Anda di halaman 1dari 22

QODLO’ DAN QODAR

Oleh: H. Dwi Condro Triono, Ph.D


PENGANTAR…
 Masalah qodlo’ dan qodar tidak pernah muncul di
jaman shahabat.
 Masalah qodlo’ dan qodar muncul sekitar abad IV
Hijriyah.
 Masalah mulai muncul ketika banyak ulama’ yang
menerjemahkan buku-buku filsafat yunani ke
dalam bahasa arab.
 Ulama’ tertantang untuk menyelesaikan masalah
yang ada dalam kajian filsafat yunani tersebut.
 Masalah tersebut pernah menjadi bahasan di
kalangan pendeta nasrani tapi gagal untuk
menyelesaikannya.
Apa masalahnya?
 Jika manusia menulis, kemampuan menulis itu
atas kehendak siapa?
 Kehendak Tuhan atau kehendak manusia?
 Jika manusia sholat, itu atas kehendak siapa?
 Kehendak Allah atau kehendak manusia?
 Jika manusia shodaqah, itu kehendak siapa?
 Kehendak Allah atau kehendak manusia?
 Jika manusia mencuri, itu kehendak siapa?
 Kehendak Allah atau kehendak manusia?
 Jika manusia berzina, itu kehendak siapa?
 Kehendak Allah atau kehendak manusia?
Konsekuensi jawaban:
 Jika jawabannya adalah: itu semua kehendak
Allah!
 Mengapa Allah menghendaki, ada manusia yang
“dipaksa” untuk berbuat baik?
 Mengapa ada manusia yang “dipaksa” untuk
berbuat jahat?
 Dimana keadilan Allah?
 Mengapa kalau manusia “dipaksa” berbuat jahat,
ketika di akherat harus disiksa di dalam neraka?
 Apakah Allah itu dzalim?
 Subhanallah, apakah demikian?
Jika sebaliknya:
 Itu semua adalah kehendak manusia!
 Berarti manusia mempunyai kebebasan untuk
berbuat.
 Jika manusia memiliki “lingkaran kebebasan”
berbuat, maka kehendak Allah itu terbatas.
 Berarti Allah tidak akan mengetahui apa yang
akan diperbuat manusia, apakah dia akan pulang
ke rumah atau terus pergi ke kantor?
 Berarti, Allah juga belum mengetahui, apakah
seorang manusia itu akan masuk surga atau akan
masuk neraka nantinya.
 Berarti, Iradah (kehendak) Allah itu terbatas,
termasuk Ilmu Allah itu juga terbatas?
 Subhanallah, apakah demikian?
Jika tidak:
 Berarti Allah Maha Berilmu, Allah Maha Mengetahui apa
yang sudah terjadi, sedang terjadi maupun yang belum
terjadi, termasuk yang lahir maupun yang batin.
 Berarti Allah pasti sudah mengetahui, apa yang belum
dilakukan manusia, apakah nantinya akan menjadi baik
atau akan menjadi jahat?
 Termasuk, Allah juga mengetahui secara pasti, manusia
itu besok akan masuk surga atau masuk neraka.
 Jika Allah sudah tahu pasti, untuk apa sekarang manusia
harus rajin beribadah? Harus rajin sholat? Harus rajin
berdoa agar besuk dimasukkan ke dalam surga?
 Tidak ada gunanya! Karena Allah sudah tahu pasti surga
dan nerakanya orang tersebut.
 Subhanallah, apakah demikian?
Masalah terus berkembang…
 Menyangkut masalah hidayah…
 Apakah hidayah itu kehendak Allah atau atas hasil usaha
manusia?
 Masalah tawakkal…
 Apakah manusia harus berpasrah secara total kepada
Allah, ataukah manusia harus senantiasa berusaha?
 Masalah rejeki…
 Apakah rejeki itu ketentuan Allah ataukah dari hasil usaha
manusia?
 Masalah Ajal…
 Apakah ajal itu ketetapan Allah, ataukah tergantung dari
usaha manusia?
 Masalah doa..
 Apakah do’a bisa mengubah ketentuan Allah ataukan
tidak?
 Dan masih banyak masalah lainnya…
Di kalangan Ummat Islam…
 Sejarah mencatat, ummat Islam akhirnya terbelah
menjadi 2 kelompok ekstrim.
 Kelompok pertama diwakili oleh golongan
mu’tazilah dan qodariyah yang memahami bahwa
manusia itu memiliki kebebasan berkehendak.
 Kelompok dua diwakili golongan jabariyah yang
memahami bahwa manusia itu tidak memiliki
kebebasan, semua yang terjadi adalah atas
kehendak Allah.
 Mana kelompok yang benar? Ingatlah cerita
perdebatan antara orang qadariyah dan jabariyah.
Siapakah pemenangnya?
Dalil-dalil Qodlo’ dan Qodar

 “Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati


melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan
yang telah ditentukan waktunya” (QS. Ali Imran: 145)

 “Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka


apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak
dapat (pula) memajukannya”. (QS. Al-A’raf: 34)
 Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak
pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab
(Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.
(QS. Al-Hadiid: 22)

 Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami


melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami.
Dialah Pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-
orang yang beriman harus bertawakkal.“ (QS. 9: 51)
 “Tidak ada tersembunyi daripada-Nya seberat zarrahpun
yang ada di langit dan yang ada di bumi dan tidak ada
(pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar,
melainkan tersebut dalam Kitab yang nyata (Lauh
Mahfuzh)", (QS. Saba’: 3).

 “Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia


mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari,
kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk
disempurnakan umur (mu) yang telah ditentukan, kemudian
kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan
kepadamu apa yang dahulu kamu kerjakan”.(QS. 6: 60).
Masalah qodlo’ dan qodar
 Sesungguhnya masalah qodlo’ dan qodar itu
tidak menyangkut 4 hal:
1. Perbuatan manusia, apakah diciptakan Allah
atau diciptakan manusia?
2. Iradah Allah, apakah meliputi seluruh kejadian
atau tidak?
3. Ilmu Allah, apakah sudah mengetahui sebelum,
selama dan sesudah kejadian atau tidak?
4. Kitab Lauhul Mahfudz, apakah sudah mencatat
semua kejadian dan tidak mungkin dirubah atau
tidak?
 Mengapa masalah qodlo’ dan qodar tidak
membahas ke-4 masalah di atas?
Apa yang seharusnya dibahas?
PERBUATAN MANUSIA

JAWABLAH SECARA JUJUR!

KETIKA KITA BERBUAT

APAKAH BEBAS? APAKAH TERPAKSA?

MENGAPA?
BENARKAH KITA
BEBAS BERBUAT?
JIKA BAIK JIKA BURUK

MENGAPA KITA
TIDAK BISA MENDAPAT MENDAPAT
MENGENDALIKAN PAHALA? SIKSA?
DETAK JANTUNG KITA?
Bagaimana yang benar?
FAKTA PERBUATAN MANUSIA

ADA YANG ADA YANG


DIKUASAI MENGUASAI
MANUSIA MANUSIA

TERIKAT DI LUAR
AKAN DIHISAB
NIDZAM WUJUD NIDZAM WUJUD
OLEH ALLAH

SESUAI MELANGGAR QODLO’ALLAH


SYARI’AT SYARI’AT

MENDAPAT MENDAPAT TIDAK DIHISAB


PAHALA SIKSA OLEH ALLAH
Bagaimana dengan qodar?
SETIAP BENDA

•Api: membakar
MEMILIKI QODAR
•Pisau: memotong
KHASIYAT ALLAH
•Roti: mengenyangkan

AKAN
BEBAS DIGUNAKAN TIDAK DIHISAB
DIHISAB
MANUSIA OLEH ALLAH
OLEH ALLAH

ALLAH BERHAK
DIGUNAKAN DIGUNAKAN MENCABUT
SESUAI SYARI’AT MELANGGAR SYARI’AT KHASIYAT
TERSEBUT

MENDAPAT MENDAPAT
PAHALA SIKSA
Bagaimana dengan manusia?
TUBUH MANUSIA
•Mata: melihat
•Telinga: mendengar
MEMILIKI QODAR
•Kaki: berjalan
KHASIYAT ALLAH
•Perut: lapar
•Kelamin: …..
TERMASUK AQAL MANUSIA TIDAK DIHISAB
JUGA MEMILIKI KHASIYAT OLEH ALLAH

AKAN MEMPUNYAI QS. ASY-SYAMS:7-8


DIHISAB ALLAH KEHENDAK BEBAS QS. AL BALAD: 10

DIGUNAKAN DIGUNAKAN
SESUAI SYARI’AT MELANGGAR SYARI’AT

MENDAPAT MENDAPAT
PAHALA SIKSA
Selanjutnya, bagaimana kita harus
mengaitkan dua kehendak?
 Bagaimana kita dapat mengaitkan antara
kehendak Allah dengan kehendak manusia?
 Iradah Allah memang meliputi segala sesuatu,
termasuk terhadap kehendak manusia.
 Bagaimana kehendak Allah terhadap kehendak
manusia?
 Ternyata, Allah telah berkehendak kepada
manusia untuk memiliki kehendak bebas.
 Sehingga, ketika aqal manusia memiliki
kemampuan untuk bebas memilih perbuatannya,
itu adalah kehendak Allah juga.
Firman Allah SWT:











 





 

 



 



 
 








 


 




 




Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman


semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka
apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya
mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?
(QS. Yunus: 99)
CONTOH KASUS:
 Kasus manusia bunuh diri dengan menusukkan pisau
sampai mati, bagaimana hal itu dapat dijelaskan?
 Untuk menjelaskan kasus tersebut harus diuraikan
kejadian demi kejadian:
1. Mengapa dia bunuh diri?
2. Karena diputus cinta oleh pacarnya, sehingga hatinya
sangat pedih.
3. Diputus cinta  Qodlo’ Allah  tidak dihisab oleh Allah.
4. Hatinya bisa mengalami kepedihan  Qodar Allah 
tidak dihisab oleh Allah.
5. Ketika hatinya pedih, dia memiliki kebebasan untuk
memilih: apakah akan bertaubat atau akan bunuh diri.
6. Dia ternyata memilih untuk bunuh diri  dihisab oleh
Allah.
7. Dengan apa dia akan bunuh diri?
8. Dia memiliki kebebasan untuk memilih: apakah minum
racun atau menusukkan pisau.
9. Racun dan pisau memiliki khasiyat  Qodar Allah 
tidak dihisab.
10. Ternyata dia memilih pisau  dihisab oleh Allah.
11. Pisau memiliki khasiyat merusak tubuh manusia 
Qodar Allah  tidak dihisab.
12. Dia memahami bahwa menusukkan pisau bisa
mematikan dirinya  dihisab oleh Allah.
13. Ketika pisau menghunjam ke dalam dirinya  dia mati
 Qodlo’ Allah  tidak dihisab.
14. Kesimpulan: karena dia mati dengan proses seperti di
atas: dia dihisab sebagai orang yang melakukan bunuh
diri  perbuatan dosa  akan disiksa dalam neraka.
15. Na’udzubillahi min dzalik!
Penutup:
 Seharusnya manusia lebih waspada terhadap
perbuatan-perbuatan yang berasal dari kehendak
bebasnya.
 Karena perbuatan itu akan dimintai
pertanggungjawaban oleh Allah.
 Terhadap kejadian-kejadian yang menimpa kita,
harus kita imani bahwa itu adalah ketentuan Allah.
 Jika kejadiannya menyenangkan kita, harus kita
syukuri.
 Jika kejadiannya menyusahkan kita, kita harus
bersabar.
 Semuanya harus kita kembalikan kepada Allah
SWT.
DEMIKIANLAH
PEMAHAMAN
QODLO’ DAN QODAR
SEMOGA BERMANFA’AT
WASSALAAMU’ALAIKUM…

Anda mungkin juga menyukai