Anda di halaman 1dari 40

Analisis laporan Keuangan

Analisis ratio
dan
Laporan Arus Kas
• Kelangsungan hidup perusahaan sangat
bergantung pada bagaimana perusahaan
tersebut mampu mengelola penerimaan kas
dan pembayaran kas secara efisien dan
efektif.
• Ketika menganalisa arus kas, para kreditor dan
pemasok akan memfokuskan pada
kemampuan membayar untuk memastikan
bahwa klaim mereka dapat dipenuhi hanya
dengan kas.
• Para pemegang saham dan calon investor
potensial, yang tertarik pada ROI juga akan
melakukan penilaian terhadap kecukupan kas.
• Untuk membantu analisis terhadap arus kas, profesi
akuntansi telah meminta setiap perusahaan untuk
menerbitkan laporan arus kas dalam laporan
tahunannya.
• Tujuan laporan arus kas adalah untuk memberikan
informasi yang relevan dan tepat waktu tentang kas
masuk dan kas keluar perusahaan, sehingga dapat
digunakan oleh para investor, kreditor dan pihak lainnya
untuk menilai:
– Kemampuan perusahaan menghasilkan arus kas positif di masa
datang
– Kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban dan
dividen
– Mengetahui penyebab perbedaan antara laba bersih dan arus
kas bersih
– Mengetahui pengaruh aktivitas investasi dan pendanaan, baik
yang kas maupun non-kas terhadap kondisi keuangan
perusahaan
Teknik Analisis Ratio Arus Kas
• Terdapat 3 area kepentingan yang akan diatensi
oleh pengguna laporan arus kas :
– Likuiditas dan solvabilitas
– Pengeluaran modal dan investasi (memberikan sinyal
tentang kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan investasi dalam capital asset.
– Cash flow return (komplemen dari pengukuran
profitabilitas berbasis akrual, seperti return on sales
dan return on investment.
• Ratio ini tidak memberikan jawaban, namun
seringkali memberikan indikasi apa yang
diharapkan.
• Pembahasan ratio-ratio arus kas dalam
slide ini akan didasarkan pada data
laporan keuangan : neraca, laporan laba-
rugi, dan laporan arus kas PT Netra Jaya,
yang disajikan secara komparatif sebagai
berikut : Data Keuangan
Ratio Likuiditas
• Ratio likuiditas menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban jangka pendek pada saat jatuh
tempo.
• Ratio likuiditas yang menyangkut dengan
laporan arus kas adalah sebagai berikut :
– Current Cash Debt Coverage
– Cash Dividend Coverage
Current Cash Debt Coverage
• Ratio cash flow from operation (CFO) dan
average current liabilities ini menggunakan
jumlah sepanjang periode (rata-rata) dan
tidak menggunakan saldo pada tanggal
tertentu. Average current liabilities dihitung
dengan menjumlahkan saldo awal dan
akhir, kemudian dibagi 2.
• Formula ratio ini adalah sebagai berikut :
Current Cash Debt Coverage = CFO
Average Current Liabilities
Contoh
• Untuk tahun 2010, dengan CFO perusahaan
sebesar Rp. 135.163 dan average current
liabilities sebesar Rp.234.205 ((Rp.206.248 +
Rp.262.162)/2), maka current cash debt coverage
adalah sebesar 57,7%. Angka ratio ini
menunjukkan bahwa kewajiban lancar perusahaan
57,7% dijamin oleh CFO. Angka ratio ini dianggap
cukup baik, karena sebuah riset menyarankan
bahwa perusahaan sebaiknya memiliki angka ratio
ini sebesar 40% atau lebih.
• Data Keuangan.xls
Cash Divided Coverage
• Ratio ini memberikan bukti tentang
kemampuan perusahaan untuk memenuhi
komitmen pembayaran dividen dengan
menggunakan kas yang dihasilkan dari
aktivitas operasi.
• Ratio ini dinyatakan dengan formula
sebagai berikut :
Cash Dividend Coverage = CFO
Dividen Dibayar
Contoh
• Cash dividend coverage untuk tahun 2010
adalah 2,4 kali, yaitu CFO sebesar
Rp.135.163 dibagi dengan dividen yang
dibayarkan sebesar Rp.55.883.
• Yang berarti CFO yang diperoleh
perusahaan selama tahun 2010 dapat
digunakan untuk membayar dividen
sebanyak 2,4 kali.
• Data Keuangan.xls
Cash Divided Coverage
• Ratio ini dapat dimodifikasi untuk
menggambarkan pembayaran kepada seluruh
pemegang saham atau hanya kepada
pemegang saham biasa saja.
• Untuk menggambarkan pembayaran dividen
kepada pemegang saham biasa saja, maka
numerator harus dikurangi saham preferen,
sedangkan denominatornya adalah dividen yang
dibayarkan kepada pemegang saham biasa
saja.
Ratio Solvabilitas
• Ratio solvabilitas menggambarkan
kemampuan perusahaan untuk membayar
kewajiban jangka panjang.
• Ratio solvabilitas yang menyangkut
dengan laporan arus kas adalah sebagai
berikut :
– Cash Long-term Debt Coverage
– Cash Interest Coverage
Cash Long-term Debt Coverage
• Ratio ini mengatasi keterbatasan debt ratio,
karena memberikan titik berat perhatiannya
secara langsung kepada kas, sehingga dapat
dikatakan bahwa semakin tinggi ratio ini,
semakin baik.
• Cash long-term debt coverage ratio dapat
dihitung dengan formula sebagai berikut :
Cash Long-term Debt Coverage = CFO
Average Total Liabilities
Contoh
• Cash Long-term Debt Coverage untuk tahun 2010
adalah 39,5%, yaitu CFO sebesar Rp.135.163 dibagi
average total liabilities sebesar Rp.342.487,5
((Rp.307.758 +377.217)/2).
• Ratio ini dapat dimodifikasi dengan mengurangkan
dividen yang dibayarkan dari CFO, sehingga diperoleh
angka retained operating cash flow.
• CFO dikurangi dividen yang dibayarkan sebagai angka
numerator akan menghasilkan ukuran yang lebih baik
tentang jumlah kas yang tersedia untuk reinvestment.
• Data Keuangan.xls
Cash Interest Coverage
• Ukuran lebih baik untuk menggambarkan interest
coverage adalah CFO (ditambah bunga dan pajak
dibayarkan) dibagi dengan bunga yang sesungguhnya
dibayarkan (bukan biaya bunga).
• Ukuran ini lebih pragmatis, karena bunga dibayar
dengan kas dan mengurangi kas dari aktifitas operasi.
• Ratio Cash Interest Coverage dihitung dengan formula
sebagai berikut :
Cash Interest Coverage = CFO+Interest Paid+Taxes Paid
Interest Paid
Contoh
• Cash Interest Coverage untuk tahun 2010 adalah 38,7
kali, yaitu CFO ditambah bunga dan pajak yang
dibayarkan sebesar Rp.202.984 (Rp.134.163 + Rp.5.245
+ Rp.62.576) dibagi dengan bunga yang dibayarkan
sebesar Rp.5.245.
• Bila dibandingkan dengan tahun 2009 sebesar 35,7 kali,
maka Cash Interest Coverage tahun 2010 mengalami
kenaikan.
• Tanpa mengetahui ratio rata-rata industri, agak sulit
untuk dapat menentukan dimana posisi perusahaan.
Namun demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa
semakin tinggi ratio ini semakin baik.
• Data Keuangan.xls
Ratio Capital Expenditure dan
Investasi
• Perusahaan juga harus mampu
mempertahankan aktiva modalnya (capital
Assets) dan financial expenditure-nya untuk
dapat meningkatkan basis aktivanya.
• Untuk menilai apakah sebuah perusahaan dapat
memenuhi pengeluaran-pengeluaran tersebut
telah dikembangkan beberapa ratio :
– Capital Acquisitions Ratio
– Investment / CFO Plus Ratio
– Operation/investment Ratio
– Cash Reinvestment Ratio
Capital Acquisitions Ratio
• Ratio ini menggambarkan bagaimana
perusahaan mampu membiayai capital
expenditure saat ini.
• Pada numerator, CFO dikurangi dengan dividen
yang dibayarkan untuk menunjukkan jumlah kas
yang ditahan oleh perusahaan dan tersedia
untuk melakukan reinvestasi. Ratio ini dihitung
dengan formula sebagai berikut :
Capital Acquisitions Ratio = CFO – Dividend Paid
Capital Expenditure
Contoh
• Capital Acquisition ratio untuk tahun 2010 adalah 80,7%,
yaitu CFO dikurangi dividen yang dibayarkan sebesar
Rp.79.280 (Rp.135.163 – Rp.55.883), dibagi dengan
capital expenditure sebesar Rp.98.216.
• Sedangkan tahun 2009 adalah 166,9%, yaitu
(Rp.192.117 – Rp.53.322) dibagi dengan Rp.83.149.
• Dibanding tahun 2009, ratio tahun 2010 mengalami
penurunan yang sangat signifikan karena adanya
penurunan pada CFO, dan memerlukan perhatian
khusus.
• Data Keuangan.xls
Investment/CFO Plus Finance
Ratio
• Seorang analis dapat menilai bagaimana
investasi yang dilakukan perusahaan dibiayai
dengan membandingkan antara arus kas dari
aktivitas investasi (net cash flow for
investing/CFI) dan arus kas aktivitas operasi
(CFO) ditambah arus kas dari aktivitas
pendanaan (net cash flow from financing/CFF).
• Ratio yang dapat digunakan adalah
investment/CFO plus finance ratio yang dihitung
dengan formula sebagai berikut :
Investment/CFO Plus Finance Ratio = Net CFI
Net CFO + CFF
Contoh
• Investment/CFO plus finance ratio untuk tahun
2010 adalah sebesar 221,0%, yaitu CFI sebesar
Rp.88.163 dibagi dengan CFO ditambah CFF
sebesar Rp.39.898 (Rp.135.163 – Rp.95.265).
• Ratio yang rendah menunjukkan bahwa porsi
investasi yang dibiayai dari aktivitas operasi dan
investasi rendah, dan semakin rendah angka
ratio ini semakin baik.
• Data Keuangan.xls
Operation/investment Ratio
• Untuk menilai potensi perusahaan dalam
melakukan ekspansi pendanaan dari sumber
dana intern dapat dihitung ratio yang
membandingkan antara arus kas operasi (CFO)
dan arus kas investasi (CFI). Semakin tinggi
angka ratio ini, berarti perusahaan semakin tidak
harus menggantungkan diri pada sumber
pembiayaan ekstern.
• Formula operation/investment ratio adalah
sebagai berikut :
Operation/investment Ratio = CFO
CFI
Contoh
• Operations/investment ratio untuk tahun
2010 adalah 153,3%, yaitu CFO sebesar
Rp.135.163 dibagi CFI sebesar
Rp.88.163.
• Dibanding ratio tahun 2009 sebesar
240,3%, ratio tahun 2010 mengalami
penurunan, yang disebabkan oleh
penurunan arus kas operasi (CFO).
• Data Keuangan.xls
Cash Reinvestment Ratio
• Cash reinvestment ratio membandingkan
antara arus kas yang ditahan untuk
reinvestasi dengan aktiva tidak lancar
ditambah modal kerja, dengan formula
sebagai berikut :
Cash Reinvetment Ratio = CFO – Dividend Paid
noncurrent Asset + working capital
Contoh
• Cash reinvestment ratio tahun 2010 adalah 5,3%, yaitu
CFO dikurangi dividen dibayar sebesar Rp.79.280
(Rp.135.163 -Rp.55.883), dibagi noncurrent asset
ditambah working capital sebesar Rp.1.503.977
(Rp.958.692+Rp.139.660+Rp.20.857+(Rp.591.016 -
Rp.206.248)).
• Ratio ini menjadi ukuran yang berguna untuk melihat
porsi arus kas yang dapat digunakan untuk mengganti
aktiva yang ada dan melakukan ekspansi.
• Semakin besar reinvestasi, semakin besar ekspektasi
bahwa CFO akan meningkat.
• Angka cash reinvestment ratio yang wajar berkisar
antara 7 sampai 11.
• Data Keuangan.xls
Cash Flow Return Ratio
• Pada ratio berbasis akrual, ROI dihitung dengan
formula ROI.
• Cash Flow return on investment juga dapat
dihitung dengan menggunakan formula yang
sama :
– Overall Cash Flow Ratio
– Cash Return on Sales Ratio
– Cash Flow to Net Income Ratio
– Quality of Sales Ratio
– Quality of Income ratio
– Cash Return on Assets Ratio
– Cash Return on Stockholders’ Equity Ratio
Overall Cash Flow Ratio
• Ratio ini mengukur seberapa besar CFO
yang dihasilkan secara internal dapat
memasok kas yang dibutuhkan oleh
aktivitas investasi dan pendanaan.
• Ratio ini dihitung dengan formula :
Overall Cash Flow Ratio = CFO
Financing + Investing Cash outflow
Contoh
• Overall cash flow ratio tahun 2010 adalah
73,7%, yaitu CFO sebesar Rp.135.163 dibagi
dengan financing and investing cash outflow
sebesar Rp.183.428 (Rp.88.163 + Rp.95.265).
• Dibanding tahun 2009 sebesar 95,7%, maka
arus kas perusahaan mengalami penurunan.
• Pada tahun 2009, arus kas dari aktivitas operasi
melebihi jumlah kas yag dibutuhkan oleh
aktivitas pendanaan dan investasi, sementara
tahun 2010 terjadi sebaliknya.
• Data Keuangan.xls
Cash Return on Sales Ratio
• Ratio ini sering disebut dengan cash flow
margin dan mengukur persentase arus
kas setiap satu rupiah penjualan.
• Ratio ini mengukur kemampuan
perusahaan untuk menerjemahkan rupiah
penjualan menjadi kas, dan dihitung
dengan formula sebagai berikut :
Cash Return on sales Return = CFO
Penjualan
Contoh
• Cash return on sales ratio tahun 2010 adalah 8,7%, yaitu
CFO sebesar Rp,135.163 dibagi dengan penjualan
sebesar Rp.1.544.670.
• Semakin tinggi angka ratio ini semakin baik.
• Bila dibandingkan ratio tahun 2009 sebesar 13,3%
(Rp.192.117 / Rp.1.444.756), maka kemampuan
perusahaan untuk mengubah rupiah penjualan menjadi
kas mengalami penurunan, meskipun penjualan
mengalami peningkatan sebesar 5%.
• Dengan demikian diperlukan kajian lebih mendalam
untuk mengetahui penyebab penurunan tersebut.
• Data Keuangan.xls
Cash Flow to Net income Ratio
• Cash flow to net income ratio ini
membandingkan antara CFO dan laba
bersih dan dihitung dengan formula
sebagai berikut :
Cash Flow to Net Income Ratio = CFO
Laba Bersih
Contoh
• Cash flow to net income ratio tahun 2010 adalah
108,4%, yaitu CFO sebesar Rp,135.163 dibagi
dengan laba bersih sebesar Rp.124.646,
sedangkan untuk tahun 2009 sebesar 155,4%.
• Ini berarti tahun 2010 mengalami penurunan
dibanding tahun sebelumnya, karena meskipun
laba bersih mengalami kenaikan, akan tetapi
CFO mengalami penurunan lebih besar>
• Data Keuangan.xls
Quality of Sales Ratio
• Para analis laporan arus kas melakukan kajian
terhadap laporan arus kas dengan tujuan untuk
dapat menentukan sebab-sebab perbedaan
antara laba bersih dan arus kas bersih.
• Kajian ini merupakan dasar untuk mengevaluasi
kualitas dari laba, dan salah satu ukurannya
adalah quality of sales ratio, yang dihitung
dengan formula sebagai berikut :
Quality of Sales Ratio = Cash from Sales
Penjualan
Contoh
• Data kas diterima dari pelanggan (cash from
sales) hanya dapat diperoleh apabila
perusahaan menyajikan laporan arus kas
dengan metode langsung.
• Quality of sales tahun 2010 adalah 100,3%
(Rp.1.549.848 / Rp.1.544.670), sedangkan
tahun 2009 adalah 102,5% (Rp.1.480.776 /
Rp.1.444.756).
• Tidak ada perbedaan yang signifikan antara
penjualan dan kas yang diterima dari pelanggan
baik di tahun 2010 maupun ditahun 2009, yang
menunjukkan tingginya kualitas dari laba
perusahaan.
• Data Keuangan.xls
Quality of Income Ratio
• Apabila perusahaan tidak menggunakan
metode langsung dalam menyusun
laporan arus kas, maka kualitas laba
dapat ditentukan dengan menggunakan
quality of income ratio, yang dihitung
dengan formula sebagai berikut :
Quality of Income Ratio = CFO
Operating Income
Contoh
• Operating income sama dengan laba sebelum bunga
dan pajak (EBIT), yang dibanyak kasus sama dengan
laba bersih ditambah dengan biaya bunga dan pajak.
• Operating income tahun 2010 adalah Rp.180.759
(Rp,124.646 + Rp.3.615 + Rp.52.498).
• Quality of Income Ratio tahun 2010 adalah 74,7%
(Rp.135.163 / Rp. 180.759).
• Ratio ini memberikan informasi perbedaan antara laba
berbasis akrual dengan arus kas dari aktivitas operasi.
• Semakin tinggi ratio, kualitas laba semakin baik.
• Data Keuangan.xls
Cash Return on Assets Ratio
• Cash Return on Assets Ratio ini juga
berguna untuk mengevaluasi kinerja
perusahaan, sebagaimana return on total
investment, dan dihitung dengan formula
sebagai berikut :
Cash Return on Assets Ratio = CFO before interest and tax
Average Total Assets
Contoh
• Cash return on assets ratio tahun 2010 adalah
17,7%, yaitu CFO before interest and taxes paid
sebesar Rp.202.984 (Rp.135.163 + Rp.5.245 +
Rp.62.576) dibagi average total assets sebesar
Rp.1.149.402 (Rp.1.127.120 + Rp.1.171.683)/2.
• Ratio ini sebaiknya dibandingkan dengan ratio
rata-rata industri dan ratio periode sebelumnya,
untuk menentukan apakah terdapat korelasi
yang kuat antara cash return dan investasi.
• Data Keuangan.xls
Cash Return on Stockholders’
Equity Ratio
• Cash Return on stockholders’ equity ratio
ini menggambarkan apakah perusahaan
mampu menghasilkan cash return yang
cukup untuk para pemegang saham, dan
dihitung dengan menggunakan formula
sebagai berikut :
Cash Return on Stockholders’ Equity Ratio = CFO
Average Stockholders’ Equity
Contoh
• Cash return on stockholders’ equity ratio
tahun 2010 adalah 16.8%, yaitu CFO
sebesar Rp.135.163 dibagu average
stockholders’ equity sebesar Rp.806.914
((Rp.819.362 + Rp.794.466)/2).
• Data Keuangan.xls

Anda mungkin juga menyukai