seseorang yang mengalami kekurangan gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari, atau gangguan penyakit-penyakit tertentu sehingga tidak dapat memenuhi angka kecukupan gizi (AKG). • Seseorang dikatakan terkena KEP apabila berat badannya kurang dari 80% indeks BB untuk baku standart WHO-NCHS. (Depkes RI, 1998) • Penyebab langsung dari kekurangan KEP adalah defisiensi kalori dan makronutrien (zat gizi makro), ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku dan pelayanan kesehatan. • Sedangkan penyebab tidak langsung dipengaruhi oleh kualitas makanan yang dikonsumsi, cacat bawaan, menderita penyakit infeksi. • Faktor lain dapat dipengaruhi oleh lingkungan, seperti faktor sosial, kemiskinan, kepadatan penduduk, infeksi, adat istiadat, kesempatan kerja, dan faktor diet. • Diet dalam bentuk klasik terdiri dari dua konsep. Pertama diet yang mengandung cukup energi, tetapi kurang protein sehingga menyebabkan seseorang menjadi kwashiorkor. • Kedua, diet kurang energi walaupun zat gizi (esensial) seimbang sehingga menyebabkan marasmus. Dampak KEP • 1. Kwashiokor • Oedema, umumnya seluruh tubuh terutama pada dorsum pedis • Wajah membulat dan sembab, mata sayu • Rambut tipis, mudah rontok, warna kemerahan • Perubahan status mental, apatis dan rewel • Pembesaran hati • Hipotrofi • Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas • Sering disertai penyakit infeksi, umumnya akut, anemia dan diare • 2. Marasmus • Tampak sangat kurus, seperti tulang terbungkus kulit • Wajah seperti orangtua • Cengeng rewel • Kulit keriput, jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada • Perut cekung • Iga gambang • Sering disertai, penyakit infeksi (umumnya kronis berulang) , diare kronis atau konstipasi/ susah buang air • 3. Marasmus – kwashiorkor
Gambaran klinik merupakan campuran
dari beberapa gejala klinik kwashiorkor dan marasmus, dengan BB/U kurang dari 60% baku median WHO-NCHS disertai oedema yang tidak mencolok • KEP sering terjadi pada : • 1. Balita, karena pemberian ASI yang kurang mencukupi yang disebabkan oleh masalah- masalah yang dialami Ibu. Salah satunya karena sang ibu hamil lagi, dan jarak kehamilan sang ibu kurang dari 2 tahun dari kehamilan sebelumnya. • 2. Keluarga miskin, tidak mempunyai mata pencaharian sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi. • Faktor yang mempengaruhi sosial ekonomi terhadap balita kurang energi protein • 1. Pendapat Keluarga Perkapita. • 2. Pendidikan rendah • 3. Kesempatan kerja rendah • 4. Keadaan Sanitasi Lingkungan. • Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui : • 1. Gejala klinis • 2. Antropometri • 3. Pemeriksaan laboratorium. • Adapun penanggulangan pada penderita KEP dibagi menjadi 3 bagian yaitu : a. Jangka pendek b. Jangka menengah c. Jangka panjang 1. Jangka pendek a. upaya pelacakan kasus melalui penimbangan bulanan di posyandu b. rujukan kasus KEP dengan komplokasi penyakit di RSU c. pemberian ASI eksklusif untuk bayi usia 0-6 bulan d. pemberian kapsul vitamin A e. pemberian makanan tambahan (PMP) f. pemulihan bagi balita gizi buruk selama 3 bulan g. memberikan (MP-ASI) bagi balita keluarga tidak mampu usia 6-12 bulan 2. Jangka menengah a. Revilitasi posyandu b. Revilitasi puskesmas c. Revilitasi sistem kewaspadaan pangan dan gizi 3. Jangka panjang a. pemberdayaan masyarakat menuju keluarga sadar gizi ( kadarzi ) b. Integrasi kegiatan lintas sektoral denga program penanggulangan kemiskinan dan ketahanan pangan