Anda di halaman 1dari 22

EVALUASI & TINDAK LANJUT

UJICOBA RUJUKAN ONLINE

Kediri, 24 Oktober 2018


Sistem Rujukan Online JKN-KIS
Adalah Digitalisasi proses rujukan berjenjang untuk kemudahan
dan kepastian peserta dalam memperoleh layanan di rumah
sakit disesuaikan dengan kompetensi, jarak dan kapasitas
rumah sakit tujuan rujukan berdasarkan kebutuhan medis
pasien.
Landasan implementasi rujukan online

UU 36 Tahun 2009 dan UU Nomor 44 Tahun 2009 dan


PERPRES 72 TAHUN 2012 Permenkes 56 Tahun 2014

3
C. MAKSUD DAN KEGUNAAN SKN
13. Tersusunnya SKN ini mempertegas makna
pembangunan kesehatan dalam rangka pemenuhan
hak asasi manusia, memperjelas penyelenggaraan
pembangunan kesehatan sesuai dengan visi dan misi
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang
Kesehatan Tahun 2005-2025 (RPJP-K), memantapkan
kemitraan dan kepemimpinan yang transformatif,
melaksanakan pemerataan upaya kesehatan yang
terjangkau dan bermutu, meningkatkan investasi
kesehatan untuk keberhasilan pembangunan
nasional.
14. SKN ini merupakan dokumen kebijakan pengelolaan
kesehatan sebagai acuan dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.

4
Regulasi Rujukan

Fasilitas kesehatan
• Fasilitas pelayanan kesehatan tersebut
meliputi pelayanan kesehatan tingkat
pertama/primer, pelayanan kesehatan
tingkat kedua/ sekunder dan pelayanan
kesehatan tingkat ketiga/tersier.
Ketentuan persyaratan fasilitas pelayanan
kesehatan tersebut ditetapkan sesuai
peraturan perundang-undangan yang
berlaku.(SKN – 143)

5
Regulasi Rujukan

A.5.a. 1). Upaya Kesehatan Primer


170.Upaya Kesehatan Primer terdiri dari pelayanan kesehatan perorangan primer dan
pelayanan kesehatan masyarakat primer.

A.5.a. 1). a). Pelayanan Kesehatan Perorangan Primer (PKPP)


171.Pelayanan kesehatan perorangan primer adalah pelayanan kesehatan dimana
terjadi kontak pertama secara perorangan sebagai proses awal pelayanan
kesehatan.

172.Pelayanan kesehatan perorangan primer memberikan penekanan pada pelayanan


pengobatan, pemulihan tanpa mengabaikan upaya peningkatan dan pencegahan,
termasuk di dalamnya pelayanan kebugaran dan gaya hidup sehat (healthy life
style).

173.Pelayanan kesehatan perorangan primer diselenggarakan oleh tenaga kesehatan


yang dibutuhkan dan mempunyai kompetensi seperti yang ditetapkan sesuai
ketentuan berlaku serta dapat dilaksanakan di rumah, tempat kerja, maupun
fasilitas pelayanan kesehatan perorangan primer baik Puskesmas dan jejaringnya,
serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya milik pemerintah, masyarakat, maupun
swasta. Dilaksanakan dengan dukungan pelayanan kesehatan perorangan
sekunder dalam sistem rujukan yang timbal balik.

6
A.5.a. 2). Upaya Kesehatan Sekunder

186.Upaya kesehatan sekunder adalah upaya kesehatan rujukan lanjutan,


yang terdiri dari pelayanan kesehatan perorangan sekunder dan
pelayanan kesehatan masyarakat sekunder.
A.5.a. 2). a). Pelayanan Kesehatan Perorangan Sekunder (PKPS)
187. Pelayanan kesehatan perorangan sekunder dilaksanakan di tempat
kerja maupun fasilitas pelayanan kesehatan perorangan sekunder
baik rumah sakit setara kelas C serta fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya milik Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat, maupun
swasta.
188. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat sekunder menjadi
tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau Provinsi
sebagai fungsi teknisnya, yakni melaksanakan pelayanan kesehatan
masyarakat yang tidak sanggup atau tidak memadai dilakukan pada
pelayanan kesehatan masyarakat primer.

7
A.5.a. 3). Upaya Kesehatan Tersier
197. Upaya kesehatan tersier adalah upaya kesehatan rujukan unggulan
yang terdiri dari pelayanan kesehatan perorangan tersier dan
pelayanan kesehatan masyarakat tersier.

A.5.a. 3).a). Pelayanan Kesehatan Perorangan Tersier (PKPT)


198. Pelayanan kesehatan perorangan tersier menerima rujukan
subspesialistik dari pelayanan kesehatan di bawahnya, dan dapat
merujuk kembali ke fasilitas pelayanan kesehatan yang merujuk.
199. Pelaksana pelayanan kesehatan perorangan tersier adalah dokter
subspesialis atau dokter spesialis yang telah mendapatkan pendidikan
khusus atau pelatihan dan mempunyai izin praktik dan didukung oleh
tenaga kesehatan lainnya yang diperlukan.
200. Pelayanan kesehatan perorangan tersier dilaksanakan di rumah sakit
umum, rumah sakit khusus setara kelas A dan B, baik milik
Pemerintah, Pemerintah Daerah maupun swasta yang mampu
memberikan pelayanan kesehatan subspesialistik dan juga termasuk
klinik khusus, seperti pusat radioterapi.

8
Permenkes 01/2012

1. Pasal 2 ayat 4 dan 5 : Pelayanan kesehatan tingkat kedua merupakan pelayanan


kesehatan spesialistik yang dilakukan oleh dokter spesialis atau dokter gigi
spesialis yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik.
Pelayanan kesehatan tingkat ketiga merupakan pelayanan kesehatan sub
spesialistik yang dilakukan oleh dokter sub spesialis atau dokter gigi sub spesialis
yang menggunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik
2. Pasal 4 ayat 1 – 3 :
1) Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang, sesuai kebutuhan
medis dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama.
2) Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari
pelayanan kesehatan tingkat pertama.
3) Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan dari
pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama.

9
Tantangan implementasi rujukan online

UU 36 Tahun 2009 dan UU Nomor 44 Tahun 2009 dan


PERPRES 72 TAHUN 2012 Permenkes 56 Tahun 2014

Diperlukan peran serta Dinkes dan Organisasi Faskes untuk


mengatur dilapangan agar tidak tumpang tindih:
1. Kompetensi  Spesialis & Subspesialistik (D C diluar
ketentuan)
2. Sarana  Spesialis tanpa sarana penunjang(Syaraf –Ct)
3. Kapasitas  Rujukan JKN(FKTP,Intern, Horisontal)+umum

10
Hasil Ujicoba

11
12
Rujukan FKTP vs SEP Terbit vs. Kapasitas

13
Tindak Lanjut

14
Peran serta pemangku kepentingan
(Dinas Kesehatan)

• Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten/Kota dalam


posisinya sebagai penanggung jawab sistem
pelayanan kesehatan di daerah  sistem rujukan
online selaras dengan kebijakan yg ada.
• Koordinasi dalam mapping maupun sosialisasi
kepada faskes.

15
Peran serta pemangku kepentingan
(Faskes)

• Asosiasi Faskes harus lebih memahami dan


ikut serta secara aktif menegakkan ketentuan
perundangan yang berlaku (UU, Pepres,
Permenkes)
• Secara aktif terlibat mengetahui
perkembangan pelaksanaan rujukan
berjenjang secara online.
• Memberikan masukan-masukan bagi
penyempurnaan program.
16
Sosialisasi

• Sosialisasi rujukan berjenjang kepada peserta dilakukan


secara :
• langsung kepada peserta,
• melalui surat kabar,
• Melalui radio dan televisi daerah dan
• melalui media cetak (poster dan leaflet).
• .
• Petugas P3 di KC maupun RS (PIPP)
• Dokter dan petugas di FKTP
• Tenaga kesehatan hingga pelaksana yang secara langsung
mengelola administrasi pendaftaran pelayanan

17
Catatan penting
• Review Mapping faskes rujukan adalah pemetaan FKTP asal
rujukan dan FKRTL tujuan rujukan untuk memastikan
kesesuaian antara jumlah pasien yang dirujuk dengan
kapasitas RS yang menerima rujukan.
• Kantor Cabang akan melakukan review kembali mapping
yang telah dibuat dan mengkoordinasikan hasilnya dengan
Dinas Kesehatan dan Asosiasi Faskes.

18
Catatan penting
• FKRTL harus paham akan pentingnya penetapan kapasitas
pelayanan spesialis/subspesialis di RS.
• Besaran kapasitas merupakan gambaran kemampuan FKRTL
dalam menerima pasien yang berasal dari rujukan FKTP, rujukan
internal/kasus kontrol, rujukan antar RS, baik pasien JKN
maupun pasien umum.
• Penetapkan besaran kapasitas melebihi kemampuan
sesungguhnya akan mengakibatkan antrian panjang,
penumpukan pasien, meskipun pada aplikasi Pcare belum
menunjukkan pelampauan atas ambang kapasitasnya.

19
Catatan penting
• BPJS Kesehatan beserta Dinkes dan Asosiasi Faskes akan
memastikan kebenaran data pengisian kapasitas oleh pihak
RS,
• Perlu dilakukan spotchek ke poliklinik RS yang mengalami
penumpukan pasien dan sekaligus membandingkan dengan
data persentase pemanfaatan poliklinik di Pcare.
• Memastikan FKTP tidak terus melakukan rujukan ke Rumah
Sakit tersebut apabila jumlah pasien yang dirujuk menurut
data PCare telah melampaui kapasitas rujukan FKTP.

20
Catatan penting
Beberapa variabel yang menentukan kapasitas pelayanan antara lain:
a. Jumlah dokter spesialis pada spesialis yang sama
b. Lama waktu praktek dalam satu hari
c. Lama waktu tatap muka di Poliklinik RJTL serta
d. Proporsi pasien JKN-KIS dibanding pasien umum

Standar lama waktu tatap muka di Poliklinik dapat ditetapkan minimal


5 menit, sebagaimana tercantum pada Acuan Jasa Medik Dokter yang
dikeluarkan PB IDI bulan Oktober 2013. Pada beberapa dokter spesialis
yang membutuhkan tindakan, akan memerlukan waktu tatap muka
yang lebih lama, untuk kesepakatan waktu tatap muka dapat
disepakati melalui hasil konfirmasi dengan pihak Rumah Sakit.

21
Terima Kasih

Kini Semua Ada


Dalam Genggaman!

Download Aplikasi Mobile JKN

www.bpjs-kesehatan.go.id

Anda mungkin juga menyukai