perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan
struktur garis (perdarahan / edema), fragmen tulang.
• Analisa Gas Darah: medeteksi masalah pernapasan
(oksigenasi) jika terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
• Elektrolit: untuk mengkoreksi keseimbangan elektrolit
sebagai akibat peningkatan tekanan intrakranial
PENGKAJIAN
• Kapan cedera terjadi?
• Penyebab cedera?
• Objek apa yang terbentur kepala?
• Dari mana arah dan kekuatan pukulan?
• Apakah ada kehilangan kesadaran?
• Durasi periode tidak sadar?
• Dapatkah pasien dibangunkan?

• Riwayat Kesehatan :
Pada umumnya pasien dengan trauma kepala, datang ke rumah
sakit dengan penurunan tingkat kesadaran (GCS di bawah 15),
bingung, muntah, dispnea/takipnea, sakit kepala, wajah tidak
simestris, lemah, paralise, hemiparise, luka di kepala, akumulasi
spuntum pada saluran nafas, adanya liquor dari hidung dan telinga,
dan adanya kejang.
a. Jalan nafas (airway)
• Jalan nafas dibebaskan dari lidah yang turun kebelakang
dengan posisi kepala ekstensi, kalau perlu pasang pipa
oropharing (OPA )/ endotrakheal, bersihkan sisa muntah,
darah ,lendir, atau gigi palsu. Isi lambung dikosongkan melalui
pipa NGT untuk menghindari aspirasi muntahan dan kalau ada
stress ulcer
b. Pernafasan (breathing)
• _ Ggn sentral : lesi medula oblongata, nafas cheyne stokes,
dan central neurogenik hiperventilasi
• _Ggn perifer: aspirasi, trauma dada, edema paru, DIC, emboli
paru,infeksi.
• _Tindakan Oksigenasi, cari dan atasi faktor penyebab,
kalau perlu ventilator
• 3. Sirkulasi (circulation)
• _Hipotensi– iskemik—kerusakan sekunder otak.
Hipotensi jarang akibat kelainan intrakranial, sering
ekstrakranial, akibat hipovolemi, perdarahan luar, ruptur
organ dalam, trauma dada disertai tamponade jantung
atau pneumotorak, shock septik.
• _Tindakan: hentikan sumber perdarahan, perbaiki
fungsi jantung ,mengganti darah yang hilang dengan
plasma, darah
Pemeriksaan Fisik

• Status neurologis yang perlu dikaji perubahan


kesadaran, pusing kepala, vertigo, menurunnya
refleks, malaise, kejang, iritabel, kegelisahan atau
agitasi.
• Pupil ; Ukuran, refleks cahaya
• hemiparesis
• Letargi dan koma
• Mual muntah
• Kesukaran bernafas atau sesak, napas lambat
• Hipotensi ,bradikardi.
Prioritas Diagnosa Keperawatan :
4. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak
2. ketidakefektifan pola pernapasan, berhubungan
dengan kerusakan neurologis
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d
obstruksi jalan nafas.
5. Resiko aspirasi
3. Nyeri akut b.d agen cedera fisik

Anda mungkin juga menyukai