Anda di halaman 1dari 24

UTA’45 Jakarta

KARAKTERISTIK MINYAK BIJI PEPAYA


(CARICA PAPAYA) SEBAGAI BAHAN
KOSMETIK DAN UJI AKTIVITASNYA
TERHADAP BAKTERI PENYEBAB
JERAWAT (PROPIONBACTERIUM ACNE)

Oleh: Alwan Rizal Hilmy (1643057229)


Infografic: Pembahasan

Pendahuluan Tinjauan Pustaka


Alasan penelitian ini, BAB I BAB II Teori acuan yang
penting untuk dilakukan digunakan
01 02
Diameter zona hambat P. acne Metodologi Penelitian
Uji antibakteri Uji III Meliputi, Waktu dan
BAB III
Tempat, Car pengerjaan
06 03 dan Uji yang dilakuakn

Uji Fisikokimia Penentuan komposisi dan radiasi


sinar UV
Penentuan bilangan Uji II Uji I
asam, Penyabunan dan Gas Kromatografi Masa
peroksida 05 04 dan Spektofotometri UV-
Vis
BAB I. PENDAHULUAN
Pepaya (Carica papaya L.), milik keluarga Caricaceae, ada di hampir semua tropis da
n subtropis wilayah dunia (Noorzianna A., 2014). Pengolahan buah menyebabkan limbah
dengan produk seperti kulit, biji atau bahan berserat. Hal ini diketahui bahwa sumber pen
ting dari gula, mineral, asam organik, serat, dan senyawa fenolik, yang memiliki berbagai
aktivitas farmakologi, yang meliputi antitumor, antivirus, antibakteri, kegiatan pelindung d
an antimutagenik cardio (Djilas et al., 2009). Secara umum, penggunaan bagian-bagian
buah biasanya dibuang oleh industri dan menambahkan nutrisi ke berbagai olahan maka
nan (Claudia et al., 2014).

Dilaporkan Noorzianna (2014) Pepaya mengandung minyak dengan proporsi yang lebih t
inggi dari kandungan asam lemak tak jenuh tunggal, biasanya digunakan dalam produk e
mollient perawatan kulit, minyak mandi, kondisioner rambut, dan make up. Sifat-sifat ini
menunjukkan bahwa minyak biji pepaya mungkin memiliki potensi sebagai sumber baru
minyak tinggi oleat bagi industri makanan dan non-pangan.
RUMUSAN MASALAH

Biji pepaya (Carica papaya L.)telah terbukti sebagai antihelmin


01 thic, aktivitias anti-mikroba dan menjadi efisien dalam mengobati
parasit usus manusia. Namun, dengan kandungan biji pepaya me
ngandung berbagai komponen senyawa, terutama minyak kandu
ngan sangat memungkinkan sebagai bahan kosmetik, selain itu u
ntuk memanfaatkan limbah yang terbuang dari biji pepaya.
1. Apakah karakeristik dari minyak biji pepaya (Carica papaya)
03 04
memiliki syarat sebagai bahan kosmetik ?
2. Apakah minyak biji pepaya (Carica papaya) memiliki aktivitas t
erhadap bakteri penyebab jerawat (Propionbacterium acne) ?
TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk megetahui


02
01 karakteristik sifat fisikokimia dari kandun
gan minyyak biji pepaya yang berpotensi
sebagai bahan kosmetik serta mengetah
ui daya hambat minyak biji pepaya terha
03 dap bakteri penyebab 04 jerawat (Propionb
acterium acne).
MANFAAT PENELITIAN

a. Manfaat penelitian ini bagi Instansi atau Industri adalah : Pe


03
01 nelitian ini memberikan informasi mengenai karakteristik ka
ndungan kimia minyak biji pepaya (Carica papaya) yang ber
potensi sebagai bahan kosmetik. Hal ini juga memberikan in
formasi tentang aktivitas terhadap bakteri bakteri penyebab
jerawat (Propionbacterium acne). Ini akan membentuk dasa
r untuk meningkatkan potensi pemanfaatan biji pepaya seba
gai bahan sediaan kosmetik.
03 04
b. Manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah : Dapat menj
adi sumber informasi di masyarakat mengenai efek minyak
biji pepaya (Carica papaya) sebagai bahan kosmetik alterna
tif dan memiliki aktivitasnya daya hambat terhadap bakteri p
enyebab jerawat (Propionbacterium acne).
HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis penelitian ini diharapkan minyak biji


04
01 pepaya dapat berpotensi digunakan sebagai s
ediaan kosmetik berdasarkan karakteristik kan
dungan kimia dan menghambat aktifitas bakter
i penyebab jerawat (Propionbacterium acne) s
ecara in vitro. Sehingga dapat bermanfaat dan
meningkatkan potensi04 pemanfaatan biji pepay
a sebagai bahan sediaan kosmetik.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Klasifikasi Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
Menurut Ikeyi et al. (2013), sistematika tumbuhan pepaya (Carica papaya L.) berdasark
an taksonominya adalah sebagai berikut:

Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Brassicales
Familia : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya

Nama Daerah
Indonesia : Pepaya, Malaysia : Betik, Tamil : Pappali, (Rukmana, 1995). Jawa : Kates,
Belanda : Papaja (Thomas, 1989). Vietnam : Du dua, Thailand : Mala kaw, Pilipina: Ka
paya, lapaya, Cina : Fan mu gua (Kalie, 2008).
Buah pepaya berbentuk lonjong yang terdapat rongga didalamnya. Rongga tersebut berisi biji pe
paya. Biji pepaya termasuk limbah pertanian, terdapat dibagian rongga buah pepaya. Berbentuk
bulat keriput yang dibungkus oleh kulit ari yang transparan seperti agar. Biji pepaya pada buah y
ang belum matang berwarna putih, sedangkan biji pepaya matang berwarna hitam dengan tekstu
r yang lunak

Pepaya adalah buah dari Carica papaya yang termasuk genus Carica. Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian diarahkan ke bu
ah ini oleh para peneliti karena sifat gizi dan medis. Kebanyakan penelitian telah fokus pada tiga bagian tanaman yaitu: buah, late
ks dan benih. buah pepaya merupakan sumber yang baik dari karbohidrat, vitamin C dan A dan mineral (tembaga dan magnesium
) (Wall, 2006). Pepaya lateks dilepaskan dari latisifer dan hermaprodit tanaman (Feng, 2014). lateks mengandung setidaknya emp
at endopeptidases sistein dan konstituen lainnya termasuk inhibitor hidrolase dan lipase, yang telah banyak diterapkan untuk indu
stri makanan, farmasi, dan pengobatan sebagai langsung untuk luka bakar pediatrik di beberapa negara Afrika, seperti Gambia (A
zarkan et al., 2006 ; Chen dan Tsai, 2005; Maria et al., 2006; Morcelle et al., 2006; Nitsawang et al., 2006; Starley et al.,1999).
Komponen Gizi Pepaya
Komposisi kimia Buah pepaya matang Buah pepaya mentah

Protein 0,6 g 0,7 g


Lemak 01 0,1 g 0,2 g
serat kasar 0,8 g 0,9 g
Karbohidrat 7,2 g 5,7 g
Energi 32 kkal 27 kkal

*Sumber: Krishna et al. (2008)

04
Buah pepaya mengandung papain yang merupakan komponen utama dari getah pe
paya. Papain diterapkan secara luas untuk tenderisation daging menurut laporan da
ri Feng (2014). Buah pepaya hijau telah dilaporkan oleh Duke (1996) untuk memberi
kan (per 100 g) 26 kalori, 92,1 g H2O, 1,0 g protein, 0,1 g lemak, 6,2 g karbohidrat to
tal, 0,9 g serat dan 0,6 g abu.
Konstituen yang berbeda dari pohon pepaya
*Sumber: Rehman et al. (2003); Krishna

Bagian Konstituen
Buah Protein, lemak, serat, karbohidrat, mineral: kalsium, fosfor, besi, vitamin C, ti
amin, riboflavin, niasin, dan karoten, asam amino, sitrat dan asam malat (bu

01 ah hijau)
Jus N-butirat asam, n-hexanoic dan n-oktanoat asam, lipid, Myristic, linoleat, as
am linolenat dan cis-vaccenic dan oleat
Benih asam lemak, protein kasar, serat kasar, minyak pepaya, carpaine, benz
ylisothiocynate, benzylglucosinolate, glucotropacolin, benzylthiourea,
hentriacontane, β- sitostrol, membelai dan enzim myrosin
04
et al. (2008)

Akar Carposide, dan enzim myrosin


Daun Alkaloid carpain, pseudocarpain dan dehyrocarpaine dan, kolin, carposide vi
tamin C dan E
Kulit β-sitosterol, glukosa, fruktosa, sukrosa dan xylitol
Getah Enzim proteolitik, papain dan chemopapain, glutamin, cyclotransferase, cym
opapains, A, B dan C, peptidase A dan B dan lysozymes
Sifat Kimia dan Fisik Biji Pepaya (Carica papaya L.)

Struktur Benih Pepaya


Penelitian sebelumnya pada benih ini menunjukkan bahwa pericarps kaya protein (Adesuyi dan
Ipinmoroti, 2011) sedangkan endosperm itu ditemukan kaya akan minyak dengan beberapa ko
nstituen protein (Syed et al., 2012). biji pepaya merupakan sumber yang kaya asam amino, ter
utama di sarcotesta (Saran dan Ravish, 2013). Komposisi protein biji berkisar antara 25-35% m
asing-masing (Adesuyi dan Ipinmoroti, 2011)
Komposisi Proksimat
Syed et al. (2012) melaporkan komposisi proksimat biji pepaya memiliki kadar air 7,3% ke
lembaban, minyak 30,1%, 28,1% protein, 8,2% abu, 25,6% karbohidrat dan serat kasar 1
9,1%. Hasil investigasi mereka lebih atau kurang mirip dengan Marfo et al. (1989) dan Pu
ngasari et al. (2004). Analisis proksimat dilansir Adesuyi dan Ipinmoroti (2011) menunjukk
an bahwa tepung biji pepaya bisa menjadi mungkin sumber produk makanan protein.
Kandungan Mineral
Studi dari Samia dkk. (2012) dan Adesuyi dan Ipinmoroti (2011) pada isi mineral dari tepung biji pepaya menunjuk
kan kehadiran yang signifikan dari mineral seperti kalsium, kalium, natrium dan fosfor (Tabel 2.3 dan Tabel 2.4). O
shodi et al. (1999) dan Rimbach et al. (2000) sebelumnya telah menetapkan bahwa kalium adalah mineral yang pa
ling berlimpah dalam produk pertanian Nigeria. Adesuyi dan Ipinmoroti (2011) mengamati bahwa kalium adalah mi
neral predominat dalam tiga varietas varietas pepaya. Kalium dan fosfor yang berguna dalam maintaiance keseim
bangan osmotik cairan tubuh dan pH tubuh (NRC, 1989)
Minyak Biji Pepaya
Komposisi Asam Lemak (%) Minyak Biji Pepaya Studi dari Claudia et al. (2014), Syed et al. (2012), Ad
esuyi dan Ipinmoroti (2011) dan Cassia et al. (2011) m
Asam Lemak Ketentuan Nilai elaporkan komposisi proksimat minyak menjadi 28,7%
, 30,1%, 29,4%, 31,26% dan 25,63%. Ini adalah angk
a yang cukup signifikan mengingat fakta bahwa merek
01
Myristic (C14-0)
Palmitic (C16-0)
0.24
13.5
a jatuh dalam kisaran beberapa compostion minyak lai
nnya mengevaluasi untuk bibit tanaman lainnya. kand
Palmitoleic (C16-1) 0.21 ungan minyak yang diekstrak dari minyak biji pepaya (
Stearic (C18-0) 4.5 30-34%) membandingkan menguntungkan baik denga
n minyak yang diperoleh dari buah zaitun (22-24%), bi
Oleic (C18-1) 72.5
ji anggur (8-15%), biji jeruk (32-35%), biji apel ( 21-24
Linoleic (C18-2) 2.90 %), biji semangka (50%) dan biji labu (42-45%) (Shadi
Linolenic (C18-3)
Arachidic (C20-0)
0.23
0.39
04
et al., 2013). minyak pepaya juga merupakan sumber
yang baik dari asam lemak tak jenuh tunggal dan asa
m lemak jenuh (Shadi et al., 2013). Informasi yang ber
Eicosenoic (C20-1) 0.28
kaitan dengan karakteristik minyak seperti dilansir Sye
*Syed et al. (2012) d et al. (2012) dan Cassia et al. (2011)
Karakteristik fisika-kimia Minyak Biji Pepaya
Karakteristik Nilai

indeks bias (40 ° C) 1,4581 ± 0,0001


Nilai yodium (g I.100 g-1) 79,95 ± 1,25
nilai saponifikasi (mg KOH.g-1) 96,40 ± 1,37
01
Unsaponifiable (%) 1,35 ± 0,14
asam lemak bebas (%) 1,27 ± 0,04
Nilai asam (mg KOH.g-1) 2,53 ± 0,08
Nilai peroksida (mEq.Kg-1) 5.37 ± 0.13
Stabilitas oksidatif (jam) 77,97 ± 0,89
nilai yodium 65.50 ± 0.01
nilai saponifikasi 155.50 ± 0.01
Hal Unsaponifiable (%) 1,370 ± 0,01
FFA (sebagai asam oleat persentase) 0,32 ± 0,01
* Nilai rata-rata
Sumber: Cassia± et
standar deviasi
al. (2011); (net= al.
Syed 3).(2012)
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
Ada 3 Point Utama dalam metode yang digunakan
1. Penentuan Komposisi Asam Lemak, Menggunaka
n instrumen Gas Kromatografi Masa dan Uji SPF (
Sun Protecting Factor) menggunakan Spektrofoto
metri UV-Vis.
2. Uji Karakteristik Fisikokimia Minyak Biji Pepaya: P
enentuan Bilangan Asam, Penentuan Angka Peny
abunan, dan Penentuan Angka Peroksida.
3. Uji Zona Hambat Minyak Biji Pepaya, pada bakteri
penyebab jerawat (Propionbacterium acne).
Penetuan Komposisi Asam Lemak
GCMS merupakan metode pemisahan senyawa organik yang mengg
unakan dua metode analisis senyawa yaitu kromatografi gas (GC) unt
uk menganalisis jumlah senyawa secara kuantitatif dan spektrometr
i massa (MS) untuk menganalisis struktur molekul senyawa analit.

Pada metode analisis GCMS (Gas Cromatografy Mass Spektroscopy)


adalah dengan membaca spektra yang terdapat pada kedua metode
yang digabung tersebut. Pada spektra GC jika terdapat bahwa dari s
ampel mengandung banyak senyawa, yaitu terlihat dari banyaknya pu
ncak (peak) dalam spektra GC tersebut. Berdasarkan data waktu rete
nsi yang sudah diketahui dari literatur, bisa diketahui senyawa apa saj
a yang ada dalam sampel.
Informasi yang diperoleh dari kedua teknik ini yang digabung dalam instrumen GC/MS adalah ta
k lain hasil dari masing-masing spektra. Untuk spektra GC, informasi terpenting yang didapat ad
alah waktu retensi untuk tiap-tiap senyawa dalam sampel. Sedangkan untuk spektra MS, bisa di
peroleh informasi mengenai massa molekul relatif dari senyawa sampel tersbut.
Tahap-tahap suatu rancangan penelitian GC/MS:
1. Sample preparation
2. Derivatisation
3. Injeksi : Menginjeksikan campuran larutan ke kolom GC lewat heated injection port. GC/MS k
urang cocok untuk analisa senyawa labil pada suhu tinggi karena akan terdekomposisi pada
awal pemisahan.
4. GC separation: Campuran dibawa gas pembawa (biasanya Helium) dengan laju alir tertentu
melewati kolom GC yang dipanaskan dalam pemanas. Kolom GC memiliki cairan pelapis (fas
a diam) yang inert.
5. MS detector: Aspek kualitatif : lebih dari 275.000 spektra massa dari senyawa yang tidak dike
tahui dapat teridentifikasi dengan referensi komputerisasi.
Aspek kuantitatif : dengan membandingkan kurva standar dari senyawa yang diketahui dapat
diketahui kuantitas dari senyawa yang tidak diketahui.
6. Scanning
Spektra massa dicatat secara reguler dalam interval 0,5-1 detik selama pemisahan GC
dan disimpan dalam sistem instrumen data untuk digunakan dalam analisis. Spektra massa beru
pa fingerprint ini dapat dibandingkan dengan acuan.
Informasi yang diperoleh dari kedua teknik ini yang digabung dalam instrumen GC/MS adalah tak l
ain hasil dari masing-masing spektra. Untuk spektra GC, informasi terpenting yang didapat adalah
waktu retensi untuk tiap-tiap senyawa dalam sampel. Sedangkan untuk spektra MS, bisa diperoleh i
nformasi mengenai massa molekul relatif dari senyawa sampel tersbut.
Tahap-tahap suatu rancangan penelitian GC/MS:
1. Sample preparation
2. Derivatisation
3. Injeksi : Menginjeksikan campuran larutan ke kolom GC lewat heated injection port. GC/MS kura
ng cocok untuk analisa senyawa labil pada suhu tinggi karena akan terdekomposisi pada awal p
emisahan.
4. GC separation: Campuran dibawa gas pembawa (biasanya Helium) dengan laju alir tertentu mel
ewati kolom GC yang dipanaskan dalam pemanas. Kolom GC memiliki cairan pelapis (fasa diam
) yang inert.
5. MS detector: Aspek kualitatif : lebih dari 275.000 spektra massa dari senyawa yang tidak diketah
ui dapat teridentifikasi dengan referensi komputerisasi.
Aspek kuantitatif : dengan membandingkan kurva standar dari senyawa yang diketahui dapat dik
etahui kuantitas dari senyawa yang tidak diketahui.
6. Scanning
Spektra massa dicatat secara reguler dalam interval 0,5-1 detik selama pemisahan GC da
n disimpan dalam sistem instrumen data untuk digunakan dalam analisis. Spektra massa berupa fin
gerprint ini dapat dibandingkan dengan acuan. (Fowlis, Ian A.,1998, Pavia, Donald L. (2008), Skoog, Douglas A. (1991))
Uji Sun Protecting Factor
Penentuan efektifitas sediaan sunscreen dilakukan dengan
menentukan nilai SPF dengan metode spektrofotometer Uv
-Vis dengan tahap sebagai berikut :
a. Spektrofotometer Uv-Vis dikalibrasi dengan etanol 96 %
.
b. Sampel minyak biji pepaya 0,3 gram dan dilarutkan dala
m 25 mL etanol 96%. Gel yang telah diencerkan dimasu
kkan kedalam kuvet sebanyak 2 ml.
c. Dilakukan serapan uji dengan panjang gelombang antar
a 290-320 nm. Etanol 96 % sebagai blanko.
d. Pengukuran nilai SPF dilakukan dengan mengukur sera
pan sediaan gel pada sepektrofotometer setiap 5 nm.
e. Nilai SPF dihitung dengan persamaan matematis sebag
ai berikut Putri Ayuningrum R.( 2016)
Uji Karakteristik Fisikokimia
Penentuan Bilangan Asam

Sebanyak 0,1 g minyak dimasukkan ke dalam gelas piala 2


00 mL, kemudian ditambahkan etanol 95% sebanyak 25 m
L. Campuran tersebut dipanaskan pada suhu 65 oC sambil
diaduk sampai membentuk larutan. Larutan ini dititrasi den
gan KOH 0,1 N dengan indikator fenolftalein 1% sampai ter
lihat warna merah jambu. Setelah itu, dilakukan perhitunga
n jumlah mg KOH yang digunakan untuk menetralkan asa
m lemak bebas dalam 1 g sampel minyak.
Penentuan Angka Penyabunan

Sebanyak 1 g sampel minyak dimasukkan ke dalam labu b


ulat 250 mL, kemudian ditambahkan secara perlahan-lahan
12,5 mL KOH-alkoholis 0,5 N. Selanjutnya, labu bulat dihub
ungkan dengan pendingin balik dan dididihkan sampai sem
ua sampel tersabunkan dengan sempurna, yaitu jika butira
n minyak tidak terlihat lagi. Larutan didinginkan dan bagian
dalam dari pendingin balik dibilas dengan sedikit air. Kemu
dian dilakukan titrasi dengan HCl 0,5 N dengan indikator fe
nolftalein 1% sampai warna merah jambu menghilang. Hasi
l titrasi ini dibandingkan dengan hasil titrasi blanko untuk m
endapatkan angka penyabunan, yang merupakan selisih a
ntara jumlah yang digunakan titrasi sampel, dengan yang d
igunakan untuk titrasi blanko.
Penentuan Angka Peroksida

Sebanyak 1 g sampel minyak ditambahkan 30 mL campura


n pelarut, yang terdiri dari asam asetat glasial dan klorofor
m dengan perbandingan 3:2 (v/v). Kemudian dipanaskan di
bawah titik didihnya selama 2 menit. Selanjutnya ditambah
kan 0,5 mL KI jenuh dan dipanaskan lagi selama 2 menit. K
emudian ditambahkan air suling dan dititrasi dengan Na2S2
O3 0,1 N atau 0,01 N dengan menggunakan indikator kanji
0,5%. Hal yang sama juga dilakukan terhadap blanko. Hasi
l yang didapat dinyatakan dalam meq O2/1000 g sampel.
Penentuan Zona Hambat Bakteri
Kultur mikrobia uji aktivitasnya terhadap bakteri penyebab jerawat (P
ropionbacterium acne). dari agar miring diambil sebanyak 1 ose kem
udian diinokulasikan pada medium cair sebanyak 20 ml. Inokulum ter
sebut digojog dan diinkubasi selama 24 jam. Medium agar padat dal
am petridish ditambahkan 100 µl larutan biakan aktif bakteri uji dirata
kan menggunakan trigalski. Setelah itu, dibuat sumuran berdiameter
0,8 cm. Selanjutnya, ekstrak biji pepaya diambil sebanyak 70 µl, dan
dimasukkan ke dalam sumuran lalu diinkubasi selama 24-48 jam pad
a suhu 37 0C.
Kontrol positif yang digunakan adalah Clindamicin, sedangkan kontro
l negatifnya adalah pelarut (DMSO 10 %). Setelah diinkubasi 24-48 j
am dilakukan pengukuran zona hambat dengan menggunakan peng
garis untuk menentukan efektifitas antibakteri, serta dilakukan pengu
kuran luas zona
Thank you
for your
kind
attantion

Anda mungkin juga menyukai